• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Perdirjen Life Cycle Assessment (LCA) dalam Sektor Distribusi Minyak dan Gas 2021

N/A
N/A
Dwi Wulandari

Academic year: 2024

Membagikan "Rancangan Perdirjen Life Cycle Assessment (LCA) dalam Sektor Distribusi Minyak dan Gas 2021"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN PERDIRJEN LCA

SEKTOR DISTRIBUSI MINYAK DAN GAS

2021

KLHK:Gate to Gate

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1. Pengantar

Dokumen ini berisikan rancangan Peraturan Direktur Jenderal (Perdirjen) Life Cycle Assessment (LCA) yang dikembangkan dari susunan Product Category Rules (PCR) dalam sistem EPD Internasional, di mana EPD merupakan ekolabel tipe III sesuai dengan penjelasan dalam ISO 14025:2006. Rancangan Perdirjen ini disusun untuk keperluan penentuan batasan kajian LCA dalam pemenuhan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 01 Tahun 2021 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup, di mana pada peraturan tersebut terdapat aspek kriteria penilaian yang berkaitan dengan LCA.

Rancangan Perdirjen ini harus memungkinkan praktisi yang berbeda untuk menghasilkan hasil yang konsisten saat menilai produk dengan kategori produk yang sama.

Dalam Rancangan Perdirjen ini menggunakan terminologi sebagai berikut:

 Istilah “harus” berfungsi untuk menunjukkan hal-hal yang bersifat wajib untuk dipenuhi.

 Istilah “sebaiknya” berfungsi untuk menunjukkan rekomendasi, bukan persyaratan/keharusan untuk dipenuhi.

 Istilah “boleh” atau “dapat” berfungsi untuk menunjukkan opsi yang diizinkan untuk digunakan/dipenuhi.

Rancangan Perdirjen ini dapat diperbarui secara berkala. Umpan balik dari pemangku kepentingan terkait PROPER dan Perdirjen ini sangat diharapkan. Setiap referensi ke dokumen ini harus mencakup nomor registrasi Perdirjen dan nama Perdirjen untuk mempertahankan hak cipta dokumen, memastikan bahwa dimungkinkan untuk menerbitkan, memperbarui bila perlu, dan tersedia bagi semua industri sejenis untuk mengembangkan kajian LCA sesuai dengan batasan yang terdapat pada Rancangan Perdirjen ini.

(3)

BAB II INFORMASI UMUM

2. Informasi Umum

2.1 Informasi Administratif

Nama Rancangan Perdirjen LCA – Sektor Distribusi Minyak dan Gas

Nomor Registrasi [Nomor Surat Pengajuan]

Partisipan Rancangan [Nama Partisipan dalam Forum Rancangan]

Moderator Rancangan

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Sub Holding Commercial and Trading Pertamina Sub Holding Gas Pertamina

Komite Rancangan Kementerian Lingkungan Hidup & Kehutanan RI Waktu Publikasi [Tanggal & Tahun Rilis]

Bahasa dalam Dokumen Rancangan Perdirjen

Rancangan Perdirjen ini dikembangkan dan tersedia dalam Bahasa Indonesia

2.2 Lingkup dari Rancangan Perdirjen 2.2.1 Definisi dan Deskripsi Kategori Produk

Kelompok produk yang dikaji dalam Rancangan Perdirjen ini harus meliputi salah satu atau sebagian dari produk yang tertulis dalam daftar di bawah ini untuk masing- masing unit perusahaan:

Produk BBM, termasuk antara lain: Gasoline/Benzene (Premium, Pertamax series), Produk Gasoil/HSD (Solar, BioSolar dengan campuran FAME, Dex series), Produk Kerosene/Heavy oil (MFO dan MDF), Avtur (Jet A-1), dan/atau produk bahan bakar lainnya yang bersifat cair pada kondisi operasi distribusi;

Produk LPG, termasuk antara lain: Butana, Propana, LPG (campuran Butana dan Propana), dan/atau produk turunan LPG lainnya;

Produk Pelumas, termasuk antara lain: Diloka, Enduro 4T Racing, Enduro Matic, Pertamina Coolant, Prima XP, Meditran S Min 40, Meditran S Min 1W, Meditran SX Min, Translik HD, Turalik 52, dan/atau produk pelumas lainnya;

(4)

Produk Aspal

Produk Sales Gas termasuk antara lain: CNG, LNG, sweet gas, dan/atau bahan bakar lainnya yang bersifat gas pada kondisi operasi distribusi.

Dokumen ini menyediakan batasan untuk penilaian kinerja lingkungan sektor distribusi fuel terminal, integrated terminal, DPPU, LPG terminal, bitumen plant, lubricant production, distribusi gas di Indonesia. Kelompok produk dari perusahan yang dikaji dalam Rancangan Perdirjen ini tertulis dalam daftar di bawah ini:

1. Fuel Terminal

 Produk BBM 2. Integrated Terminal

 Produk BBM, dan/atau

 Produk LPG

3. Depot Pengisian Pesawat Udara (DPPU)

 Produk BBM, terutama Avtur (Jet A1) 4. LPG Terminal

 Produk LPG 5. Bitument Plant

 Produk Aspal

6. Production Unit Lubricants

 Produk Pelumas 7. Distribusi Gas

 Produk Sales Gas

Kelompok produk di atas dikelola dengan teknologi apapun yang umum digunakan dalam kegiatan distribusi migas. Untuk teknologi lain atau baru, harus mengikuti gagasan dan prinsip dari Rancangan Perdirjen ini dan mematuhi bagian yang relevan. Rancangan Perdirjen ini dapat digunakan untuk satu unit dalam perusahaan maupun serangkaian unit dalam perusahaan yang telah ditentukan.

2.2.2 Wilayah Geografis

Rancangan Perdirjen LCA sektor Distribusi Minyak dan Gas ini berlaku untuk digunakan di wilayah Negara Indonesia.

(5)

2.2.3 Validitas Rancangan Perdirjen

Rancangan Perdirjen ini berlaku sejak dipublikasikannya [Nama Perdirjen]

pada [Tanggal & Tahun Rilis]. Rancangan Perdirjen dapat diajukan ulang jika perubahan teknologi atau keadaan lain menyebabkan:

 Kesalahan dalam informasi yang dinyatakan, atau

 Perubahan signifikan pada informasi produk yang dinyatakan, proses produksi utama, deklarasi konten, atau informasi lingkungan tambahan.

Jika perubahan tersebut telah terjadi, tetapi Rancangan Perdirjen ini tidak diperbarui, maka perancang harus menghubungi KLHK untuk pengajuan ulang Perdirjen ini.

(6)

BAB III

TINJAUAN DAN INFORMASI LATAR BELAKANG

3.1 Alasan Pengembangan Rancangan Perdirjen

Rancangan Perdirjen ini dikembangkan untuk penentuan batasan kajian LCA dalam pemenuhan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 01 Tahun 2021 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. Rancangan Perdirjen ini harus memungkinkan praktisi yang berbeda untuk menghasilkan hasil yang konsisten saat menilai produk dengan kategori produk yang sama.

3.2 Studi Dasar

Pada Rancangan Perdirjen ini ditentukan jenis produk, unit fungsional, batasan sistem, metode alokasi, kategori dampak, dan aturan kualitas data yang akan digunakan dalam melakukan kajian LCA. Penentuan hal-hal tersebut didasarkan pada kajian LCA yang telah dilakukan sebelumnya pada masing-masing industri sejenis yang kemudian dihimpun dan dirangkum untuk menjadi dasar perumusan Perdirjen ini.

(7)

BAB IV

TUJUAN DAN RUANG LINGKUP, LIFE CYCLE INVENTORY (LCI) DAN LIFE CYCLE IMPACT ASSESSMENT (LCIA)

4.1 Unit Fungsional

Unit fungsional merupakan satuan terukur dari suatu sistem produk untuk digunakan sebagai unit acuan. Unit fungsional diperlukan untuk memastikan bahwa hasil LCA seragam dan/atau dapat dibandingkan sehingga harus ditentukan dalam Rancangan Perdirjen ini. Unit fungsional yang digunakan dalam rancangan Perdirjen ini didasarkan pada jenis produk yang telah ditentukan pada dokumen ini. Unit fungsional dalam Rancangan Perdirjen ini didefinisikan sebagai:

Produk BBM (per kiloliter obs. 15°C);

Produk LPG (per metrik ton);

Produk Pelumas (per ton);

Produk Aspal (per metrik ton);

Produk Sales Gas (per mmscf; atau per m3; atau per TOE; atau per ton)

Contoh penggunaan unit fungsional untuk masing-masing jenis produk adalah 1 kiloliter (kL) BBM, 1 ton produk pelumas dan/atau unit fungsi lain, yang dapat disesuaikan dengan jenis-jenis produk yang tertulis pada sub bab 2.2.1.

4.2 Batasan Sistem

Rancangan Perdirjen ini menggunakan pendekatan proses atribusi dari cradle to grave yang disesuaikan dengan kondisi sektor distribusi yang ada di Indonesia.

4.2.1 Tahapan Daur Hidup

Tahapan dalam daur hidup terbagi menjadi 3 yaitu:

1. Cradle to Gate (Proses Hulu) 2. Gate to Gate (Proses Inti) 3. Gate to Grave (Proses Hilir)

(8)

Kinerja lingkungan yang terkait dengan masing-masing dari tiga tahapan di atas harus dilaporkan secara terpisah. Ketiga tahapan tersebut akan dijelaskan pada bagian 4.2.1.1-4.2.1.3.

4.2.1.1 Proses Hulu

Proses hulu terdiri dari informasi lingkungan tentang proses penerimaan bahan baku.

Proses atribusi berikut adalah bagian dari sistem produk dan diklasifikasikan sebagai proses hulu.

 Penerimaan Bahan Baku untuk sektor Fuel Terminal, Integrated Terminal, DPPU, LPG Terminal, Bitumen Plant, dan Lubricant Production Unit

- Dimulai dari manifold penerimaan baik melalui jalur pipa, kapal, RTW, dan/atau mobil tangki.

 Penerimaan Bahan Baku untuk sektor Distribusi Gas

- Dimulai dari titik terima atau titik serah melalui jalur pipa/truk/tanker.

4.2.1.2 Proses Inti

Proses inti terdiri dari informasi lingkungan gate to gate pada tahap penimbunan untuk menjaga kualitas produk hingga tahap penyaluran unit (stock control) sebelum penyaluran produk. Proses atribusi berikut adalah bagian dari sistem produk dan diklasifikasikan sebagai proses inti, antara lain sebagai berikut.

a. Sektor Fuel Terminal, Integrated Terminal, DPPU, LPG Terminal, Bitumen Plant

 Penimbunan

- Penimbunan bahan baku dalam tangki timbun.

- Dapat disertai dengan proses lainnya seperti blending bahan baku dengan bahan tambahan atau heating.

Intertank

- Proses pemindahan produk antar tangki.

- Proses ini bersifat opsional, jika terdapat dalam proses inti dapat dimasukkan dalam kajian LCA, dan apabila tidak terdapat data dapat dikecualikan.

 Penyaluran

(9)

- Proses penyaluran pada filling shed, yaitu penyaluran (loading) mobil tangki, skid tank, atau refueller/bridger, atau

- Proses pemompaan produk menuju jalur pipa atau hydrant pit.

- Dapat disertai dengan proses heating untuk beberapa produk tertentu.

 Utilitas atau kegiatan penunjang

- Dapat ditambahkan fasilitas penunjang seperti generator set, bengkel, warehouse, perkantoran, pengelolaan limbah dan/atau fasilitas penunjang lainnya yang bersifat esensial.

- Fasilitas penunjang bersifat opsional, yaitu bergantung kepada ketersediaan data yang dapat dimasukkan dalam kajian LCA, dan dapat dikecualikan apabila tidak tersedia data yang memadai.

b. Sektor Lubricant Production Unit

 Penimbunan

- Penimbunan bahan baku pada fasilitas tangki timbun.

- Dapat disertai dengan proses lainnya seperti heating.

Blending

- Proses pembuatan produk pelumas dengan pencampuran bahan baku, baik secara inline dan/atau automatic batch.

- Dapat disertai dengan proses lainnya seperti heating.

 Penyimpanan

- Fasilitas penyimpanan yang digunakan untuk menyimpan produk siap jual (holding tank).

 Utilitas

- Dapat ditambahkan fasilitas penunjang seperti generator set, bengkel, warehouse, perkantoran, pengelolaan limbah, dan/atau fasilitas penunjang lainnya yang bersifat esensial.

- Fasilitas penunjang bersifat opsional, yaitu bergantung kepada ketersediaan data yang dapat dimasukkan dalam kajian LCA, dan dapat dikecualikan apabila tidak tersedia data yang memadai.

c. Sektor Distribusi Gas

 Penerimaan

(10)

- Fasilitas penerimaan di stasiun gas adalah sebagai berikut, namun tidak terbatas pada API separator, dan/atau bejana tekan (condensate trap, launcher trap, receiver trap, slug catcher, separator 2 fasa);

- Dapat ditambahkan proses separasi gas untuk tujuan pengeringan seperti dehydration plant, dan/atau proses lainnya sesuai perkembangan teknologi yang ada.

 Kompresi gas

- Proses kompresi gas pada fasilitas yang ada adalah sebagai berikut, namun tidak terbatas pada gas compressor, airfin cooler, dan/atau interstage scrubber;

- Dapat ditambahkan proses pengeringan gas, dan/atau pengaturan tekanan gas;

- Fasilitas kompresi gas ini bersifat opsional.

 Penimbunan

- Proses penimbunan untuk produk sales gas pada tangki timbun.

- Fasilitas penimbunan ini bersifat opsional.

 Pengemasan

- Pengemasan produk sales gas sebelum disalurkan kepada konsumen.

- Fasilitas pengemasan ini bersifat opsional.

 Utilitas

- Dapat ditambahkan fasilitas penunjang seperti generator set, perkantoran, flare gas, pengelolaan limbah, dan/atau fasilitas penunjang lainnya yang bersifat esensial.

- Fasilitas penunjang bersifat opsional, yaitu bergantung kepada ketersediaan data yang dapat dimasukkan dalam kajian LCA, dan dapat dikecualikan apabila tidak tersedia data yang memadai.

Batasan sistem teknis, yaitu tidak termasuk:

 Perjalanan bisnis personil.

 Bepergian ke dan dari tempat kerja normal oleh personil.

 Kegiatan penelitian dan pengembangan.

(11)

4.2.1.3 Proses Hilir

Proses hilir terdiri dari distribusi produk sampai dengan titk serah ke konsumen, di mana pengelolaan operasionalnya berada dalam kendali perusahaan (bukan milik konsumen atau kontraktor). Proses atribusi berikut adalah bagian dari sistem produk dan diklasifikasikan sebagai proses hilir, antara lain:

 Sektor Fuel Terminal, Integrated Terminal, DPPU, LPG Terminal - Transportasi produk melalui mobil tangki, skid tank, dan/atau - Pemompaan produk ke RTW, dan/atau

- Distribusi produk melalui jalur pipa, dan/atau

- Pengisian produk ke pesawat (aktivitas mobil dispenser dan/atau refueller), dan/atau

- Pemompaan penyaluran BBM untuk backloading kapal.

 Sektor Lubricant Production Unit dan Bitumen Plant - Pengisian produk ke dalam kemasan.

 Sektor Distribusi Gas

- Metering penyerahan atau titik serah produk gas melalui jalur pipa/truk/tanker.

4.2.2 Pengaturan Batasan Sistem Lain

4.2.2.1 Batasan Terhadap Aliran Sumber Daya Alam

Batasan alam didefinisikan sebagai aliran sumber daya material dan energi dari alam ke dalam sistem. Emisi ke udara, air, dan tanah termasuk dalam batasan sistem ketika dihasilkan dari proses produksi. Untuk emisi penggunaan energi listrik dari PLN dapat dikecualikan.

4.2.2.2 Batasan Waktu

Data masukan dan keluaran dari proses inti harus mencerminkan satu tahun referensi atau rata-rata tahunan dari periode referensi yang telah ditentukan dengan batas maksimal 3 tahun terakhir dari kajian dilakukan.

4.2.2.3 Batasan Geografis

Commented [JES1]:

Commented [JES2]: pengertian titik serah:

- MT ke SPBU, tidak termasuk MT Agen Industri - Skid Tank ke SPBE (yg dikelola oleh S&D, bukan SPPBE) - sepanjang jalur pipa TBBM asal ke TBBM tujuan akhir

(12)

Batasan geografis menunjukkan kesesuaian wilayah pengambilan data pengukuran atau perhitungan yang digunakan pada kajian LCA. Ketersediaan data yang digunakan untuk proses inti harus spesifik, sesuai dengan kondisi wilayah atau daerah masing-masing.

4.2.2.4 Penilaian Risiko

Dampak lingkungan akibat kecelakaan dan kejadian yang tidak diinginkan bukan bagian dari LCA tetapi bagian dari penilaian risiko lingkungan yang perlu dilaporkan di bawah informasi lingkungan tambahan. Beban lingkungan sehubungan dengan kecelakaan yang terjadi lebih dari sekali dalam tiga tahun dianggap sebagai bagian dari operasi normal dan merupakan bagian dari LCA. Adapun peristiwa dengan dampak lingkungan yang terjadi kurang dari sekali dalam tiga tahun termasuk dalam penilaian risiko lingkungan.

4.3 Diagram Sistem

Ilustrasi pada Gambar 1 sampai dengan Gambar 7 berikut merupakan diagram sistem yang menunjukkan skema pada proses hulu, proses ini, dan proses hilir. Kotak dengan garis merah merupakan batasan masing-masing bagian proses.

(13)

Gambar 1 Batas Sistem Kajian Sektor Distribusi Gas

Gambar 2 Batas Sistem Kajian Sektor Fuel Terminal

(14)

Gambar 3 Batas Sistem Kajian Sektor Integrated Terminal

Gambar 4 Batas Sistem Kajian Sektor DPPU

(15)

Gambar 5 Batas Sistem Kajian LPG Terminal

Gambar 6 Batas Sistem Kajian Bitumen Plant

(16)

Gambar 7 Batas Sistem Kajian Sektor Lubricant

4.4 Aturan Alokasi

Berdasarkan ISO 14040 dan ISO 14044, dinyatakan bahwa kajian LCA diupayakan untuk tidak melakukan alokasi. Dalam semua kasus alokasi, aturan 100% harus diikuti sehingga jumlah dampak untuk semua produk tunggal dari suatu proses harus sama dengan total beban proses ini. Jika dilakukan alokasi, maka prosedur yang tepat untuk alokasi multiproduk adalah sebagai berikut:

1. Alokasi harus dihindari, jika mungkin, dengan membagi proses unit menjadi dua atau lebih sub-proses dan mengumpulkan data lingkungan yang terkait dengan sub- proses ini.

2. Jika alokasi tidak dapat dihindari, input dan output sistem harus dipartisi di antara produk atau fungsinya yang berbeda dengan cara yang mencerminkan hubungan fisik yang mendasarinya di antara keduanya; yaitu harus mencerminkan cara input dan output diubah oleh perubahan kuantitatif dalam produk atau fungsi yang dihasilkan oleh sistem.

(17)

3. Jika hubungan fisik saja tidak dapat dibuat atau digunakan sebagai dasar untuk alokasi (atau terlalu memakan waktu), instruksi alokasi dari 2 jenis produk harus didokumentasikan dan dikonsultasikan untuk proses-proses utama. Untuk proses yang tidak terdaftar, prosedur alokasi yang paling sesuai harus digunakan dan didokumentasikan.

4. Alokasi dapat dilakukan berdasarkan persentase masing-masing produk terhadap jumlah seluruh produk yang dihasilkan dari proses produksi, sesuai dengan seluruh kategori produk atau jenis produk yang telah ditentukan dan dijual. Jika dilakukan alokasi, alokasi dapat dilakukan seperti ilustrasi Contoh berikut.

Contoh alokasi berdasarkan persentase jumlah produk:

Jenis Produk yang Dihasilkan Jumlah Produk (kL*)

Persentase Produk (%) (Jumlah per Produk/Total

Seluruh Produk x 100%)

Gasoline 2479022 5,29%

Gasoil 44045592 93,93%

Kerosene 368684 0,79%

Total 46893298 100%

*satuan produksi disesuaikan dengan satuan masing-masing jenis produk yang telah disepakati

4.5 Persyaratan Kualitas Data

Perhitungan LCA memerlukan 2 jenis informasi yang berbeda, yaitu:

 Data terkait aspek lingkungan yang berkaitan (seperti aliran material atau energi yang masuk ke sistem produksi). Data ini biasanya berasal dari perusahaan yang melakukan analisa LCA.

 Data yang berhubungan dengan dampak daur hidup dari aliran material atau energi yang masuk ke sistem produksi; yang biasanya berasal dari database.

Data tentang aspek lingkungan harus spesifik mungkin dan harus mewakili proses yang dikaji. Data tentang siklus hidup bahan atau input output diklasifikasikan ke dalam 2 kategori yaitu data primer dan data sekunder, yang didefinisikan sebagai berikut:

1. Data Primer adalah data yang dikumpulkan dari kondisi aktual di perusahaan tempat proses produksi dilakukan, dan data dari bagian lain dari siklus hidup yang dilacak spesifik sistem produk yang diteliti. Misalnya data penerimaan bahan baku, data

(18)

penggunaan energi, data emisi, data pemakaian bahan bakar dari transportasi bahan baku dan produk yang dihasilkan, dll.

2. Data Sekunder adalah data dari sumber data yang tersedia secara umum (misalnya database komersial dan database gratis, jurnal, spesifikasi alat) yang memenuhi karakteristik kualitas data. Contoh: dataset emisi per 1 GJ dari penggunaan listrik PLN diasumsikan 0,5 kg CO2, dll.

Data primer harus selalu digunakan, jika tersedia, dan wajib digunakan untuk proses inti seperti yang didefinisikan di atas. Untuk proses hulu dan hilir, data sekunder dapat digunakan jika data primer tertentu tidak tersedia.

4.5.1 Proses Hulu

Data yang dibutuhkan untuk sektor Fuel Terminal, Integrated Terminal, DPPU, LPG Terminal, Bitumen Plant, dan Lubricant Production Unit

 Data yang dibutuhkan untuk kegiatan penerimaan bahan baku dari kendaraan pengangkut atau pipa melalui manifold penerimaan adalah sebagai berikut:

- Jumlah bahan baku.

- Panjang pipa dan diameter pipa dari manifold penerimaan untuk masuk ke dalam proses inti, jika tersedia.

- Energi yang digunakan untuk pemompaan, jika tersedia.

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Data yang digunakan dapat berupa data primer atau data sekunder.

Data yang dibutuhkan untuk sektor Distribusi Gas

 Data yang dibutuhkan untuk kegiatan penerimaan bahan baku melalui pipa adalah sebagai berikut:

- Jumlah sales gas.

- Panjang pipa dan diameter pipa dari manifold penerimaan untuk masuk ke dalam proses inti, jika tersedia.

Commented [JES3]: mengikuti titik custody transfer masing2 lokasi

(19)

- Energi yang digunakan untuk pemompaan, jika tersedia.

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Data yang digunakan dapat berupa data primer atau data sekunder.

4.5.2 Proses Inti

Data yang dibutuhkan untuk sektor Fuel Terminal, Integrated Terminal, DPPU, LPG Terminal, dan Bitumen Plant

 Data yang dibutuhkan untuk proses penimbunan - Jumlah bahan baku yang ditimbun - Penggunaan energi, atau

- Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk proses intertank

- Jumlah bahan baku yang dilakukan pemindahan intertank, - Penggunaan energi, atau

- Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk proses penyaluran - Jumlah bahan baku yang disalurkan, - Penggunaan energi, atau

- Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau

(20)

- Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk fasilitas penunjang - Penggunaan energi, atau

- Penggunaan bahan kimia, atau - Pemakaian air, atau

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data luas bangunan fasilitas produksi dan fasilitas penunjang, bersifat opsional.

Untuk sektor: Lubricant Production Unit

 Data yang dibutuhkan untuk proses penimbunan - Jumlah bahan baku yang ditimbun - Penggunaan energi, atau

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk proses blending - Jumlah bahan baku yang dilakukan blending - Penggunaan bahan kimia

- Penggunaan energi, atau - Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk proses penyimpanan (holding tank) - Jumlah bahan baku yang disimpan

- Penggunaan energi, atau

(21)

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk fasilitas penunjang - Penggunaan energi, atau

- Penggunaan bahan kimia, atau - Pemakaian air, atau

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data terkait luasan untuk bangunan fasilitas produksi dan fasilitas penunjang, bersifat opsional.

Untuk sektor: Distribusi Gas

 Data yang dibutuhkan untuk proses penerimaan - Jumlah gas yang diterima

- Penggunaan energi, atau - Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data diatas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk proses kompresi

- Jumlah gas yang dilakukan kompresi melalui berbagai proses sesuai dengan yang ada pada internal perusahaan

- Penggunaan energi, atau - Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau

(22)

- Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk proses penimbunan

- Jumlah gas yang dilakukan kompresi melalui berbagai proses sesuai dengan yang ada pada internal perusahaan

- Penggunaan energi, atau - Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer

 Data yang dibutuhkan untuk proses pengemasan

- Jumlah gas yang dilakukan kompresi melalui berbagai proses sesuai dengan yang ada pada internal perusahaan.

- Penggunaan energi, atau - Penggunaan bahan kimia, atau - Emisi udara, atau

- Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data yang dibutuhkan untuk fasilitas penunjang - Penggunaan energi, atau

- Penggunaan bahan kimia, atau - Pemakaian air, atau

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Seluruh data di atas apabila tersedia wajib menggunakan data primer.

 Data terkait luasan untuk bangunan fasilitas produksi dan fasilitas penunjang, bersifat opsional.

(23)

4.5.3 Proses Hilir

Data yang dibutuhkan untuk sektor: Fuel Terminal, Integrated Terminal, DPPU, LPG Terminal, Bitumen Plant, dan Lubricant Production Unit.

 Data yang dibutuhkan untuk proses penyaluran produk ke titik serah konsumen.

- Jumlah bahan baku.

- Untuk moda transportasi pipa: panjang pipa dan diameter pipa, jika tersedia.

- Untuk moda transportasi truk: jarak tempuh, penggunaan bahan bakar, dan berat muatan, jika tersedia.

- Energi yang digunakan untuk pemompaan, jika tersedia.

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Penggunaan moda transportasi penyaluran menyesuaikan dengan lokasi masing-masing di lapangan.

- Penentuan titik serah ke konsumen mengikuti proses bisnis masing-masing perusahaan.

- Data yang digunakan dapat berupa data primer atau data sekunder.

 Data yang dibutuhkan untuk proses packaging, khusus untuk produk dalam kemasan (bulk atau eceran)

- Jumlah bahan baku yang dikemas - Penggunaan kemasan

- Penggunaan energi, atau - Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Data yang digunakan dapat berupa data primer atau data sekunder.

Data yang dibutuhkan untuk sektor Distribusi Gas

 Data yang dibutuhkan untuk transportasi bahan baku melalui pipa adalah sebagai berikut:

- Jumlah sales gas.

Commented [JES4]: misalnya booster pump pada jalur pipa

(24)

- Untuk moda transportasi pipa: panjang pipa dan diameter pipa, jika tersedia.

- Untuk moda transportasi truk: jarak tempuh, penggunaan bahan bakar, dan berat muatan, jika tersedia.

- Untuk moda transportasi tanker: jarak tempuh, penggunaan bahan bakar, dan berat muatan, jika tersedia.

- Energi yang digunakan untuk pemompaan, jika tersedia.

- Emisi udara, atau - Limbah B3, atau - Limbah non B3.

- Untuk penggunaan moda transportasi, dapat digunakan sesuai dengan lokasi masing-masing di lapangan.

- Data yang digunakan dapat berupa data primer atau data sekunder.

4.6 Kategori Dampak dan Penilaian Dampak

Kategori dampak yang digunakan didasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI No. 01 Tahun 2021 tentang Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup – Aspek LCA dan seluruhnya di mana kategori dampak yang disampaikan ada 11 kategori dampak yang terbagi menjadi dampak primer dan sekunder.

Dampak primer sebagai berikut:

1. Global warming potential, 2. Potensi penipisan ozon, 3. Potensi hujan asam, dan 4. Potensi eutrofikasi.

Dampak sekunder sebagai berikut:

1. Photochemical oxidation, 2. Abiotic Depletion

3. Potensi penurunan biotik, 4. Toxicity

5. Land use change 6. Karsinogenik

(25)

7. Water consumption

Dalam penyusunan Perdirjen LCA pada sektor Distribusi Minyak dan Gas, dengan mempertimbangkan masukan dan keluaran material, penggunaan bahan bakar atau energi, penggunaan bahan kimia, pemakaian air dan emisi yang dihasilkan dari proses produksi, maka dampak lingkungan yang dikaji sebagai berikut:

Dampak primer, termasuk tetapi tidak terbatas pada dampak berikut:

1. Global warming potential, 2. Potensi hujan asam, dan 3. Potensi eutrofikasi.

Dampak sekunder, termasuk tetapi tidak terbatas pada dampak berikut:

1. Toxicity,

2. Land use change.

Sumber dan versi model karakterisasi dan faktor yang digunakan harus dilaporkan dalam kajian. Metode alternatif penilaian dampak siklus hidup regional dan faktor karakterisasi diperbolehkan untuk dihitung dan ditampilkan sebagai tambahan pada daftar dampak bawaan. Jika demikian, dalam kajian harus berisi penjelasan tentang perbedaan antara setiap indikator yang berbeda, karena mungkin tidak terlihat oleh pembaca sehingga perlu untuk menampilkan informasi tambahan.

Gambar

Gambar 2 Batas Sistem Kajian Sektor Fuel Terminal
Gambar 1 Batas Sistem Kajian Sektor Distribusi Gas
Gambar 4 Batas Sistem Kajian Sektor DPPU
Gambar 3 Batas Sistem Kajian Sektor Integrated Terminal
+4

Referensi

Dokumen terkait

: Comparison of Emission and Energy for Biodiesel Production from Oil Palm (Elaeis guineensis) and Jatropha Curcas (Jatropha curcas L.) Based On Life Cycle Assessment (LCA)

Pada penelitian lain oleh Sari dkk (2016) tentang pengukuran tingkat eko-efisiensi menggunakan Life Cycle Assessment (LCA) untuk menciptakan sustainable production di

Dampak lingkungan terbesar dihasilkan dari ketiga ruang lingkup Life Cycle Assessment (LCA) yaitu pada bagian proses produksi yaitu sebesar 60.2 Pt dengan penyusun impact

Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode Life Cycle Assessment (LCA) dengan membandingkan dampak lingkungan dari kedua UKM sehingga bisa didapatkan nilai eco cost

Dampak lingkungan terbesar dihasilkan dari ketiga ruang lingkup Life Cycle Assessment (LCA) yaitu pada bagian proses produksi yaitu sebesar 60.2 Pt dengan penyusun impact

Penelitian ini menganalisis dampak lingkungan dari kegiatan operasional transit BBM di PT. Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Tanjung Gerem menggunakan metode Life Cycle Assessment