LAPORAN AKHIR
PENELITIAN UNGGULAN STRATEGIS NASIONAL (PUSN)
RANCANG BANGUN KAPAL IKAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LENGKAP LEPAS RAKIT
TERURAI (completed knockdown) dan SISTEM
BERKEMBANG (modul) DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN KAPAL NELAYAN SECARA NASIONAL
Pengusul :
Dr. Ir. Akhmad Basuki Widodo, M.Sc (0730066002) Dr. Ir. Viv Djanat Prasita, M.App.Sc. (0717026501)
Nur Yanu Nugroho, ST. MT (0002017202) Ali Munazid, ST., MT (0719087901)
Aris Hisyam Alwi, SST (Mitra) Putut Widodo, SST (Mitra)
Dibiayai oleh :
Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI dan PENDIDIKAN TINGGI sesuai dengan Kontrak Penelitian Tahun Anggaran 2018
Nomor : 120/SP2H/LT/DRPM/2018
Kode/Nama Rumpun : 481/Teknik Perkapalan.
Bidang PUSN : ILMU PERKAPALAN
RINGKASAN
RANCANG BANGUN KAPAL IKAN DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM LENGKAP LEPAS TERURAI (completed knockdown) dan SISTEM BERKEMBANG (modul) DALAM RANGKA MEMENUHI KEBUTUHAN
KAPAL NELAYAN SECARA NASIONAL
Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki puluhan ribu pulau. Setidaknya terdapat 13.466 pulau yang bernaung di wilayah Negara Kesatua Republik Indonesia, sedangkan luas daratan dan lautan memiliki perbandingan yang cukup signifikan, dari data statistik yang diperoleh setidaknya total luas daratan Indonesia mencapai 1.910.000 km2 sedangkan total luas lautan mencapai 6.279.000 km2. Dengan total keseluruhan luas laut di Indonesia dan potensi sumber daya alam yang dianugerahkan Tuhan kepada negeri ini, baik berupa hayati dan non – hayati merupakan asset besar bagi Indonesia.
Kebijakan pemerintah menekan kegiatan pembalakan liar (illegal logging), semakin sulit untuk mendapat kayu sebagai bahan baku pembangunan kapal dengan harga murah dan ukuran yang sesuai dengan kebutuhan. Pada proses pembangunan kapal kayu sampai dengan saat ini, masih membutuhkan bahan baku yang sangat banyak dan ukuran yang relatif besar, terutama pada galangan kapal kayu tradisional. Galangan tradisional ini dikenal boros akan bahan baku. Hal ini disebabkan oleh proses produksinya yang menjadikan boros akan bahan baku. Sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalah transportasi perintis (antar pulau) adalah dengan menyediakan kapal yang murah dan cepat tetapi masih memenuhi persyaratan klas (BKI). Salah satu tindakan yang dapat memenuhi kriteria tersebut adalah dengan mengembangkan rancang bangun kapal kayu dengan sistem lengkap lepas terurai (complete knockdown). Rancang bangun dari sistem pembangunan kapal ini mempunyai keunggulan hemat bahan baku, proses pembangunan yang lebih cepat, tetapi mempunyai kekuatan yang lebih baik. Selain itu dalam riset ini akan di tampilkan proses pembuatan kapal dengan sistem lepas rakit, yaitu pembangunan kapal kayu dapat dilakukan dimana saja dengan komponen kapal yang sudah tersedia. Selain itu pembangunan kapal kayu dapat dibuat dalam beberapa variasi tanpa merubah bentuk dan ukuran komponen kapal kayu. Pada riset ini yang diutamakan adalah analisa struktur kapal dan struktur sambungan pada kapal. Karena sambungan pada struktur kapal merupakan faktor utama sebagai penentu keselamatan dan daya tahan kapal terhadap tekanan ombak.
Dari hasil riset diharapkan dapat ditentukan struktur dan komponen kapal yang dapat diproses secara banyak (mass product), sehingga biaya produksi akan semakin murah dan ekonomis karena menggunakan komponen kapal yang relatif kecil. Dengan sistem pembangunan ini diharapkan juga proses pembangunan kapal akan semakin cepat.
Dampak lain dari keberhasilan riset ini adalah ketergantungan terhadap bahan baku kapal kayu yang selama ini semakin sulit dan mahal akan dapat diatasi. Dampak lain adalah isu lingkungan hidup baik kualitas udara maupun kualitas air akan semakin terjamin mutunya. Hal ini diakibatkan penebangan hutan yang semakin terencana, karena kebutuhan akan kayu yang semakin terencana pula.
Kata Kunci : Laminasi Kayu dan/atau Bambu, FRP, Completed Knockdown, Modul
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL . . . .. . . i
HALAMAN PENGESAHAN . . . ii
RINGKASAN . . . iii
DAFTAR ISI . . . iv
I. PENDAHULUAN . . . 1
I.1. Latar Belakang . . . 1
I.2. Tujuan Penelitian . . . 2
II. KEGIATAN TAHUN 2018 . . . 5
III. RENCANA KEGIATAN 2019 . . . 20
IV. JADWAL KEGIATAN TAHUN 2018 . . . 21
DAFTAR PUSTAKA . . . 22
LAMPIRAN . . . . . . v
1. Hasil Pengujian Sambungan Lunas . . . 24
2. Hasil Pengujian Sambungan Gading . . . 27
3. Rencana Garis dan Rencana Umum Kapal Kockdown dan Modul . . 28
BAB I.
PENDAHULUAN
I.1. LATAR BELAKANG.
Salah satu potensi Indonesia yang potensial adalah perikanan. Indonesia memiliki potensi di bidang perikanan sebesar 65 juta ton/tahun, namun baru 20% yang dimanfaatkan. Tercatat bahwa nilai ekonomi yang terbantu dari sisi potensi perikanan ini jika dikalkulasikan maka pendapatan negara bisa mencapai US$ 47.000.000.000/tahun ditambah lagi dengan kerugian yang diakibatkan oleh illegal fishing. Dari laut Arafuru ini, Negara mendapat kerugian sebesar Rp. 520 trilliun. suatu nilai yang sangat besar bagi penyangga APBN. Potensi pesisir yang dimiliki Indonesia berupa keanekaragaman hayati dan non – hayati. Tercatat bahwa panjang pantai di Indonesia mencapai 95.181 km dengan luas wilayah laut 5,4 juta km2, mendominasi total luas teritorial Indonesia sebesar 7,1 juta. Kontribusi perekonomian yang berasal dari wilayah pesisir ini sebesar US$ 82.000.000.000/ tahun. Jika dioptimalkan, maka akan lebih besar pendapatanya per tahun. Dengan negara yang berjuluk “Negara Kepulauan” Potensi dari segi pariwisata di bidang bahari yang tersebar di 241 kabupaten/kota dapat mencapai US$ 29.000.000.000/
tahun.Tingginya kelimpahan dan keanekaragaman hayati di laut Indonesia, digunakan untuk pengembangan industri bioteknologi bahan pangan, obat-obatan, kosmetika dan bioremediasi. Pemanfaatan di bidang bioteknologi laut ini berpotensi paling besar diantara potensi lainya. Tercatat bahwa potensi bioteknologi laut ini mencapai US$
330.000.000.000/ tahun. Pemanfaatan bioteknologi ini akan berdampak besar jika pengelolaan maksimal oleh pemerintah.
Tetapi semua ini hanya dalam hitungan diatas kertas, karena sarana dan prasarana untuk mengoptimalkan potensi tersebut masih sangat terbatas. Kita masih banyak membutuhkan kapal atau perahu sebagai salah satu sarana untuk mengeksploitasi potensi tersebut. Dan untuk itu diperlukan kapal-kapal nelayan yang sederhana, tetapi mampu melayari wilayah diluar ZEE. Dan kita belum mampu memasok kebutuhan kapal ikan tersebut agar pemanfaatan sumber daya laut yang kita miliki dapat dikelola secara optimal. Salah satu kendalanya kemampuan kita dalam memproduksi kapal kayu
secara cepat dan murah. Dalam pembuatan kapal ikan yang representative, dalam arti kapal tersebut mempunyai disain yang baik, mampu berlayar dalam kurun waktu yang cukup lama dan mampu berlayar dilaut bebas, masih dibutuhkan waktu yang relatif lama dan mahal. Galangan kapal tradisional dalam membangun kapal ikan yang mampu melayari wilayah ZEE, biasanya diperlukan bahan dan material yang khusus dan tidak semua galangan kapal kayu mampu mengerjakan.
Dengan melihat permasalahan tersebut diatas, maka ada ide untuk membuat kapal secara lepas terurai (completed knockdown), dimana komponen-komponen kapal dibuat secara pre fabrication. Dengan sistem pembuatan kapal secara knockdown diharapkan galangan-galangan kapal tradisional mampu membangun kapal dalam waktu yang relative singkat dan cepat serta murah. Hal ini disebabkan bahwa material dan komponen kapal telah tersedia. Sedangkan murah karena komponen kapal tersebut dibuat secara fabrikan, sehingga biaya produksinya dapat ditekan serendah-rendahnya.
Selain itu, karena bahan dan komponen kapal kayu tersebut dibuat dengan sistem laminasi, yaitu terbuat dari dua atau lebih lapis kayu. Hal ini menyebabkan bahwa bahan kayu laminasi tidak memerlukan persyaratan dimensi yang tinggi.
I.2. TUJUAN DAN SASARAN.
A. Tujuan.
Tujuan dari riset ini adalah me - rancang bangun sistem pembangunan kapal nelayan yang terbuat dari kayu dan/atau bambu laminasi secara cepat dan murah, yaitu dengan metoda lepas terurai (completed knockdown) dan berkembang (modul) dari bahan yang dibuat dengan sistem laminasi, sehingga kapal diharapkan menjadi lebih kuat, lebih cepat dalam pembangunannya dan lebih murah harganya.
B. Sasaran.
Sasaran dari riset ini adalah menemukan sistem perakitan dalam proses pembangunan kapal kayu dan/atau laminasi bambu dengan cara completed knockdown dan modul, dimana setiap sambungan atau pemisahan bagian kapal yang merupakan bagian completed knockdown dan modul.
Untuk lebih jelasnya, saran setiap tahap dari riset ini dapat dilihat pada table berikut :
CAPAIAN KEGIATAN RISET TAHUN I (2018).
Pelaksana Perguruan Tinggi
No. Uraian Luaran Uraian
Capaian 1 Jenis Produk/Proses Teknologi yang
dihasilkan. ada
2 Kapasitas Produksi yang dihasilkan. -
3 Tahap Komersialisasi Produk. -
4 Nilai jual produk, biaya produksi dan
efisiensi produk -
5
Bentuk bagi hasil keuntungan antara Mitra Industri dengan Tim Program RAPID dan Perguruan Tinggi.
-
6 Manfaat Teknologi/Ekonomi yang diperoleh ada 7 Rencana atau Bisnis Plan yang terkait dengan
Produk. -
8
Diseminasi produk RAPID/ pemasaran : brosur, iklan spesifikasi produk yang dihasilkan.
-
9
Keterlibatan mahasiswa :
S1
S2
S3
ada
10
Luaran dan Publikasi :
Jurnal Nasional/Internasional
Seminar Nasional/Internasional
HaKI
Buku
Pameran
Media Cetak
Media Elektronika
draft draft draft draft
- - -
11 Tingkat Kesiapan Teknologi (TKT) 6
Mitra Industri.
No. Uraian Luaran Uraian
Capaian
1 Jenis Produk/Proses Teknologi yang dihasilkan. -
2 Kapasitas Produksi yang dihasilkan. -
3 Tahap Komersialisasi Produk. -
4 Nilai jual produk, biaya produksi dan efisiensi
produk -
5
Bentuk bagi hasil keuntungan antara Mitra Industri dengan Tim Program RAPID dan Perguruan Tinggi.
-
6 Manfaat Teknologi/Ekonomi yang diperoleh ada 7 Rencana atau Bisnis Plan yang terkait dengan
Produk. -
8 Pemasaran : brosur, iklan spesifikasi produk yang
dihasilkan -
BAB II.
KEGIATAN TAHUN 2018
Kegiatan Penelitian Unggulan Strategis Nasional (PUSN) ini menitikberatkan pada proses atau metoda pembangunan kapal kayu dan/atau bambu laminasi untuk keperluan kapal perikanan derngan berukuran antara 3 GT ~ 10 GT dengan mengunakan komponen yang sama atau hamper sama, sehingga proses pembangunan kapal akan lebih cepat dan murah.
Kapal Ikan yang dijadikan objek penelitian mempunyai ukuran 3 GT, 5 GT dan 10 GT. Penelitian ini merupakan pengembangan dari hasil penelitian RAPID 2013-2014 dengan judul Rancang Bangun Kapal Ikan 5 GT dari Laminasi Bambu. Sehingga untuk membuat Kapal tersebut tidak perlu membuat Komponen dan Disain setiap kapal.
Diharapkan dengan satu Disain dan satu Komponen dapat dibuat kapal ikan berukuran antara 3 GT ~ 10 GT.
Kegiatan penelitian dalam yang periode bulan Pebruari ~ September 2018 meliputi kegaatan :
Pengujian.
Dalam pembangunan kapal dengan menggunakan metoda knockdown atau lepas rakit ini, maka factor utama yang menjadi perhatian adalah sistem sambungan pada Lunas dan Gading-gading. Yang dimaksud dengan kapal knockdown ini adalah komponen yang sama dapat digunakan dalam ukuiran kapal perikanan yang berbeda, sehingga dalam memenuhi kebutuhan kapal perikanan hanya menggunakan variasi komponen yang berbeda sehingga dengan kombinasi variasi komponen kapal akan didapatkan ukuran kapal perikanan anatar 3~10 GT.
Pelaksanaan pengujian dilakukan di Pusat Penelitian Hasil Hutan, Badan Litang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Bogor. Adapau pengujian yang dilakukan meliputi :
1) Konstruksi Sambungan Lunas.
Bahan uji terdiri dari tanpa (0) sambungan, sambungan satu (1) dan sambungan dua (2). Sedangkan pengujiannya meliputi pengujian searah sambungan dan tegak lurus sambungan. Tumpuan pembenannya satru (1) dan pembenan (2).
Gambar dibawah ini adalah contoh uji tipe sambungan untuk Lunas.
Pengujian menggunakan standar ASTM D 143 dengan 3 (tiga) kali ulang yang dilakukan analisa dengan Rancangan acak Faktorial 3x3.
Gambar diatas adalah pengujian sambungan (1) tegak lurus sambungan dengan satu tumpuan pembenanan. Pengujian dilakukan terhadap contoh uji tanpa sambungan yang digunakan sebagai control, satu sambungan dengan uji sejajar dan tegak lurus sambungan dan dua sambungan dengan uji sejajar dan tegak lurus sambungan.
Gambar diatas menggambarkan proses pengujian sambungan lunas dengan dua titik pembebanan. Proses dan metoda pengujian sama seperti pada proses pengujian satu titik pembebanan.
Hasil pengujian sambungan Lunas dapat dilihat pada Lampiran 1.
2) Konstruksi Sambungan Gading.
Pengujian ini untuk mengetahui bentuk sambungan pada gading akibat adanya beban atau gaya yang bekerja dari luar seperti hantaman gelombang dan arus air laut terhadap kekuatan badan kapal. Selain adanya beban atau pengaruh gaya dari luar, badan kapal juga menahan akibat beban dari dalam kapal seperti muatan kapal kapal.
Dalam pengujian ini dibuat 3 (tiga) tipe sambungan, yaitu tipe (1) merupakan tipe sambungan yang hanya mengandalkan kekuatan perekat, pasak atau mur- baut dan keterkaitan antar komponen. Keunggulan tipe ini adalah pengerjaannya yang sederhana, sedikit menggunakan bahan sehingga akan mengurangi kebutuhan bahan untuk kapal dan akan mengurangi beban kapal. Tipe (2) merupakan pengembangan bentuk (1), tetapi pada bagian dalam diberikan penguat sehingga diharapkan lebih tahan terhadap gaya yang berkerja pada badan kapal. Sedangkan tipe (3) merupakan tipe sambungan yang biasa
digunakan oleh para pengrajin kapal kayu tradisional. Tipe ini sederhana, tetapi karena adanya penguat pada sisi kiri dan kanan pada sambungannya, maka proses pembuatannya memerlukan bahan yang lebih banyak. Gambar dibawah ini tipe dan bentuk sambungan pada gading.
Gambar dibawah ini menunjukkan proses pengujian tipe sambungan gading dengan pembebanan dari luar.
Sedangkan gambar dibawah ini menunjukkan pengujian dengan pembebanan dari dalam. Beban atau gaya dari dalam akibat adanya muatan dalam kapal.
Survey.
Survey ini bertujuan untuk mencari reference option dalam rangka menentukan bentuk sambungan pada konstruksi kapal knockdown dan modul. Survey dilakukan di dua tempat yaitu di :
1. Takalar, Sulawesi Selatan.
Takalar adalah salah satu daerah pengrajin kapal kayu tradisional yang ada diwilayah Sulawesi Selatan. Kapal yang dibangun merupakan kapal ikan.
Kapal yang dibangun di daerah Takalar merupakan kapal penangkap ikan yang berukuran kecil, sehingga proses pembangunannya tidak jauh berbeda dengan kapal kayu tradisional yang dibangun diwilayah Jawa. Baik sistem sambungan pada gading2nya maupun pada bagian lainnya. Tetapi pada bagian lunas tidak terdapat sambungan, karena pada umumnya kapal yang dibangun berukuran kecil, sehingga untuk mendapatkan kayu untuk lunas massif relatife mudah.
Gambar dibawah menunjukkan proses pembangunan di Takalar.
2. Bulukumba, Sulawesi Selatan.
Kabupaten Bulukumba terletak di ujung bagian selatan ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan, terkenal dengan industri perahu pinisi yang banyak memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat dan Pemerintah Daerah.
Bulukumba terkenal dengan galangan kapal phinishi atau galangan kapal tradisional yang berbahan kayu. Produk dari wilayah ini sudah mencapai mancanegara sebagai kapal wisata.
Galangan kapal kayu di Bulukumba pada umumnya membuat atau membangun kapal kayu dengan ukuran diatas 100 Gross Tonnage (GT). Kapal dengan ukuran sebesar ini, mempunyai panjang lunas diatas 20 meter, sehingga harus ada sambungan pada Lunasnya.
Penempatan dan tipe sambungan akan menentukan kekuatan yang optimum terhadap struktur kapal secara keseluruhan. Secara umum, sambungan yang digunakan di galangan kapal Bulukumba adala tipe sraft joint yang dikombinasikan dengan perekat dan mur-baut. Gambar dibawah merupakan salah satu contoh sambungan yang digunakan untuk kapal berukuran 20 GT.
Proses pembangunan konstruksi lambung untuk kapal pariwisata dengan menggunakan kayu ulin dengan ketebalan diatas 4 cm. Antara papan yang satu dengan papan yang dilaut dikaitkan dengan pasak dan diberikan kulit kayu arthocapus (kayu putih). Hal ini untuk kekedapan dari lambung kapal. Didaerah Bulukumba, ketersediaan kayu masih relatih mudah, tetapi untuk kedepan dan isu lingkungan hidup ketersediaan kayu akan semakin sulit sehingga kapal harus dilakukan sambungan untuk dapat digunakan sebagai bahan pembangunan kapal kayu dalam ukuran besar.
Proses produksi kapal kayu pada bagian lambung di Bulukumba pada umumnya sama dengan proses pembangunan kapal kayu di Jawa. Setelah peletakaan lunas, pekerjaan selanjutnya adalah pemasangan papan pada badan kapal atau pada lambung kapal. Untuk membangun badan kapal yang belok seperti pada bagian
haluan dan buritan, papan kayu dipanaskan dan dibengkokan sesuai dengan alur pada bagian kapal.
Kemudian setelah badan kapal selesai, tetapi tidak harus tuntas sampai diatas, maka dilakukan pemasangan gading yang disesuaikan dengan bentuk lambung kapal. Untuk mendapatkan kayu untuk gading, maka dicari kayu yang mempunyai struktur bengkok. Karena kapal yang dibangun dengan lebar lebih dari 8 meter, maka gading-gading yang digunakan selalu ada sambungan. Hal ini disebabkan untuk mendapat bahan (kayu) dengan panjang lebih dari 5 meter dibentuk sesuai dengan bentuk lambung yang sedang dibangun.
Kadang-kadang pembangunan lunas juga memerlukan sambungan, karena panjang kapal yang tidak memungkinkan pembangunan lunas dengan menggunakan kayu utuh, sehingga diperlukan sambungan pada bagian lunasnya.
Hal ini dapat dilihat pada gambar berikut ini. Sistem sambungan pada lunas sama seperti proses penyambungan lunas di Jawa. Proses penyambungan dengan tipe scraft yang diperkuat dengan mur baut pada kedua sisinya. Tipe sambungan ini relatif sederhana dalam proses pembuatannya dan mempunyai kekuatan yang cukup tinggi untuk menahan gelombang laut pada saat mengenai lunas.
Badan Kapal secara keseluruhan melengkung dalam bidang tengah bujur, jika bagian tengah lebih tinggi dari bagian ujung, keadaan ini disebut keadaan menggunung (hogging condition). dalam keadaan ini, Lunas akan mengalami tegangan tarik terbesar sedang alas mengalami tegangan tekan terbesar. jika bagian tengah lebih rendah daripada bagian ujung, keadaan ini disebut keadaan melembah (sagging condition). disini Lunas mengalami tegangan tekan terbesar dan alas mendapat tegangan tarik terbesar. jika kapal berlayar di air yang bergelombang, maka kedua keadaan ini terjadi berganti-ganti. saat dimana bagian tengah kapal berada di puncak gelombang, dan kedua ujungnya berada di lembah gelombang, kapal akan berada di kadaan hogging condition. sebaliknya, jika bagian tengah kapal berada di lembah gelombang maka kapal berada pada kondisi sagging
Demikian juga untuk sambungan antara lunas linggi dengan lunas haluan, dimana proses pembuatan di wilayah Jawa menggunakan sambungan ujung sambungan seperti dilihat pada gambar berikut ini. Pada umumnya, kapal kayu yang berukuran kecil menggunkan sambungan tipe ini. hal ini disebabkan wilayah operasinya tidak terlalu jauh dari pantai dan tipe lautnya tidak terlalu ekstrem.
Sedangkan kapal kayu yang dibangun di Bulukumba Sulawesi Selatan sistem sambungan yang digunakan seperti pada gambar dibawah ini. Sambungan tidak terdapat pada tekukan antara linggi lunas dan linggi haluan. Pada posisi tersebut tidak diperkenankan sambungan sehingga menggunakan kayu yang berbentu lengkung sesuai dengan kelengkungan lunasnya, setelah itu baru diperkenankan sambungan.
Hal ini disebabkan kapal yang dibangun di Bulukumba berukuran besar hingga mencapai panjang lunas 40 meter dan diperuntukan laya di samodra sehingga benturan dan tekanan terhadap linngi haluan lebih besar. Selain itu kuat arus di wilayah Sulawesi selatan sangat kuat, sehingga dibutuhkan linggi haluan yang kuat.
Gambar dibawah ini adalah kapal kayu yang sedang dibangun di Bulukumba dengan ukuran panjang hamper 50 meter dan lebar kapal 10 meter.
Produksi.
1. Persiapan.
Dalam penelitian ini, pembuatan kapal sebanyak 2 buah dengan ukuran yang berbeda dan fungsi knockdown merupakan gabungan atau kombinasi antara komponen yang besar dan kecil. Sehingga dengan vaariasi dan kombinasi akan dipeoleh minimal 4 buah kapal dengan spesifikasi yang berbeda.
Pembuatan kapal perikanan dengan sistem knockdown ini menggunakan kayu Bangkirai (Drybalanops spp) yang merupakan salah satu jenis kayu yang diperboleh untuk digunakan sebagai bahan konstruksi utama kapal kayu. Panjang lunas secara keseluruhan 10 meter dan panjang total dari kapal mencapai 12 meter. Sedangkan dimensi lunas untuk pala ini adalah tebal 16 cm dan lebar 14 cm. Karena untuk mendapatkan kayu dengan ukuran tersebut sulit dan harganya mahal, maka panjang lunas dibagi menjadi 2 bagian dengan panjang masing2 5 meter.
Kapal yang satunya dengan panjang lunas 6 meter dengan dimensi yang sama dengan kapal yang panjang lunasnya 10 meter.
2. Fabrikasi Lunas.
Kegiatan fabrikasi lunas ini merupakan fabrikasi bagian lunas depan (haluan) dan lunas bagian belakang (buritan). Karena ini merupakan kapal yang dibangun dengan sistem knockdown, maka kegiatan ini dibuat difabrikan. Gambar dibawah berikut ini adalah kegiatan fabrikasi lunas haluan.
Sedangkan gambar berikut ini adalah fabrikasi lunas buritan. Dalam gambar terlihat jelas konstruksi lunas buritan sangat berbeda dengan kapal pada umumnya. Kapal ini menggunakan mesin yang ada didalam kapal (on board), sehingga diperlukan konstruksi khusus. Mesin on board memerlukan media penyalur dari mesin ke penggerak kapal atau baling2. Selain itu, bentuk badan kapal bagian belakang yang menggunakan mesin on board sangat berbeda dengan kapal yang menggunakan mesin diluar atau disamping badan kapal.
3. Peletakan Lunas.
Peletakan lunas atau disebut dengan keel lying merupakan kegiatan proses penyambungan lunas buritan dengan haluan. Pada proses peletakan lunas menggunakan sambungan tipe seperti pada gambar berikut ini. Sambungan ini dari hasil pengujian menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan sambungan yang lain.
4. Konstruksi Melintang.
Konstruksi melintang adalah konstruksi gading2 yang diproses setelah pemasangan lunas. Sebelum pemasangan gading2, maka tindakan yang lakukan sebelumnya adalah fabrikasi Gading. Fabrikasi gading adalah penyambungan gading datar dengan gading tegak.
Setelah proses fabrikasi lambung selesai, maka proses selanjutnya pemasangan gading2 pada lunas mulai dari gading no.0 atau transom hingga gading no.26.
gambar berikut adalah proses pengerjaan konstruksi melintang (gading2).
18
BAB III.
RENCANA KEGIATAN TAHUN 2019
Kegiatan tahun 2019 meliputi kegiatan :
1. Meneruskan proses pembangunan badan kapal knockdown.
Pada tahun 2018, kegiatan penelitian Proses Pembangunan Kapal Kayu dengan sistem knockdown sampai pada pembangunan konstruksi utma badan kapal saja.
Kapal yang dikerjakan hanya kapal yang mempunyai ukuran panjang kapal 8 dan 12 meter.
2. Analisa Numerik Kapal Knockdown.
Perhitungan numerik kapal pada kegiatan ini dilakukan terhadap 4 (empat) kapal yang merupakan kombinasi 2 (dua) komponen kapal yang meliputi :
1. Kapal dengan panjang kapal 8 meter (lunas 6 meter gabungan antara 3 + 3 meter) dan lebar kapal (gading2) 1.8 meter.
2. Kapal dengan panjang kapal 10 meter (lunas 8 meter gabungan antara 5 + 3 meter) dan lebar kapal (gading2) 1.8 meter.
3. Kapal dengan panjang kapal 10 meter (lunas 8 meter gabungan antara 5 + 3 meter) dan lebar kapal (gading2) 2.6 meter.
4. Kapal dengan panjang kapal 12 meter (lunas 10 meter gabungan antara 5 + 5 meter) dan lebar kapal (gading2) 2.6 meter.
BAB IV.
KEGIATAN TAHUN 2018
Kegiatan penelitian tahun 2018 dapat dilihat seperti pada tabel dibawah ini :
Kegiatan
Bulan ke :
2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1. Pembuatan spesimen uji untuk
Lunas dan Gading
2. Pengujian sistem sambungan pada Lunas dan Gading2 3. Analisa hasil uji
4. Persiapan Produksi Kapal konockdown
5. Fabrikasi Lunas.
6. Fabrikasi Gading
7. Peletakan Lunas dan Konstruksi Melintang
8. Laporan Kemajuan.
9. Pembangunan konstruksi utama badan kapal lnockdown
10. Uji Numerik 11. Laporan Akhir
DAFTAR PUSTAKA.
---, (1996), Buku Peraturan Klasifikasi dan Konstruksi Kapal Laut, Peraturan Kapal Kayu, Biro Klasifikasi Indonesia. Bina Hati, Jakarta
Ananda S, Ichikawa Y, Munelata, Nagase Y and Shimizu H. 1996. Fiber Texture and Mechanical Graded Structure of Bambu. Dep. of Mechaniccal Engineering, Gumme University. Japan.
Bodiq, J and Benyamin AJ. 1982. Mechanics of Wood and Wood Composites. Nostrand Reinhold Company.
China National Bambu Research Centre, 2001. Cultivation and Integrated Utilization on Bambu in China. Hangzhou. China.
Chugg WA. 1964. GLULAM, The Manufacture of Glue Laminated Structurer. Ernest Benn Limited. London.
Fangchun, Z. 2000. Selected Works of Bambu Research. The Bambu Research Editorial Committee, Nanjing Forestry University, Nanjing, China.
Hayashi, T. 1989. Fatigue Properties of Structural Laminated Veneer Lumber (LVL).
Tokyo Ringika. Japan.
Krisdianto, Sumarni G dan Ismanto A. 2000. Sari Hasil Penelitian Bambu. Pusat Penelitian Hasil Hutan. Bogor.
Martawidjaja, et al. 1978. Timber Used for the Shipbuilding Industry in Indonesia.
Lembaga Penelitian kehutanan. Bogor.
Martawidjaja, dkk. 1989. Atlas Kayu Indonesia. Puslitbang Kehutanan. Bogor.
Morisco. 1999. Rekaya Bambu. Pusat Antar Uninersitas untuk Teknik Sipil UGM.
Nugroho, N.Y. dan Widodo, AB. 2013. Pengembangan Prototipe Kapal Cepat Berbahan Material Komposit Serat Organik. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing (HB), DP2M DIKTI. Kementerian Pendidikan Nasional
Rosyid, DM. dan Widodo, AB. 2000. Pengembangan Material Konstruksi Laminasi untuk Aplikasi Kelautan. Riset Unggulan Kemitraan (RUK) VI tahun 2001, Kerjasama antara ITS dengan PT. PAL dan PT. Pamolite Adhesive Industry.
Surabaya.
Rosyid, DM. dan Widodo, AB. 2005. Pengembangan Pembangunan Kapal Kayu dengan Sistem Lepas Rakit (Knockdown). Riset Unggulan Kemitraan (RUK) XI tahun 2005, Kerjasama antara ITS dengan PT. PAL dan PT. Pamolite Adhesive Industry. Surabaya.
Widjaja, S dan Widodo, AB. 2005. Karakterisasi Struktur Kapal Kayu dengan Material Alternatif Komposit Bambu. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing XII, DP2M DIKTI. Kementerian Pendidikan Nasional.
Widodo, AB dan Rosyid, DM. 2010. Komposit Bambu untuk Aplikasi Struktur. Dalam rangka Memanfaatkan Sumber Daya Alam secara Optimal. ITS Press Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Surabaya.
Widodo, AB. 2013. Pengembangan Material Laminasi Bambu Sebagai Komponen Konstruksi Utama Kapal Kayu. Laporan Akhir Penelitian Hibah Fundamental, DP2M DIKTI. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Widodo, AB. 2013. Analisa Komposisi dan Posisi Bahan Pengisi Dalam Konstruksi Laminasi Bambu Betung (Dendrocalamus Asper) Sebagai Bahan Pembangunan Kapal Kayu. Laporan Akhir Penelitian Internal Universitas Hang Tuah (UHT), Surabaya.
Widodo, AB. 2013. Teknologi Pembangunan Kapal Perikanan Sebagai Sarana Penangkap Ikan Dengan Menggunakan Material Laminasi Bambu Untuk Memenuhi Kebutuhan Kapal Nelayan di Jawa Timur. Laporan Akhir Penelitian Prioritas NasionalMasterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (Penprinas MP3EI) 2011-2025, DP2M DIKTI. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Widodo, AB. 2013. Rancang Bangun Kapal Ikan Ukuran 5 Gross Tonnage (GT) Dengan Menggunakan Material Utama Komposit Bambu Untuk Memenuhi Penyediaan Kapal Penangkap Ikan Secara Nasional. Laporan Akhir (tahun I) Riset Andalan Perguruan Tinggi dan Industri (RAPID), DP2M DIKTI.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Hasil Pengujian Tipe Sambungan untuk Lunas.
Lampiran 2. Hasil Pengujian Tipe Sambungan untuk Gading.
Lampiran 3. Disain Kapal Knockdown.