• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Antibiotik Dalam Kedokteran Gigi

N/A
N/A
tyssa maira

Academic year: 2024

Membagikan "Referat Antibiotik Dalam Kedokteran Gigi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH TUTORIAL RESIDEN ILMU BEDAH MULUT

ANTIBIOTIK DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Ilmiah Pada Departemen Bedah Mulut RSHS

DISUSUN OLEH:

Tyssa Maira Putrifasha 160112220076

PEMBIMBING:

Asterid Rosenia, drg.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS PADJADJARAN

BANDUNG 2023

(2)

PENDAHULUAN

Kedokteran gigi merupakan suatu bidang spesialisasi yang bertujuan untuk menangani infeksi gigi atau memulihkan dan merehabilitasi struktur gigi yang hilang akibat proses infeksi bakteri.1 Dalam bidang Kedokteran Gigi, penggunaan antibiotika banyak dipakai sebagai prophylaxis infeksi, serta pengobatan/terapi farmakologis infeksi. Infeksi gigi umumnya ditandai dengan gejala nyeri dan bengkak di area mulut.2 Infeksi ini seharusnya diobati sesegera mungkin, karena dapat menyebabkan konsekuensi yang parah dan tidak dapat disembuhkan seperti osteomielitis, abses otak, obstruksi saluran napas, infeksi karotis, sinusitis, septikemia, meningitis, trombosis sinus kavernosus, abses orbital, dan kehilangan penglihatan. Telah diketahui bahwa ciri paling umum dari infeksi orofasial adalah abses dentoalveolar.2 Infeksi gigi dapat disembuhkan dengan intervensi bedah, terapi endodontik, dan penggunaan antibiotik. Penatalaksanaan bedah secara dini pada gigi yang terinfeksi harus dilakukan untuk mencegah konsekuensi lebih lanjut.2

Selain itu, pada pasien dengan tanda-tanda keterlibatan sistemik, disarankan pemberian antibiotik intravena sesuai dengan kultur bakteri dan sensitivitasnya. Antibiotik merupakan senyawa kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang dapat membunuh atau menghambat perkembangan bakteri penyebab infeksi. Selain membunuh mikroorganisme atau menghentikan reproduksi bakteri, antibiotik juga membantu sistem pertahanan alamiah tubuh untuk mengeliminasi bakteri tersebut. Pedoman yang ada saat ini menunjukkan bahwa antibiotik harus diresepkan setelah sumber infeksi dihilangkan. Antibiotik harus diresepkan selama 2-3 hari berturut-turut setelah perawatan bedah.2 Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa sekitar 12% dokter gigi meresepkan antibiotik secara memadai sebagai intervensi dan pengobatan profilaksis.

Antibiotik yang paling umum diresepkan dalam praktik kedokteran gigi adalah amoksisilin diikuti oleh amoksisilin dan asam klavulanat.

(3)

Penggunaan antibiotik dapat menyebabkan beberapa efek samping seperti reaksi hipersensitivitas dan gangguan dermatologis dan alergi. Selain itu, penggunaan antibiotik yang tidak perlu dapat mengakibatkan beberapa keluhan serius seperti resistensi bakteri, masalah lambung dan hematologi, serta pengalihan mikrobiota bakteri.3 Pengetahuan tentang penggunaan obat sangat berpengaruh terhadap penggunaan antibiotik. Pemilihan antibiotik untuk mengatasi penyakit yang disebabkan bakteri perlu mempertimbangkan beberapa hal termasuk antibiotik yang mempunyai spektrum luas, mampu bekerja langsung terhadap bakteri penyebab infeksi, potensi menginduksi resistensi minimal dan dapat dikombinasikan dengan antibiotik lain.4 Peresepan antibiotik yang berlebihan, atau bahkan karena kesalahan diagnosis memicu penggunaan antibiotika secara tidak rasional. Hal ini dapat menyebabkan bakteri yang ditargetkan oleh suatu jenis antibiotik tersebut membentuk kekebalan terhadap antibiotika sehingga ketika bakteri tersebut kembali terpapar oleh antibiotik yang sama maka bakteri menjadi resisten.5

(4)

1.1 Definisi Antibiotik

Antibiotik adalah obat yang digunakan untuk mencegah dan mengobati infeksi bakteri. Antibiotik bisa bersifat bakterisid (membunuh bakteri) atau bakteriostatik (mencegah berkembangbiaknya bakteri) .

Terdapat tiga sumber utama untuk memperoleh antibiotik diantaranya :

1. Mikroorganisme : sebagian besar antibiotik diproduksi oleh jamur (misalnya Penicillium, Cephalosporium), atau oleh bakteri (misalnya Streptomyces).

2. Sintesik: misalnya, kloramfenikol, sulfonamida.

3. Semisintetik: bagian dari molekul diproduksi melalui proses fermentasi menggunakan mikroorganisme dan produk tersebut kemudian dimodifikasi lebih lanjut melalui proses kimia misalnya ampisilin.

1.2 Golongan Antibiotik

Antibiotik dapat diklasifikasikan menurut golongan sebagai berikut : 1.2.1 Penicillin

Golongan penisilin adalah antibiotik yang pertama kali ditemukan dari hasil isolasi dari jamur Penicillium tahun 1949. Penisilin termasuk antibiotik yang dapat membunuh berbagai jenis bakteri termasuk bakteri gram positif. Tetapi penggunaan yang berlebihan dapat menyebabkan kekebalan pada mikroorganisme sehingga obat ini tidak efektif untuk banyak strain mikroorganisme.

Penicillin dibagi dalam beberapa kelompok yaitu :

(5)

Tabel 1 Klasifikasi Penisilin

a. Fenoksimetilpenisilin (penisilin V)

Bersifat bakterisidal dengan mekanisme kerja menghambat sintesis dinding sel dengan menonaktifkan enzim transpeptidase, yang bertanggung jawab untuk mengikat silang dinding peptidoglikan bakteri.

Fenoksimetilpenisilin efektif melawan sebagian besar streptokokus α- hemolitik dan stafilokokus negatif penisilinase. Organisme gram positif aerobik, termasuk Actinomyces, Eubacterium, Bifidobacterium dan Peptostreptococcus spp. sensitif, bersama dengan organisme Gram-negatif anaerobik seperti spesies Bacteroides, Prevotella, Porphyromonas, Fusobacterium dan Veillonella. Mayoritas strain S. aureus, khususnya yang berasal dari rumah sakit, adalah penghasil penisilinase sehingga resisten terhadap penisilin. Indikasi dari penisilin jenis ini dalam kedokteran gigi yaitu untuk pengobatan infeksi purulen akut, infeksi pasca pencabutan, perikoronitis, dan infeksi kelenjar ludah.

b. Penicillin G

Aktivitas Penicillin G sangat besar pada bakteri gram postif, kokus gram negative, bakteri anaerob yang tidak memiliki produksi beta-laktamase, dan sedikit aktivitasnya terhadap bakteri gram negatif. Penggunaannya obat ini

(6)

secara intramuscular atau intravena pada infeksi sedang hingga berat (misalnya Ludwig Angina) karena pemberian parenteralnya menghasilkan kadar antibiotik yang cepat, tinggi, dan konsisten dalam plasma.

c. Penisilin spektrum luas (Ampicillin dan Amoxicillin)

Rute pemberian diberikan secara oral (penyerapan amoksisilin lebih baik dibandingkan ampisilin), intramuskular, maupun intravena. Penisilin spektrum luas efektif melawan spektrum organisme yang lebih luas, termasuk organisme Gram-negatif seperti Haemophilus dan Proteus spp. Amoksisilin dan ampisilin memiliki spektrum antibakteri yang serupa. Salah satu kelemahan amoksisilin adalah kerentanannya terhadap β-laktamase, tetapi jika kalium klavulanat digabungkan dengan amoksisilin, kombinasi tersebut (co-amoxiclav) resisten terhadap aktivitas β-laktamase.

Gambar 1 Kombinasi Amoxicillin dan Potassium Clavulanate dikenal sebagai co-amoxiclav

Ampisilin kadang-kadang digunakan dalam pengobatan empiris infeksi dentoalveolar ketika pola sensitivitas antibiotik dari organisme penyebab tidak diketahui. Dalam kedokteran gigi, amoksisilin merupakan obat pilihan untuk profilaksis endokarditis infektif pada kelompok pasien yang menjalani prosedur bedah dan pembersihan karang gigi. Pemberian amoksisilin dosis tinggi (oral) jangka pendek telah terbukti bermanfaat dalam pengobatan infeksi dentoalveolar. Penisilin jenis ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan mononukleosis menular (demam kelenjar) atau leukemia limfositik (karena kemungkinan ruam obat).

(7)

d. Penisilin isoksazolil: metisilin, kloksasilin, dan flukloksasilin

Rute administrasi obat ini diberikan secara oral, intramuskular, maupun intravena. Penisilin antistaphylococcal spektrum sempit relatif resisten terhadap β-laktamase yang diproduksi oleh S. aureus. Kegunaan utama kloksasilin dan flukloksasilin adalah dalam pengobatan infeksi terkonfirmasi akibat S. aureus yang memproduksi β-laktamase.

1.2.2 Sefalosforin

Golongan ini mirip dengan Penicillin kelebihannya yaitu stabil pada bakteri golongan Beta lactam dan memiliki aktivitas spektrum luas. Sefalosporin tidak aktif pada bakteri enterokokus dan Listeria monocytogenes. Kelompok ini mencakup sefalosporin (cefotaxime, cefuroxime, cephalexin dan cephradine), sefamisin (cefoxitin), monobactams (aztreonam) dan carbapenems (imipenem dan meropenem). Cephradine dan cephalexin, yang dapat diberikan melalui mulut, dan cephaloridine termasuk dalam sefalosporin generasi pertama dan digunakan dalam kedokteran gigi. Sebagian besar sefalosporin diberikan secara parenteral oleh karena itu, obat-obatan tersebut sebenarnya dibatasi untuk penggunaan di rumah sakit. Dalam kedokteran gigi, sefalosporin harus digunakan sebagai lini pertahanan kedua, tergantung pada hasil kultur dan tes sensitivitas antibiotik.

Sekitar 10% pasien yang sensitif terhadap penisilin menunjukkan reaksi alergi, termasuk urtikaria dan ruam bahkan nefrotoksisitas.

Tabel 2 Klasifikasi Sefalosforin

Generasi Efektivitas Antibiotik

Pertama Bakteri gram positif Sefazolin, Sefadroxil, Sefaleksin, dan Sefalotin Kedua Luas paparanya terhadap bakteri

gram negatif

Sefaclor, Sefamandol, Sefoksitin, dan Sefotetan.

Ketiga Bakteri gram negatif dan dapat melintasi blood-brain barrier.

Sefoperazon, Cefotaxym, Ceftazydim, Ceftizoxsym, dan Ceftriaxson

(8)

Keempat Pseudomonas aeruginosa, Enterobactericeae, Steptococcus aureus, dan S pneumonia.

Cefepime

1.2.3 Makrolida

Golongan ini memiliki aktivitas spektrum sempit yang sama dengan benzilpenisilin dan aktif pada bakteri gram postif dan obat ini merupakan pilihan terapi untuk pasien yang memiliki sensitifitas terhadap golongan Penicillin yaitu infeksi bakteri Streptococus, Stafilococus, Pneumococus, dan Clostridium.

Golongan makrolida tidak efektif pada bakteri yang dapat menembus system saraf pusat. Contoh antibiotik golongan makrolida yaitu Erythromycin, Clarithromycin, Azithromycin, dan Troleandomycin.

Antibiotik golongan makrolida yang paling popular ialah erythromycin, memiliki sifat bakteriostatik. Erythromycin menjadi pilihan pertama dalam kedokteran gigi untuk merawat pasien alergi penisilin. Eritromisin mempunyai keuntungan tambahan karena aktif melawan bakteri penghasil β-laktamase.

Biasanya tidak digunakan sebagai obat lini pertama pada infeksi gigi dan mulut karena tidak terlalu sensitif terhadap bakteri anaerob obligat.

Selain itu terdapat klindamisin yang mirip dengan eritromisin (yang mempunyai resistensi silang parsial) dan benzilpenisilin. Klindamisin aktif melawan Bacteroides spp. Klindamisin digunakan dalam dosis tunggal untuk profilaksis endokarditis infektif pada pasien yang alergi terhadap penisilin; sangat efektif dalam menembus tulang dan jaringan ikat dengan vaskularisasi buruk.

1.2.4 Metronidazole

Metronidazole memiliki aktivitas anaerobik yang luar biasa, pertama kali diperkenalkan untuk mengobati infeksi protozoa sehingga obat ini sangat efektif melawan mikroorganisme anaerobik dan beberapa protozoa. Metronidazole memiliki sifat bakterisidal yang aktif melawan hampir semua bakteri anaerob ketat, termasuk Bacteroides spp., fusobacteria, eubacteria, peptostreptococci dan clostridia.

(9)

Metronidazole digunakan sebagai obat pilihan dalam pengobatan necrotizing ulcerative gingivitis. Selain itu juga dapat digunakan sebagai kombinasi dengan penisilin dalam pengobatan infeksi dentoalveolar. Golongan metronidazole diserap dengan baik setelah pemberian oral (atau rektal) serta didistribusikan secara luas dan mudah masuk ke sebagian besar jaringan, termasuk abses, dan melintasi sawar darah-otak ke dalam cairan serebrospinal. Obat ini dimetabolisme di hati.

1.2.5 Florokuinolon

Antibakteri jenis ini memiliki daya yang lebih kuat dibandingkan dengan kelompok kuinolon lama dan golongan ini digunakan dapat untuk infeksi sistemik. Selain digunakan oral golongan ini tersedia dalam bentuk parenteral hal ini memungkinkan untuk pengobatan pada infeksi berat. Aktivitas kerja florokuinolon pada bakteri gram negatif namun telah di pasarkan golongan florokuinolon yang baru dengan aktivitas kerja terhadap bakteri gram positif.

Contoh obat golongan ini adalah Siprofloksasin, Pefloksasin 1.2.6 Tetrasiklin

Golongan ini memiliki aktivitas kerja dengan cara menghambat sinstesis protein pada ribosom bakteri. Golongan ini bersifat bakteriostatik dengan spektrum luas pada bakteri gram postif dan gram negatif, aerobik dan anaerobik.

Dulunya merupakan salah satu kelompok antibiotik yang paling banyak digunakan karena spektrum aktivitasnya yang sangat luas dan efek samping yang jarang terjadi. Kegunaannya menurun akibat meningkatnya resistensi bakteri.

Namun, obat ini tetap menjadi pengobatan pilihan untuk infeksi yang disebabkan oleh organisme intraseluler seperti klamidia, riketsia, dan mikoplasma, karena obat ini dapat menembus makrofag dengan baik.

Dalam kedokteran gigi, tetrasiklin digunakan dengan beberapa keberhasilan sebagai pengobatan tambahan pada periodontitis agresif lokal. Obat ini juga berguna sebagai obat kumur untuk meringankan infeksi bakteri sekunder yang berhubungan dengan ulserasi mulut yang luas. Penggunaannya harus dihindari pada anak-anak hingga usia 8 tahun dan pada wanita hamil atau menyusui karena dapat menyebabkan staining.

(10)

1.3 Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja 1. Inhibitor sintesis dinding sel bakteri

Efek bakterisidal dilakukan dengan mekanisme memecah enzim dinding sel dan menghambat enzim yang berguna dalam sintesis dinding sel. Contoh antibiotik yang memiliki mekanisme kerja dengan cara ini adalah golongan β- laktam seperti Penisilin, Sefalosporin, Karbapenem, Monobaktam, dan inhibitor sintesis dinding sel lainnya seperti Vancomycin, Bacistracin, Fosfomycin, dan Daptomycin.

2. Inhibitor Beta laktamase, mekanismenya dengan cara menginaktivasi beta laktamase.

3. Inhibitor sintesis oleh protein bakteri

Bakterisidal atau bakteriostatik dilakukan dengan menghalangi sintesis protein tetapi tanpa menghalangi sel-sel normal dan menghambat tahapan-tahapan sintesis protein. Contohnya seperti antibiotik Aminoglikosida, Makrolida, Tetrasiklin, Streptogamin, Klindamisin, Oksazolidinon, dan Kloramfenikol.

4. Menghambat sintesis asam folat

Pada mekanisme kerja sintesis folat bakteri tidak dapat mengabsobrsi asam folat, tetapi harus membuat asam folat dari PABA (asam paraaminobenzoat), pteridin, dan glutamat. Contohnya antibiotik jenis ini adalah Sulfonamide dan Trimetropin.

5. Mengubah permeabilitas membran sel

Pada mekanisme kerja ini dapat digunakan oleh semua bakteri yang memiliki sifat bakteriostatik dan bakteriosida dengan aktivitas kerja permeabilitas membrane pada bakteri dihilangkan sehingga bakteri tidak memiliki substansi seluler kemudian sel menjadi lisis. Contohnya adalah Polimiksin, Amfoterisin B, dan Nistatin.

6. Menganggu sintesis DNA

Aktivitas kerja menghambat asam deoksiribonukleat (DNA) girase yang menyebabkan penghambatan pada sintesis DNA bakteri. DNA girase adalah

(11)

enzim yang terdapat pada bakteri yang menyebabkan terbukanya dan terbentuknya superheliks pada DNA sehingga menghambat replikasi DNA

Gambar 2 Klasifikasi Antibiotik Berdasarkan Mekanisme Kerja

Tabel 3 Situs target seluler obat antimikroba yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi6

1.4 Prinsip Penggunaan Antibiotik

Agen antimikroba harus diresepkan berdasarkan pertimbangan klinis dan mikrobiologis yang rasional. Secara umum, terapi harus dipertimbangkan untuk pasien bila terdapat satu atau lebih kondisi berikut:

a. Demam dan infeksi akut

(12)

b. Penyebaran infeksi tanpa lokalisasi c. Infeksi kronis

d. Pada pasien dengan gangguan medis

e. Kasus osteomielitis, sialadenitis bakterial dan beberapa penyakit periodontal, seperti gingivitis ulseratif akut dan periodontitis agresif lokalisata.6

1.5 Penggunaan Antibiotik Dalam Bidang Kedokteran Gigi 1.5.1 Sebagai Antibiotik Profilaksis

Antimikroba profilaksis adalah penggunaan obat untuk mencegah kolonisasi atau replikasi mikroorganisme pada host yang rentan. Dalam kedokteran gigi, antibiotik digunakan sebagai agen profilaksis sebelum perawatan gigi atau bedah pada pasien yang:

1. Berisiko terkena endokarditis infektif

2. Mengalami patah tulang wajah atau patah tulang tengkorak gabungan, dan rinore serebral

3. Mengalami immunocomprommised

4. Baru-baru ini menerima radioterapi pada rahang (karena rahang terkena infeksi akibat iskemia tulang parah yang disebabkan oleh radioterapi)

5. Menjalani penggantian sendi prostetik, pemasangan implan, atau bone grafting.

Dengan demikian, pasien yang menderita cacat anatomis tertentu pada jantung atau pembuluh darah besar memiliki risiko lebih besar untuk mengalami endokarditis bakteri atau endarteritis. Endokarditis bakteri, meskipun tidak terlalu umum, merupakan infeksi serius dengan tingkat kematian yang tinggi (10-30%), dan sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri (streptokokus), yang dalam keadaan normal ditemukan di rongga mulut. Oleh karena itu, pemberian antibiotik profilaksis

(13)

direkomendasikan untuk pasien yang memiliki risiko endokarditis dan yang akan menjalani prosedur perawatan gigi atau manipulasi mulut yang kemungkinan besar dapat menyebabkan bakteremia. Umumnya, profilaksis efektif bila diberikan beberapa saat sebelum prosedur (1 - 2 jam sebelumnya) dan dalam dosis yang mampu mencapai konsentrasi yang cukup dalam serum, baik selama dan untuk beberapa waktu setelah prosedur.

Antibiotik yang diberikan mencegah endokarditis terutama dengan menghambat perlekatan bakteri pada katup dan dalam keadaan tertentu dapat membunuh bakteri secara intravaskular.

Tabel 4 Rekomendasi Penggunaan Antibiotik Berdasarkan penyakit dan kondisi jantung

Antibiotik profilaksis direkomendasikan untuk:

Antibiotik profilaksis tidak direkomendasikan untuk:

Katup jantung prostetik,

termasuk bioprostetik dan katup homografta.

Defek septum atrium sekundum terisolasi

Pasien dengan riwayat endokarditis sebelumnya, meskipun tidak ada penyakit jantung

Perbaikan melalui pembedahan, tanpa defek residual, defek septum atrium atau defek septum ventrikel atau duktus arteriosus paten

setelah 6 bulan atau lebih telah berlalu

Penyakit jantung bawaan sianotik yang kompleks

Operasi cangkok by-pass koroner sebelumnya

Sebagian besar kelainan jantung bawaan lainnya

Prolaps katup mitral tanpa regurgitasi katup

(14)

Pirau yang dikoreksi melalui pembedahan pada sirkulasi sistemik-paru

Murmur jantung yang fisiologis, fungsional atau tidak berbahaya

Cacat katup akibat rematik atau cacat katup yang didapat

lainnya, bahkan setelah koreksi bedah

Pasien dengan riwayat penyakit Kawasaki tanpa cacat katup

Kardiomiopati hipertrofik Pasien dengan riwayat demam rematik tanpa cacat katup

Prolaps katup mitral dengan regurgitasi katup dan/atau penebalan katup

Alat pacu jantung dan defibrilator yang diimplan

Rongga mulut bertindak sebagai pintu masuk bagi organisme yang menyebabkan bakteremia, dan perawatan gigi dapat memicu proses penyakit yang menyebabkan endokarditis infektif. Bakteremia dapat terjadi setelah prosedur gigi seperti pencabutan, endodontik bedah atau non-bedah, gingivektomi, rootplaning, scaling dan flossing, injeksi intraligamen, dan reimplantasi gigi avulsi. Frekuensi bakteremia juga berhubungan dengan sepsis mulut pasien sebelum operasi dan derajat trauma serta cedera jaringan; aktivitas rutin seperti menyikat gigi juga dapat menyebabkan bakteremia, tergantung pada derajat oral sepsis.

Tabel 5 Pilihan antibiotik untuk mencegah endokarditis infektif yang diberikan untuk prosedur gigi (atas izin American Heart Association 2007)

(15)

1.5.2 Profilaksis Untuk Infeksi Lokal

Salah satu aspek epidemiologi infeksi pascabedah yang sangat penting untuk diketahui dalam upaya pencegahan infeksi ini adalah faktor risiko terjadinya infeksi pasca bedah. Faktor risiko tersebut adalah sebagai berikut:

1 Infeksi akan lebih besar kejadiannya pada operasi yang dilakukan selama lebih dari dua jam, jenis luka operasi adalah jenis luka terkontaminasi atau kotor, terdapat penyakit lain yang mendasari (underlying disease) keadaan umum pasien.

2 Personil kamar bedah merupakan faktor di luar pasien. Personil ini juga merupakan sumber kuman penyebab, di samping sumber kuman tersebut sebagian besar berasal dari pasiennya sendiri. Personil rumah sakit yang mengandung kuman disebut carrier, dan biasanya berasal dari tangan, kulit, rambut, anus, vagina dan traktus respirasi atas. Oleh karena itu infeksi pada

(16)

daerah tersebut akan menjadi halangan bagi personil kamar bedah untuk bekerja.

Profilaksis infeksi lokal mencakup pemberian antibiotik sebelum, intra, atau pasca operasi, untuk mencegah proliferasi dan penyebaran bakteri di dalam dan dari luka bedah. Berbagai prosedur pembedahan secara rutin dicakup oleh pemberian antimikroba sistemik, termasuk impaksi gigi molar ketiga, bedah ortognatik, bedah implan, dan bedah periapikal. Untuk sebagian besar prosedur bedah dentoalveolar pada pasien yang sehat dan tidak mengalami gangguan medis, profilaksis antibiotik tidak diperlukan atau direkomendasikan.

Pasien dengan immunocompromised merupakan kategori pasien khusus karena pasien tersebut lebih rentan terhadap bakteremia, yang dapat dengan cepat menyebabkan septikemia. Oleh karena itu, antibiotik profilaksis dapat diberikan pada kasus seperti ini. Cakupan antibiotik juga wajib pada pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol, yang harus menjalani perawatan gigi invasif. Menurut American Dental Association dan American Academy of Orthopaedic Surgeons, evaluasi profilaksis antibiotik diperlukan pada pasien dengan prostesis sendi total dengan adanya defisiensi imun. Penggunaan antibiotik dalam endodontik harus diindikasikan pada pasien dengan tanda-tanda infeksi lokal dan demam

Penggunaan antibiotik di rumah sakit, sekitar 30-50 % untuk tujuan profilaksis bedah. Profilaksis bedah merupakan pemberian antibiotik sebelum adanya tanda-tanda dan gejala suatu infeksi dengan tujuan mencegah terjadinya manifestasi klinik infeksi. Selama 24 jam pertama, infeksi tergantung pada jumlah koloni bakteri yang ada. Pada dua jam pertama mekanisme pertahanan tubuh bekerja untuk menurunkan jumlah bakteri. Empat jam berikutnya, jumlah bakteri konstan karena terjadi keseimbangan antara bakteri yang bermultiplikasi dan bakteri yang dibunuh oleh sistem pertahanan tubuh. Enam jam pertama ini disebut sebagai periode emas (Golden Period), setelah itu bakteri bermultiplikasi secara eksponen. Antibiotik menurunkan pertumbuhan bakteri secara geometrik dan menunda reproduksi bakteri. Profilaksis antibiotik diberikan untuk memperlama

`Golden Period’.

(17)

Ditekankan bahwa pemberian antibiotik untuk jangka waktu lebih dari 24-48 jam setelah operasi tidak dianggap sebagai profilaksis, melainkan sebagai terapi. Indikasi untuk terapi meliputi:

1 Adanya edema dengan rasa nyeri atau sensibilitas yang menunjukkan selulitis atau abses yang harus benar-benar dilakukan drainase

2 Adanya trismus, kecuali jika hal itu sekunder akibat edema pasca operasi, hematoma, trauma,

3 Adanya eksudat purulen, kecuali jika penyebabnya telah dihilangkan dan lokasi fokus infeksi jauh dari saluran napas,

4 Tidak ada perbaikan gejala 48 jam kemudian atau memburuk dalam waktu 36 jam atau lebih setelah tindakan pembedahan, dan

5 Takikardia (>100 kali/menit) dan demam (>38°C). Demam belum tentu merupakan gejala infeksi, terutama pada orang lanjut usia yang mungkin mengalami infeksi tanpa demam.

1.5.3 Antibiotik Untuk Infeksi Odontogenik

Bakteri penyebab infeksi odontogenik umumnya bersifat saprofit.

Mikrobiologi dalam pengertian ini bervariasi, dan banyak mikroorganisme dengan karakteristik berbeda dapat terlibat. Mikroorganisme anaerobik dan aerobik biasanya terdapat di rongga mulut, dan banyak spesies aerobik menyebabkan infeksi odontogenik yang paling umum adalah Streptococcus spp.

Mikroorganisme yang paling umum diisolasi dari daerah mulut dan maksilofasial tercantum pada Tabel 6.

(18)

Tabel 6 Jenis bakteri, menurut kebutuhan oksigen untuk pertumbuhannya, diisolasi dari infeksi saluran pernapasan atas dan kepala dan leher

Meskipun tingginya insiden infeksi odontogenik, tidak ada kriteria yang seragam mengenai penggunaan antibiotik untuk mengobatinya. Sebagian besar nyeri yang berasal dari gigi berasal dari infeksi akut dan kronis yang berasal dari pulpa, sehingga memerlukan intervensi bedah dibandingkan antibiotik. Situasi klinis yang memerlukan terapi antibiotik berdasarkan empiris terbatas, dan situasi tersebut mencakup:

 Infeksi oral yang disertai dengan peningkatan suhu tubuh dan bukti penyebaran sistemik, seperti limfadenopati dan trismus.

 Selulitis fasial yang mungkin berhubungan atau tidak dengan disfagia, adalah penyakit serius yang harus segera diobati dengan antibiotik karena kemungkinan penyebaran infeksi melalui getah bening dan sirkulasi darah, yang dapat menyebabkan septikemia.

 Kondisi inflamasi periodontal kronis tidak memerlukan penggunaan antibiotik secara rutin; antimikroba sistemik hanya boleh digunakan pada kondisi periodontal akut dimana drainase atau debridemen tidak memungkinkan, dimana terdapat penyebaran infeksi lokal atau dimana telah terjadi penyebaran sistemik.

Beberapa penelitian menganggap penisilin alami dan semisintetik (amoksisilin) sebagai pilihan pertama, penulis lain lebih memilih kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat karena peningkatan resistensi terhadap penisilin dan rendahnya tingkat resistensi bakteri terhadap kombinasi ini, dengan aksi spektrum luas, profil

(19)

farmakokinetik, toleransi dan karakteristik dosis. Penisilin yang resisten terhadap penisilinase atau turunannya yang mirip ampisilin diresepkan untuk infeksi yang disebabkan oleh Staphylococcus spp yang memproduksi penisilinase. atau yang melibatkan bakteri gram negatif. Pasien yang alergi terhadap penisilin diobati dengan klindamisin 300 mg (65%), yang merupakan obat pilihan, azitromisin (15%) atau kombinasi metronidazol-spiramisin (13%).

Tabel 7 Antibiotik yang digunakan untuk perawatan infeksi odontogenic.5

1.5.4 Antibiotik Untuk Infeksi Non Odontogenik

Durasi penggunaan antibiotik untuk infeksi non-odontogenik biasanya membutuhkan waktu yang lebih lama. Peradangan non-odontogenik termasuk peradangan spesifik dari rongga mulut, misalnya pada pasien yang menderita penyakit TBC, sifilis, dan lepra serta peradangan nonspesifik membran mukosa, otot dan wajah, kelenjar ludah dan tulang. Antibiotik yang banyak digunakan untuk kasus ini adalah golongan makrolida (klindamisin) dan fluorokuinolon (ciprofloksasin, norfloksasin, dan moksifloksasin). Antibiotik lain yang digunakan adalah klindamisin atau doksisiklin. Tuberculosis diterapi dengan etambutol, isoniazid, rifampisin, pirazinamid, dan streptomisin.

(20)

Penisilin G untuk pengobatan sifilis, sedangkan klofazimin, dapson, dan rifampisin digunakan untuk pengobatan lepra.

1.5.5 Antibiotik Untuk Penyakit Periodontal

Penggunaan antibiotik sistemik secara rutin dalam pengobatan periodontitis kronis tidak dibenarkan pada pasien normal yang sehat. Risiko antibiotik sistemik lebih besar daripada manfaatnya jika digunakan pada penyakit periodontal. Poket periodontal dapat diobati dengan irigasi lokal dengan larutan antiseptik/antibiotik. Pengangkatan kalkulus dan jaringan yang terinfeksi melalui prosedur scaling dan root planing dengan irigasi menghilangkan fokus infeksi dan mengatasi peradangan.

Terapi sistemik untuk pengobatan kondisi periodontal bersamaan dengan terapi lokal diindikasikan pada pasien dengan periodontitis agresif untuk menghilangkan bakteri yang menyerang jaringan gingiva dan dapat mengisi kembali poket setelah scaling dan root planing. Penggunaan antibiotik hanya bermanfaat jika plak dan kalkulus telah dieliminasi dan antibiotik harus digunakan hanya setelah terapi mekanis diterapkan namun tidak ada perbaikan kondisi periodontal. Penggunaan kombinasi amoksisilin dan metronidazol pada penyakit periodontal agresif didukung dengan baik.

Necrotizing lesions pada gingiva dan periodonsium dapat berkembang pada pasien positif Human Immunodeficiency Virus (HIV), oleh karena itu perlu dilakukan terapi lokal menyeluruh yang dikombinasikan dengan penggunaan obat kumur antimikroba lokal seperti klorheksidin dan kebersihan mulut yang cermat oleh pasien. Antibiotik sistemik dapat digunakan terutama ketika komplikasi sistemik terjadi atau diantisipasi. Kapan pun memungkinkan, antibiotik harus dihindari pada individu dengan sistem kekebalan yang lemah untuk meminimalkan risiko infeksi oportunistik (misalnya kandidiasis), superinfeksi, dan resistensi obat mikroorganisme.7

(21)

1.6 Manajemen Antibiotik Dalam Kedokteran Gigi

Tabel 8 Manajemen Antibiotik Dalam Kedokteran Gigi.7

Kondisi Treatment Approach Antibiotik Lesi endodontik

uncomplicated

Debridement saluran akar Tidak Abses periapikal Debridement saluran akar, insisi

dan drainase

Tidak Periodontitis apikalis Trepanasi tulang untuk

meredakan tekanan dan mempercepat penyembuhan

Tidak

Abses periodontal Drainase pus Tidak

Gingivitis/periodontitis kronis

Scaling Root Planing Tidak NUG tanpa komplikasi

sistemik

Debridement

Irrigation

Scaling and root planing

Tidak

NUG dengan komplikasi sistemik

Debridement

Irrigation

Scaling and root planing

Antibiotik sistemik

Ya. Metronidazol adalah pilihan pertama. Kelompok obat penisilin sebagai adjuvant Periodontitis agresif - Debridement

- Scaling and root planing

Penggunaan antibiotic

dipertimbangkan jika periodontitis secara general

Infeksi spasium fasial Insisi drainase

Eliminasi sumber infeksi

Ya

Lesi

endodontiuk/periodontik complicated dengan adanya tanda klinis penyebaran infeksi ke spasial

Eliminasi sumber infeksi

Insisi drainase

Ya

Pasien dengan gangguan imunitas yang terganggu secara sistemik.

Eliminasi sumber infeksi Ya (disarankan penggunaan obat bakterisida) Pertimbangan Dalam Terapi Antibiotik

Tabel 9 Pertimbangan Dalam Terapi Antibiotik

(22)

Kondisi klinis untuk terapi antibiotik

Tidak diindikasikan

Demam dalam 24 jam terakhir – menunjukkan respon sistemik terhadap infeksi

Nyeri – (Obat analgesik/anti inflamasi diindikasikan)

Gejala sistemik seperti malaise, kelelahan, kelemahan, pusing, pernapasan cepat dan limfadenopati nyeri lokal – mengindikasikan akan terjadinya sepsis

Edema – (Obat anti inflamasi diindikasikan)

Trismus – menunjukkan penyebaran ke ruang perimandibular dan dapat meluas ke ruang sekunder yang berpotensi berbahaya. Trismus juga mempersulit prosedur intraoral, yang harus menunggu sampai trismus hilang.

Kemerahan/panas (obat anti inflamasi diindikasikan)

Sebagai profilaksis pada pasien dengan kondisi sistemik seperti penyakit jantung rematik, endokarditis, prostesis jantung/ortopedi.

Purulensi – (Diatasi dengan drainase pus / debridemen)

Pada pasien dengan segala jenis gangguan sistem kekebalan tubuh – AIDS, kanker, penyakit autoimun, terapi kortikosteroid, pasien dengan penyakit sistem kekebalan tubuh yang lemah seperti neutropenia siklik, pansitopenia, diabetes yang tidak terkontrol, dan lain-lain.

Abses – terlokalisasi (misalnya abses alveolar, abses periodontal) – (Diselesaikan dengan insisi dan drainase)

Setelah transplantasi/cangkok organ padat

(implan jantung/ginjal/sumsum

tulang/hati/tulang)

Drainase sinus tract. (eliminasi sumber infeksi atau mungkin harus dieksisi melalui pembedahan.)

1.7 Kondisi Yang Kontraindikasi Terhadap Antibiotik

(23)

Pertimbangan untuk profilaksis antibiotik harus diberikan pada pasien dengan gagal ginjal dan/atau hati dan pada ibu hamil atau menyusui (karena antibiotik mungkin mempunyai efek tidak langsung pada bayinya). Penyesuaian dosis diperlukan untuk prosedur gigi pada pasien dengan gagal ginjal untuk menghindari peningkatan konsentrasi obat dalam plasma. Hampir semua antibiotik, kecuali kloksasilin, klindamisin, metronidazol, dan makrolida, memerlukan modifikasi dosis pada pasien dengan insufisiensi ginjal. Penyesuaian dosis dapat dilakukan dengan mengurangi jumlah pemberian pada setiap dosis atau dengan meningkatkan interval antar dosis (tanpa mengubah jumlah obat).

Pasien gagal hati memerlukan pengurangan dosis obat eritromisin, klindamisin, metronidazol, dan obat anti tuberkulosis. Suplementasi zinc oral efektif dalam mengatasi ensefalopati hepatik dan akibatnya meningkatkan kualitas hidup pasien yang berhubungan dengan kesehatan Hampir semua antibiotik dikontraindikasikan selama kehamilan karena efek sampingnya yang besar. Risiko terjadinya aborsi spontan pada awal kehamilan berhubungan dengan penggunaan diklofenak, naproxen, celecoxib, ibuprofen dan rofecoxib pada masa gestasional, baik secara tunggal atau dalam kombinasi

Secara umum, semua antibiotik dapat menyebabkan tiga masalah potensial pada bayi yang menyusui:

1. Dapat memodifikasi flora usus dan mengubah mekanisme pertahanan usus.

Hal ini dapat menyebabkan diare dan malabsorpsi nutrisi.

2. Obat-obatan tersebut mungkin mempunyai efek langsung yang mungkin berhubungan atau tidak dengan dosis.

3. Yang terakhir dan sering diabaikan, adalah bahwa antibiotik dapat mengubah dan mengganggu kultur mikrobiologis sehingga menyebabkan bayi rentan karena sepsis.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

1. Suardi HN. Antibiotik dalam Dunia Kedokteran Gigi. Cakradonya Dent J.

2014;6(2):678–744.

2. Ahmadi H, Ebrahimi A, Ahmadi F. Antibiotic Therapy in Dentistry. Int J Dent. 2021;2021.

3. Caviglia I, Techera A, Antimicrobial GG. 62-246-2-Pb. 2014;50–6.

4. Buonavoglia A, Leone P, Solimando AG, Fasano R, Malerba E, Prete M, et al. Antibiotics or no antibiotics, that is the question: An update on efficient and effective use of antibiotics in dental practice. Antibiotics.

2021;10(5):1–20.

5. Oberoi SS, Dhingra C, Sharma G, Sardana D. Antibiotics in dental practice: How justified are we. Int Dent J. 2015;65(1):4–10.

6. Lakshman Samaranayake. Essential Microbiology For Dentistry 4th Edition.

7. Ramasamy A. A review of use of antibiotics in dentistry and recommendations for rational antibiotic usage by dentists. Int Arab J Antimicrob Agents. 2014;4(2):1–15.

Referensi

Dokumen terkait

Resistensi bakteri dapat terjadi pada pasien yang sebelumnya telah terpapar antibiotik spektrum luas,. pasien rawat inap, atau akibat dari penanganan terapi kronis jangka

Hasil analisis kesesuaian penggunaan antibiotik berdasarkan hasil uji sensitivitas bakteri dan spektrum aktivitas antibiotik pada penderita sepsis di ruang PICU dan

Statistics Jenis pemilihan antibiotik untuk kasus infeksi odontogenik Jenis pilihan antibiotik sebagai antibiotik profilaksis Jenis antibiotik sebagai pilihan

Pengobatan Penyakit yang disebabkan oleh virus tidak dapat diatasi dengan antibiotik. Penyakit yang disebabkan oleh bakteri dapat diatasi dengan

Uji sensitivitas antibiotik membuktikan bahwa uji ini tidak hanya digunakan untuk mengatasi fenomena resistensi bakteri terhadap antibiotik, tetapi juga dapat sebagai

Penggunaan antibiotik rasional adalah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan diagnosis penyakit, ketentuan pemilihan yang tepat sehingga tepat sasaran dengan efek samping

Antibiotik dipilih sebagai andalan dalam pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Namun, masih banyak ditemukan penggunaan antibiotik yang tidak tepat.

Karena pemeriksaan ini memerlukan waktu 24-48 jam maka terapi segera diberikan dengan antibiotik spektrum luas yang dapat diganti bila terdapat kuman yang tidak sesuai, dengan