• Tidak ada hasil yang ditemukan

The purpose of this study is to reveal the level of self-control of learners seen from: (1) controlling behavior, (2) Level of cognitive control, (3) making decisions

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "The purpose of this study is to reveal the level of self-control of learners seen from: (1) controlling behavior, (2) Level of cognitive control, (3) making decisions"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Ayu Permata Sari1, Alfaiz2, Citra Imelda Usman2.

1Mahasiswa Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

2Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat [email protected]

ABSTRACT

This study is motivated by the students who have not been able to control himself so as to cause such deviant behavior, there is still a fight between teenagers. The purpose of this study is to reveal the level of self-control of learners seen from: (1) controlling behavior, (2) Level of cognitive control, (3) making decisions. This type of research is a quantitative descriptive study that attempts to describe a situation as it is. Sampling in this study using proportional random sampling technique. The results of the study revealed the level of self-control of controlled categorical learners seen from: (1) The level of self-control learners seen from controlling behavior is in the controlled category, (2) Level of self-control learners seen from cognitive controls are in the controlled category, (3) Level of self-control learners seen from taking decisions are in the controlled category.

Based on this research is recommended to BK teacher to be able to give guidance to learners so that learners more to improve their self control both in teaching process and also in making decision.

Keywords: Level control behavior, cognitive control, decision making.

PENDAHULUAN

Istilah pubertas maupun adolescensia sering dimaknai dengan masa remaja, yakni masa perkembangan sifat tergantung (dependence) terhadap orang tua kearah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Sarwono (2010: 2) mengemukakan bahwa sering kali dengan mudahnya seorang mendefinisikan remaja sebagai

periode transisi antara masa anak- anak kemasa dewasa, atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukkan tingkah laku tertentu seperti susah diatur, mudah terangsang perasaannya dan sebagainya. Tetapi mendefinisikan remaja ternyata tidak semudah itu.

Tiga kasus tersebut merupakan contoh yang sangat nyata. Menurut Prayitno (2006: 6) menjelaskan bahwa:

1

(2)

Remaja dapat dijelaskan dengan dua cara, yaitu dengan menjelaskan definisinya dan periode umurnya.

Dari segi definisinya, remaja dapat dikatakan sebagai individu yang telah mengalami masa baliq atau telah berfungsinya hormon reproduksi sehingga wanita mengalami menstruasi dan pria mimpi basah.

Dari segi umur, para pakar psikologi sepekat bahwa yang dimaksud dengan remaja adalah seorang individu yang berada pada rentangan umur antara 13 sampai dengan 21 tahun.

Dari penjelasan diatas dapat diartikan bahwa peserta didik yang duduk dibangku SMA dapat dikatakan sudah remaja, sebagai anak yang masih dalam tahap tumbuh kembang, peserta didik membutuhkan sarana pendidikan yang bisa

memfasilitasi tahap

perkembangannya. Menurut Desmita (2009: 40) peserta didik adalah individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas sehingga ia merupakan insan yang unik. Potensi yang khas yang dimiliki ini dikembangkan dan diaktualisasikan sehingga mampu berkembang secara optimal. Dalam perspektif modern

peserta didik berstatus sebagai subjek didik oleh karenanya, peserta didik adalah subjek atau pribadi yang otonom yang ingin diakui keberadaannya. Di sekolah, peserta didik menjadi seseorang yang sangat mempedulikan dirinya sendiri sehingga tidak menyukai hal-hal yang mengganggu dirinya.

Peserta didik dalam menghadapi masa transisi ini sering kehilangan kontrol diri, oleh karena itu salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan peserta didik adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompoknya lalu menyesuaikan tingkah lakunya dengan harapan sosial tanpa bimbingan, pengawasan, motivasi, dan ancaman sebagaimana sewaktu kecil.

Seiring dengan tugas perkembangan peserta didik, Oktariani (Mukhtar, 2016: 2) mengemukakan, beberapa penelitian membuktikan individu yang memiliki orientasi letak kendali internal (kendali diri) lebih berhasil mengarahkan perhatiannya, lebih selektif terhadap stimulus dan lebih sensitif terhadap tugas. Individu yang memiliki kecenderungan internal (kendali diri) memiliki level aspirasi

(3)

yang lebih tinggi, lebih terlibat dengan lingkungan tempat mereka berada, mandiri, mampu menahan perasaan dan keinginan sesaat demi tujuan jangka panjang, bertanggung jawab, berdaya juang tinggi, dan tekun. Maka dapat dikatakan bahwa jika seseorang tidak dapat mengontrol dirinya dengan baik maka ia akan gagal untuk menguasai tugas perkembangannya.

Suryabrata (2012: 247) sepanjang sejarah keinginan manusia untuk mengetahui sebab-sebab tingkah lakunya dan semenjak psikologi menjadi pengetahuan yang otonom, masalah aspek kejiwaan yang mengatur, membimbing dan mengontrol tingkah laku manusia selalu timbul dan menjadi persoalan.

Averil (Ghufron dan Risnawita, 2012:

29-31) menyebut kontrol diri dengan sebutan kontrol personal, yaitu :

1. Kontrol perilaku merupakan kesiapan tersedianya suatu respons yang dapat secara langsung mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan.

2. Kontrol kognitif merupakan kemampuan individu dalam

mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterpretasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan.

3. Mengontrol keputusan merupakan kemampuan seseorang untuk memilih hasil atau suatu tindakan berdasarkan pada sesuatu yang diyakini atau disetujuinya.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman selama melaksanakan Praktik Pengalaman Lapangan Kependidikan selama kurang lebih 6 bulan, mulai dari tanggal 28 Juli sampai dengan 17 Desember 2016. Dari hasil observasi terlihat bahwa adanya peserta didik yang masih kurang dalam mengontrol perilakunya serta dalam mengambil keputusan seperti masih adanya perkelahian antara remaja, membaca atau melihat gambar porno, berbicara kasar kepada teman, membantah perkataan guru, keluar masuk saat jam pelajaran berlansung.

(4)

Berdasarkan hasil wawancara tanggal 22 November 2016, diperoleh informasi dari salah seorang guru di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman, adapun bentuk kurangnya kontrol diri, terutama dari segi kedisiplinan terhadap peraturan sekolah. Contohnya tindakan peserta didik yang kurang mampu mengontrol diri adalah membawa dan menggunakan handphone di dalam kelas meskipun sudah ada larangan, peserta didik yang keluar masuk saat pelajaran berlangsung untuk pergi ke kantin, adanya guru yang kurang peduli terhadap peserta didik yang keluar masuk seperti hanya membiarkannya tanpa ada teguran sehingga peserta didik leluasa keluar masuk kelas.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Tingkat Self Control Peserta Didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman”. Guru bimbingan dan konseling berperan penting mengetahui keadaan pengendalian diri peserta didik dan memerlukan solusi untuk meningkatkan pengendalian diri peserta didik yang masih rendah.

Terkait dengan permasalahan tersebut, maka peserta didik sangat membutuhkan bantuan instrumental dari lingkungan sekitar terutama guru bimbingan dan konseling. Sebagai seorang profesional yang mengetahui kesehatan mental di sekolah, guru bimbingan dan konseling atau konselor sekolah dituntut untuk membantu semua peserta didik mencapai sukses dalam hal perkembangan emosional.

Upaya peningkatan self-control peserta didik tidak bisa dilakukan tanpa perencanaan yang matang, untuk itu peran bimbingan dan konseling sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No 111 Tahun 2014 Pasal 1 : Bimbingan dan konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya.

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah untuk mendeskripsikan:

(5)

1. Tingkat self control peserta didik dilihat dari mengontrol perilaku.

2. Tingkat self control peserta didik dilihat dari kontrol kognitif.

3. Tingkat self control peserta didik dilihat dari mengambil keputusan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian deskriptif kuantitatif (descriptive quantitatif research). Lehman (Yusuf, 2007: 83) menyatakan bahwa, penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskriptifkan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan fenomena secara detail. Sedangkan Riduwan (2010: 61) menjelaskan bahwa: Penelitian yang dilakukan untuk memberikan uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih berdasakan indikator-indikator dari variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan guna untuk eksplorasi dan klasifikasi dengan mendeskripsikan sejumlah

variabel yang berkenaan dengan masalah variabel yang diteliti.

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2017. Adapun lokasi untuk melaksanakan penelitian adalah SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman. Alasan peneliti memilih sekolah ini karena peneliti menemukan fenomena-fenomena yang berkaitan dengan penelitian yang akan direncanakan oleh peneliti.

Menurut Nawawi (Taniredja dan Hidayati, 2012: 33), populasi adalah keseluruhan subyek yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, tumbuhan, gejala-gejala yang terjadi sebagai sumber. Arikunto (Taniredja dan Hidayati, 2012: 33) juga menyebutkan bahwa populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Dalam penelitian ini, yang akan menjadi subjek penelitian adalah seluruh peserta didik kelas XI di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman sebanyak 220 orang peserta didik.

Menurut Sugiyono (2011:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik pengambilan sampel yang digunakan oleh peneliti adalah Proportional Random Sampling.

(6)

Menurut Yusuf (2007: 201) Proportional Random Sampling adalah pengambilan sampel dimana jumlah sampel pada masing-masing strata sebanding dengan jumlah anggota populasi pada masing-masing stratum populasi, dengan jumlah sampel 142 orang peserta didik.

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis data interval, dimana data yang akan diintervalkan adalah data tentang tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman. Menurut Yusuf (2005: 133) variabel interval adalah antara kategori dalam variabel ini selisih atau jumlahnya dan satuan ukuran mempunyai unit yang sama.

Pada penelitian yang dijadikan interval adalah tentang bentuk tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman.

Menurut Arikunto (2010: 172) yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek darimana data diperoleh. Data ini bersumber dari data primer. Menurut Bungin (2011: 122) data primer adalah data langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.

Adapun sumber data yang

dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari peserta didik kelas XI di SMAN1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman.

Instrumen yang digunakan untuk penelitian ini berupa angket. Menurut Hadjar (Taniredja dan Hidayati, 2012:

44), angket adalah suatu daftar pertanyaan atau pernyataan secara tertulis tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek (respon), baik secara individu atau kelompok untuk mendapatkan informasi tertentu (preferensi, keyakinan, minat dan perilaku). Jadi angket adalah seperangkat peryataan yang harus dijawab oleh responden secara tertulis yang digunakan untuk memperoleh berbagai keterangan yang langsung dari responden.

Penelitian ini menggunakan angket berdasarkan skala likert untuk mengungkapakan tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman. Model ini merupakan metode pelaksanaan pernyataan/pertanyaan yang dipisahkan menjadi pernyataan/pertanyaan favourable dan pernyataan/pertanyaan unfavourable. Favourable adalah pernyataan/pertanyaan yang kalimatnya

(7)

bersikap mendukung objek. Sedangkan

unfavourable adalah

pernyataan/pertanyaan yang bersisi hal- hal negatif mengenai objek. Yaitu bersifat mendukung ataupun tidak mendukung terhadap objek yang hendak diungkap. Cara penilaian menggunakan lima kategori jawaban yaitu sebagai berikut:

Tabel 1. Alternatif Jawaban Angket

Alternatif Jawaban

Favourable Unfavourable

Selalu (SL) 5 1

Sering (SR)

4 2

Kadang (KD)

3 3

Jarang (JR) 2 4

Tidak Pernah

(TP)

1 5

Teknik analisis data merupakan subuah cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan dari data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami oleh peneliti dan pihak lain yang ingin mengetahui hasil penelitian.

Data yang telah dikumpulkan dari peserta didik yang menjadi subjek penelitian kemudian diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Memeriksa kelengkapan dan kesesuaian isi angket oleh peneliti.

2. Membuat tabel pengolahan data berdasarkan angket penelitian.

3. Mencari dan menghitung jumlah skor serta memasukkan kedalam tabel pengolahan.

4. Menghitung total jawaban dari masing-masing responden.

Menurut Sudjana (2005: 47), setelah data diolah maka dicari interval skor dengan menggunakan rumus kriterium sturgess, sebagai berikut:

Interval Skor = Rentang Alternatif Jawaban 5. Setelah semua data dari responden

terkumpul, maka data yang terkumpul akan dianalisa untuk melihat bagaimana tingkat kontrol diri peserta didik dalam perilaku.

Data tersebut dianalisis dengan menggunakan persentase Sudijono (2010: 43) sebagai berikut:

P = × 100

6. Tingkat capaian responden

Menghitung nilai tingkat capaian responden (TCR) masing- masing kategori dari data deskriptif variabel. Rumus yang

(8)

digunakan menurut Riduwan 2006 ( Hanum, 2016: 81):

TCR= × 100

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis hasil penelitian ditunjukkan untuk mengetahui tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman yang akan digambarkan sesuai dengan batasan dan rumusan masalah dalam penelitian ini. Variabel dalam penelitian ini adalah self control peserta didik.

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan mengenai self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman dapat dijelaskan sebagai berikut:

Tabel 2. Pengkategorian Tingkat Self Control Peserta Didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab.

Padang Pariaman.

Interval Kategori F %

≥164 Sangat

Terkontrol 14 9,86 133-

163 Terkontrol 101 71,13

102- Cukup 22 15,49

132 Terkontrol

71-101 Kurang

Terkontrol 5 3,52

≤70

Sangat Kurang Terkontrol

0 0

∑ 142 100,00

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, dapat diketahui tingkat self control peserta didik berada pada kategori sangat terkontrol yaitu 9,86%, 71,13% berada pada kategori terkontrol, 15,49% berada pada kondisi cukup terkontrol, 3,5% berada pada kategori kurang terkontrol. Dari penjelasan di atas dapat diketahui tingkat self control peserta didik. Untuk lebih jelasnya juga dapat dilihat pada grafik berikut:

0 20 40 60 80 100 120

Sangat Terkontrol Terkontrol Cukup Terkontrol Kurang Terkontrol Sangat Kurang Terkontrol

≥164 133-163 102-132 71-101 ≤70 F

F

(9)

Gambar 1. Grafik tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab.

Padang Pariaman.

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat gambaran tingkat self control peserta didik, berada pada kategori terkontrol dengan rata-rata sebesar 143,197. Secara umum peserta didik yang memiliki self control yang terkendali, hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya.

Meskipun peserta didik memiliki kontrol diri yang terkontrol, tetapi guru BK tetap memberikan layanan dan bimbingan kepada peserta didik seperti yang dijelaskan oleh Wadoreman (Thalib, 2010:112) yaitu: 1) guru harus dapat membuat dan memodifikasi lingkungan menjadi responsif atau menunjang tujuan-tujuan yang ingin dicapai oleh individu. 2) guru harus mampu membuat peserta didik mempunyai keinginan untuk memperbanyak informasi dan kemmpuan untuk menghadapi dan menyesuaikan diri dengan lingkungan.

3) guru dapat menggunakan lebih

efektif kebebasan memilih dalam pengaturan lingkungan.

Tingkat Self Control Peserta Didik Dilihat dari Mengontrol Perilaku

Berdasarkan apa yang dikumpulkan mengenai tingkat self control peserta didik dilihat dari mengontrol perilaku dapat dilihat pada hasil pengolahan angket sebagai berikut:

Tabel 3. Pengkategorian Tingkat Mengontrol Perilaku Peserta Didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab.

Padang Pariaman Interval Kategori F %

≥76

Sangat

Terkontrol 28 19,72 62-75 Terkontrol 82 57,75

48-61

Cukup

Terkontrol 26 18,31

34-47

Kurang

Terkontrol 6 4,22

≤33

Sangat Kurang

Terkontrol 0 0

∑ 142 100,00

(10)

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, dapat diketahui tingkat self control peserta didik berada pada kategori sangat terkontrol terdapat 28 orang peserta didik dengan persentase 19,72%, 82 orang peserta didik berada pada kategori terkontrol dengan persentase 57,75%, pada kategori cukup terkontrol terdapat 26 orang peserta didik dengan persentase 18,31%, dan 6 orang peserta didik berada pada kategori kurang terkontrol dengan persentase 4,22%. Dari penjelasan di atas dapat diketahui tingkat self control peserta didik berada pada kategori terkontrol. Untuk lebih jelasnya juga dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 2. Grafik tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab.

Padang Pariaman dilihat dari mengontrol perilaku

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat tingkat self control peserta didik dilihat dari mengontol perilaku berada pada kategori terkontrol dengan rata- rata 67,225. Pada mengontror perilaku peserta didik yang memiliki self control yang terkendali, hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya.

Sebagaimana pendapat Chaplin (Fried dan Nashori, 2012: 68) self control adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang untuk menekan atau merintangi impuls- impuls atau tingkah laku impulsif.

Kontrol diri menyangkut seberapa kuat seseorang memegang nilai dan kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak atau mengambil suatu keputusan. Menurut Averil (Ghufron dan Risnawita, 2012: 29-31) kemampuan mengatur perilaku merupakan kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan. Apakah dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90

Sangat Terkontrol Terkontrol Cukup Terkontrol Kurang Terkontrol Sangat Kurang Terkontrol

≥76 62-75 48-61 34-47 ≤33 F

F

(11)

menggunakan kemampuan dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal.

Tingkat Self Control Peserta Didik Dilihat dari Kontrol Kognitif

Berdasarkan apa yang dikumpulkan mengenai tingkat self control peserta didik dilihat dari kontrol kognitif dapat dilihat pada hasil pengolahan angket sebagai berikut.

Tabel 4. Pengkategorian Tingkat Kontrol Kognitif Peserta Didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman.

Interval Kategori F %

≥67

Sangat

Terkontrol 16 11,27 54-66 Terkontrol 83 58,45

41-53

Cukup

Terkontrol 36 25,35

28-40

Kurang

Terkontrol 7 4,93

≤27

Sangat Kurang

Terkontrol 0 0

∑ 142 100,00

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, dapat diketahui tingkat self control peserta didik berada pada kategori sangat terkontrol terdapat 16 orang peserta didik dengan persentase 11,27%, pada kategori terkontrol terdapat 83 orang peserta didik dengan persentase 58,45%, sedangkan pada kategori cukup terkontrol terdapat 36 orang peserta didik dengan persentase 25,35%, dan pada kategori kurang terkontrol terdapat 7 orang peserta didik dengan persentase 4,93%. Dari penjelasan di atas dapat diketahui tingkat self control peserta didik berada pada kategori terkontrol. Untuk lebih jelasnya juga dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 3. Grafik tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab.

Padang Pariaman dilihat dari kontrol kognitif

200 4060 10080

Sangat Terkontrol Terkontrol Cukup Terkontrol Kurang Terkontrol Sangat Kurang…

≥67 54-66 41-53 28-40 ≤27

F

F

(12)

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat tingkat self control peserta didik dilihat dari kontrol kognitif berada pada kategori terkontrol dengan rata- rata 56,852. Pada kontrol kognitif peserta didik yang memiliki self control yang terkendali, hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya.

Terkait dengan penjelasan diatas, Averil (Fried dan Nashori, 2012: 69) mengungkapkan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak

diinginkan dengan cara

menginterprestasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Lebih lanjut Dreisbach (Mukhtar dan Budiamin, 2016: 12) berpendapat kontrol kognitif memungkinkan manusia untuk fleksibel beralih antara pikiran dan tindakan yang berbeda.

Tingkat Self Control Peserta Didik Dilihat dari Mengambil Keputusan

Berdasarkan apa yang dikumpulkan mengenai tingkat self

control peserta didik dilihat dari mengambil keputusan dapat dilihat pada hasil pengolahan angket sebagai berikut:

Tabel 5. Pengkategorian Tingkat Mengambil Keputusan Peserta Didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman.

Interval Kategori F %

≥21

Sangat

Terkontrol 59 41,55 17-20 Terkontrol 59 41,55

13-16

Cukup

Terkontrol 15 10,56

9 ‒ 12

Kurang

Terkontrol 9 6,34

≤8

Sangat Kurang

Terkontrol 0 0,00

∑ 142 100,00

Berdasarkan hasil analisis tabel di atas, dapat diketahui tingkat self control peserta didik dilihat dari mengambil keputusan berada pada kategori sangat terkontrol terdapat 59 orang peserta didik dengan persentase

(13)

41,55%, pada kategori terkontrol terdapat 59 orang peserta didik dengan persentase 41,55%, sedangkan pada kategori cukup terkontrol terdapat 15 orang peserta didik dengan persentase 10,56%, dan pada kategori kurang terkontrol terdapat 9 orang peserta didik dengan persentase 6,34%. Dari penjelasan di atas dapat diketahui tingkat self control peserta didik antara kategori sangat terkontrol dan terkontrol sama yaitu sebanyak 59 orang peserta didik. Untuk lebih jelasnya juga dapat dilihat pada grafik berikut:

Gambar 4. Grafik tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab.

Padang Pariaman dilihat dari mengambil keputusan

Berdasarkan grafik di atas, dapat dilihat tingkat self control peserta didik dilihat dari kontrol kognitif berada

pada kategori terkontrol dengan persentase sebesar 19,120. Pada mengontror perilaku peserta didik yang memiliki self control yang terkendali, hal ini dapat diinterprestasikan bahwa sebagian besar peserta didik memiliki kemampuan untuk mengendalikan dirinya. Peserta didik yang memiliki kemampuan mengontrol diri akan memiliki kemampuan diri akan membuat keputusan dan mengambil tindakan yang efektif sesuai yang diinginkan.

Seperti yang di jelaskan oleh Thalib (2010: 111) mengontrol keputusan merupakan kemampuan individu untuk memilih dan menentukan tujuan yang diinginkan.

Kemampuan mengontrol keputusan akan berfungsi baik bila mana peserta didik memiliki kesempatan, kebebasan, dan berbagai alternatif dalam melakukan suatu tindakan. Senada dengan pendapat Averil (Ghufron dan Risnawita, 2012: 29-31) kontrol diri dalam menentukan pilihan akan berfungsi, baik dengan adanya suatu kesempatan, kebebasan atau kemungkinan pada diri individu untuk

0 20 40 60 80

Sangat Terkontrol Terkontrol Cukup Terkontrol Kurang Terkontrol Sangat Kurang Terkontrol

≥21 17-20 13-16 9 ‒ 12 ≤8 F

F

(14)

memilih berbagai kemungkinan tindakan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa tingkat self control peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman sebagai berikut:

1. Hasil temuan dari penelitian tentang kontrol perilaku peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman menunjukan bahwa kontrol perilaku peserta didik dikategorikan terkontrol.

2. Hasil temuan dari penelitian tentang kontrol kognitif peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman menunjukan bahwa kontrol kognitif peserta didik dikategorikan terkontrol.

3. Hasil temuan dari penelitian tentang mengambil keputusan peserta didik di SMAN 1 Sungai Limau Kab. Padang Pariaman menunjukan bahwa mengambil keputusan peserta didik dikategorikan terkontrol.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2011. Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja Wali Press

Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta: Remaja Rosdakarya Faried, L., Nashori, F., 2012 Hubungan

Antara Kontrol Diri Dan Kecemasan Menghadapi Masa

Pembebasan Pada

Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Wirogunan Yogyakarta. Jurnal Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia. (Nomor 2 Vol 5) Ghufron,N.M & Risnawati. R. 2012.

Teori-teori Psikologi. Jakarta:

Raja Wali Press.

Hanum, Farida. 2016. Kontribusi Minat Belajar dan E-Learning Sebagai Media Membelajaran Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X Teknik Komputer dan Jaringan SMK Negeri 1 Air Putih Pabupaten Batubara Sumatera Utara. Jurnal VOTEKNIKA. Vol 3. No 1.

Issn 2302-3295.

Mukhtar., Yusuf, S., & Budiman, Amri. 2016. Program Layanan Bimbingan Klasikal Untuk Meningkatkan Self Control Siswa. Jurnal Penelitian dan Evaluasi.

(15)

ISSN: 2301-6167 (Nomor 1 Vol. 5). Hlm 2

Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja.

Padang: FIP UNP

Riduwan. 2010. Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sarwono, Sarlito. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pres

Sudijono, Annas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta:

Raja Wali Press.

Sugiyono. 2011. Metodelogi Penelitian Kuantiatif Kualititatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi. 2012. Psikologi

Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo.

Taniredja, T. dan Hidayati, M. 2012.

Penelitian Kuantitatif (Sebuah Pengantar).

Bandung: Alfabeta.

Thalib. 2010. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif. Jakarta: Kencana.

Yusuf, A. Muri. 2005. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.

Yusuf, A Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP.

Referensi

Dokumen terkait

Pemanfaatan energi listrik tenaga surya pada wastafel otomatis dihasilkan melalui matahari kemudian masuk ke panel surya, selanjutnya modul panel surya akan menghasilkan arus DC yang