LAPORAN
PRAKTIKUM MODUL 1 DISTRIBUTION SYSTEM DESIGN
Disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan penilaian mata kuliah TL250 Praktikum Logistik Dasar
Disusun oleh:
Sultan Nouval Alfaroq . B (2307189) Tubagus Satya Dwinata (2308392)
PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK
FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNIK DAN INDUSTRI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2024
i DAFTAR ISI
DAFTAR ISI... i
DAFTAR GAMBAR ... ii
DAFTAR TABEL ...iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
BAB II METODE ... 2
2. 1 Kajian teori ... 2
2. 2 Flowchart ... 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11
3. 1 Studi kasus ... 11
3. 2 Perhitungan ... 12
3. 3 Data Perhitungan ... 20
BAB IV Analisis ... 21
4. 1 Penentuan Rute ... 21
4. 2 Penentuan Metode Terbaik ... 21
4. 3 Utilitas ... 22
BAB V Kesimpulan ... 23
DAFTAR PUSTAKA ... 24
ii DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Rumus Matriks Jarak ... 4
Gambar 2. 2 Rumus Saving Matriks ... 5
Gambar 2. 3 Rumus Nearest Insert ... 5
Gambar 2. 4 Rumus Utilitas Alat Angkut ... 7
Gambar 2. 5 Rumus Biaya Bahan Bakar ... 7
Gambar 2. 6 Flowchart ... 8
Gambar 3. 1 Rumus Matriks Jarak ... 12
Gambar 3. 2 Rumus Saving Matrix ... 13
Gambar 3. 3 Rumus Nearest Insertion ... 14
Gambar 3. 4 Rumus Bahan Bakar ... 19
Gambar 3. 5 Rumus Utilitas Bahan Bakar ... 20
iii DAFTAR TABEL
Tabel 3. 1 Data studi kasus... 11
Tabel 3. 2 Data Studi Kasus 2 ... 12
Tabel 3. 3 Matriks Jarak ... 12
Tabel 3. 4 Saving Matrix ... 13
Tabel 3. 5 Nilai Saving Matrix (berurutan) ... 13
Tabel 3. 6 Rute Optimal ... 13
Tabel 3. 7 Tahap 1 (Nearest Insertion) ... 15
Tabel 3. 8 Tahap 2 (Nearest Insertion) ... 15
Tabel 3. 9 Tahap 2 (Nearest Insertion) ... 15
Tabel 3. 10 Hasil (Nearest Insertion) ... 16
Tabel 3. 11 Tahap 1 (Nearest Neigbor) ... 17
Tabel 3. 12 Tahap 2 (Nearest Neigbor) ... 17
Tabel 3. 13 Tahap 3 (Nearest Neigbor) ... 17
Tabel 3. 14 Tahap 4 (Nearest Neigbor) ... 17
Tabel 3. 15 Tahap Akhir (Nearest Neigbor) ... 18
Tabel 3. 16 Hasil (Nearest Neigbor) ... 18
Tabel 3. 17 Tahap 1 (Farthest Insert) ... 18
Tabel 3. 18 Tahap Akhir (Farthest Insert) ... 19
Tabel 3. 19 Hasil (Farthest Insert) ... 19
Tabel 3. 20 Hasil Biaya Bahan Bakar ... 20
Tabel 3. 21 Hasil Utilitas Bahan Bakar ... 20
Tabel 4. 1 Rute ... 21
Tabel 4. 2 Perbandingan Metode Terbaik ... 21
Tabel 4. 3 Utilitas Alat Angkut ... 22
1 BAB I
PENDAHULUAN
Saat ini adalah zaman dimana desain sistem distribusi merupakan hal yang penting untuk digunakan agar pengiriman barang sampai dengan tepat waktu ke konsumen akhir dan dilakukan secara efisien oleh perusahaan, desain sistem distribusi merupakan kegiatan mengatur dan menyalurkan barang dan jasa dari produsen ke konsumer akhir. Untuk kegiatan ini bisa dilakukan secara efisien bisa dicari terlebih dahulu rute pengiriman yang optimal dengan menggunakan metode saving matrix, kemudian rute pengiriman diurutkan dengan metode nearest insertion, nearest neighbor, dan farther insertion.
Dengan adanya desain sistem distribusi yang baik perusahaan akan mendapatkan manfaat seperti efisiensi pengelolaan inventaris yang meningkat, penghematan untuk pembiayaan operasional, dan kepuasan pelanggan yang meningkat. Dengan digunakan desain sistem distribusi yang baik juga, tidak memungkinkan untuk meningkatnya jumlah pelanggan dan pendapatan bagi perusahaan. Oleh karena itu, tidak heran desain sistem distribusi merupakan hal yang penting dalam pengiriman barang dikarenakan sangat menguntungkan baik bagi konsumen dan produsen.
Tujuan dari laporan ini dibuat adalah untuk mendapatkan rute pengiriman yang optimal seperti penggunaan bahan bakar yang efisien, pemilihan jalur transportasi yang tidak menyilang, dan barang yang dikirim sampai dengan tepat waktu ke konsumen akhir. Laporan ini menggunakan metode saving matrix untuk pemilihan rute yang optimal dan efisien kemudian rute pengiriman yang sudah didapat akan diurutkan menggunakan metode nearest insertion, nearest neighbor, dan farthest insertion. Dengan begitu, diharapkan laporan ini akan menghasilkan rute pengiriman yang optimal dan efisien serta memberikan contoh dan penjelasan mengenai metode-metode yang digunakan selama laporan ini dibuat.
2 BAB II
METODE 2. 1 Kajian teori
(Dessy Anwar,2001) menyebutkan dalam KBBI pengertian distribusi adalah pembagian pengiriman barang-barang kepada orang banyak atau ke beberapa tempat, sedangkan (Philip Kotler, 2008) seorang pakar pemasaran, menjelaskan distribusi sebagai jaringan perusahaan dan individu yang berperan dalam memindahkan atau membantu memindahkan hak kepemilikan atas barang atau jasa dari produsen ke konsumen, (Kunarjo, 2003) menyebutkan dalam bukunya bahwasanya dalam ekonomi konvensional distribusi diartikan sebagai pergerakan barang dari perusahaan manufaktur hingga ke pasar dan akhirnya di beli konsumen.
(Fuad, 2006) dalam bukunya menyebutkan bahwasanya saluran distribusi adalah saluran yang digunakan oleh produsen untuk menyalurkan produk sampai ke konsumen atau berbagai aktivitas perusahaan yang mengupayakan agar produk sampai ke tangan konsumen.
Vehicle Routing Problem (VRP) adalah masalah penentuan rute kendaraan yang sangat penting dalam manajemen distribusi dan transportasi, diperkenalkan oleh Dantzig dan Ramser pada tahun 1959, VRP biasanya melibatkan beberapa kendaraan yang harus menyelesaikan rute distribusi dengan batasan kapasitas tertentu. (Ronald H. Ballou, 1999) menyatakan bahwa VRP berkaitan dengan bagaimana mendatangi pelanggan menggunakan peralatan yang ada. Istilah lain untuk masalah ini termasuk Vehicle Scheduling Problem, Vehicle Dispatching Problem, dan Delivery Problem. VRP adalah masalah optimasi kombinatorial yang kompleks dan terkait erat dengan Travelling Salesman Problem (TSP). VRP menjadi TSP ketika hanya ada satu kendaraan dengan kapasitas tak terbatas.
Berikut adalah delapan prinsip dasar dalam pengembangan rute kendaraan yang efektif:
1. Mengisi kendaraan berdasarkan volume pemberhentian Pastikan setiap truk diisi sesuai kapasitas dengan titik pemberhentian yang berdekatan satu sama lain. Titik-titik ini perlu dikelompokkan ke dalam rute tertentu agar jarak antar pemberhentian diminimalkan. Dengan begitu, total
3 waktu perjalanan di dalam rute juga bisa dioptimalkan.
2. Mulai rute dari titik terjauh dari depot Rute yang efisien dimulai dengan mengidentifikasi titik pemberhentian paling jauh dari depot. Setelah itu, kelompokkan titik-titik terdekat dengan titik tersebut hingga kapasitas kendaraan penuh. Lanjutkan dengan kendaraan lain untuk mengatur sisa pemberhentian, dimulai lagi dari titik terjauh yang tersisa. Proses ini berlanjut hingga semua titik pemberhentian terlayani.
3. Susunan pemberhentian mengikuti pola tear drop Pola ini membantu menghindari rute yang berpotongan, sehingga perjalanan menjadi lebih lancar dan efisien.
4. Prioritaskan kendaraan berkapasitas besar
Penggunaan truk berkapasitas besar untuk mengangkut banyak barang sekaligus dapat mengurangi total jarak tempuh. Oleh karena itu, truk terbesar perlu digunakan terlebih dahulu untuk mengoptimalkan pemakaian.
5. Menggabungkan rute pengambilan dan pengiriman barang Rute pengambilan dan pengiriman barang sebaiknya digabungkan agar mengurangi jarak tempuh dan menghindari jalur yang tumpang tindih.
6. Titik pemberhentian yang terpisah dilayani dengan kendaraan kecil Pemberhentian yang tidak termasuk dalam kelompok utama dan memiliki volume kecil sebaiknya dilayani dengan kendaraan berkapasitas lebih kecil untuk efisiensi biaya dan waktu.
7. Hindari batasan time windows yang terlalu ketat Pembatasan waktu kunjungan yang terlalu dekat antara beberapa titik pemberhentian dapat mengganggu pola rute ideal. Sebaiknya, negosiasi dilakukan untuk menyesuaikan time windows agar tetap mengikuti rute yang paling efisien.
8. Evaluasi dan penyesuaian rute secara berkelanjutan Setiap rute harus dievaluasi secara berkala agar selalu dapat ditingkatkan.
Adanya fleksibilitas dan optimalisasi berkelanjutan akan memastikan bahwa rute yang dipilih tetap efisien dan efektif sesuai kebutuhan operasional.
4 Saving Matrix digunakan untuk menyelesaikan masalah transportasi dengan tujuan menentukan rute distribusi produk yang dapat meminimalkan biaya transportasi. Metode ini bekerja dengan cara menggabungkan dua konsumen dalam satu rute (Nurwidiana, 2011). Penerapannya bertujuan untuk mengurangi total jarak tempuh, waktu, atau biaya, dengan memperhitungkan armada yang digunakan (Yuniarti, 2013), Metode saving matriks adalah teknik yang digunakan untuk meminimalkan jarak, waktu, atau biaya dalam distribusi dengan mempertimbangkan berbagai kendala yang ada. Dalam konteks ini, karena kita berbicara tentang koordinat tujuan pengiriman, maka masuk akal untuk menggunakan jarak sebagai fungsi tujuan. Artinya, tujuan utama adalah meminimalkan jarak yang ditempuh oleh semua kendaraan, Metode ini memiliki beberapa langkah seperti :
Mengidentifikasi matrik jarak
Mengidentifikasikan matrik penghematan (saving matriks)
Mengalokasikan toko ke kendaraan atau rute
Mengurutkan toko (tujuan) dalam rute yang sudah terdefinisi.
Formula jarak untuk mengukur jarak dua lokasi dengan koordinat (𝑥1, 𝑦1) dan (𝑥2, 𝑦2) adalah sebagai berikut:
Gambar 2. 1 Rumus Matriks Jarak
Saving Matrix menggambarkan seberapa besar penghematan jarak yang bisa dicapai dengan menggabungkan dua atau lebih pelanggan dalam satu rute.
Misalnya, jika toko 1 dan toko 2 dikunjungi secara terpisah, total jarak tempuh dihitung sebagai berikut: perjalanan dari gudang ke toko 1 dan kembali ke gudang, ditambah perjalanan dari gudang ke toko 2 dan kembali lagi ke gudang., Namun, jika kedua toko tersebut digabungkan dalam satu rute, pola perjalanannya berubah menjadi: dari gudang ke toko 1, dilanjutkan ke toko 2, dan kembali lagi ke gudang.
Dengan demikian, formulasi penghematan jarak (Saving Matrix) untuk menggabungkan rute antara titik x dan titik y adalah perbandingan antara total jarak sebelum dan sesudah penggabungan:
5 Gambar 2. 2 Rumus Saving Matriks
Dengan perkiraan bahwa jarak (x,y) sama dengan jarak (y,x).
Nearest Insert adalah metode yang digunakan untuk memikat konsumen yang menambahkan perjalanan terpendek. Prinsipnya adalah memilih lokasi toko yang, ketika dimasukkan ke dalam rute yang sudah ada, menghasilkan penambahan jarak paling minimal (Ikfan, 2014). Berikut adalah langkah-langkah untuk menyelesaikan metode ini (Suryani dkk, 2018) :
1. Proses penelusuran dimulai dari kota pertama yang terhubung dengan kota terakhir.
2. Pilih kota terdekat dari kota awal atau depot sebagai tujuan berikutnya.
3. Kemudian, bentuk subtour antara dua kota tersebut. Artinya, perjalanan dimulai dan berakhir di kota awal, dengan menyisipkan kota yang memiliki jarak terdekat dari kota tersebut. Contohnya, dari toko (1,3) menuju toko (3,2), lalu ke toko (2,1).
4. Selanjutnya, modifikasi salah satu arah hubungan (arc) di antara dua kota tersebut dengan dua arc baru. Arc pertama diganti dengan kombinasi antara arc (i,j) dan arc (i,k), sedangkan arc kedua diubah menjadi arc (k,j). Nilai k diambil dari kota yang belum masuk dalam subtour dan memiliki jarak terkecil, sehingga total jarak dapat dihitung menggunakan persamaan berikut:
Gambar 2. 3 Rumus Nearest Insert dimana: d : jarak
k : titik yang belum terpilih i : titik pertama dalam insertion j : titik kedua dalam insertion
Nearest Neighbor, berikut adalah cara kerja metode ini. Pertama, semua rute kendaraan dimulai dalam kondisi kosong. Metode ini dimulai dengan rute kendaraan pertama, lalu secara bertahap menambahkan (insert) pelanggan terdekat (nearest neighbor) yang belum dikunjungi ke dalam rute tersebut, selama penambahan tersebut tidak melampaui batas kapasitas maksimum kendaraan atau
6 batas lain yang ditentukan oleh varian VRP. Proses serupa kemudian diterapkan pada kendaraan berikutnya hingga seluruh kendaraan penuh atau semua pelanggan telah terlayani. (Gunawan, 2012).
Berikut adalah algoritma Nearest Neighbor menurut (Pop, 2011):
1. Mulai dari gudang, cari pelanggan terdekat yang belum dikunjungi untuk dijadikan pemberhentian pertama.
2. Lanjutkan ke pelanggan berikutnya yang memiliki jarak terpendek dari lokasi sebelumnya, dengan syarat pengiriman masih dalam batas kapasitas kendaraan.
Jika kendaraan masih memiliki kapasitas tersisa, ulangi langkah kedua untuk mencari lokasi berikutnya.
Jika kapasitas kendaraan sudah penuh, kembali ke langkah pertama dan mulai lagi dari gudang.
Jika tidak ada lokasi yang bisa dikunjungi karena volume pengiriman melampaui kapasitas, kendaraan harus kembali ke gudang dan
memulai rute baru dengan pelanggan yang belum terlayani.
3. Algoritma berakhir ketika semua pelanggan telah dikunjungi tepat satu kali.
Farthest Insert, Metode ini menentukan urutan kunjungan dengan memilih konsumen yang, jika dimasukkan ke dalam rute yang sudah ada, akan menghasilkan jarak tempuh yang paling jauh. Menurut (Chopra dan Meindl, 2007), metode farthest insert dilakukan dengan terlebih dahulu memasukkan konsumen yang memberikan tambahan jarak tempuh paling besar. Untuk setiap pelanggan yang belum termasuk dalam satu perjalanan, cari tahu kenaikan jarak tempuh terbesar yang terjadi jika pelanggan tersebut ditambahkan ke perjalanan dari semua titik potensial. Setelah itu, pilih kembali pelanggan dengan kenaikan jarak tempuh paling besar untuk membentuk perjalanan berikutnya. Proses ini berlanjut hingga semua pelanggan yang akan dikunjungi telah termasuk dalam perjalanan. Dengan menerapkan metode Farthest Insert ini, penentuan jalur transportasi terpendek dapat menghasilkan rute kendaraan yang didasarkan pada pelanggan yang memiliki jarak terjauh.
7 Utilitas alat angkut, formula Utilitas Alat Angkut adalah formula yang digunakan untuk menghitung berapa kapasitas alat angkut jika diisi oleh muatan, untuk menghitungnya dibutuhkan jumlah beban yang akan diangkut dan kapasitas alat angkut yang akan digunakan, dalam pengimplementasiannya dapat digunakan formula sebagai berikut :
Gambar 2. 4 Rumus Utilitas Alat Angkut
Biaya bahan bakar, adalah biaya yang akan digunakan dalam proses distribusi untuk mengoperasikan alat angkut yang akan digunakan untuk proses distribusi, untuk menghitungnya diperlukan total jarak yang akan ditempuh dan juga jarak yang dapat ditempuh per-liter bahan bakar, dibutuhkan juga harga bahan bakar yang digunakan per-liternya, dalam pengimplementasiannya dapat digunakan formula sebagai berikut :
Gambar 2. 5 Rumus Biaya Bahan Bakar
2. 2 Flowchart
Metode yang digunakan merupakan metode flowchart untuk mengikuti langkah- langkah yang sistematis dalam praktikum, dalam flowchart ini akan dijelaskan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam proses praktikum Distribution
8 System Design mulai dari tahap awal seperti meng-input data yang diperlukan selama proses praktikum hingga penyusunan laporan.
Gambar 2. 6 Flowchart
Mulai
Proses pengerjaan laporan praktikum oleh mahasiswa dimulai
Input data
Proses mengumpulkan dan memasukkan data-data yang diperlukan oleh mahasiswa selama proses pengerjaan praktikum kedalam software Excel
Menghitung matriks jarak
Menghitung matriks jarak dilakukan dalam software Excel dengan menggunakan Rumus matriks jarak
Menghitung saving matriks
Setelah mendapatkan matriks jarak mahasiswa dapat menghitung saving matriks dengan menggunakan formula saving matriks di software Excel
9
Menentukan rute
Penentuan rute dilakukan berdasarkan hasil dari saving matriks yang telah didapat sebelumnya
Overload demand?
Menghitung apakah rute yang ditentukan sesuai dengan kapasitas dari transportasi yang akan digunakan dan tidak Overload, jika
“tidak” maka dapat menuju tahap selanjutnya, jika “iya” maka harus melakukan penentuan rute kembali
Penerapan metode Nearest insertion
Memanfaatkan software Excel mahasiswa melakukan perhitungan dengan formula Nearest insertion dengan matriks jarak
Rute terdekat?
Menentukan apakah hasil dari perhitungan dengan formula Nearest insertion benar dan mendapatkan hasil sesuai, jika “iya” maka lanjut ketahap selanjutnya, jika “tidak” maka melakukan perhitungan ulang menggunakan formula nearest insertion
Penerapan metode nearest neigbor
Melakukan perhitungan dengan menggunakan software Excel dalam penerapan formula nearest neigbor dengan menggunakan data dari matriks jarak
Rute terdekat?
Menentukan apakah hasil dari perhitungan dengan formula nearest neigbor benar dan mendapatkan hasil sesuai, jika “iya” maka lanjut ketahap selanjutnya, jika “tidak” maka melakukan perhitungan ulang menggunakan formula nearest neigbor
Penerapan metode farthes insert
Melakukan perhitungan dengan menggunakan software Excel dalam penerapan formula farthes insert dengan menggunakan data dari matriks jarak
Rute terdekat?
Menentukan apakah hasil dari perhitungan dengan formula farthes insert benar dan mendapatkan hasil sesuai, jika “iya” maka lanjut ke
10 tahap selanjutnya, jika “tidak” maka melakukan perhitungan ulang menggunakan formula farthes insert
Menghitung biaya bahan bakar
Melakukan perhitungan terhadap biaya yang akan dikeluarkan dalam melakukan distribusi dalam hal bahan bakar dengan menggunakan formula perhitungan bahan bakar
Menghitung utilitas alat angkut
Melakukan perhitungan terhadap seberapa penuh transportasi yang akan digunakan dalam memuat muatan yang diminta oleh toko yang dituju
Metode terbaik?
Melakukan pemilihan terhadap hasil yang telah didapat dari ketiga metode yang telah dihasilkan untuk memilih hasil terbaik, jika “iya”
maka metode dan hasil yang dipilih merupakan hasil terbaik, jika
“tidak” maka harus melakukan perhitungan ulang
Analisis hasil
Melakukan analisis terhadap hasil yang telah didapat agar tidak ada kesalahan dalam melakukan perhitungan
Penyusunan laporan
Melakukan penyusunan laporan praktikum sesuai dengan format penyusunan laporan yang telah ditentukan
Selesai
Proses praktikum Distribution system design telah selesai dilakukan.
11 BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 3. 1 Studi kasus
Perusahaan HASSA akan mengirimkan produk dari gudang pusat yang diasumsikan berposisi koordinat (0,0) ke 8 titik lokasi toko dengan masing-masing toko memiliki jumlah demand yang berbeda. Perusahaan ingin menentukan berapa jumlah truk optimal yang diperlukan untuk mengangkut seluruh demand dari berbagai toko tersebut dengan kondisi perusahaan hanya bisa menyewa maksimal 4 buah truk dengan kapasitas untuk masing-masing truk adalah 700 unit.
Perusahaan berharap penentuan rute yang tepat mampu menghemat biaya sehingga cukup 2-3 truk saja yang digunakan untuk melakukan distribusi. Data lokasi tujuan pengiriman dan besar demand adalah sebagai berikut:
Tabel 3. 1 Data studi kasus
Lakukanlah perencanaan rute pengiriman yang optimal menggunakan metode saving matrix, kemudian urutkan rute pengiriman menggunakan metode nearest insertion, nearest neighbor, dan farthest insert, setelahnya lakukan analisis mana rute terbaik versi anda yang layak untuk diajukan kepada atasan Anda. Jangan lupa hitunglah utilisasi alat angkut pengiriman Anda dan total biaya bahan bakar dari rute yang Anda usulkan jika harga bahan bakar diasumsikan Rp7.000,00 per liter dan penggunaan 1 liter bahan bakar mampu menempuh 5 satuan jarak.
12 3. 2 Perhitungan
setelah memahami apa yang diinginkan oleh studi kasus maka langkah selanjutnya adalah memulai perhitungan berdasar pada teori yang telah dipelajari maka hal yang perlu dilakukan adalah memasukkan seluruh data yang tersedia
untuk memudahkan dalam melakukan perhitungan.
Tabel 3. 2 Data Studi Kasus 2 A. Matriks Jarak
Selanjutnya perlu menghitung matriks jarak dengan menggunakan rumus :
Gambar 3. 1 Rumus Matriks Jarak
yang telah dipelajari sebelumnya, keberadaan matriks jarak sangat penting dalam melakukan perhitungan secara lengkap dikarenakan matriks jarak sangat dibutuhkan dalam proses selanjutnya seperti menghitung saving matrix, atau dalam penerapan metode, berikut merupakan hasil dari penerapan formula matriks jarak :
Tabel 3. 3 Matriks Jarak
Dalam tabel ini gudang diibaratkan dengan angka “0”, dan setiap toko tujuan diibaratkan dengan angka 1-8, maksud dari tabel ini adalah jarak dari gudang menuju toko ataupun toko menuju toko lainnya, dalam pengimplementasiannya dalam kolom 0.1 didapatkan nilai 18.60 yang merupakan hasil dari mengukur jarak dua lokasi dengan koordinat (𝑥1, 𝑦1) dan (𝑥2, 𝑦2).
13 B. Saving Matriks
Selanjutnya adalah membuat sebuah saving matrix, saving matrix didapatkan dari melakukan perhitungan dengan formula sebagai berikut:
Gambar 3. 2 Rumus Saving Matrix
yang telah dipelajari sebelumnya, keberadaan saving matrix diperlukan dalam menentukan rute yang optimal dalam melakukan pengiriman pada toko-toko yang memiliki demand, dengan menggunakan formula yang telah ditentukan maka akan didapatkan hasil saving matrix seperti berikut :
Tabel 3. 4 Saving Matrix
Setelah mendapatkan saving matrix langkah selanjutnya adalah mengurutkan nilai saving matrix dari yang terbesar hingga yang terkecil maka hasil yang didapat adalah :
Tabel 3. 5 Nilai Saving Matrix (berurutan)
Setelah berhasil mengurutkan nilai dari setiap saving matrix maka langkah selanjutnya adalah melakukan pemilihan rute dengan mempertimbangkan aspek demand yang dibutuhkan toko dan juga kapasitas alat angkut yang akan digunakan, dalam kasus ini alat angkut dapat mengangkut 700 unit per truk dengan jumlah truk yang tersedia adalah 2-3 truk.
Tabel 3. 6 Rute Optimal
14 Dalam rute nomor 1 toko yang akan dituju adalah toko 7 dan 1, dengan jumlah demand dari kedua toko adalah 538 dengan sisa unit yang bisa diangkut oleh satu truk adalah 162, maka akan diambil satu toko lagi yang akan dipenuhi demandnya oleh truk rute 1 dengan catatan demand dari toko tersebut tidak melebihi sisa unit yang dapat diangkut oleh truk rute 1, maka akan diambil toko 6 sesuai dengan urutan nomor 6 dalam pengurutan nilai saving matriks, demand dari toko 6 adalah 139, maka toko 6 dipilih untuk masuk ke rute 1.
Begitu juga dengan rute 2 dimana toko yang dituju adalah toko 5 dan 4 dengan jumlah demand 388 unit, maka truk rute 2 masih dapat mengangkut 312 unit lagi, karena itu akan diambil 1 toko lagi dengan jumlah demand maksimal 312, toko yang dipilih untuk rute 2 adalah toko nomor 8 dengan demand 249 di mana demandnya masih bisa diangkut oleh truk rute 2.
Pada rute nomor 3 toko yang belum memiliki rute pengiriman barang adalah toko 2 dan 3 dengan jumlah demand 423, dengan ini setiap toko yang memiliki demand telah mendapatkan rute pengiriman yang optimal, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan cara pemenuhan demand dari toko-toko ini, untuk memudahkan perhitungan maka setiap rute akan diwarnai dengan warna yang berbeda yaitu rute 1 ditandai dengan warna hijau, sedangkan rute 2 menggunakan warna biru dan rute 3 menggunakan warna oranye.
C. Nearest Insertion
Setelah mendapatkan seluruh data yang dibutuhkan untuk penerapan metode nearest insertion, maka proses dilanjutkan dengan menghitung jarak yang akan ditempuh jika ingin menggunakan metode nearest insertion, formula yang digunakan untuk menghitungnya adalah :
Gambar 3. 3 Rumus Nearest Insertion
Dalam penerapan metode nearest insertion, pertama-tama dipilih terlebih dahulu titik awal dari gudang menuju pelanggan pertama. Kemudian, setelah titik awal sudah dipilih masukkan pelanggan selanjutnya ke jalan rute yang sudah dibuat berdasarkan jarak rute yang terdekat dari rute tersebut. Dengan itu, dibikinlah 3 tahap perhitungan yang mana tahap 1 yaitu perhitungan untuk jarak dari gudang ke kota pertama lalu ke gudang kembali. Kemudian tahap 2 yaitu digabungkannya titik yang terdekat dari gudang ke 2 titik yang berbeda secara terpisah kemudian kembali lagi ke gudang. Untuk yang terakhir, tahap 3 yaitu diawali dari titik yang paling dekat dengan gudang kemudian disambungkan ke titik-titik selanjutnya yang terdekat dari titik terakhir kemudian diakhiri dengan kembali lagi ke gudang.
15 Cara menghitung jarak dari rute ini memiliki beberapa tahapan di mana tahap pertama menentukan jarak setiap toko dari gudang menuju toko dan kembali lagi ke gudang, sebagai contoh rute 1 memiliki 3 toko yaitu toko 1, 7 dan 6, jarak toko dari rute ini dari dan menuju gudang adalah :
Tabel 3. 7 Tahap 1 (Nearest Insertion)
Dari melakukan perhitungan ini diketahui bahwasanya jarak terpendek dimiliki oleh toko 6 oleh sebab itu dalam tahap selanjutnya toko 6 dipilih sebagai tujuan pertama, setelah mendapatkan hasil dari tahap satu maka rute dengan jarak terpendek adalah toko 6 maka rute 6 menjadi tujuan pertama dalam rute ini, tahap kedua adalah menghitung jarak dari gudang menuju toko 6 kemudian menuju toko 1 dan kembali ke gudang, dan dari gudang menuju toko 6 kemudian menuju toko 7 dan kembali ke gudang.
Tabel 3. 8 Tahap 2 (Nearest Insertion)
Setelah mengetahui jarak rute dari tahap 2, tahap selanjutnya adalah membuat rute paling optimal dimana dipilih terlebih dahulu rute dengan jarak yang lebih pendek, maka rute yang dipilih adalah G-6-1-7-G dengan total jarak adalah 43,96 dan menjadi rute optimal dengan menggunakan metode nearest insertion dalam rute nomor 1.
Hasil dari pengimplementasian metode ini dalam menentukan rute optimal dalam rute nomor 1, 2 dan 3 adalah :
Tabel 3. 9 Tahap 2 (Nearest Insertion)
16 Tabel 3. 10 Hasil (Nearest Insertion)
D. Nearest Neigbor
Cara kerja metode ini dimulai dengan semua rute kendaraan dalam keadaan kosong. Proses dimulai dari kendaraan pertama, di mana customer terdekat yang belum dikunjungi akan dimasukkan satu per satu ke dalam rute. Hal ini dilakukan selama penambahan customer ke dalam rute tersebut tidak melanggar batas kapasitas maksimum kendaraan atau batasan lain yang berlaku dalam varian VRP.
Proses ini berlanjut untuk kendaraan-kendaraan berikutnya hingga semua kendaraan terisi penuh atau seluruh customer telah dikunjungi.
Berikut merupakan algoritma dalam pengimplementasian metode nearest neigbor :
1. Mulai dari gudang: Cari pelanggan yang belum dikunjungi dan memiliki jarak terpendek dari gudang. Pelanggan ini menjadi tujuan pertama.
2. Lanjutkan ke lokasi terdekat: Dari lokasi yang telah dipilih sebelumnya, cari lokasi lain yang memiliki jarak terdekat, dengan syarat jumlah pengiriman tidak melebihi kapasitas kendaraan.
- Jika ada lokasi berikutnya yang memenuhi syarat dan masih ada sisa kapasitas kendaraan, kembali ke langkah 2.
- Jika kendaraan sudah penuh dan tidak ada sisa kapasitas, kembali ke langkah 1 untuk memulai dengan kendaraan baru.
- Jika tidak ada lokasi yang bisa dipilih karena kapasitas kendaraan telah penuh, kembali ke langkah 1 dan mulai lagi dari gudang untuk mengunjungi pelanggan yang belum dikunjungi.
3. Selesai: Algoritma berakhir ketika semua pelanggan telah dikunjungi tepat satu kali
17 Dalam pengimplementasiannya metode nearest neigbor memiliki beberapa tahapan, sebagai contoh akan diambil rute nomor 2 untuk penjelasan tahapan dalam metode nearest neigbor, tahap pertama adalah menghitung jarak setiap toko dari gudang.
Tabel 3. 11 Tahap 1 (Nearest Neigbor)
Setelah mendapatkan jarak setiap toko maka toko dengan jarak terpendek akan dipilih sebagai toko pertama yang akan dikunjungi, dalam kasus ini toko yang dipilih adalah toko 8 dengan jarak dari gudang adalah 11,40, tahap selanjutnya adalah menghitung jarak dari toko dengan jarak terpendek dengan setiap toko lain.
Tabel 3. 12 Tahap 2 (Nearest Neigbor)
Setelah mendapatkan jarak dari toko terdekat dengan toko lainnya maka toko dengan jarak terpendeklah yang akan dipilih terlebih dahulu, dalam kasus ini toko yang dipilih adalah toko 5 dengan jarak 8,60 yang akan menjadi toko yang akan dikunjungi setelah toko 8, langkah selanjutnya adalah menghitung jarak toko kedua dengan toko terakhir yang akan dikunjungi yaitu toko ke 4.
Tabel 3. 13 Tahap 3 (Nearest Neigbor)
Setelah mendapat jarak dari toko 5 menuju toko 4 yaitu 1,41 tahap selanjutnya adalah menghitung jarak dari toko ketiga yang akan dikunjungi yaitu toko 4 kembali ke gudang.
Tabel 3. 14 Tahap 4 (Nearest Neigbor)
Setelah mendapatkan jarak toko terakhir menuju gudang maka tahap selanjutnya adalah menggabungkan setiap toko menjadi rute final dan menghitung seluruh jarak dari rute final tersebut.
18 Tabel 3. 15 Tahap Akhir (Nearest Neigbor)
Rute final yang didapatkan merupakan rute optimal dengan menggunakan metode nearest neigbor, rute yang didapat adalah G-8-5-4-G dengan total jarak adalah 37,23, hasil dari pengimplementasian metode ini dalam rute nomor 1,2 dan 3 adalah :
Tabel 3. 16 Hasil (Nearest Neigbor) E. Farthest Insert
Metode ini menentukan urutan kunjungan dengan memilih konsumen yang, ketika dimasukkan ke dalam rute yang sudah ada, menghasilkan kenaikan jarak terjauh, Untuk setiap konsumen yang belum dimasukkan ke dalam satu perjalanan (trip), cari kenaikan jarak tempuh terbesar jika konsumen tersebut ditambahkan ke dalam perjalanan dari seluruh titik potensial. Selanjutnya, pilih konsumen dengan kenaikan jarak tempuh terbesar untuk membentuk perjalanan berikutnya. Proses ini berlanjut hingga semua konsumen yang akan dikunjungi telah dimasukkan ke dalam perjalanan. Dengan menggunakan metode Farthest Insert untuk menentukan rute terpendek, rute kendaraan dibentuk berdasarkan konsumen yang memiliki jarak terjauh.
Dalam pengimplementasiannya metode ini memiliki beberapa tahapan untuk mengetahui rute optimal dari setiap rute yang telah dipilih, dalam kasus ini akan diambil contoh rute nomor 3 untuk dijelaskan lebih lanjut, tahap pertama dalam metode ini adalah menghitung jarak setiap toko dari gudang dan kembali lagi ke gudang, dalam kasus ini adalah toko 2 dan 3.
Tabel 3. 17 Tahap 1 (Farthest Insert)
Jarak yang didapatkan dari toko 2 adalah 30,53 sedangkan toko 3 memiliki nilai jarak 47,41, setelah mendapatkan jarak dari setiap toko maka toko dengan
19 jarak terpanjang akan dipilih terlebih dahulu untuk dikunjungi yaitu toko 3, langkah selanjutnya adalah menjumlahkan jarak dari gudang menuju toko terjauh kemudian menuju toko kedua terjauh dan kembali lagi ke gudang, dalam kasus ini toko yang dituju hanya 2 maka setelah tahap ini kita dapat mengetahui rute final yang didapat dan jarak total seluruh rute.
Tabel 3. 18 Tahap Akhir (Farthest Insert)
Rute final yang didapat dan merupakan rute optimal dari rute ini
menggunakan metode farthest insert adalah G-3-2-G dengan jarak totalnya adalah 76,61, berikut merupakan hasil dari rute nomor 1, 2 dan 3:
Tabel 3. 19 Hasil (Farthest Insert) F. Biaya Bahan Bakar
Biaya bahan bakar adalah biaya yang merujuk pada biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli bahan bakar untuk pengoperasian transportasi yang digunakan dalam mengangkut barang untuk memenuhi demand dari custumer, biaya bahan bakar dihitung berdasarkan harga biaya bahan bakar, total jarak yang harus ditempuh dan juga harga per-liter bahan bakar, dalam
pengimplementasiannya biaya ini menggunakan formula sebagai berikut :
Gambar 3. 4 Rumus Bahan Bakar
Dalam kasus ini perusahaan HASSA menggunakan 3 truk untuk mendistribusikan barang kepada toko-toko untuk memenuhi demand dari setiap toko tersebut, setiap truk tersebut membutuhkan 1 liter bahan bakar setiap 5 satuan jarak, sedangkan harga bahan bakar per-liternya diasumsikan seharga Rp7.000,00,
20 berikut merupakan perhitungan dengan menggunakan formula biaya bahan bakar terhadap setiap rute yang telah ditentukan berdasarkan jarak yang telah dihitung oleh ketiga metode sebelumnya :
Tabel 3. 20 Hasil Biaya Bahan Bakar G. Utilitas Alat Angkut
Utilitas alat angkut adalah konsep yang menggambarkan sejauh mana efisiensi penggunaan alat transportasi, seperti truk, kapal, pesawat, atau kereta api, dalam aktivitas logistik dan distribusi barang. Ini menunjukkan bagaimana kendaraan tersebut dimanfaatkan untuk mencapai penggunaan optimal dalam hal kapasitas, untuk menghitung tingkat penggunaan alat transportasi dibutuhkan jumlah beban yang akan diangkut oleh alat transportasi dan kapasitas yang dapat diangkut oleh alat transportasi, rumusnya adalah sebagai berikut :
Gambar 3. 5 Rumus Utilitas Bahan Bakar
Dalam kasus ini beban yang akan diangkut oleh alat transportasi berbeda setiap rutenya, yaitu rute 1 dengan 677 unit, rute 2 dengan 637 unit, dan rute 3 dengan 423 unit, sedangkan beban yang dapat diangkut oleh setiap alat angkut yaitu dalam kasus ini adalah truk adalah 700 unit, sehingga didapatkan hasil berupa :
Tabel 3. 21 Hasil Utilitas Bahan Bakar 3. 3 Data Perhitungan
https://docs.google.com/spreadsheets/d/191eofXv-
I6AiQN_DnyKJEGpPfQh60iiB/edit?usp=drive_link&ouid=1138063545906567 04862&rtpof=true&sd=true
https://1drv.ms/x/c/e9d8dfd1ec1acb65/EYDXfqZLT6BIlOpd42O3_Bg B8VN7MBkEX0Sq9AxOXAY8bw?e=JLPhme
21 BAB IV
ANALISIS 4. 1 Penentuan Rute
Sebagaimana yang telah dihasilkan dari penentuan rute dari hasil saving matrix yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perusahaan HASSA dapat mengambil 3 rute untuk memenuhi demand dari seluruh toko, hal ini sesuai dengan permintaan perusahaan HASSA dimana mereka meminta agar alat angkut yang digunakan tidak lebih dari 4 dan untuk meningkatkan keefisienan mereka meminta agar truk yang digunakan hanya 2-3 saja, maka rute yang tepat adalah :
Tabel 4. 1 Rute
Rute 1 akan memenuhi demand dari toko 1, 7 dan 6 dengan total demand 677 unit, sedangkan rute 2 akan memenuhi demand dari toko 5, 4 dan 8 dengan total demand 637 unit, rute 3 akan memenuhi demand dari 2 toko yang tersisa yaitu toko 2 dan 3 dengan total demand 423 unit, seluruh rute memenuhi syarat dimana setiap alat angkut hanya dapat mengangkut 700 unit sehingga tidak ada rute yang overload.
4. 2 Penentuan Metode Terbaik
Dalam penentuan metode terbaik dan paling optimal untuk memenuhi demand dari seluruh toko maka akan dilakukan perbandingan dari seluruh metode dan biaya bahan bakar yang akan dihabiskan untuk memenuhi demand dari toko, sehingga akan ditemukan metode teroptimal yang dapat diaplikasikan dalam
proses distribusi perusahaan HASSA.
Tabel 4. 2 Perbandingan Metode Terbaik
22 Dapat dilihat bahwasanya jarak rute 1 pada setiap metode memiliki kesamaan yaitu 43,96, dalam rute 2 metode nearest insert dan nearest neigbor memiliki jarak rute yang sama yaitu 37,23, sedangkan untuk metode farthest insert memiliki perbedaan dengan jarak yang lebih banyak dari pada 2 metode yang lain yaitu 47,92 sehingga dalam metode ini jarak yang ditempuh lebih banyak 10,69 satuan jarak, sedangkan untuk rute 3 seluruh metode yang telah dihitung sebelumnya memiliki jarak tempuh yang sama yaitu 76,61.
Mempertimbangkan seluruh aspek seperti jumlah jarak, penggunaan bahan bakar maka metode paling optimal yang dapat digunakan oleh perusahaan HASSA untuk mendistribusikan dan memenuhi demand dari 8 toko yang ada adalah metode NEAREST INSERTION dan NEAREST NEIGBOR yang memiliki tingkat keoptimalan yang sama, sehingga perusahaan HASSA dapat memilih salah satu dari kedua metode tersebut untuk memenuhi demand dari seluruh toko secara optimal dan efisien.
4. 3 Utilitas
Utilitas alat angkut yang digunakan oleh perusahaan HASSA untuk memenuhi demand dari 8 toko memiliki tingkat utilitas yang berbeda setiap rutenya, tingkat utilitas setiap rute akan dijabarkan seperti berikut :
Tabel 4. 3 Utilitas Alat Angkut
Tingkat utilitas alat angkut pada rute 1 merupakan yang paling tinggi dengan nilai 97%, sedangkan pada rute 2 tingkat utilitas alat angkutnya masih tergolong tinggi dengan nilai 91%, namun pada rute 3 utilitas alat angkutnya tergolong rendah dengan nilai 60%, maka perlu dilakukan evaluasi agar tingkat utilitas dapat menjadi lebih efisien.
23 BAB V
KESIMPULAN
Sistem distribusi merupakan sebuah sistem yang menyalurkan barang ataupun jasa dari para produsen hingga konsumen akhir, untuk mengatur alur distribusi agar optimal dan efisien dalam hal biaya, waktu maupun tenaga, diperlukan adanya pemilihan metode dan rute yang akan digunakan dalam distribution system design, untuk pemilihan rute maka perusahaan harus melakukan pemilihan rute teroptimal dan yang paling efisien menggunakan matriks jarak dan saving matrix sedangkan untuk metode penyaluran terdapat 3 metode yang dapat dipilih oleh entitas yang akan melakukan distribusi yaitu : nearest insertion, nearest neighbor, dan farthest insertion.
Dalam laporan ini telah ditentukan bahwasanya perusahaan HASSA memiliki 3 rute yang dapat digunakan untuk memenuhi demand dari para toko berdasarkan perhitungan menggunakan saving matrix dan matriks jarak, sedangkan untuk metode penyaluran perusahaan HASSA memiliki 2 opsi yang memiliki kesamaan keoptimalan dan keefisienan yaitu metode nearest insertion dan nearest neigbor, kedua metode ini dinilai merupakan metode yang paling optimal dan terefisien yang dapat digunakan oleh perusahaan HASSA.
24 DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Abdul Aziz, Ekonomi Islam Analisis Mikro dan Makro,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2008), Cet. Ke-1, h. 87.
Dessy Anwar, Kamus Bahasa Indonesia,(Surabaya: Karya Abditama, 2001), Cet.
Ke-1, h. 125
Kunarjo, Glosarium Ekonomi, Kuangan dan Pembangunan, (Jakarta: Universitas Indonesia Perss, 2003), Cet. Ke-1, h. 81.
M. Fuad, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 129.
Nurwidiana, Fatmawati, W., dan Miranti, D., 2011. “Usulan Model Penentuan Jadwal dan Rute Distribusi Untuk Minimasi Biaya Transportasi”, Teknik Industri Universitas Islam Semarang, Proceeding Seminar Nasional Teknik Industri dan Kongres BKSTI VI, Semarang.
Yuniarti, R., dan Astuti, M., 2013. “Penerapan Metode Saving Matrix Dalam Penjadwalan dan Penentuan Rute Distribusi Premium di SPBU Kota Malang”, Teknik Industri Universitas Brawijaya, Malang.
Ikfan, N., dan Masudin, I., 2014. “Saving Matrix Untuk Menentukan Rute Distribusi”, Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang, Malang.
Sumber Artikel Ilmiah/Jurnal:
Xie, W. (2015). Japanese “Idols” in Trans-Cultural Reception: the case of Idol Group AKB48. Visual Post: a Journal for the Study of Past
25