JURNAL
Oleh :
FENI ANGGRIA NPM: 11060046
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG
2015
Kemampuan Self Control Peserta Didik dalam Berinteraksi Sosial di Sekolah (Studi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII di SMP Negeri 31 Padang)
Oleh:
Feni Anggria *
Drs. Afrizal Sano, M.Pd., Kons. **
Fuaddillah Putra, M.Pd., Kons. **
MahasiswaBimbingandanKonseling, STKIP PGRI Sumatera Barat
ABSTRACT
This research is motivated because it is still unfavorable interaction between the learner with his friend, learners with the teacher, who is affected by a lack of the ability of learners to control himself. This study aimed to describe the ability of self-control students from the aspect of behavioral control, kognitive control, decisional control. This research is a descriptive study, the study population of 256, and a sample of 72 people. Data were collected through questionnaires and processed using techniques percentage. Research findings reveal that, self-control ability of learners in social interaction viewed from the aspect (1) behavioral control (2) kognitive control and (3) decisional control are in the unfavorable category.
Key words: Self Control, Learners, Social Interaction Pendahuluan
Manusia dilahirkan sebagai makhluk sosial, yang artinya manusia tidak akan mampu hidup sendiri tanpa bantuan dari orang lain, sebagai makhluk individual manusia mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan hubungan dengan dirinya sendiri, sedangkan sebagai makhluk sosial manusia mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain.
Manusia mempunyai dorongan sosial dengan adanya dorongan atau motif sosial pada manusia, maka manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau mengadakan interaksi antara manusia dengan manusia lainnya. Walgito (2003:65)
“Menjelaskan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok yang individu satu dapat mempengaruhi individu lain atau sebaliknya”.
Lingkungan sekolah sering terjadi kurang harmonisnya interaksi yang terjadi antara peserta didik dengan teman sebaya atau peserta didik dengan gurunya, terjadinya interaksi yang kurang baik antara peserta didik dengan peserta didik lainya, dan peserta didik dengan gurunya dipengaruhi oleh ketidakmampuan individu atau peserta didik dalam mengontrol dirinya. Menurut Averill, 1973 (Thalib, 2010:110) aspek kontrol diri dibedakan menjadi tiga kategori yaitu mengontrol prilaku (behavioral control),
mengontrol kognitif (cognitive control) dan mengontrol keputusan (decision control).
Menurut Logue (Nurihsan, 2005:69) dalam memaknai (self control) pengendalian diri lebih menekankan pada pilihan tindakan yang akan memberikan manfaat dan keuntungan yang lebih luas dengan cara dengan menunda kepuasan sesaat.
Selanjutnya secara sederhana menurut Gleitmen, 1999 (Thalib, 2010:107) menyatakan bahwa kontrol diri (self control) adalah merujuk dari kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang diinginkan tanpa terhalangi, baik oleh rintangan maupun kekuatan dari diri individu itu sendiri. Sejalan dengan itu pakar psikologi kontrol diri Lazarus, 1976 (Thalib, 2010:107) kontrol diri menjelaskan bahwa kontrol diri menggambarkan keputusan individu melalui pertimbangan kognitif untuk menyatukan prilakuyang telah disusun guna meninggkatkan hasil dan tujuan tertentu sebagaimana yang diinginkan.
Individu dalam berinteraksi sosial yang memiliki kontrol diri (self control) yang baik adalah individu yang mampu mengendalikan setiaptindakan,emosi,dan perkataanya.Individ u memiliki kemampuan dalam mengontrol diri yang berbeda-beda,untuk melihat kemampuan tersebut dapat dilihat dari bebarapa aspek, menurut Averill, 1973 (Thalib, 2010:110) aspek tersebut adalah untuk mengontrol prilaku kemampuan untuk 1
memodifikasi sesuatu yang tidak menyenangkan, selanjutnya aspek mengontrol kognitif yaitu cara seseorang dalam menafsirkan, menilai dan mengelola informasi yang tidak di inginkan, aspek mengontrol keputusan kemampuan individu untuk memilih dan menentukan tujuan yang diinginkan.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru BK di sekolah pada tanggal 21-23 Januari 2015 di SMP Negeri 31 Padang peneliti mendapatkan informasi dari guru BK kalau peserta didik di sekolah ini masih kurang dalam mengontrol dirinya (self control). Guru BK mengemukakan pada saat proses belajar ada peserta didik yang senang di kritik oleh temannya ada yang bisa mengontrol dirinya sehingga terjadi dan terciptanya interaksi yang baik antara peserta didik itu, tetapi disisi lain ada juga peserta didik yang tidak menerima kritikan dari temannya sehingga terjadi perkelahian karena mengucapkan kata-kata yang dapat menyinggung perasaan teman, kondisi itu dapat menciptakan interaksi yang kurang baik antara peserta didik.
Guru BK juga mengemukakan peserta didik masih banyak yang belum mengontrol perkataanya seperti halnya mengejek teman dengan mengatakan jelek, hitam, boneng dan lainnya sehingga teman yang diejek merasa jengkel dan mengakibatkan terjadi perselisihan dan interaksi yang kurang baik antara sesama peserta didik. Selanjutnya peserta didik yang sering merusak motor teman yang tidak dia senangi alasanya karena mereka tidak saling tegur sapa atau tidak adanya interaksi antara mereka sehingga berdampak pada perusakan motor.
Selain dari hasil wawancara dengan guru BK SMP Negeri 31 Padang peneliti juga melakukan observasi yang di lakukakan pada tanggal 21-23 Januari 2015 terlihat pada saat jam pelajaran yang tidak ada gurunya ada peserta didik yang mampu mengontrol keputusan untuk mampu memanfaatkan waktu pelajaran yang tidak ada guru dengan baik seperti belajar di perpustakaan, dan ada juga yang pergi keruang BK untuk sekedar bercerita dengan guru BK, disisi lain ada juga peserta didik yang tidak dapat mengontrol keputusanya sehingga waktu kosong tidak dimanfaatkan dengan baik untuk belajar tetapi dihabiskan hanya untuk bermain dan menganggu teman.
Jika hal ini dibiarkan maka akan menimbulkan dampak negatif bagi peserta didik, berdasarkan fenomena yang terjadi
maka penelitian ini dibatasi permasalahanya antara lain:
1. Kemampuan mengontrol prilaku (Behavioral control) peserta didik dalam melakukan interaksi sosial di sekolah 2. Kemampuan kognitif kontrol
(Cognitif Control) peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah.
3. kemampuan mengontrol keputusan (Decisional control) peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan:
1. Kemampuan mengontrol prilaku
(Behavioral control ) peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah
2. Kemampuan mengontrol kognitif (Cognitive control) peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah.
3. Kemampuan mengontrol keputusan (Decisional control )peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis pendekatan penelitian kuantitatif deskriptif (descriptive research). Dimana penelitian deskriptif menurut Iskandar (2009: 61) adalahPenelitian yang dilakukan untuk memberikan uraian mengenai fenomena atau gejala sosial yang diteliti dengan mendeskripsikan tentang nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih berdasarkan indikator-indikator dari variabel yang diteliti tanpa membuat perbandingan guna untuk eksplorasi dan klasifikasi dengan mendeskripasikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah variabel yang diteliti.Sedangkan menurut Yusuf (2005: 83) bahwa “penelitian deskriptif adalah penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat populasi tertentu atau mencoba menggambarkan secara detail”.
Waktu penelitian dilaksanakan pada tanggal 9 september 2015, tempat atau lokasi untuk melakukan penelitian adalah SMP Negeri 31 Padang. Alasan peneliti memilih sekolah ini adalah karena peneliti saat melakukan tugas perkuliahan sering melakukan observasi dan sedikit banyaknya sudah mengenal dan mengetahui sikap peserta didik di sekolah ini. Selain itu masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini peneliti temukan dikelas VIII SMP Negeri 31 Padang.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP Negeri 31 Padang sebanyak 256 orang peserta didik
dan sampel dalam penelitian ini sebanyak 72 orang peserta didik dengan teknik pengambilan sampel yaitu proportionale sampling.
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Riduwan (2010: 85) data interval adalah data yang menunjukkan jarak antara satu data dengan data yang lain dan mempunyai bobot yang sama dan sumber data adalah data atau informasi yang menjadi bahan baku penelitian, untuk di olah merupakan data yang berwujud data primer dan data sekunder.Data primer yaitu data yang diperoleh melalui serangkain kegiatan seperti, observasi,wawancara dan penyebaran angket yang dilakukan kepada peserta didik. Jadi dalam penelitian ini data primer pada penelitian ini adalah dengan cara penyebaran angket kepada peserta didik kelas VIII di SMPN 31 Padang.
Langkah dalam penyusunan instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Membaca berbagai sumber bacaan.
2. Sebagai pedoman untuk penyusunan kisi- kisi dalam pembuatan instrument penelitianini.
3. Penyusunan kisi-kisi angket, dengan menetapkan variabel, kemudian sub variabel, setelah itu menjadi beberapa indikator, sampai pada perumusan item- item pernyataan yang didasarkan pada indikator masing-masing untuk mengetahui kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah, mahasiswa kemudian mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing.
4. Untuk menguji dan mengetahui validasi alat pengumpulan data atau instrumen, maka dilakukan judge oleh 3 orang dosen bimbingan dan konseling yang menjadi penguji peneliti pada seminar proposal, Setelah pernyataan item angket di-judge, ternyata ada satu item yang ditolak, dari 60 item pernyataan yang di ajukan setelah di judge menjadi 59 Setelah itu, angket yang telah di-judge direvisi dan dikonsultasikan kembali kepada dosen pembimbing untuk di acc uji coba penelitian, dan peneliti melakukan uji coba terhadap 20 orang peserta didikkelas VIII di luarsampelpenelitian.
5. Uji validitas instrument dapat dilakukan untuk melihat apakah instrument mampu mengukur variabel.
6. Menyeleksi pernyataan-pernyataan yang
dapat digunakan unutk
penelitian,setelah melakukan konsultasi dan melakukan revisi.
7. Mengadministrasikan instrumen.
Angket yang telah dikumpulkan dari peserta didik yang menjadi sampel penelitian lalu diolah dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Memeriksa kelengkapan isi angket yang telah diterima dari sampel penelitian.
2. Membuat pengolahaan berdasarkan item pernyataan.
3. Mencari dan menghitung jumlah serta memasukan kedalam tabel pengolahaan.
4. Menghitung persentase masing – masing frekuensi yang telah diperoleh dengan teknik analisis persentase (Sudijuno, 2010:50) sebagai berikut:
Keterangan : P = persentase n = jumlah sampel
f = frekuensi jumlah angka mutlak 5. Menetapkan criteria penilaian masing –
masing yang diperoleh dengan mencari interval skor Menurut Strugess (Mangkuatmodjo,2003:37) sebagai berikut:
Interval variabel tertinggi –variabel terendah nilai kelas (k)
Hasil dan pembahasan
1. KemampuanSelf ControlPeserta Didik dalam Berinteraksi Dilihat dari Aspek Behavioral Control.
Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah dilihat dari aspek behavioral control, terdapat dua indikator yaitu, kemampuan peserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat dari kemampuan mengatur pelaksanaan, pada kategori kurang baik sebanyak 29 responden (40,28%), pada kategori cukup baik sebanyak 18 responden (25,00%), pada kategori baik sebanyak 15 responden (20,83%), pada kategori sangat baik sebanyak 7 responden (9,72%), dan pada kategori sangat kurang baik sebanyak 3 responden (4,17%).
Selanjutnya dilihat dari indikator kedua yaitu kemampuan self controlpeserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat dari kemampuan mengatur stimulus, pada kategori kurang baik sebanyak 38 responden (52,78%), pada
kategori cukup baik sebanyak 18 responden (25,00%), pada kategori baik sebanyak 14 responden (19,44%), dan pada kategori sangat kurang baik sebanyak 2 responden (2,78%).
Berdasarkan analisis hasil penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah dilihat dari indikator kemampuan mengatur pelaksanaan dan mengatur stimulus terlihat persentase tertinggi berada pada kategori kurang baik.Hal ini juga didukung oleh pendapat Averill (Thalib, 2010:110) bahwa “meng ontrol prilaku atau behavioral control merupakan kemampuan untuk memodifikasi suatu keadaan yang”. Jadi apabila peserta didik sudah bisa mengontrol prilakunya maka peserta didik akan mudah untuk melihat kemampuanya dalam mengontrol kognitif dan mengontrol keputusan.
Jadi berdasarkan hasil penelitian ini terlihat bahwa peserta didik masih kurang dalam mengontrol dirinya baik dalam mengatur prilaku maupun dalam mengatur stimulus, terlihat dari hasil persentase yang lebih sedikit pada kriteria baik dan persentase pada kriteria kurang baik lebih tinggi, artinya masih juga belum terlihat kemampuan peserta didik dalam mengontrol dirinya.
2. Kemampuan Self Control Peserta Didik dalam Berinteraksi Sosial Dilihat dari Aspek Kognitif Control
Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat dari aspek kognitive control terdapat dua indikator yaitu, kemampuan untuk memperoleh informasi, dari hasil penelitian pada indikator ini peserta didik berada pada kategori kurang baik sebanyak 30 responden (41,67%), pada kategori cukup baik sebanyak 21 responden (29,16%), pada kategori baik sebanyak 13 responden (18,06%), pada kategori sangat baik sebanyak 4 responden (5,55%), dan pada kategori sangat kurang baik sebanyak 4 responden (5,55%), disini terlihat bahwa peserta didik mulai ada perubahan dalam mengontrol dirinya untuk memperoleh suatu informasi dan mengolah informasi tersebut menjadi prilaku yang akan ditampilkannya.
Hal ini didukung oleh pendapat Averill (Thalib, 2010:110) bahwa
“kemampuan untuk memperoleh
informasi yang dimiliki individu mengenai suatu keadaan melalui berbagai pertimbangan”. Indikator yang ke dua yaitu kemampuan melakukan penilaian dilihat dari hasil penelitian kemampuan peserta didik dalam melakukan penilaian pada kategori kurang baik sebanyak 26 responden (36,11%), pada kategori cukup baik sebanyak 24 responden (33,33%), pada kategori baik sebanyak 8 responden (11,11%), pada kategori sangat baik sebanyak 8 responden (11,11%), dan pada kategori sanagt kurang baik sebanyak 6 responden (8,34%). Disini terlihat bahwa peserta didik belum ada perubahan ke arah yang lebih baik dalam melakukan pe nilaian terhadap dirinya maupun orang la in, seperti halnya pendapat Avril (Thalib , 2010:110) bahwa “ kemampuan
melaksanakan penilaian, penilaian yang dilakukan individu merupakan suatu usaha untuk menilai dan menafsirkan suatu keadaan dengan memperhatikan segi positif secara subjektif.
Jadi berdasarkan hasil penelitian terlihat bahwa peserta didik masih kurang mampu dalam mengontrol kognitifnya baik untuk memperoleh informasi maupun dalam melakukan penilaian, terlihat dari hasil persentase berada pada kriteria baik.
3. Kemampuan Self Control Peserta Didik dalam Berinteraksi Sosial Dilihat dari Aspek Desicional Control
Berdasarkan hasil penelitian tentang kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat dari aspek decisional control terdapat 1 indikator yaitu, kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan, pada kategori kurang baik sebanyak 32 responden (44,44%), dari hasil penelitian ini terlihat bahwa peserta didik masih ada yng kurang bisa mengontrol dirinya dalam mengambil keputusan, hal ini didukung oleh pendapat Averill (Thalib,2010:110) bahwa” mengontrol keputusan merupakan kemampuan individu untuk memilih dan menentukna tujuan yang diinginkan, kemampuan mengontrol keputusan akan berfungsi baik bilamana individu memiliki kesempatan kebebesan dan berbagai alternative dalam melakukan tindakan”.
Dalam variable ini juga ada peserta didik yang berada pada kategori sangat baik sebanyak 7 responden (9,72%), disini terlihat bahwa ada peserta didik yang sudah sangat baik dalam mengontrol
kemampuannya untuk mengambil keputusan, sejalan dengan itu masih ada juga peserta didik yang cukup baik dalam mengontrol kemampuannnya terlihat pada hasil penelitian berada pada kategori cukup baik sebanyak 17 responden (23,61%), dan juga pada kategori sangatkurangbaiksebanyak 4 responden (5,54%).
Jadi berdasarkan hasil penelitian bahwa dalam sub variabel desicional control atau kemampuan dalam mengontrol keputusan, terlihat bahwa pesrta didik masih kurang dalam mengontrol keputusannya, seperti yang terlihat pada hasil penelitian berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 44,44% sebanyak 32 responden berada pada kriteria baik.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan mengenai kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah (studi terhadap peserta didik kelas VIII di SMP N 31 Padang), dapat di ambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat pada aspek behavioral control dengan indikator kemampuan mengatur pelaksanaan dan kemampuan mengatur stimulus, berada pada kategori kurang baik.
2. Kemampuanself controlpeserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat dari aspek cognitif control dengan indikator kemampuan memperoleh informasi dan kemampuan melakukan penilaian berada pada kategori kurang baik.
3. Kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial dilihat dari aspek desicional control dengan indikator kemampuan dalam mengambil keputusan, berada pada kategori kurang baik.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, penulis mengajukan saran sebagai berikut:
1. Pesertadidik, diharapkan agar lebih baik lagi dalam mengontrol dirinya baik dalam mengontrol prilaku, ucapan maupun tindakan yang akan dilakukan. Terutama bagi peserta didik yang belum bisa sama sekali dalam mengontrol dirinya diharapkna agar lebih bisa lagi mengontrol dirinya agar tercapainya kehidupan yang efektif.
2. Guru Kelas, sebagai guru kelas yang lebih banyak waktu dengan peserta didik diharapkan kepada guru kelas untuk melihat sejauh mana peserta didik dapat melakukan kontrol dirinya dengan baik, guru kelas dapat melihat dalam saat proses belajar berlangsung.
3. Guru BK, sebagai bahan masukan untuk menyususn program pelayanan bimbingan dan kegiatan pendukung bimbingan dan konseling yang dapat melihat dan melatih kemampuan kontrol diri peserta didik.
4. Kepala Sekolah, sebagai ketua di sekolah diharapkan untuk lebih memberikan perhatiannya kepada peserta didik untuk dapat melihat kemampuan kontrol dirinya dalam berinteraksi sosial di sekolah.
5. Peneliti, sebagaisalahsatu syarat untuk dapat menyelesaikan program Strata Satu (S1) di Prodi BK STKIP PGRI Sumatera Barat. Peneliti melihat kemampuan self control peserta didik dalam berinteraksi sosial di sekolah.
6. Peneliti selanjutnya, peneliti harapkan bisa mengkaji penelitian ini lebih dalam lagi dari segi kualitasnya, yaitu dengan metode penelitian kualitatif dan juga peneliti harapkan bisa mengkaji tentang implementasinya dalam layanan bimbingan dan konseling.
Kepustakaan
Iskandar. (2009). Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Gaung Persada Press.
Mangkuatmodjo, Soegyarto.(2003).
Pengantar Statistik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Nurihsan,AhmadJuntika.(2009). Strategi
Layanan Bimbingan dan
Konseling.Bandung :Refikaaditama Riduwan. (2010). Belajar Mudah Penelitian
untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung: Alfabeta.
Sudijonoanas. 2010. Pengantar statistic pendidikan. Jakarta: Raja GrafindoPersada.
Sugiyono. (2009). Metodologi penelitian pendidikan. Bandung: Alfabeta
Thalib,BachriSamsul. (2010). Psikologi Pendidikan (berbasis analisis emperis).
Jakarta :Prenada Media Gruop.
Walgito, Bimo. (2003) .PsikologiSosial .Yogyakarta : C.V Andi Offset.
Yusuf, A. Muri. (2005). Metodologi Penelitian: Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah. Padang: UNP Press.