Puji syukur kehadirat Allah SWT sehingga akhirnya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “Upaya Peningkatan Keterampilan Bercerita Menggunakan Boneka Tangan di Kelompok B RA Darul Ulum Gegesik Kabupaten Cirebon”. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Upaya Peningkatan Keterampilan Bercerita Melalui Boneka Tangan di Kelompok B RA Darul Ulum Gegesik Kabupaten Cirebon”.
Identifikasi Masalah
Penggunaan media buku cerita bersambung yang kecil saat menyampaikan cerita kepada anak, sehingga kemampuan anak dalam bercerita menjadi rendah. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu digunakan media naratif yang menarik agar anak mudah memahami isi cerita dan mau bercerita sesuai isi cerita dengan benar.
Pembatasan Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Secara Teoritis
Secara Praktis
Bactiar Bachri, Pengembangan Kegiatan Mendongeng di TK Teknik dan Prosedur, (Jakarta: Depdiknas, 2005), h. 11. Kegiatan bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berpikir anak, karena dalam kegiatan bercerita anak dapat menambah pengalaman yang mungkin merupakan hal baru bagi dirinya, atau mereka akan berkesempatan untuk mengulang ingatan tentang hal-hal yang pernah diperoleh atau dialaminya.
Metode Bercerita
Mereka akan merasa nyaman belajar di dunianya karena bahasa yang digunakan sesuai dengan dirinya dan kehidupan sehari-harinya. Bercerita dengan bahasa yang umum atau tanpa unsur lain yang mungkin mempengaruhi imajinasi pendengar membuat cerita menjadi membosankan.
Media Pembelajaran
Menurut Beichler dan Snowman dalam Dwi Yulianti bahwa, “Anak usia dini adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun”19 Sedangkan sifat anak usia dini adalah individu yang unik dimana ia memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif, sosio-emosional, kreativitas, bahasa dan komunikasi khusus sesuai dengan tahapan yang dilalui oleh anak. Dari berbagai definisi peneliti menyimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-8 tahun yang sedang dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan, baik secara fisik maupun mental.
Boneka Tangan
Sedangkan menurut Gunarti, “Pengertian boneka tangan adalah boneka yang lebih besar dari boneka jari dan dapat dipegang dengan tangan. Sedangkan langkah-langkah penggunaan boneka tangan dalam bercerita dijelaskan oleh Badru Zaman sebagai berikut. kelebihan dan kekurangan wayang sarung sebagai media pembelajaran, beberapa ahli menyatakan sebagai berikut.
Dewi mengungkapkan bahwa media boneka tangan ini memiliki beberapa kelebihan jika digunakan sebagai media pengajaran dan kelebihannya adalah sebagai berikut.
Hasil Penelitian yang Relevan
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Aris Siswanti pada tahun 2012 dengan judul penelitian “Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara dengan Menggunakan Boneka Tangan pada Anak Kelompok B Taman Kanak-Kanak Pembina Cawas Kabupaten Klaten Tahun Pelajaran 2011/2012”. Perbandingan penelitian diatas dengan penelitian yang akan dilakukan adalah media yang digunakan adalah boneka sarung dalam proses belajar mengajar. Hal ini menunjukkan bahwa media boneka tangan efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara anak kelompok B di TK Islam AL-IKHLAS Surabaya.
Walaupun kesamaan penelitian di atas dengan penelitian ini adalah sama-sama menggunakan media boneka tangan dan juga metode yang digunakan adalah metode bercerita.
Kerangka Berpikir
Komunikasi ini memungkinkan anak-anak untuk memperluas kosa kata mereka dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menerima dan mengekspresikan keterampilan bercerita mereka melalui interaksi dengan anak-anak lain dan orang dewasa dalam situasi permainan spontan. Berdasarkan uraian di atas, dapat diasumsikan bahwa jika guru mampu mengatur proses pembelajaran mendongeng anak dengan bantuan boneka tangan, maka kemampuan anak dalam bercerita akan meningkat.
Hipotesis Tindakan
Subjek Penelitian
Menurut Amirin, subjek penelitian adalah “seseorang atau sesuatu yang ingin diperoleh informasinya”. 1 Menurut Suharsimi Arikunt mendefinisikan subjek penelitian sebagai “suatu benda, benda atau orang yang dilekatkan dan disanggah data variabel penelitiannya”. subjek adalah individu, objek, atau organisme yang digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan dalam pengumpulan data penelitian.Dalam penelitian tindakan kelas ini, yang digunakan peneliti sebagai sumber pengumpulan data adalah anak kelompok B RA Darul Ulum Gegesik, Kabupaten Cirebon, total 20 anak.
Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan, karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah pengajaran di kelas. Menurut Sukidin dkk, “Ada empat jenis penelitian tindakan kelas, yaitu: (1) penelitian tindakan guru sebagai peneliti, (2) penelitian tindakan kolaboratif, (3) penelitian tindakan simultan terpadu, dan (4) eksperimen. penelitian tindakan sosial” 3. Penelitian ini menggunakan bentuk penelitian tindakan kolaboratif, dimana peneliti bekerjasama dengan kepala sekolah dan guru kelas.
5 Rochiati Wiriaatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas, Untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), hlm.
Metode Penelitian
Tindakan, yaitu apa yang peneliti lakukan sebagai upaya untuk memperbaiki dan menyempurnakan kondisi pembelajaran yang ada agar tercapai kondisi yang diharapkan. Refleksi merupakan evaluasi yang dilakukan oleh kolaborator atau peserta terkait dengan PTK yang dilakukan. Refleksi dalam PTK dilakukan pada saat memikirkan tindakan yang akan dilakukan, saat tindakan dilakukan dan setelah tindakan dilakukan.
Penelitian tindakan adalah suatu bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kolaboratif pada situasi sosial tertentu (termasuk pendidikan) untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan kegiatan praktik sosial atau pendidikan mereka, pemahaman mereka tentang kegiatan praktik pendidikan dan situasi yang memfasilitasi kinerja kegiatan praktis. keluar.6 .
Definisi Operasional
Kemampuan Bercerita
Penelitian tindakan guru di kelas dapat menjadi kegiatan reflektif dalam berpikir dan bertindak guru. Pemikiran reflektif dalam pengalaman pendidikan selalu aktif, gigih dan selalu memperhitungkan segala bentuk pengetahuan yang akan diajarkan berdasarkan keyakinan bahwa ada alasan-alasan yang mendukung dan berpikir tentang kesimpulan dan konsekuensi kemana pengetahuan itu akan membawa siswa. Media adalah semua benda atau komponen yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat peserta didik dalam proses pembelajaran.
Boneka Tangan
Instrumen Penelitian
Teknik Analisis Data a. Analisis Data Kualitatif
Agar data yang diperoleh dalam penelitian ini valid dan reliabel maka dapat dilakukan teknik triangular yaitu perbandingan data dari sumber yang berbeda dalam hal ini pengamat, guru dan siswa, dan pelaksanaan pemeriksaan akhir. validitas data, termasuk diskusi mereka dengan rekan profesional. Untuk mengetahui kelengkapan keterampilan bercerita selama pembelajaran digunakan pedoman pengukuran dengan menggunakan tes penilaian berdasarkan aspek keterampilan bercerita. Proses penelitian ini melibatkan 2 orang guru observasi dan peneliti dalam hal ini sebagai guru pengajar.
Selain itu, merupakan tindakan positif sebagai bentuk peningkatan kemampuan dan hasil belajar anak setelah mengikuti proses belajar mengajar.
Hasil Penelitian
Pra Siklus
Persentase keseluruhan kemampuan bercerita anak selama pra siklus adalah 30% dengan interpretasi yang sangat sedikit. Berdasarkan pengamatan terhadap kemampuan anak pada kondisi awal, sebelum peneliti menerapkan pola Penelitian Tindakan Kelas (PTK), terlihat bahwa kemampuan anak dalam bercerita masih kurang. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan anak dalam bercerita sebelum menggunakan media boneka tangan belum terlaksana dengan baik.
Berfokus pada hasil awal kemampuan bercerita anak, langkah selanjutnya peneliti berupaya mengatasi permasalahan tersebut di atas dengan menggunakan media boneka untuk meningkatkan kemampuan bercerita anak.
Siklus I
Sedangkan untuk melihat tingkat aktivitas guru pada siklus I terkait pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan berdasarkan RPP dapat dilihat pada hasil observasi berikut ini. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I keaktifan guru dalam proses belajar mengajar menunjukkan bahwa sebagian besar indikator keaktifan guru belum berjalan maksimal dan masih kurang baik terutama pada tahap pelaksanaan proses pembelajaran di kelas. ruang kelas. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan peningkatan pada siklus berikutnya dalam hal kemampuan guru dalam mengelola.
Karena berdasarkan hasil siklus I pencapaian kemampuan bercerita anak hanya 52,5% belum tercapai seperti yang diharapkan, maka penelitian ini dilanjutkan pada siklus II untuk mencapai hasil yang diharapkan.
Siklus II
Pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II hampir sama dengan Siklus I, dengan tahapan pendahuluan, kegiatan inti dan penutup, namun pada titik-titik tertentu pelaksanaan teknis semakin baik. Hasil observasi aktivitas anak dalam bercerita menggunakan media boneka sesuai lembar observasi (lembar observasi terlampir) dapat diketahui sebagai berikut. Sedangkan untuk melihat tingkat aktivitas guru pada siklus II terhadap pelaksanaan pembelajaran yang diterapkan RPP dapat dilihat pada hasil observasi berikut ini.
Pada siklus II indikator kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran sudah ditingkatkan dan ditingkatkan menjadi lebih baik dari siklus sebelumnya, sehingga hampir seluruh aktivitas guru di dalam kelas sudah berjalan dengan baik dan mencapai hasil maksimal yang diharapkan yaitu ≥ 80% atau lebih semuanya. indikator telah tercapai.
Pembahasan Hasil Penelitian 1. Perencanaan Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Tujuannya untuk mengamati kegiatan belajar anak dan kegiatan guru dalam proses belajar mengajar, kemudian memberikan penilaian berdasarkan kriteria dan format penilaian yang telah ditentukan. Kondisi tersebut berpengaruh langsung terhadap aktivitas anak dalam mengikuti proses pembelajaran yang telah direncanakan sebelumnya oleh guru. Aktivitas anak meningkat pada setiap siklusnya karena adanya perubahan metode dan strategi pembelajaran yang digunakan guru serta penggunaan media pembelajaran yang inovatif.
Adapun tingkat aktivitas anak dapat dilihat pada rangkuman aktivitas anak dan grafik perkembangannya pada setiap siklus seperti yang diuraikan di bawah ini.
Kemampuan Bercerita Anak
Setelah dilakukan upaya peningkatan pembelajaran, kemampuan anak siklus II menjadi lebih baik meningkat menjadi 89,2% dengan kategori baik. Artinya, setelah melalui Siklus II ternyata hasil yang diharapkan telah tercapai, sehingga penyelidikan tindakan kelas ini dihentikan karena hasil yang diharapkan telah tercapai. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan boneka dalam upaya meningkatkan keterampilan bercerita pada anak-anak Kelompok B RA Darul Ulum Gegesik di Kabupaten Cirebon berjalan sesuai dengan rencana yang dibuat pada Siklus I dan Siklus II.
Pada Siklus II keterampilan anak meningkat dan meningkat secara signifikan, dengan persentase anak mampu bercerita sebesar 89,2%.
Saran-Saran
Nilai kemampuan bercerita anak Kelompok B RA Darul Ulum Gegesik Kabupaten Cirebon setelah menggunakan media boneka tangan meningkat lebih baik yang dibuktikan dengan hasil pada siklus I persentase total anak yang mampu bercerita cerita adalah 52,5%. Bagi para orang tua anak di RA Darul Ulum Gegesik RA Kabupaten Cirebon hendaknya ikut serta dalam proses pembelajaran secara tidak langsung dengan berperan sebagai orang tua dan guru bagi anak ketika di rumah, sering mengajak anak untuk bercerita atau bercerita yang bermanfaat cerita untuk anak-anak. dan mengandung hikmah. Materi kegiatan : - Macam-macam hewan yang hidup di darat - Gambar hewan yang hidup di darat - Gerak/pergerakan hewan.