PSIKOLOGI PENDIDIKAN SEMESTER GENAP 2022/2023 PROGRAM PASCASARJANA UNISBA
TUGAS 11
Nama Mahasiswa : Zahra Humaira Program Studi : Psikologi Pendidikan
Konsentrasi : Manajemen Pendidikan Islam
Dosen : Dr. Erhamwilda, Dra., M.Pd. dan Dr. Asep Dudi Suhardini, Drs., M.Pd.
Standarisasi dan Akuntabilitas Evaluasi Pembelajaran
Standarisasi digunakan dalam menentukan sesuatu sebagai patokan atau tolok ukur dalam melakukan segala hal, yang dalam hal ini kaitannya dengan evaluasi pembelajaran akan berhubungan pada kriteria yang menentukan proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil jika sudah melewati atau melampaui batas yang telah ditentukan. Tentunya dengan berbagai standar berkaitan dengan pembelajaran yang telah dibuat menyesuaikan pada tujuan proses pendidikan dalam mencapai cita-cita untuk membangun generasi muda menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Standarisasi dapat membantu pendidik dalam melakukan diagnosis terhadap peserta didik dari hasil proses pembelajaran yang telah dilakukan. Ketetapan standar yang telah ditentukan akan mempengaruhi beragam aspek termasuk menentukan akuntabilitas dari proses pembelajaran yang dilalui evaluasi pembelajaran. Hasil tes standarisadi digunakan untuk mempertanggung jawabkan proses pembelajaran yang telah dilakukan sebelumnya untuk menghasilkan evaluasi dalam mempengaruhi perencanaan yang akan datang. Sehingga dalam hal ini tes yang digunakan perlu diuji dari berbagai aspek seperti validitas, reliabilitas atau konsisten dan keadilan dalam memberikan tes bagi setiap kemampuan yang dimiliki masing- masing siswa berbeda.
Tes standarisasi juga dapat digunakan untuk membandingkan hasil peserta didik yang satu dengan yang lain, akhirnya akan ditemukan informasi yang berbeda dari masing-masing peserta didik dan akan mempengaruhi pada pengarahan yang diberikan pada setiap peserta
didik dengan kemampuan yang berbeda. Meningkatnya standarisasi yang dimiliki suatu lembaga, maka akan memberikan pengaruh pada akuntabilitas lembaga pendidikan tertentu dalam mencetak generasi penerus bangsa.
Fungsi penting lainnya dari tes prestasi standar adalah untuk memberikan informasi tentang efektivitas sekolah kepada orang tua, anggota dewan sekolah, dan negara bagian dan federal pejabat (Linn & Miller, 2005). Semua 50 negara memiliki penilaian standar tahunan prestasi siswa yang bertujuan untuk menentukan apakah siswa dipromosikan ke kelas, apakah guru dan kepala sekolah menerima imbalan keuangan atau penurunan pangkat, dan apakah sekolah menerima dukungan finansial dari pemerintah negara bagian atau federal. Karena hasil tes ini digunakan untuk menahan para siswa, guru, dan administrator sekolah tanggung jawab atas prestasi dan dapat mengakibatkan konsekuensi serius, mereka biasanya disebut tes berisiko tinggi. Hasil tes standar juga memiliki fungsi evaluasi, seperti membantu mengidentifikasi daerah yang perlu perbaikan atau menilai keberhasilan program pendidikan tertentu (Hopkins, 1998; Schmoker, 1999). Sebagai contoh, sebuah distrik sekolah di Pennsylvania menerapkan metode berbasis penyelidikan baru untuk membantu sekolah menengah siswa belajar ilmu
tahun ini. Oleh karena itu, hasil tes perlu dipertimbangkan dalam hubungannya dengan bentuk-bentuk penilaian kelas. Akhirnya, tes standar dapat memiliki fungsi diagnostik, yang terdiri dari identifikasi kekuatan dan kelemahan siswa dalam bidang konten tertentu (Popham, 2005).
Seorang mahasiswa yang tidak melakukan seperti yang diharapkan mungkin diberikan baterai standar tes untuk menentukan apakah ia / dia memiliki ketidakmampuan belajar atau exceptionality lain. Pada bagian berikutnya, kita meninjau jenis yang paling umum dari tes standar yang digunakan dalam sekolah, termasuk bakat, prestasi, diagnostik, dan tes kesiapan.
McAdam et al. (2003) mendefinisikan akuntabilitas sebagai berikut ‘Accountability is holding people responsible for meeting standards’. Selama ini sistem akuntabilitas pendidikan bekerja di tingkat pemerintah pusat. Sebagaimana terlihat dalam praktik yang terjadi, pemerintah pusat, dalam hal ini Badan Standar Nasional Pendidikan, yang memiliki otoritas dan kewenangan dalam menilai, setidaknya berdasarkan hasil UN, kinerja sekolah.
Padahal, sekolah-sekolah tersebut berada dalam kewenangan pemerintah daerah. Kondisi ini mencerminkan paradoks antara praktik sentralisasi dalam konteks desentralisasi pendidikan.
Paradoks ini terlihat dari kebijakan dimana pemerintah pusat menetapkan standar minimal yang dapat menjadi acuan dasar pencapaian standar oleh pemerintah daerah dan sekolah.
McAdam et al. (2003) berpendapat bahwa setidaknya terdapat tiga keuntungan dari sistem akuntabilitas tingkat daerah, yaitu: 1) memfokuskan pada prioritas lokal; 2) lebih cermat dalam memperbaiki sistem akuntabilitasnya dalam mengukur kinerja sekolah dari berbagai bidang dan dengan berbagai cara; dan 3) menyesuaikan akuntabilitas lokal secara komparatif sebagai dasar peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Hingga saat ini, pengukuran akuntabilitas terpusat masih terbatas pada hasil skor tes, itu pun berlangsung secara bertahap dari tiga mata pelajaran dasar hingga beberapa mata pelajaran tambahan lainnya. Artinya, belum semua mata pelajaran dilakukan pengukuran tingkat kinerja belajar peserta didik.
Padahal banyak aspek dan mata pelajaran lainnya yang perlu juga diukur. Dalam hal ini, kiranya sistem akuntabiiltas tingkat daerah dapat menutup celah tersebut. Sebagai contoh, dinas pendidikan (provinsi atau kabupaten/kota) dapat mengukur mata pelajaran lain yang tidak di UN-kan, menambah pendekatan penilaian dengan menerapkan criterion-referenced test (CRT) dan norm-referenced test (NRT) serta dapat menambahkan kriteria akuntabilitas selain dari aspek skor ujian seperti tingkat kehadiran, tingkat kelulusan, tingkat kenyamanan sekolah, tingkat kepuasan orang tua dan masyarakat serta indikator kinerja sekolah lainnya.
Kesimpulan
Tes standarisasi ialah tes yang memiliki prosedur ujian beragam dan memiliki tolok ukur untuk menentukan capaian pembelajaran dan memungkinkan dilakukannya perbandingan nilai antar peserta didik bahkan tingkat nasional. Tes standarisasi dapat mengelompokkan peserta didik berdasarkan dengan hasil tes yang telah dilakukan dengan informasi yang diperoleh untuk menentukan perencanaan pembelajaran lebih lanjut.
Jenis tes standar yaitu tes bakat merupakan ujian yang digunakan untuk memprediksi kemampuan peserta didik untuk belajar keterampilan atau mencapai sesuatu dengan pendidikan dan pengarahan lebih lanjut dan tes prestasi ialah ujian untuk mengukur apa yang siswa telah pelajari atau keterampilan yang telah peserta didik kuasai setelah proses pembelajaran.