TIM PENYUSUN
PENASEHAT Sandiaga Salahuddin Uno Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Herliani Tanoesoedibjo Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif PENGARAH Nia Niscaya Deputi Bidang Kebijakan Strategis PENANGGUNG JAWAB Ika Kusuma Permana Sari Direktur Manajemen Strategis PENANGGUNG JAWAB TEKNIS Yoseph Payong Masan EDITOR Dian Permanasari, Dwi Wahyuni, Duta Indra Siregar, Anisa Citra Mahardika, Mahardhika Berliandaldo PENULIS NASKAH Yoseph Payong Masan, Dian Permanasari, Dwi Wahyuni, Syahrifan Patadjenu,
Tri Susanto Agus Prihantono, Duta Indra Siregar, Mahardhika Berliandaldo, Andika Julian, Herfien JIH Simorangkir, Anisa Citra Mahardika, Michael Raditya, M. Ekas Suhendar, Lintang Ayu Nugrahaning Tyas DESIGN & LAYOUT Lyon Lasarus PENERBIT Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia Gedung Film Pesona Indonesia Jalan Letjen MT. Haryono Kav. 47, Pancoran, Jakarta 12770 Pos-el: [email protected] Laman: kemenparekraf.go.id.
Jalan Medan Merdeka Barat No. 17 Jakarta Pusat 10110 ISSN Copyright@2023 Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun seperti cetakan, fotokopi, microfilm, VCD, CD-ROM, dan rekaman suara, tanpa izin tertulis dari pemegang hak cipta/Penerbit
ISSN 2986-5018
Volume 1, Tahun 2023
Sandiaga Salahuddin Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
KATA PENGANTAR
Salam Wonderful Indonesia!
Melejitnya peringkat Indonesia pada Travel and Tourism Development Index (TTDI) 2021 atau yang sebelumnya dikenal dengtan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) menjadi sebuah angin segar pada sektor pariwisata Indonesia di tengah masa pemulihan pasca pandemi Covid-19 dan pemberlakuan new normal. Indonesia, sebagaimana disebutkan dalam laporan yang dirilis oleh World Economic Forum mengalami kenaikan 12 peringkat menjadi peringkat ke-32 dari total 117 negara.
Meskipun demikian, Indonesia masih terus berbenah pada lima pilar dengan nilai yang masih harus ditingkatkan, yakni Tourist Service Infrastructure, Health and Hygiene, Socioeconomic Resilience and Condition, Environmental Sustainability, dan ICT Readiness. Pembenahan ini bukan mustahil untuk dilakukan jika diorkestrasi secara masif dan beriringan, dimulai dari lingkup terkecil di sektor ini.
Berangkat dari kerangka pikir bahwa perubahan kecil seyogyanya dimulai dalam lingkup mikro sehingga dapat memberikan dampak yang signifikan, Kemenparekraf/
Baparekraf menginisiasi sebuah program kerja yang diberi nama Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN). Program ini merupakan salah satu transformasi pariwisata yang dibentuk untuk meningkatkan kualitas ekosistem kepariwisataan daerah dalam rangka peningkatan peringkat Indonesia pada Travel and Tourism Development Index (TTDI).
Melalui IPKN, pemerintah daerah dapat melihat kinerja kepariwisataan di daerahnya sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan penyusunan kebijakan di periode mendatang. Selain itu, IPKN diharapkan dapat menimbulkan kesadaran nasional akan pentingnya pembangunan ekosistem kepariwisataan. Akhir kata, dengan adanya buku hasil Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional ini, saya berharap seluruh jajaran pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dapat memberikan komitmen yang kuat, melakukan inovasi, dan berkolabor-aksi dalam mengembangkan potensi ekosistem kepariwisataan di daerahnya masing-masing.
Jakarta, 2023
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Sandiaga Salahuddin Uno
Nia Niscaya
Deputi Bidang Kebijakan Strategis
KATA PENGANTAR
Salam Wonderful Indonesia!
Pandemi Covid-19 yang menghantam dunia sejak tahun 2020, memberikan banyak perubahan di tatanan kehidupan termasuk di sektor pariwisata. Perubahan ini juga turut berimbas pada sistematika dan metodologi pengukuran indeks kepariwisataan yang diterbitkan setiap dua tahun oleh World Economic Forum (WEF).
Transformasi ini turut mendorong Kemenparekraf/Baparekraf untuk berinovasi dalam meramu strategi peningkatan peringkat Indonesia pada Travel and Tourism Development Index (TTDI). Gayung bersambut, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengejawantahkan sebuah gagasan indeks pembangunan kepariwisataan di tingkat nasional untuk mendorong kenaikan peringkat Indonesia pada TTDI sebagaimana diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020-2024.
Kemenparekraf/Baparekraf melalui Deputi Bidang Kebijakan Strategis telah melakukan serangkaian koordinasi lintas sektor dan kolaborasi dengan para pemangku kepentingan terkait pelaksanaan Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN). Indeks ini dikembangkan dengan menurunkan konsep Travel and Tourism Development Index (TTDI) yang disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Kerangka kerja IPKN terdiri dari 5 (lima) subindeks, 16 (enam belas) pilar, dan 61 (enam puluh satu) indikator sebagai tolok ukur pembangunan kepariwisataan yang tangguh dan berkelanjutan.
Kemenparekraf/Baparekraf memahami bahwasanya pelaksanaan Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional ini bukanlah hal yang sederhana. Diperlukan komitmen bersama dan kolaborasi dengan berbagai pihak untuk membangun ekosistem kepariwisataan di daerah. Buku ini membantu pemerintah daerah untuk dapat memahami pentingnya pembangunan ekosistem kepariwisataan di daerah, sehingga dapat memberikan pemahaman terkait peluang dan tantangan serta solusi yang perlu dirumuskan di wilayahnya masing-masing. Semoga Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional ini memberikan dampak yang signifikan dan berkelanjutan untuk pembangunan ekosistem kepariwisataan di Indonesia.
Jakarta, 2023 Deputi Bidang Kebijakan Strategis
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/
Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Nia Niscaya
DAFTAR ISI
Judul
Kata Pengantar Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kata Pengantar Deputi Bidang Kebijakan Strategis Daftar Isi
Daftar Gambar Daftar Tabel Daftar Grafik BAB 1
Tentang Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN) BAB 2
Metodologi Penghitungan BAB 3
Hasil Penghitungan BAB 4
Penutup LAMPIRAN
1 4 6 8 9 10 11 12 18 34 116 120
ISSN 2986-5018 Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Volume 1, Tahun 2023
DAFTAR GAMBAR
Tahapan Metode Penghitungan IPKN 2022
Kerangka Kerja Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional diadopsi dari TTDI 2021
Formula Penghitungan IPKN
Pemeringkatan 5 Provinsi terbaik untuk setiap Subindeks
20 21
22 40 Gambar 1
Gambar 2
Gambar 3 Gambar 4
DAFTAR TABEL
Indikator IPKN
Daftar Indikator yang dinormalisasi
14 Provinsi yang memiliki Rata-rata Skor Akhir di atas Rata-rata Nasional
Daftar 5 Provinsi Terbaik Berdasarkan Subindeks dengan Rincian Indikator Unggulan dan Indikator yang perlu Ditingkatkan
23 29 38
41 Tabel 1
Tabel 2 Tabel 3
Tabel 4
DAFTAR GRAFIK
Peringkat IPKN seluruh Provinsi di Indonesia 37 Grafik 1
TENTANG INDEKS PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL (IPKN)
1
https://unsplash.com/@iswanto
Pariwisata merupakan salah satu industri yang dinamis dan tercepat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi global. Sektor tersebut akan mengalami perubahan pasca Covid-19, yang menuju pemulihan industri pariwisata agar tangguh dan berkelanjutan. Dalam konteks global, akselerasi pemulihan sektor pariwisata menjadi tajuk utama dalam memastikan keberlanjutan jangka panjang. Hal tersebut mampu menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di setiap negara.
Pada tahun 2019, World Tourism & Travel Council (WTTC) mencatat bahwa Travel &
Tourism berkontribusi pada terciptanya pekerjaan baru di dunia. Sebesar 10,3 persen dari total pekerjaan diseluruh dunia tercipta di sektor kepariwisataan.
Lebih lanjut, sektor ini turut menyumbang 10,3 persen terhadap PDB global (USD 9,6 triliun). Meski demikian, tidak dapat dimungkiri pandemi Covid-19 pada tahun 2020 memberikan pengaruh yang signifikan terhadap penurunan sektor ini secara global. Kerugian yang dialami sekitar USD 4,9 triliun.
Namun seiring dengan meredanya pandemi Covid-19, aktivitas pariwisata kembali menggeliat. Menurut data global yang dipublikasikan oleh Statista, kontribusi Travel & Tourism terhadap PDB meningkat sebesar USD 1 triliun atau 21,7 persen pada tahun 2021 yang mencapai USD 5,8 triliun. Selain itu, sektor ini mengalami pemulihan sejumlah 18,2 juta pekerjaan, meningkat 6,7 persen. Travel & Tourism memungkinkan pembangunan sosial- ekonomi, penciptaan lapangan kerja, dan pengurangan kemiskinan. Hal ini pada akhirnya mendorong kesejahteraan, dampak sosial positif yang signifikan, memberikan peluang bagi perempuan, kaum minoritas, dan kaum muda. Travel
& Tourism memberikan dampak langsung dan tidak langsung secara luas. ke seluruh ekosistem kepariwisataan serta rantai pasok sektor lain.
Travel & Tourism yang melingkupi lintas sektor memiliki pengukuran secara berkala yang dikenal dengan Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI), yang kini bertransformasi menjadi Travel Perkembangan Pariwisata Global
and Tourism Development Index (TTDI).
Indeks tersebut terdiri dari 5 subindeks, 17 pilar dan 112 indikator. Transformasi TTCI menjadi TTDI dilakukan oleh World Economic Forum (WEF) pada tahun 2022 dengan mengusung tema Rebuilding for Sustainable and Resilient Future.
Perubahan ini direfleksikan dengan bertambahnya cakupan indeks konsep pembangunan kepariwisataan termasuk memperluas peran keberlanjutan dan resiliensi pada pertumbuhan kepariwisataan.
Jika dilihat secara rinci, TTCI menitikberatkan pada aspek daya saing kepariwisataan. Sedangkan, TTDI fokus pada jangkauan ekonomi yang lebih luas, pembangunan sosial, dan pemetaan kebutuhan kerja sama antar pemangku kepentingan di sektor kepariwisataan.
Lebih jauh, indeks tersebut masuk pada tataran pembangunan strategis yang terpadu dengan tujuan untuk melakukan mitigasi dampak pandemi, memperkuat pemulihan, serta mengelola tantangan dan risiko di masa depan.
Untuk mencapai target tersebut, diperlukan upaya pembangunan kepariwisataan yang berkualitas dan berkelanjutan di tingkat nasional sehingga dapat mendorong peningkatan peringkat Indonesia di tingkat internasional. Pada tahun 2021, capaian TTDI Indonesia berada di peringkat ke- 32 dari 117 negara. Capaian tersebut naik 12 peringkat dari posisi tahun 2019.
Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah melakukan koordinasi lintas sektor untuk mempertahankan dan meningkatkan posisi Indonesia dalam TTDI. Pemerintah berkomitmen terhadap pembangunan kepariwisataan dengan menetapkan target peringkat pada rentang 29 – 34 yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020 – 2024.
Salah satu upaya untuk mencapai target TTDI, pemerintah Indonesia melalui Kemenparekraf/Baparekraf menyusun suatu formula pengukuran kinerja kepariwisataan. Formula tersebut mengadopsi TTDI 2021 yang dituangkan menjadi Indeks Pembangunan
Hal utama dalam pembangunan pariwisata nasional yang harus selalu dikedepankan yakni kolaborasi lintas sektor. Kolaborasi akan berkontribusi mendorong sektor pariwisata sebagai sektor unggulan dalam perekonomian Indonesia. Seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus membantu penguatan pariwisata Indonesia dalam tujuan jangka pendek dan panjang. Percepatan pembangunan pariwisata serta sektor pendukung lainnya akan berpengaruh signifikan pada keberlanjutan pembangunan kepariwisataan Indonesia yang memiliki dampak secara langsung terhadap masyarakat.
Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN) merupakan sebuah platform yang dikembangkan untuk mengukur pembangunan kepariwisataan di Indonesia. Platform ini pertama kali dicetuskan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Salahuddin Uno, di tahun 2022. IPKN digunakan sebagai alat untuk mengukur pembangunan kepariwisataan di Tanah Air dengan tetap menggunakan rujukan standar pembangunan kepariwisataan di tingkat global. IPKN menjadi indikator kinerja pemerintah yang dapat menunjukkan performa pembangunan kepariwisataan Indonesia.
kondisi di Indonesia melalui beberapa indikator yang berasal dari data sekunder. Kerangka kerja IPKN terdiri dari 5 subindeks, 16 pilar, dan 61 indikator sebagai tolak ukur pembangunan kepariwisataan yang inklusif dan berkelanjutan. Terdapat satu pilar dalam subindeks Travel and Tourism Policy and Enabling Condition yakni International Openness tidak dapat diturunkan ke tingkat Pemerintah Daerah Provinsi.
Kerangka kerja IPKN menjadi dasar penilaian atas data-data yang terdapat pada setiap daerah. Hal terpenting atas kerangka kerja tersebut adalah bagaimana cara meningkatkan pembangunan kepariwisataan. Selain capaian data yang dimiliki, diperlukan perencanaan strategis yang mendorong kemajuan pembangunan kepariwisataan disertai komitmen pemerintah daerah.
Diharapkan, melalui IPKN dapat membentuk sinergi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.
Komitmen pemerintah daerah menjadi sangat penting agar pembangunan kepariwisataan di daerah dapat berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil IPKN, terdapat indikator unggulan dan indikator yang perlu ditingkatkan.
Informasi ini akan mendorong perbaikan dalam pembangunan ekosistem kepariwisataan mendatang. Dengan demikian IPKN memiliki peran yang Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional
Kepariwisataan Nasional (IPKN) sesuai dengan Keputusan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/ Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nomor SK/64/KS.01.7/MK/2022 tentang Pedoman Penyelenggaraan Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional.
Adanya indeks ini diharapkan menjadi salah satu acuan mempertahankan dan meningkatkan pembangunan kepariwisataan.
https://unsplash.com/@fikry_anshor
METODOLOGI PENGHITUNGAN 2
IPKN merupakan strategi pemerintah dalam menilai pertumbuhan dan perkembangan destinasi pariwisata dengan mengacu pada TTDI yang dikeluarkan oleh WEF. Pendekatan framework dan metode penghitungan diperbarui dengan menyesuaikan kondisi dan perkembangan kepariwisataan Indonesia, serta ketersediaan data.
IPKN 2022 merupakan hasil indeks kepariwisataan yang pertama kali dikeluarkan oleh Kemenparekraf/
Baparekraf yang Indikator pembentuknya merupakan adaptasi atas TTDI 2021, dengan menyesuaikan dengan konteks
Indonesia dan ketersediaan data di tingkat provinsi. Indikator yang digunakan untuk IPKN 2022 merupakan indikator berbasis data sekunder, dengan sumber data berasal dari Kementerian/
Lembaga, Pemerintah Provinsi dan juga lembaga non pemerintah yang memiliki data yang dapat digunakan secara publik. Pengolahan data secara umum menggunakan skoring atau pemeringkatan berdasarkan agregasi dari skor yang didapatkan oleh masing- masing indikator. Skor setiap indikator akan dinormalisasi dengan skala yang ditetapkan dalam Petunjuk Teknis IPKN.
Gambar 1. Tahapan Metode Penghitungan IPKN 2022
Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional terdiri dari 16 Pilar yang terbagi ke dalam lima Subindeks, antara lain:
• Enabling Environment (lima pilar):
Lingkungan bisnis, keselamatan dan keamanan, kesehatan dan higienitas, sumber daya manusia dan pasar tenaga kerja, kesiapan sistem informasi, komunikasi dan teknologi.
• T&T Policy and Enabling Conditions (dua pilar): Prioritas pembangunan kepariwisataan, daya saing harga.
• Infrastructure (tiga pilar):
Infrastruktur transportasi udara, infrastruktur darat dan pelabuhan, infrastruktur layanan pariwisata.
• Travel and Tourism Demand Drivers (tiga pilar): Sumber daya alam, sumber daya budaya, sumber daya non-rekreatif.
• Travel and Tourism Sustainability (tiga pilar): Keberlanjutan lingkungan, ketahanan dan kondisi sosioekonomi, dampak dan tekanan permintaan kepariwisataan.
1. Komposisi dan Kalkulasi
Gambar 2. Kerangka Kerja Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional diadopsi dari TTDI 2021
Pada IPKN 2022 terdapat 61 data sekunder. Data sekunder bersumber dari K/L terkait dan/atau publikasi statistik tentang kondisi indikator untuk setiap provinsi baik yang bersumber dari K/L, mitra, dan lainnya yang berkaitan dengan indikator IPKN.
Data tersebut memiliki rentang angka yang berbeda - beda sehingga pada penghitungan IPKN data tersebut dinormalisasi dengan rentang 1 (terendah) hingga 7 (terbaik) agar
mudah untuk dibandingkan, Selain itu, normalisasi tersebut dilakukan agar menyelaraskan data sekunder dengan data primer yang akan digunakan di IPKN tahun - tahun berikutnya. Indikator yang bersifat negatif (semakin tinggi nilai menunjukkan hal yang negatif) maka dalam hal ini akan menggunakan rumus normalisasi yang berbeda sehingga interpretasi skor 1 - 7 akan tetap sama (1
= terendah dan 7 = terbaik).
Gambar 3. Formula Penghitungan IPKN
Formula yang digunakan untuk menormalisasi setiap data indikator ke dalam skala 1 hingga 7, yaitu:
• Jika semakin besar nilai indikator menunjukkan hal yang positif maka menggunakan rumus:
• Jika semakin besar nilai indikator menunjukkan hal yang negatif maka menggunakan rumus:
Setelah mendapatkan nilai indikator yang telah dikonversi menjadi skala 1 hingga 7, nilai setiap pilar dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
Setelah mendapatkan nilai setiap indikator, nilai IPKN dapat diperoleh dengan menggunakan rumus perhitungan:
• Skor IPKN didapatkan dari penghitungan rata - rata (rata - rata aritmatik) keseluruhan komponen pilar.
Pada IPKN 2022 indikator yang digunakan menyesuaikan dengan indikator TTDI 2021. Terdapat dua pendekatan dalam penyusunan indikator IPKN 2022, yaitu:
1. Indikator Turunan
Indikator turunan merupakan indikator yang penamaannya dan data yang digunakan sama dengan TTDI 2021 dengan penyesuaian kondisi dan ketersediaan data di tingkat Provinsi.
2. Indikator Adaptasi
Terdapat beberapa indikator dalam TTDI 2021 yang tidak dapat diturunkan/digunakan dalam data provinsi, sehingga dilakukan penyesuaian dan atau perubahan yang mendekati pada substansi yang terkandung dalam indikator TTDI 2021 yang dirujuk.
2. Pendekatan Penyusunan Indikator IPKN
IPKN 2022 terdiri dari 61 indikator yang merupakan turunan dari 5 Subindeks
masing-masing indikator sebagaimana ditampilkan pada tabel berikut.
3. Daftar Indikator IPKN 2022 dan Sumber Data
Tabel 1. Indikator IPKN
https://unsplash.com/@rubenhutabarat
Untuk mendapatkan data yang memiliki nilai yang berbeda, IPKN 2022 membuat normalisasi data sebagai rujukan
ambang batas dari nilai indikator yang didapatkan oleh tiap Provinsi.
4. Normalisasi Indikator
Tabel 2. Daftar Indikator yang di Normalisasi
https://unsplash.com/@farhanabas
https://unsplash.com/@killianpham https://unsplash.com/@acuriousape
HASIL PENGHITUNGAN 3
h t t p s : // a s s e t . ko m p a s . c o m /c r o p s /yVg z Q B r o 6 t _ R 1 Y- J Zo C Z H a q d c 0 u 0 = / 1 x 0 : 8 0 0 x 5 3 3 / 7 5 0 x 5 0 0/d a t a /p h o- to/2022/09/07/63184cf52b416.jpg
Pembangunan kepariwisataan Indonesia tidak hanya menjadi tugas dan wewenang dari Pemerintah Pusat, melainkan kerja bersama dengan Pemerintah Daerah dalam menumbuhkembangkan industri pariwisata nasional. Dalam mencapai tujuan tersebut, koordinasi antar Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan untuk mendorong peningkatan peringkat TTDI Indonesia secara global.
Salah satu kerangka kerja yang telah dikembangkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN). Konsep IPKN tersebut menggunakan framework, metodologi, dan indikator yang diturunkan dari TTDI yang telah melalui proses penyesuaian.
IPKN 2022 menggunakan 5 Subindeks, 16 pilar, dan 61 indikator sebagai turunan dari Indikator yang terdapat pada TTDI 2021. Berdasarkan hasil pengukuran IPKN
2022, terdapat 5 Provinsi terbaik yaitu Bali, Yogyakarta, Jakarta, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan. Selain itu, jika dibandingkan dengan rata-rata nasional, terdapat 9 Provinsi lainnya yang berada di atas nilai rata-rata nasional, yaitu Jawa Timur, Jawa Barat, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Kalimantan Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Utara, Aceh, dan Sumatera Utara. Rata-rata nasional diambil dari nilai rata-rata 34 Provinsi.
Melihat kondisi tersebut, capaian pembangunan kepariwisataan masih didominasi wilayah barat dan tengah Indonesia. Sementara, wilayah timur masih membutuhkan akselerasi dan integrasi dalam pembangunan kepariwisataan yang berkelanjutan.
Lebih lanjut, hasil capaian dari 14 Provinsi terbaik di atas dijelaskan secara rinci pada tabel di bawah ini.
Capaian Indeks Nasional
https://unsplash.com/@a12ief
Grafik 1. Peringkat IPKN Seluruh Provinsi di Indonesia
Tabel 3. 14 Provinsi yang memiliki Rata-rata Skor Akhir di atas Rata-rata Skor Nasional
Berdasarkan tabel diatas, Provinsi DKI Jakarta memiliki 15 indikator yang meraih nilai indeks maksimal (7), dengan Kesiapan Teknologi, Informasi, dan Komunikasi berada pada Pilar tertinggi.
Meskipun Bali berada pada peringkat nomor 1 dalam capaian IPKN, akan tetapi dari hasil pengukuran hanya memiliki 11
indikator dengan nilai indeks maksimal, serta Pilar tertingginya berada pada pilar Keselamatan dan Keamanan. Urutan ketiga yang memiliki indikator dengan nilai indeks maksimal adalah Provinsi DI.
Yogyakarta dan pilar tertingginya yaitu Lingkungan bisnis yang meraih nilai indeks maksimal (7).
Gambar 4. Pemeringkatan 5 (lima) Provinsi Terbaik untuk Setiap Subindeks
Selain dari capaian nilai indeks, IPKN 2022 menampilkan skor Subindeks untuk 5 Provinsi terbaik seperti pada gambar di atas. Subindeks tersebut antara lain Enabling Environment, Travel & Tourism Policy and Enabling Condition, Infrastructure, Travel &
Tourism Demand Drivers, dan Travel
& Tourism Sustainability. Sebagai contoh provinsi Bali mendapatkan skor Subindeks sebesar 5,71 (peringkat pertama) untuk Enabling Environment.
Hal ini berarti Provinsi Bali memiliki
iklim yang mendukung ekosistem pariwisata. Contoh lainnya seperti Provinsi DKI Jakarta mendapat skor Subindeks 3,81 (peringkat kelima) untuk Infrastructure. Harapannya, provinsi- provinsi yang sudah mencapai skor Subindeks peringkat lima teratas dapat mempertahankan keunggulannya pada masing - masing aspek. Selanjutnya, secara detail penjelasan terkait kelima provinsi terbaik dari masing-masing Subindeks dapat dijelaskan sebagai berikut sesuai dengan tabel dibawah ini.
Tabel 4. Daftar 5 Provinsi Terbaik Berdasarkan Subindeks dengan Rincian Indikator Unggulan dan
Indikator yang Perlu ditingkatkan
Setiap daerah memiliki keunggulan atas pembangunan kepariwisataan nasional, sehingga kedepannya pariwisata Indonesia akan terus tumbuh dan berkembang serta mampu bersaing secara global. Penjelasan lainnya
mengenai capaian dan tantangan yang dihadapi kedepan dari masing- masing provinsi digambarkan secara komprehensif pada pembahasan selanjutnya.
https://unsplash.com/@atik1616
PENUTUP 4
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Menenun.jpg
Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN) yang digagas oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif bertujuan untuk mengukur pembangunan kepariwisataan secara nasional dengan tetap merujuk pada standar pengukuran internasional.
Hal ini menjadi perhatian karena pemerintah Indonesia ingin menjadikan pariwisata sebagai sektor unggulan yang dapat tumbuh dan berkembang pada kondisi saat ini. Keberagaman yang dimiliki oleh setiap provinsi merupakan daya saing tersendiri bagi pariwisata Indonesia. IPKN, dalam hal ini bisa menjadi alat ukur yang dapat membantu mengidentifikasi potensi ini. Lebih lanjut, pembangunan pariwisata di daerah menjadi terarah dan tepat sasaran. Diharapkan melalui penyelenggaraan IPKN
Pariwisata terhadap pembangunan Indonesia yang semakin signifikan, inklunsif, tangguh, dan berkelanjutan serta dapat mendukung peningkatan peringkat Indonesia dalam Travel and Tourism Development Index (TTDI).
Capaian atas pengukuran IPKN sebagaimana dalam buku ini, ditujukan untuk membangun komitmen bersama dan kolaborasi antar pemangku kepentingan dalam membangun ekosistem kepariwisataan secara regional maupun nasional. Berbagai keunggulan dan kelemahan yang terdapat dalam hasil pengukuran ini menjadi catatan bersama dalam membangun kepariwisataan nasional di masa mendatang.
Peran Pemerintah Daerah diwujudkan
https://unsplash.com/@tales_of_light
pembangunan kepariwisataan di daerah yang bersifat multisektor dengan mempertimbangkan aspek aspek pengelolaan dan pengembangan destinasi wisata, keamanan, kebersihan dan Kesehatan, infrastruktur dan layanan pariwisata, keberlanjutan lingkungan serta Pendidikan (non-leisure). Hal ini perlu didukung dengan aktualisasi penyiapan data kepariwisataan secara berkala dengan pemangku kepentingan lainnya seperti Dinas yang melaksanakan urusan pemerintah daerah di bidang pariwisata, Badan Pusat Statistik (BPS) di daerah, Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait, dan akademisi. Selain itu, Pemerintah Daerah dapat secara aktif
menyampaikan publikasi promosi wisata dan kelender event baik melalui media pemerintah daerah (owned media) maupun melalui kemitraan berbayar (paid media)
Selanjutnya peran Pemerintah Daerah atas hasil pengukuran IPKN ini sangatlah dibutuhkan kedepannya, agar mampu menjadi lokomotif pembangunan ekosistem kepariwisataan di daerah serta menjadi pendorong kebangkitan pariwisata Indonesia.
LAMPIRAN
Untuk informasi lebih lanjut terkait Indeks Pembangunan Kepariwisataan Nasional (IPKN)
dapat diakses melalui laman situs
https://prakarsa.kemenparekraf.go.id/
atau scan QR Barcode berikut