LAMPIRAN 1
Nama Lengkap : Nurlina Binti Hasan Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir : Malaysia/6 Febuari Kewarganegaraan : Malaysia
Agama : Islam
Alamat : Jln. Kamboja, Setia Budi Telepon/HP : 083197025941
Email : [email protected]
PENDIDIKAN
2001-2006 : Sekolah Kebangsaan Puchong 2007-2009 : Sekolah Menengah Puchong 2010-2011 : UiTM Shah Alam
LAMPIRAN 2
LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN
Salam Hormat,
Saya yang bernama Nurlina Binti Hasan, mahasiswa Fakultas Kedokteran
Gigi USU, ingin melakukan penelitian tentang “Gambaran Pemberian Antibiotik Oral Oleh Dokter Gigi di Praktek Kota Medan Tahun 2015”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemberian antibiotik oral yang
sering digunakan oleh dokter gigi di praktek Kota Medan beserta alasan pemilihan
antibiotik tersebut.
Manfaat penelitian ini agar Bapak/Ibu dapat mengetahui informasi data
tentang penggunaan antibiotik dalam kalangan dokter gigi di praktek. Waktu yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini diperkirakan 10 menit dan biaya
penelitian sepenuhnya ditanggung oleh peneliti sendiri.
Pada penelitian ini, Bapak/Ibu diminta untuk mengisi kuesioner yang akan
diberikan kepada Bapak/Ibu. Jika Bapak/Ibu bersedia, surat pernyataan kesediaan
menjadi subjek penelitian terlampir harap ditBapak/Ibutangani secara sadar dan tanpa
paksaan dan dikembalikan kepada pihak peneliti.
Tidak ada efek samping yang akan terjadi sepanjang penelitian ini
berlangsung. Perlu diketahui bahwa rahasia jawaban kuesioner Bapak/Ibu berikan
tetap terjaga dan surat kesediaan tersebut tidak mengikat, Bapak/Ibu dapat
mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian ini berlangsung.
Jika ada terdapat masalah, silalah hubungi no telefon saya, 083197025941
atau alamat No E2 Kompleks Permata Jalan Kamboja, Setia Budi, Tanjung Rejo
Demikian, mudah-mudahan keterangan di atas dapat dimengerti. Sebagai
ungkapan terima kasih saya atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini, saya akan
memberikan hadiah yang nilainya tidak seberapa.
Peneliti,
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertBapak/Ibutangan di bawah ini:
Nama:
Praktek:
Setelah membaca dan mendapatkan penjelasan serta memahami sepenuhnya
mengenai apa yang akan dilakukan dan didapatkan pada penelitian yang berjudul:
“Gambaran Pemberian Antibiotik Oral Oleh Dokter Gigi di Praktek Kota Medan Tahun 2015”
Maka saya menyatakan bersedia ikut berpartisipasi menjadi salah satu subjek
penelitian untuk mengisi kuesioner yang diberikan kepada saya. Pernyataan ini saya
buat dalam keadaan sedar tanpa paksaan.
Medan,………
Yang menyetujui,
Subjek penelitian
LAMPIRAN 4
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN BEDAH MULUT DAN MAKSILOFASIAL
Nomor :
Tanggal :
GAMBARAN PEMBERIAN ANTIBIOTIK ORAL OLEH DOKTER GIGI DI PRAKTEK KOTA MEDAN TAHUN 2015
PETUNJUK PENGISIAN :
1. Pengisian kuesioner dilakukan oleh dokter gigi di praktek dokter gigi di Kota
Medan.
2. Jawablah setiap pertanyaan yang tersedia dengan melingkari jawaban yang
dianggap benar
3. Semua pertanyaan harus dijawab
4. Setiap pertanyaan diisi dengan satu jawaban.
5. Bila ada pertanyaan yang kurang mengerti silahkan ditanyakan kepada
LINGKARI JAWABAN PADA PILIHAN JAWABAN YANG TERSEDIA
1) Menurut Bapak/Ibu, pada kasus apa antibiotik sering
diberikan pada pasien?
a) Abses Odontogenik
b) Pasca Ekstraksi Gigi
c) Profilaksis Sebelum Pencabutan
d) Gingivitis Ulseratif Nekrose Akut (GUNA)
e) Lain-lain
2) Jenis antibiotik apa yang paling sering Bapak/Ibu
resepkan ?
a) Metronidazol
b) Amoksisilin
c) Eritromisin
d) Klindamisin
e) lain-lain
3) Apakah alasan Bapak/Ibu dalam memilih jenis
antibiotik?
a) Aktivitas spektrum
b) Kurangnya insiden resisten
c) Efektif mengisolasi infeksi rongga mulut.
d) Ekonomis (harga terjangkau pasien)
e) Tiada riwayat alergi
4) Menurut Bapak/Ibu berapa dosis yang sering Bapak/Ibu
beri kepada pasien?
b) Klindamisin 150-450mg/6 jam
c) Siproflosaksin 250-500 mg/12jam
d) Metronidazol 250mg-750mg/8 jam
e) lain-lain
5) Apakah alasan pemilihan dosis diatas?
a) Mengikut berat badan & umur pasien
b) Sesuai dosis yang berlaku
c) Aktivitas kerja antibiotik
d) Profil farmakokinetik
e) Lain-lain
6) Apakah jenis pemilihan antibiotik untuk kasus infeksi
Odontogenik ?
a) Amoksisilin
b) Klindamisin
c) Siproflosaksin
d) Metronidazol
e) Lain-lain
7) Apakah jenis pilihan antibiotik yang Bapak/Ibu berikan
sebagai antibiotik profilaksis?
a) Amoksisilin
b) Klindamisin
c) Sefalosporin
d) Klaritomisin
8) Apakah jenis antibiotik yang dapat diberikan sebagai
pilihan alternatif apabila pasien alergi penisilin?
a) Eritromisin
b) Metronidazol
c) Sefalosporin
d) Klindamisin
e) Lain-lain
9) Apakah alasan pemilihan jenis antibiotik diatas?
a) Tidak alergi
b) Harga terjangkau
c) Aktivitas spektrum yang sama
d) Bersifat bakteriostatik
e) Bukan golongan penisilin
LAMPIRAN 5
ANGGARAN BIAYA PENELITIAN
”Gambaran Pemberian Antibiotik Oral Oleh Dokter Gigi di Praktek Kota Medan
Tahun 2015”
Besar biaya yang diperlukan untuk melaksanakan penelitian ini sebesar dengan
rincian sebagai berikut:
1. Biaya pembuatan kuesioner Rp 300,000
2. Biaya alat tulis, kertas, printer, tinta printer Rp 300,000
3. Biaya penjilidan dan penggBapak/Ibuan proposal Rp 200,000
4. Biaya ucapan terima kasih Rp 1 000,000
5. Biaya lain-lain Rp 1 000,000
Total Rp 2 800,000
Rincian biaya ditanggung oleh peneliti sendiri.
Peneliti
LAMPIRAN 6
JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN TAHUN 2015
No. Kegiatan
WaktuPenelitian
Augustus September Oktober November Disember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1. Penyusunan proposal
2. Seminar proposal
3. Pengumpulan data
4. Pengolahan dan analisis data
i
Frequency Table
Jenis kasus antibiotik diberikan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Abses Odontogenik 54 51.9 51.9 51.9
Pasca Ekstraksi Gigi 19 18.3 18.3 70.2
Profilaksis Sebelum
Pencabutan
17 16.3 16.3 86.5
GUNA 6 5.8 5.8 92.3
Lain-lain 8 7.7 7.7 100.0
Total 104 100.0 100.0
Jenis antibiotik yang sering diresepkan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Metronidazol 2 1.9 1.9 1.9
Amoksisilin 69 66.3 66.3 68.3
Eritromisin 3 2.9 2.9 71.2
Klindamisin 20 19.2 19.2 90.4
Lain-lain 10 9.6 9.6 100.0
i
Alasan pemilihan antibiotik
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Aktivitas spektrum 64 61.5 61.5 61.5
Kurangnya insiden resisten 1 1.0 1.0 62.5
Efekstif mengisolasi infeksi
rongga mulut
11 10.6 10.6 73.1
Ekonomis 17 16.3 16.3 89.4
Tiada riwayat alergi 11 10.6 10.6 100.0
Total 104 100.0 100.0
Alasan dalam memilih dosis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Mengikut BB dan umur
pasien
24 23.1 23.1 23.1
sesuai dosis yang berlaku 31 29.8 29.8 52.9
Aktivitas kerja antibiotik 29 27.9 27.9 80.8
Profil farmakokinetik 7 6.7 6.7 87.5
lain-lain 13 12.5 12.5 100.0
i
Berapa dosis yang sering diberikan kepada pasien
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Amoksisilin 250-500mg/8jam 67 64.4 64.4 64.4
klindamisin 150-450mg/6
Jenis pemilihan antibiotik untuk kasus infeksi odontogenik
Frequency Percent Valid Percent
i
Jenis pilihan antibiotik sebagai antibiotik profilaksis
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Amoksisilin 64 61.5 61.5 61.5
klindamisin 7 6.7 6.7 68.3
sefalosporin 9 8.7 8.7 76.9
Klaritromisin 4 3.8 3.8 80.8
Lain-lain 20 19.2 19.2 100.0
Total 104 100.0 100.0
Jenis antibiotik sebagai pilihan alternatif apabila pasien alergi penisilin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Eritromisin 22 21.2 21.2 21.2
metronidazol 14 13.5 13.5 34.6
sefalosporin 21 20.2 20.2 54.8
klindamisin 30 28.8 28.8 83.7
lain-lain 17 16.3 16.3 100.0
i
Alasan dalam memilih antibiotik alternatif tersebut
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Tidak alergi 23 22.1 22.1 22.1
harga terjangkau 4 3.8 3.8 26.0
Aktivitas spektrum yang
sama
36 34.6 34.6 60.6
Bersifat bakteriostatik 6 5.8 5.8 66.3
Bukan golongan penisilin 35 33.7 33.7 100.0
i
DAFTAR PUSTAKA
1. Haveles EB. Applied pharmacology for the dental hygienist. 5th ed. Missouri:
Mosby Elsevier, 2007: 123-35.
2. Syarif A. Estuningtyas A. Setiawati A. Muchtar A.H. dkk. Farmakologi dan
terapi. Ed 5. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Jakarta. 2007.
3. Roda RP, Bagán JV, Bielsa JMS, Pastor EC. Antibiotic use in dental practice.
Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2007; 12: E186-92.
4. Jayadev M. Karunakar P, Vishwanath B, Chinmayi S.S. dkk. Knowledge and
pattern of antibiotik non narcotic analgesic prescription for pulpal and
periapical pathologies- a survey among dentists. Journal of Clinical and
Diagnostic Research.2014; Vol 8: 10-14.
5. Iqbal A. The attitudes of dentists towards the prescription of antibiotics during
endodontic treatment in North of Saudi Arabia. Journal of Clinical and
Diagnostic Research. 2015; Vol 9(5): 82-84.
6. Nilesh K. Kelekar S. Malik A.N, Patil P. dkk. Knowledge and pattern of
antimicrobial prescriptions by dental practitioners : a questionnaire based
study. 2015: 12-17.
7. Vlcek D. Razavi A. Kutten-Berger J.J. Antibiotics in third molar surgery.
Swiss Dental Journal.2014; Vol 124: 294-301.
8. Kementerian Kesehatan Indonesia. Berita negara indonesia. 2011; No 874:
29-38.
9. Jawetz. Melnick. Adelberg. Mikrobiologi kedokteran. Alih Bahasa. Nugroho
A.W. dkk. ed 25. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2012: 354-386.
10.Varley A.J. Sule J. Absalom AR. Principles of antibiotic therapy. Oxford
journals.2009; Vol 9: 184-188.
11.Yagiela J.A. Dowd F.J. Johnson B.S. Mariotti A.J. dkk. Pharmacology and
therapeutics for dentistry. 6th ed. US: Mosby Elsevier, 2011: 600-37.
13.Tjay T.H. Rahardja K. Obat-obat penting khasiat, efek dan penggunaannya.
Ed 6. Jakarta: PT Elex Media Komputindo; 2007: 68-73.
14.Neal M.J. At a glance farmakologi medis. Alih Bahasa. Ed 5. Jakarta:
Penerbit Erlangga, 2006: 37-40.
15.Katzung BG. Pharmacology examination and board review. 10th ed. San Francisco: Lange, 2013: 383-411.
16.Becker D.E. Antimikrobial drugs. American Dental Society of
Anesthesiology. 2013; 60: 111-123.
17.Robinson J.L. Hameed T. Carr S.Practical aspects of choosing an antibiotic
for patients with reported allergy to an antibiotic. Oxford journal. 2015: 1-6.
18.Pedersen G.W. Buku ajar praktis bedah mulut. Alih Bahasa. Purwanto
Basoeseno. Ed 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG, 2013: 198-202.
19.Gour P.R. Kohli S. Advani U. Kulshreshtha S. dkk. Prescription pattern of
antimicrobial agents by dental practioners: a questionnaire based study.
International Journal of Basic Pharmacology.2013; Vol2: 311-313.
20.Tripathi K.D. Essentials for farmacology in Dentistry. New Delhi :Jaypee,
2005: 400-408.
21.Mitchell D.A. Mitchell L. Oxford handbook of clinical dentistry. 6 th ed;
United Kingdom: Oxford University Press; 2014: 566-567.
22.Jas A. Perihal Resep & Dosis. Ed 2. Medan: USU Press; 2009: 83.
23.Dahlan MS. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian
kedokteran dan kesehatan. Ed 3. Penerbit Salemba Medika, 2013: 147-148.
24.Dar Odeh N.S. Abu Hammad O.A. Omiri M.A. Khairasat A.S. dkk. Antibiotic
prescribing practices by dentist: a review. Therapeutics and clinical risk
management. 2010; 6: 301-306.
25.Brunton L.L. Parker K.L. Lazo J.S. The pharmacological basic of
therapeutics. 11th ed; United States: Mc Graw Hill; 2006: 1127-1136.
26.Kaur S.P. Rao R. Nanda S. Amoxicillin: a broad spectrum antibiotic.
International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences. India, 2011:
27.Winter. Use and abuse of antibiotics. American Association of Endodontics.
2012: 2-7.
28.Craig C.R. Stitzel R.E. Modern pharmacology with clinical application. 5th ed. United States. Lippincott Williams& Wilkins: 2004, 510-512.
29.Gregoire C. How are odontogenic infections best managed. Journal Canada
Dental Assosiation. 2010; Vol 76: 114-116.
30.Addy L.D. Martin M.V. Clindamisin and dentistry. British Dental Journal.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan metode survei untuk
menggambarkan tentang penggunaan antibiotik oral di praktek dokter gigi di Kota
Medan
3.2. Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di semua praktek dokter gigi di Kota Medan pada 14
Desember 2015 sehingga selesai.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh dokter gigi yang berpraktek di
Kota Medan.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah dokter gigi yang berpraktek di Kota
Medan dan setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Metode pengambilan
sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah secara simple random sampling.
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada
setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih
sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random sampai
memperoleh sampel sebanyak 95 orang. Untuk mengantisipasi dropout, maka di
Keterangan:
3.4 Variabel penelitian dan Definisi Operasional Variabel Definisi Operasional
Antibiotik Zat yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme yang
menghambat pertumbuhan mikroba jenis lain
Indikasi pemberian
profilaksis
Suatu bentuk pencegahan yaitu mencegah terjadinya
infeksi bakteri.
-Terdapat dua kategori pasien yang memerlukan antibiotik
profilaksis yaitu:
(1) untuk mencegah bakteri lokal minor yang menyebabkan
infeksi serius misalnya immunokompromis.
(2) untuk mencegah komplikasi septik lokal misalnya
Infeksi odontogenik Infeksi odontogenik biasanya dimulai dengan terjadinya
kematian pulpa, invasi bakteri dan perluasan proses infeksi
kearah periapikal.
Terjadinya peradangan yang terlokalisir
Kerusakan pada ligamentum periodontium memberikan kemungkinan masuknya bakteri dan
akhirnya terjadi abses periodontal akut.
Apabila gigi tidak dapat erupsi dengan sempurna, maka mukosa yang menutupi sebagian gigi
mengakibatkan terkumpulnya bakteri sehingga
menyebabkan abses perikoronal.
Dosis terapi Penisilin Penisilin V
Dewasa: 250-500mg/6jam anak-anak 250-500mg/6 jam
Amoksisilin
Dewasa: 250-500mg/8jam anak-anak 20-40mg/8 jam
Amoksisilin-klavulanat
Dewasa: 250-500mg/8jam anak-anak 25-40mg/8 jam
Diklosasilin
Dewasa: 125-500mg/6jam anak-anak 50-100mg/8 jam
Sefalezin
Dewasa: 250-500mg/6 jam anak-anak 30-50mg/6 jam
Azitromisin
Dewasa: 500mg/12 jam anak-anak 5-12mg
Dewasa: 250-500mg/12 jam anak-anak 7.5mg/2 Kali sehari
Antibiotik lain-lain Klindamisin
Dewasa: 150-450mg/6jam anak-anak 8-20 mg/3-4 dosis
Metronidazol
Dewasa: 250-750mg/8 jam
Siproflosaksin
Dewasa: 250-500mg/12jam anak-anak 25mg/12 jam
Dosisiklin
Dewasa: 200 mg hari pertama(100 mg/12 jam) anak-anak 4.4mg/per hari/2 kali
Dosis profilaksis Amoksisilin 2 g 50mg/kg
Sefalezin 2g 50mg/kg
Klindamisin 600mg 20mg/kg
Azitromisin 500mg 15mg/kg
3.5 Metode Pengambilan Data
Data dikumpulkan dengan cara pemberian kuesioner kepada responden yang
setuju untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dilakukan dan diisi secara langsung
oleh responden setelah peneliti menjelaskan tata cara pengisian. Data yang telah
didapat dikumpulkan lalu diolah dan dianalisa.
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
1. Alat tulis
2. Kuesioner
3.7 Pengolahan Data
Data diolah secara manual dengan sistem komputerisasi dan disajikan dalam
3.8 Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif yaitu data univarian dan dihitung dalam bentuk
persentase. Hasil dari data disajikan dalam bentuk tabel dan gambar untuk melihat
pemberian antibiotik oral oleh dokter gigi di Kota Medan.
3.9 Etika Penelitian
Penelitian ini akan mendapat persetujuan dari komisi etik (health Research
Ethical Committee of North Sumatera). Sebelum penelitian berjalan, responden akan
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian yang dilakukan di praktek sekitar Kota Medan, diperoleh data
dari 104 dokter gigi yang mengisi kuesioner secara langsung mengenai pemberian
antibiotik kepada pasien di praktek dokter gigi.
4.1 Jenis kasus yang Diberikan Antibiotik Kepada Pasien
Dari 104 dokter gigi yang mengisi kuesioner didapatkan data tentang
pemberian antibiotik pada kasus berikut. Abses odontogenik merupakan kasus paling
sering diindikasikan oleh dokter gigi di Kota Medan.
4.2 Frekuensi Pemberian Jenis Antibiotik Kepada Pasien
Distribusi pemberian antibiotik oleh dokter gigi di praktek mendapatkan jenis
amoksisilin merupakan pilihan utama yaitu sebanyak 66% dan hanya 2% yang
memilih pemberian metronidazol.
Gambar 7. Distribusi jenis antibiotik yang diberikan oleh dokter gigi
4.3 Alasan dalam pemilihan antibiotik
Dari hasil penelitian yang diperolehi, 61.5% dokter gigi berpendapat alasan
pemilihan antibiotik adalah karena aktivitas spektrumnya. 16.3% dokter gigi memilih
karena harga antibiotik tersebut terjangkau pasien dan 10.6% memilih efektivitas
antibiotik di rongga mulut. Hanya 1% memilih resistensi obat dan sisanya yaitu
10.6% karena pasien tiada riwayat alergi.
Tabel 5. Alasan dokter gigi dalam memilih jenis antibiotik
Alasan Frekuensi Persentasi
Aktivitas Spektrum 64 61.5%
Resistensi 1 1%
Efektivitas Di Rongga Mulut 11 10.6%
Ekonomis 17 16.3%
Metronidazol Amoksisilin Eritromisin Klindamisin Lain-lain
4.4 Frekuensi dosis yang diberikan kepada pasien
Distribusi dosis yang sering diberikan kepada pasien mendapatkan 64.4%
dokter gigi lebih sering memberikan amoksisilin dengan dosis 250-500mg per 8 jam
sehari, 12.5% klindamisin dengan dosis 150-450mg per 6 jam, 1.9% siproflosaksin
250-500 per 12 jam, metronidazol 250-750mg per 8 jam sebanyak 2.9% dan dosis
lain-lain 18.3%.
Tabel 6. Distribusi frekuensi dosis yang sering diberikan kepada pasien.
Dosis Frekuensi Persentasi
Amoksisilin 250-500mg/8 jam 67 64.4%
Klindamisin 150-450mg/6 jam 13 12.5%
Siproflosaksin 250-500mg/12 jam 2 1.9%
Metronidazol 250-750mg/8 jam 3 2.9%
Lain-lain 19 18.3%
total 104 100%
4.5 Alasan dalam memberikan dosis antibiotik kepada pasien
Alasan dalam menentukan dosis yang akan diberi kepada pasien seperti
terlampir pada tabel berikut.
Tabel 7. Distribusi alasan pemberian dosis antibiotik oleh dokter gigi kepada pasien.
Alasan Frekuensi Persentasi
Mengikut berat badan & umur 24 23.1%
Sesuai dosis resep 31 29.8%
Aktivitas kerja antibiotik 29 27.9%
Profil farmakokinetik 7 6.7%
Lain-lain 13 12.5%
4.6 Distribusi jenis antibiotik yang diberikan dokter gigi untuk kasus odontogenik
Distribusi pemberian antibiotik oleh dokter gigi untuk kasus odontogenik
seperti terlampir pada gambar berikut. Amoksisilin adalah antibiotik yang sering
diresepkan.
Gambar 8. Distribusi frekuensi jenis antibiotik untuk kasus odontogenik.
4.7 Distribusi jenis antibiotik yang diberikan dokter gigi sebagai antibiotik profilaksis
Distribusi pemberian antibiotik oleh dokter gigi sebagai antibiotik profilaksis
seperti terlampir pada gambar berikut. Amoksisilin adalah antibiotik yang sering
diresepkan pada hasil penelitian ini.
4.8 Distribusi jenis antibiotik alternatif yang diberikan dokter gigi pada pasien alergi
Distribusi jenis antibiotik alternatif yang diberikan dokter gigi pada pasien
alergi seperti terlampir pada gambar berikut. Klindamisin merupakan antibiotik yang
menjadi pilihan dokter-dokter gigi di Kota Medan.
Gambar 10. Distribusi frekuensi jenis antibiotik alternatif pasien alergi penisilin
4.9 Alasan memilih jenis antibiotik tersebut sebagai alternatif jika pasien alergi pada penisilin.
Alasan pemilihan antibiotik alternatif yang diberikan dokter gigi pada pasien
alergi seperti terlampir pada tabel berikut.
Tabel 8. Distribusi alasan pemilihan antibiotik alternatif pasien alergi penisilin Eritromisin,
Alasan Frekuensi Persentase
Tidak Alergi 23 22.1%
Ekonomis 4 3.8%
Aktivitas Spektrum 36 34.6%
Bersifat Bakteriostatik 6 5.8%
Bukan Golongan Penisilin 35 33.7%
BAB 5 PEMBAHASAN
Hasil penelitian tentang gambaran pemberian antibiotik oral oleh dokter gigi
di praktek sekitar Kota Medan diperoleh 104 dokter gigi yang menjawab kuesioner.
Dari 104 dokter gigi tersebut, 51.9% memilih abses odontogenik sebgai kasus yang
sering diberikan antibiotik, 18.3% untuk pengobatan pasca pencabutan gigi, 16.3%
sebagai antibiotik profilaksis, 5.8% memilih gingivitis ulseratif nekrose akut (GUNA)
dan 7.7% menjawab lain-lain (Gambar 6). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umumnya dokter gigi mengetahui indikasi penggunaan antibiotik untuk infeksi oral.
Menurut Najla Saeed, Osama,Mahmoud, Ameen dkk pada tahun 2010, situasi klinis
yang membutuhkan terapi antibiotik hanya pada beberapa kasus dan salah satunya
termasuk infeksi oral yang disertai peningkatan suhu badan dan kondisi sistemik.
Selulitis merupakan salah satu kondisi penyakit yang memerlukan pemberian
antibiotik karena kemungkinan dapat menginfeksi saluran darah dan septikemia.
Selain itu, terdapat juga infeksi oral terlokalisir yang diindikasikan antibiotik yaitu
gingivitis ulseratif akut (GUNA), abses dan perikoronitis.19,24
Pemberian antibiotik oleh dokter gigi pada pasien dalam penelitian ini
mendapatkan pemberian antibiotik amoksisilin sebanyak 66%. 19% klindamisin, 2%
metronidazol, 3% memilih eritromisin dan 10% memilih antibiotik jenis lain
(Gambar 7). Alasan pemilihan amoksisilin adalah karena antibiotik tersebut stabil
dari segi keasaman selain absorbsinya itu tidak dipengaruhi dengan konsumsi
makanan. Berdasarkan beberapa hasil penelitian bahwa amoksisilin efektif untuk
infeksi oral dan beradaptasi baik dari segi bioabilitas serta diabsorbsi lebih banyak
dibandingkan ampisilin. 25
Penelitian oleh Nilesh, Kelekar, A Malik, Patil dkk di pada tahun 2014 di
Maharashtra, India menyatakan antibiotik yang paling sering diresepkan untuk
infeksi mulut adalah amoksisilin (77%).6 Hasil tersebut sama dengan hasil penelitian ini dimana amoksisilin merupakan pilihan pertama dokter gigi di Kota Medan.
positif dan gram negatif. 26 Selain itu, antibiotik ini dikategorikan ekonomis dan harga terjangkau oleh pasien dibandingkan klindamisin dan amoksisilin yang
dikombinasikan dengan asam klavulanat oleh karena biaya yang lebih mahal.
Menurut Azhar Iqbal pada tahun 2015 kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat
dianggap kombinasi pilihan terbaik untuk infeksi odontogenik.1
Sementara alasan dokter gigi dalam pemilihan antibiotik adalah sebanyak
61.5% responden memilih aktivitas spektrumnya, 16.3% menyatakan karena biaya
yang terjangkau, 10.6% karena efektivitas antibiotik, 10.6% karena tidak ada alergi
yang terjadi dan 1% memilih kurangnya insiden resistensi yang terjadi (Tabel 4).
Berdasarkan pemilihan di gambar 7, dokter gigi memilih amoksisilin oleh karena
jenis antibiotik ini memiliki spektrum luas. Antibiotik spektrum luas seringkali
dipakai untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme yang menyerang belum
diidentifikasi pembiakan dan sensitivitas.12 Pengkulturan bakteri agak sukar dilakukan terutama di praktek dokter gigi karena ia mengambil waktu yang agak lama
dan sulit untuk diaplikasikan pada semua pasien.1
Distribusi pemberian dosis antibiotik oleh dokter gigi pada pasien
mendapatkan hasil sebanyak 64.4% memilih amoksisilin dengan dosis 250-500mg
per 8 jam sehari, 12.5% klindamisin dengan dosis 150-450mg per 6 jam, 1.9%
siproflosaksin 250-500 per 12 jam, metronidazol 250-750mg per 8 jam sebanyak
2.9% dan dosis lain-lain 18.3% (Tabel 5). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
umumnya dokter gigi memilih dosis antibiotik dengan melihat gejala klinik dan jenis
bakteri yang ada. Untuk menghindari terjadinya resisten, pemberian dosis harus
sesuai.2 Faktor utama dalam keberhasilan klinis untuk kebanyakan antibiotik adalah tinggi konsentrasi obat dan jumlah yang dihasilkan pada jaringan terinfeksi. Selain
itu, semakin singkat waktu terapi, semakin rendah risiko pasien alergi.27
Dari segi alasan pemilihan dosis, sebanyak 29.8% menyatakan karena
mengikut ketetapan dosis yang berlaku, 23.1% dokter gigi menyatakan dosis
diberikan sesuai berat badan dan umur pasien, 27.9% dokter gigi menyatakan atas
alasan aktivitas spektrum antibiotik tersebut jumlah dosis yang diberikan, 6,7%
dalam tubuh pasien ditentukan oleh dosis yang diberikan dan juga profil
farmakokinetik obat tersebut. Konsentrasi obat dalam darah penting untuk
mengetahui apakah antibiotik tersebut dapat membunuh bakteri atau dapat mendapat
toksisitas pada pasien jika konsentrasi terlalu tinggi.28
Faktor yang mempengaruhi pemberian obat antaranya adalah berat badan
pasien yaitu gemuk atau kurus dan usia pasien terdiri anak-anak, dewasa dan
geriatrik. Hal ini ditambah dengan patofisiologis tubuh yaitu fungsi atau keadaan
tubuh pasien menurun. Pengurangan dosis bagi pasien usia lanjut disebabkan
kemampuan metabolisme sudah menurun sehingga pemberian dosis tinggi
kemungkinan besar akan menjadi toksisitas. Selain itu, respon tubuh anak-anak dan
dewasa tidak sama. Hal ini menyebabkan biotransformasi obat terganggu sehingga
obat terakumulasi kearah organ tubuh lainnya. 22
Hasil penelitian juga menunjukkan jenis antibiotik yang sering diberikan
dokter gigi untuk kasus odontogenik. Sebanyak 35.6% dokter gigi memberi
amoksisilin untuk pengobatan, 30.8% pula memilih klindamisin, 6.7% memilih
metronidazol ,4.8% memilih siproflosaksin dan 22.1% memilih antibotik jenis lain
(Gambar 8). Menurut Dr Gregoire Curtis tahun 2010, kebanyakan infeksi
odontogenik dijumpai lebih dari 1 spesis bakteri yang biasanya ada di rongga mulut.
Secara umum 50% disebabkan bakteri anaerobik sahaja, 44% disebabkan kombinasi
bakteri aerob dan anaerob dan 6% aerob sahaja. Amoksisilin berspektrum luas tetapi
untuk kasus odontogenik penisilin V lebih baik digunakan untuk pengobatan. Namun,
dosis amoksisilin dan kemampuan absorbsinya bersama asupan makanan
menyebabkan antibiotik ini menjadi pilihan terbaik untuk pasien dalam
menghasilkan efek yang optimal.29
Menurut Addy.L.D dan Martin M.V pada tahun 2005 menyatakan klindamisin
mempunyai spektrum khusus untuk melawan infeksi anaerobik. Walaupun
klindamisin bertindak sebagai bakteriostatik, aktivitas bakterisidal dapat dicapai pada
dosis tertentu. Survei menyatakan klindamisin kurang sering di berikan di UK dan
dalam merekommendasikan klindamisin sebagai pilihan utama untuk perawatan
infeksi odontogenik.30
Menurut Azhar Iqbal pada tahun 2015, metronidazol merupakan agen
antibiotik yang efektif melawan mikroba anaerob tetapi tidak efektif terhadap anaerob
fakultatif. Oleh itu metronidazol harus direkomendasikan sebagai obat tambahan
untuk meningkatkan efek amoksisilin.5 Siproflosaksin diabsorbsi dengan baik di rongga mulut dan bioabilitasnya mencapai 90%. Namun, asupan makanan dapat
memperlama penyerapan konsentrasi siproflosaksin. Pemakaian kuinolon tidak
dianjurkan untuk infeksi odontogenik melainkan setelah kultur dan sensitivitas
dilakukan karena pilihan obat yang lain telah tersedia.11
Persentase dokter gigi memilih antibiotik profilaksis adalah sebanyak 61.5%
untuk amosisilin, 6.7% untuk klindamisin, 8.7% antibiotik golongan sefalosporin,
3.8% klaritromisin dan sisanya 19.2% antibiotik jenis lain (Gambar 9). Profilaksis
dalam kedokteran gigi adalah pemberian obat antimikroba untuk mencegah infeksi.
Dalam arti yang lain, profilaksis juga mencakup penggunaan antimikroba segera
setelah masuknya mikroorganisme patogenik misalnya fraktur tetapi sebelum timbul
tanda-tanda infeksi. 9 Antibiotik yang dianjurkan untuk profilaksis adalah amoksisilin dan bagi yang alergi penisilin bisa diberikan klindamisin, sefalosporin dan
azitromisin. Banyak literatur menyebut penisilin yang diberikan sebelum dilakukan
prosedur yang menyebabkan bakteremia akan menurunkan jumlah bakteri dalam
beberapa waktu selepas dilakukan prosedur tersebut. Namun, berdasarkan mekanisme
kerja B-laktam yaitu secara perlahan membunuh bakteri dengan menghambat dinding
bakteri sulit dipahami bagaimana hal ini dapat menurunkan jumlah bakteri sesaat
setelah prosedur perawatan.11
Beberapa tahun sebelum tahun 1990, dosis tinggi eritromisin
direkomendasikan sebagai alternatif pasien yang alergi penisilin untuk pencegahan
endokarditis. Namun pilihan ini berubah kepada klindamisin karena dianggap tidak
terpengaruh oleh adanya makanan dalam lambung berbanding azitromisin yang
terganggu jika diberikan bersama makanan. 2
Hasil penelitian juga menunjukkan sebannyak 21.2% dokter gigi memberikan
eritromisin pada pasien yang alergi penisilin sebagai pilihan alternatif, 28.8%
klindamisin, 20.2% jenis antibiotik sefalosporin, 13.5% antibiotik metroniazol dan
antibiotik jenis lain sebanyak 16.35% (Gambar 10). Penisilin merupakan antara
golongan obat antimikroba yang paling toksisitas dan menimbulkan reaksi alergi.
Reaksi alergi penisilin paling berbahaya tergantung kegunaannya. Beberapa hasil
penelitian tentang efek penisilin, didapatkan 5% hingga 10% pasien yang
mengkonsumsi penisilin menyebabkan reaksi alergi. Namun, alergi penisilin oral
lebih sedikit dibandingkan melalui paraentral. Pada awal infeksi terjadi, pasien yang
alergi penisilin direkomendasikan untuk diberikan klindamisin dan eritromisin. Pada
infeksi yang sudah kronis, metronidazol dan klindamisin dianjurkan.1
Pada hasil penelitian ini , di dapatkan 20.2% dokter gigi memilih sefalosporin.
Hal ini bertentangan dengan beberapa literatur yang menyebutkan golongan
sefalosporin dapat menyebabkan reaksi alergi dan bisa terjadi sensitivitas silang
terhadap penisilin. Alasan pemilihan ini mungkin karena sefalosporin mempunyai
mekanisme kerja serta farmakologi yang sama dengan penisilin. Kedua-duanya
merupakan golongan B-laktam dan antibiotik ini memiliki struktur cincin B-laktam. 1,15,17
Namun, alergi yang terjadi dengan sefalosporin lebih rendah dibandingkan
penisilin dimana terdapat beberapa kasus yang berhasil dirawat dengan menggunakan
antibiotik golongan sefalosporin. Walaupun begitu, bagi pasien yang mempunyai
riwayat alergi penisilin tidak direkomendasikan pemberian sefalosporin.15
Alasan pemilihan antibiotik alternatif untuk pasien alergi penisilin oleh dokter
gigi diperoleh sebanyak 22.1% dokter gigi menyatakan karena antibiotik tersebut
tidak ada riwayat alergi, 34.6% memilih antibiotik karena aktivitas spektrum yang
sama, 5.8% karena sifat bakteriostatik dan 3.8% karena harga antibiotik yang
ekonomis. Selebihnya, 33.7% dokter gigi memberi alasan karena bukan daripada
golongan penisilin (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa dokter gigi memilih
eritromisin yang mempunyai spektrum antibakteri sama dengan benzilpenisilin.14 Antibiotik klindamisin menyerupai mekanisme kerja eritromisin yaitu spektrum
antimikroba dan lokasi reseptor ribosom tetapi memiliki struktur kimia yang
berbeda.9
Selain dapat melihat distribusi pemberian antibiotik oleh dokter gigi,
penelitian ini juga memperlihat alasan pemilihan antibiotik oleh dokter gigi. Dari
hasil penelitian 104 dokter gigi, amoksisilin dipilih sebagai antibiotik yang sering
diresepkan. Alasan pemilihan antibiotik tersebut selain harga ekonomis, adalah
karena spektrumnya yang luas dan keupayaan diabsorbsi dengan baik melalui rongga
mulut. Namun, pemberian antibiotik yang lain juga dapat dipertimbangkan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Amoksisilin adalah antibiotik paling sering diberikan dalam kebanyakan
kasus. Alasan pemilihan antibiotik disebabkan aktivitas spektrum antibiotik
dan harga yang terjangkau oleh pasien.
2. Kasus abses odontogenik merupakan pilihan yang utama untuk diberikan
antibiotik diberikan oleh dokter gigi
3. Bagi pasien alergi penisilin, dokter gigi memilih klindamisin dan eritromisin
sebagai alternatif pengganti penisilin. Alasan memilih antibiotik tersebut
karena bukan termasuk dari golongan penisilin dank arena aktivitas
spektrumnya sama atau mendekati dengan golongan penisilin.
6.2 Saran
1. Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang kedokteran gigi dan perlu dilakukan penelitian lanjut
untuk penggunaan antibiotik yang lebih baik maupun antibiotik kombinasi.
2. Diharapkan kepada dokter gigi agar dapat mengetahui golongan antibiotik
yang dapat menyebabkan toksisitas dan antibiotik yang mempunyai toksisitas
yang rendah.
3. Diharapkan adanya hubungan dokter gigi di praktek Kota Medan dan Dinas
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Infeksi
Infeksi mikroba terjadi apabila mikroba mampu melewati barrier mukosa atau
kulit lalu menembus jaringan tubuh. Pada dasarnya, tubuh akan melawan mikroba
dengan respon imun yang dimiliki, tetapi bila mikroba berkembang biak lebih cepat
daripada aktivitas respon imun maka akan terjadi penyakit infeksi yang disertai
dengan tanda-tanda inflamasi. Infeksi yang salah satunya terjadi adalah infeksi
dibidang kedokteran gigi yaitu infeksi gigi. Salah satu terapi yang dilakukan adalah
dengan pemberian antibiotik.8
2.2 Antibiotik
Era modern antimikroba dimulai pada tahun 1935 dengan ditemukannya
sulfonamida. Pada tahun 1940, didapatkan bahwa penisilin yang ditemukan pada
tahun 1929, dapat menjadi substansi terapeutik yang efektif. Setelah 25 tahun
kemudian, ditemukan hasil penelitian mengenai agen kemoterapi terutama yang
berpusat pada zat-zat yang berasal dari mikroba yang disebut antibiotik. Isolasi,
konsentrasi, pemurnian, dan produksi massal penisilin diikuti oleh penemuan
streptomisin, tetrasiklin, kloramfenikol dan banyak agen lainnya.9
2.2.1 Definisi Antibiotik
Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi yang
dapat menghambat mikroba jenis lain.2 Antibiotik dapat didefinisikan sebagai agen farmakologis yang selektif membunuh atau menghambat pertumbuhan sel mikroba.
Antibiotik ada yang bersifat bakteriostatik atau bakterisida. Bakteriostatik adalah zat
antibiotik yang bersifat mencegah replikasi lebih lanjut dari mikroba yang bergantung
pada sistem imunitas tubuh untuk membersihkan infeksi, sedangkan bakterisida
2.2.2 Mekanisme Kerja dan Aktivitas 2.2.2.1 Prinsip Kerja
Antibiotik diklasifikasikan berdasarkan mekanisme kerjanya yaitu,
menghambat sintesis atau merusak dinding sel mikroba, memodifikasi atau
menghambat sintesis protein, mengganggu keutuhan membran sel mikroba dan
mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat. Berdasarkan sasaran tindakan
antibiotik terhadap mikroba maka antibiotik dapat dikelompokkan menjadi beberapa
golongan yaitu: 9
1. Antibiotik yang merusak dinding sel mikroba
Mikroba memiliki lapisan luar yang kaku, yaitu dinding sel yang
mempertahankan bentuk dan ukuran mikroorganisme. Dinding sel mempertahankan
bentuk dan ukuran mikroorganisme yang memiliki tekanan osmotik internal tinggi.
Kerusakan pada dinding sel dapat menyebabkan lisis sel. Dalam suatu lingkungan
hipertonik, kerusakan pada dinding sel akan menyebabkan terbentuknya bakteri
berbentuk sferis, protoplas atau sferoplas tersebut dibatasi oleh membran sitoplasma
yang rapuh. Contoh agen-agen yang bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel
adalah penisilin, sefalosporin, vankomisin dan sikloserin.9
2. Antibiotik yang memodifikasi atau menghambat sintesis protein
Bakteri dan sel mamalia memiliki ribosom yang berbeda dari segi subunit tipe
ribosom, susunan kimia dan spesifikasi fungsional. Hal ini dapat menjelaskan
mengapa obat antimikroba dapat menghambat sintesis protein pada ribosom bakteri
tanpa menyebabkan efek yang signifikan pada ribosom mamalia. Pada sintesis protein mikroba yang normal, pesan mRNA “dibaca” secara simultan oleh beberapa ribosom yang membentang di sepanjang rantai mRNA. Susunan ribosom tersebut
dinamakan polisom.Contoh obat yang bekerja dengan menghambat sintesis protein
adalah eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, glisilsiklin, aminoglikosida dan
kloramfenikol.9
3. Antibiotik mempengaruhi sintesis atau metabolisme asam nukleat
Contoh obat-obatan yang bekerja menghambat sintesis asam nukleat adalah
trimetreksat. Rifampin menghambat pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat kuat
polimerase RNA bergantung-DNA (DNA-dependent RNA polymerase) milik bakteri.
Dengan demikian, rifampin menghambat sintesis RNA bakterial. Semua kuinolon
dan fluorokuinolon menghambat sintesis DNA mikroba dengan cara menyekat DNA
girase. P-aminobenzoic acid (PABA) merupakan metabolit esensial bagi banyak
mikroorganisme.
PABA berperan dalam sintesis asam folat, suatu prekursor penting bagi
sintesis asam nukleat. Sulfonamida merupakan analog struktural PABA yang
menghambat dihidroptereroat sintetase. Sulfonamida dapat masuk ke reaksi tersebut
menggantikan PABA dan bersaing memperebutkan sisi aktif enzim. Akibatnya
terbentuk analog asam folat yang nonfungsional sehingga pertumbuhan bakteri
terhambat.9
4. Antibiotik yang menghambat fungsi membran sel
Sitoplasma pada semua sel hidup dibungkus oleh membran sitoplasma yang
berperan melakukan fungsi transportasi aktif dan mengatur komposisi internal sel.
Jika integritas fungsional membran sitoplasma terganggu, makromolekul dan ion-ion
akan keluar dari sel, dan kemudian terjadi kerusakan atau kematian sel. Sejumlah
antibiotik secara spesifik menggangu fungsi biosintesis membran sitoplasma
misalnya asam nalidiksat, polimiksin.9
2.2.2.2 Aktivitas dan Spektrum 1. Agen Antimikrobial
Beberapa obat bakteriostatik dapat berubah menjadi bakterisida pada
konsentrasi tinggi. Hal ini tergantung kepada konsentrasi tempat yang terinfeksi dan
juga organisme penyebab tertentu.11 Bakterisida ialah antibiotik yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas yang membunuh mikroorganisme
sedangkan bakteriostatik hanya menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau
menganggu proses multiplikasi mikroba.1
Antibiotik yang termasuk golongan bakterisida antara lain penisilin,
sedangkan antibiotik yang memiliki sifat bakteriostatik antara lain: sulfonamida,
tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin, klindamisin, dan
lain-lain.1
2. Berdasarkan Spektrum kerja
Spektrum kerja bermaksud nilai aktivitas sesuatu obat. Berdasarkan
perbedaan sifat spektrum kerjanya, antibiotik dibagi dua yaitu antibiotik spektrum
sempit dan spektrum luas.1 Antibiotik berspektrum sempit efektif melawan satu jenis organisme. Contohnya penisilin dan eritomisin dipakai untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif. 12
Antibiotik berspektrum luas seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif
terhadap organism baik gram positif maupun gram negatif. Karena antibiotik
berspektrum sempit bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan
organism tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas. Antibiotik spektrum
luas seringkali dipakai untuk mengobati infeksi dimana mikroorganisme yang
menyerang belum diidentifikasi pembiakan dan sensifitas.12
2.2.3 Klasifikasi Antibiotik
Antibiotik digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat kuman
atau sebagai prevensi infeksi misalnya pembedahan besar. Secara profilaksis juga
diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga sebelum dilakukan
pencabutan gigi. Antibiotik terbagi kepada beberapa golongan yaitu; B-laktam,
tetrasiklin, sulfonamid, kuinolon, nitroimidazol, kloramfenikol, aminoglikosida,
makrolida dan linkosamid, 13,14
2.2.3.1 Antibiotik β-laktam
(1) mengikat obat pada enzim tertentu yang terletak dalam sistoplasmik membran
mikroba
(2) penghambatan reaksi transpeptida pada rantai linear peptidoglikan dari dinding sel
(3) pengaktifan enzim autolitik yang menyebabkan lesi di dinding sel mikroba.15
Gambar 1. Obat antimikroba yang menghambat sintesis dinding sel: penisilin, sefalosporin dan vankomisin14
1. Penisilin
Benzilpenisilin adalah antibiotik yang mempunyai spektrum sempit melawan
organisme gram positif. Benzilpensilin labil dalam asam sehingga absorpsinya
oralnya buruk. Benzilpenisilin diberikan melalui suntikan intramuskular, tetapi dosis
besar menyebabkan nyeri dan diberikan secara intravena. Fenoksimetilpenisilin
mempunyai spektrum yang sama dengan benzilpenisilin, tetapi kurang aktif.
Fenoksimetilpenisilin stabil dalam asam dan diberikan secara oral tetapi absorpsinya
bervariasi dan hanya berguna untuk organisme yang sensitif, dimana kerja cepat tidak
diperlukan. 14
a) Penisilin spektrum luas
Penisilin ini dipakai baik untuk mengobati gram positif maupun gram negatif.
Contoh-contoh dari kelompok ini adalah amoksisilin, ampisilin. Amoksisilin adalah
Ampisilin dan amoksisilin aktif melawan bakteri gram positif yang tidak
menghasilkan B-laktamase, dan karena obat tersebut berdifusi ke dalam bakteri gram
negatif lebih mudah daripada benzilpenisilin.
Untuk pemberian oral, amoksisilin merupakan obat pilihan karena di absorpsi
lebih baik daripada ampisilin, yang seharusnya diberikan paraentral.14 Amoksisilin sering dipakai karena frekuensi pemakaian obat lebih rendah yaitu 3 kali sehari
berbanding ampisilin 4 kali sehari. Amoksisilin dan ampisilin menghasilkan reaksi
hipersensitivitas yang mana ampisilin lebih sering menimbulkan alergi.1
Dalam menangani endokarditis bakteri sebagai antibiotik profilaksis,
amoksisilin merupakan antibiotik pilihan.1 Amoksisilin dan ampisilin diinaktivasi oleh bakteri penghasil penisilinase. Banyak B-laktamase bakteri dihambat oleh asam
klavulanat, dan campuran inhibitor ini dengan amoksisilin(ko-amoksiklav)
menyebabkan antibiotik menjadi efektif melawan organisme penghasil penisilinase. 14
b) Penisilin resisten penisillinase
Flukloksasilin diindikasikan pada infeksi yang disebabkan oleh stafilokokus
penghasil penisilinase yang resisten terhadap penisilin. Kelompok ini tidak efektif
dalam melawan organisme gram negatif.12 Flukloksasilin diabsorpsi dengan baik secara oral, tetapi pada infeksi berat harus diberikan melalui suntikan dan tidak
digunakan sebagai obat tunggal. 14
c) Penisilin Antipseudomonas
Merupakan kelompok obat baru dari penisilin berspektrum luas. Obat-obat ini
juga berguna dalam melawan banyak organisme gram negatif. Kerja farmakologiknya
mirip aminoglikosida tetapi kurang toksik dibandingkan dengan aminoglikosida.12 Contoh kelompok obat ini adalah piperasilin dan tikarsilin yang diberikan melalui
suntikan.14
Penisilin merupakan antara golongan obat antimikroba yang paling toksisitas
kedua-duanya mempunyai cincin B-laktam.17 Antibiotik yang dianjurkan sebagai pilihan alternatif penisilin adalah :
Gambar 2. Antibiotik alternatif jika pasien alergi pada penisilin1
2. Sefalosporin
Sefalosporin hampir menyerupai penisilin secara struktural dan
farmakologis.15,18 Sefalosporin bersifat bakterisid terhadap sebagian besar jenis Stereptococcus dan Staphylococcus tetapi kurang efektif terhadap sebagian kokkus
gram negatif.18 Namun, sefalosporin memiliki kepekaan yang lebih rendah terhadap beta laktamase berbanding penisilin13. Diperkirakan pasien yang alergi terhadap penisilin bisa juga bereaksi terhadap sefalosporin karena mempunyai mekanisme
kerja serta farmakologi yang sama.2
Terdiri dari empat generasi. Tiap generasi memiliki desain dan mekanisme
antibiotik yang berbeda kegunaanya secara klinis.15 Generasi pertama sefalosporin memiliki aktivitas spektrum yang mencakup penisilin V untuk mikroba odontogenic.
Sefalosporin juga aktif terhadap sebagian besar strain S aureus berbanding penisilin
karena tidak rentan terhadap laktamase beta diproduksi oleh spesis ini. Generasi
kedua dan ketiga sefalosporin mempunyai spektrum yang lebih luas dan resistensi
yang kuat pada beta laktamase.16 Terakhir generasi keempat yaitu sangat resisten terhadap beta laktamase dan juga aktif sekali pada pseudomonas.13
Pasien alergi penisilin
Infeksi awal
Eritromisin Klindamisin
Infeksi kronis
Semua sefalosporin mempunyai spektrum aktivitas antimikroba yang sama
luas, meskipun obat-obat individual mempunyai aktivitas berbeda melawan mikroba
tertentu.22 Sefadroksil diberikan secara oral dan digunakan pada infeksi saluran kemih. Absorpsinya kurang cepat berbanding yang lain tetapi sefadroksil terabsorsi
dengan baik walaupun dengan asupan makanan.11 3. Antibiotik B-laktam yang lainnya
Meropenem adalah karbapenem, suatu struktur yang sama dengan penisilin,
tetapi sangat resisten terhadap B-laktamase. Meropenem mempunyai spektrum
aktivitas yang lebar, tetapi tidak aktif melawan beberapa strain Psedomonas dan
MRSA. Meropenem diberikan melalui suntikan intravena. 14 4. Vankomisin
Vankomisin adalah antibiotik bakterisidal yang tidak diabsorpsi secara oral.
Vankomisin bekerja dengan menghambat pembentukan peptidoglikan dan aktif
melawan sebagian besar organisme gram positif. Vankomisin intravena penting untuk
terapi pasien dengan septikemia dan endokarditis akibat strain Stafilokokus aureus
yang resisten metisilin.14
2.2.3.2 Kuinolon
Kuinolon adalah antibiotik yang efektif melawan mikroorganisme
staphylococcus aureus, P.aeruginosa dan S.pneumoniae.11` Fluorokuinolon adalah sintetik dan agen antibakterial yang mempunyai spektrum yang luas dengan
menghambat DNA girase, suatu enzim yang terlibat dalam replikasi, transkripsi DNA
mikroba.16 Kuinolon generasi awal (asam nalidiksat, asam oksolinat dan sinoksasin) tidak mencapai kadar antibakterial sistemik pada asupan per oral sehingga hanya
bermanfaat sebagai antiseptik saluran kemih. 9
Turunan terfluorisasi mereka (misalnya siproflksasin, norfloksasin dan
lain-lain) memiliki antibakteril yang lebih besar serta toksisitas yang lebih rendah serta
mencapai kadar yang bermanfaat secara klinis di dalam jaringan.9 Siprofloksasin mempunyai substituent 6-fluoro yang sangat memperkuat potensi antimikroba
melawan organisme gram negatif dan gram positif. Siprofloksasin diabsorpsi dengan
baik secara oral dan dapat diberikan secara intravena. Norfloksasin tidak mempunyai
aktivitas sistemik dan obat ini terkonsentrasi dalam urin.14
2.2.3.3 5-Nitroimidazol
Metronidazol merupakan suatu obat yang mempunyai efek pada toksin radikal
dalam mikroba anaerob. Toksin radikal ini menghancurkan DNA dan senyawa
penting lainnya yang ada, sehingga efek bakterisida lebih efektif melawan sebagian
organisme anaerob. Alasan ini, menjadikan metronidazol sangat berguna untuk
mengobati infeksi odontogenik dan periodontal yang parah di mana anaerob mampu
berkembang.19
Hal ini tidak dianjurkan sebagai monoterapi untuk infeksi oral, karena tidak
aktif melawan aerobik dan streptokokus fakultatif.19 Metronidazol diabsoprsi dengan baik secara oral dan dapat diberikan secara intravena. Efek samping meliputi
gangguan gastrointestinal. Tinidiazol mempunyai kerja yang sama dengan
metronidazol, tetapi mempunyai durasi kerja lebih panjang. Tiniazol berguna pada
2.2.3.4 Sulfonamida
Sulfonamida dahulu digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih tetapi
banyak strain E.coli yang resisten. Sulfadiazin misalnya diabsorpsi dengan baik
setelah pemberian secara oral. Efek samping paling sering adalah reaksi alergi dan
meliputi ruam kulit. Trimetoprim diabsorpsi dengan baik secara oral dan efektif pada
sebagian besar pasien dengan infeksi saluran kemih.14
Gambar 3. Obat antimikroba yang menghambat sintesis protein: amninoglikosida,tetrasiklin, makrolida dan kloramfenikol. 14
2.2.3.5 Makrolida
Makrolida digunakan untuk infeksi yang disebabkan oleh mikroba
gram-positif yang resisten terhadap penisilin atau tetrasiklin. Pada pasien yang alergi
terhadap penisilin dapat digunakan eritromisin sebagai obat alternatif. Antibiotik
makrolida meliputi eritromisin, klaritromisin dan azitromisin. 16 Makrolida memiliki spektrum antimikroba yang sama dengan benzilpenisilin yaitu spektrum sempit dan
biasanya diberikan secara oral. Namun, makrolida efektif melawan beberapa
organisme yang tidak umum dan diindikasikan spesifik pada Mycoplasma
1. Eritromisin
Eritromisin aktif terhadap sebagian mikroba aerob gram-positif dan aerob
gram negatif tetapi tidak efektif pada mikroba anaerob yang terdapat pada infeksi
gigi seperti bacteroides. Eritromisin biasanya bakteriostatik dan menyebabkan
gangguan sintesis protein. Eritromisin tidak efektif terhadap infeksi yang disebabkan
oleh mikroba anaerob obligat yang terlibat dalam beberapa infeksi gigi sehingga
eritromisin merupakan pilihan kedua obat antibiotik pada infeksi gigi anaerob setelah
penisilin. 1
2. Klaritromisin dan Azitromisin
Klaritromisin dan azitromisin merupakan azalida yang struktur kimianya
mirip eritromisin.Seperti eritromisin, kedua-keduanya aktif terhadap stafilokok dan
streptokok. Bakteri yang resisten terhadap eritromisin juga resisten terhadap
klaritromisin dan azitromisin.9
2.2.3.6 Linkosamida
Klindamisin dan linkomisin merupakan antibiotik linkosamida. Kedua
antibiotik ini menyerupai mekanisme kerja eritromisin yaitu spektrum antimikroba
dan lokasi reseptor ribosom tetapi memiliki struktur kimia yang berbeda. Klindamisin
aktif terhadap bacterocides dan bakteri anaerob lainnya. Obat-obat tersebut stabil
terhadap asam dan dapat diberikan secara per oral dan intravena.9 Namun, klindamisin diabsorpsi lebih baik daripada linkomisin melalui saluran gastrointestinal
dan kadar obat dalam serum dipertahankan lebih tinggi. 12
2.2.3.7 Aminoglikosida
Aminoglikosida tidak diabsorpsi secara oral dan harus diberikan melalui
suntikan. Aminoglikosida mempunyai indeks terapeutik yang sempit dan semuanya
berpotensi toksik. 14Yang termasuk antibiotik golongan ini adalah streptomisin, neomisin, kanamisin, amikasin, gentamisin, tobramisin, sisomisin, netilmisin dan
lain-lain. Aminoglikosida paling banyak digunakan untuk mengatasi bakteri gram
berkurang dengan ditemukannya sefalosporin dan kuinolon tetapi mereka tetap
digunakan dalam kombinasi.9
Gentamisin adalah aminoglikosida paling penting, penggunaan utamanya
pada terapi infeksi Gram negatif akut yang mengancam jiwa. Gentamisin bisa
mempunyai aksi antimikroba yang sinergis dengan penisilin dan vankomisin, dan
kombinasi dengan salah satu obat-obat ini digunakan pada terapi endorkaditis
streptokokus. Netilmisin dilaporkan kurang toksik dibandingkan gentamisin. Akan
tetapi neomisin pula terlalu toksik untuk penggunaan paraentral. 14
2.2.3.8 Tetrasiklin
Tetrasiklin biasanya diberikan secara oral, tetapi bisa diberikan melalui
suntikan. Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas, tetapi terdapat obat-obat
yang lebih cocok untuk sebagian besar infeksi Akan tetapi, tetrasiklin merupakan
obat pilihan untuk mengobati beberapa infeksi yang disebabkan oleh organisme
intraselular karena tetrasiklin menembus makrofag dengan baik misalnya
Chlamydia.14
2.2.3.9 Antibiotik lain
Kloramfenikol diberikan secara oral atau melalui suntikan intravena.
Kloramfenikol efektif melawan spektrum organisme yang luas. Namun antibiotik ini
mempunyai efek samping yang serius termasuk aplasia sumsum tulang.
Streptogramin yaitu quinupristin dan dalfopristin merupakan peptida siklik dan
bekerja mirip dengan makrolida. Obat ini diberikan secara kombinasi karena kurang
efektif bila diberikan secara individual. Obat ini diberikan melalui intravena dan
efektif melawan organisme gram positif. 14
2.2.4 Penggunaan antibiotik di bidang kedokteran gigi
Dokter gigi meresepkan obat untuk infeksi terutama yang melibatkan
orofasial. Karena sebagian besar infeksi orofasial manusia berasal dari infeksi
praktek dokter gigi.11,20 Dalam kedokteran gigi, hanya beberapa jenis antibiotik yang biasa digunakan diantaranya amoksisilin, klindamisin, eritromisin, siprofloksasin,
metronidazol, sefalosporin dan lain-lain.1
Infeksi orofasial seringkali didominasi oleh bakteri anerob dan terdapat juga
berbagai mikroorganisme yang lain.11 Pengobatan yang melibatkan oral, antibiotik diresepkan dengan tujuan tertentu. Antaranya adalah sebagai pengobatan untuk
infeksi odontogenik dan juga antibiotik profilaksis melawan infeksi fokal
(endorkaditis) maupun lokal serta penyakit sistemik dalam pembedahan melibatkan
oral.3
Tabel 1. Antibiotik yang digunakan di kedokteran gigi.1
Infeksi Jenis antibiotik Penyakit periodontal
• Abses periodontal Amoksisilin
Penisilin V
• Tidak indikasi antibiotik, klindamisin jika perlu
• Generalised aggressive atau Periodontitis agresif
Doksisiklin Tetrasiklin klindamisin
Infeksi oral
• Infeksi jaringan lunak (abses, selulitis fasial,
Infeksi campuran yang tidak sensitif terhadap penisilin • Infeksi akibat mikroba
aerob
invasi bakteri dan perluasan proses infeksi kearah periapikal. Terjadinya peradangan
yang terlokalisir (osteitis periapikal kronis) atau abses periapikal akut, tergantung dari
virulensi bakteri dan efektivitas pertahanan hospes. Kerusakan pada ligamentum
periodontium memberikan kemungkinan masuknya bakteri dan akhirnya terjadi abses
mukosa yang menutupi sebagian gigi mengakibatkan terkumpulnya bakteri sehingga
menyebabkan abses perikoronal.18
2.2.4.2 Antibiotik profilaksis
Profilaksis adalah suatu bentuk pencegahan. Antibiotik profilaksis digunakan
untuk mencegah terjadinya infeksi bakteri dan bukannya merawat infeksi yang sudah
terjadi. Terdapat dua kategori pasien yang memerlukan antibiotik profilaksis yaitu:
(1) untuk mencegah bakteri lokal minor yang menyebabkan infeksi serius misalnya
immunokompromis, (2) untuk mencegah komplikasi septik lokal misalnya prosedur
ekstraksi gigi molar tiga.21 Antibiotik diberikan untuk mencegah proliferasi bakteri dan penyebaran dari luka pembedahan. 3
Pada kasus rongga mulut, antibiotik di indikasikan untuk pasien sehat hanya
pada ekstraksi gigi impaksi, pembedahan periapikal, pembedahan tulang,
pembedahan implan, bone graft dan pembedahan berkaitan tumor. Untuk kasus yang
melibatkan pasien dengan penyakit sistemik, antibiotik harus diberi sebelum
melakukan sebarang perawatan. Namun, kegunaan antibiotik pada perawatan
endodontik hanya pada pasien yang menunjukkan tanda infeksi lokal, malaise dan
demam.3
Tabel 2. Antibiotik profilaksis sebelum prosedur perawatan gigi berisiko.11
Antibiotik dewasa Anak-anak
2.2.5 Dosis antibiotik
Jumlah atau takaran obat yang diberikan kepada pasien dalam satuan berat,
isi(volume) atau unit. Kecuali bila dinyatakan lain yang dimaksud dengan dosis ialah
jumlah obat yang memberikan efek terapeutik pada pasien.22 Faktor yang mempengaruhi pemberian obat antaranya adalah berat badan pasien yaitu gemuk atau
kurus dan usia pasien terdiri anak-anak, dewasa dan geriatrik. Meningkatnya
kerentanan terhadap aktivitas farmakologik atau toksik obat pada pasien yang berusia
sangat muda atau sangat tua dibandingkan dengan dewasa muda Hal ini karena
dengan patofisiologis tubuh yaitu fungsi atau keadaan tubuh pasien menurun.15,22 Beberapa hal yang penting diperhatikan ialah :
Dosis yang diberikan harus cukup tinggi untuk menghindarkan terjadinya seleksi mutan yang resisten
Bila tidak ada indikasi untuk memberi antibiotik kombinasi, selalu harus diupayakan untuk memberi kombinasi tunggal
Upayakan memberi antibiotik sesingkat mungkin (tidak lebih 7hari) kecuali beberapa infeksi yang membutuhkan waktu lama misalnya
endokarditis. 2
Tabel 3. Rekomendasi dosis sebagian antibiotik.11 Antibiotik Dosis
B-laktam
Penisilin V Dewasa: 250-500mg/6jam (<12tahun)anak-anak
250-500mg/6 jam
Amoksisilin Dewasa: 250-500mg/8jam anak-anak
(<20kg)20-40mg/kg per8 jam atau6.7-13.3 mg/kg setiap 8jam
Amoksisilin-klavulanat Dewasa: 250-500mg/8jam anak-anak 25-40mg/kg/8
jam atau 6.6-13.3 mg/kg setiap 8 jam.
Diklosasilin Dewasa: 125-500mg/6jam anak-anak (<20kg)
Sefalezin Dewasa: 125-1000mg/6jam anak-anak
25-100mg/kg/hari dalam 4 kali dosis per hari
Sefradin Dewasa: 250-1000mg/6jam anak-anak
25-100mg/kg/hari dalam 2 atau 4 kali dosis per hari
Makrolida
Eritromisin Dewasa: 250-500mg/6 jam anak-anak 30-50mg/6
jam
Azitromisin Dewasa: 500mg/12 jam anak-anak 5-12mg/kg/hari
Klaritromisin Dewasa: 250-500mg/12 jam anak-anak 7.5mg/kg 2
Kali sehari
Antibiotik lain-lain
Klindamisin Dewasa: 150-450mg/6jam anak-anak 8-20
mg/kg/hari/3-4 dosis
Metronidazol Dewasa: 250-750mg/8 jam, tidak melebihi 4g dalam
sehari
Siproflosaksin Dewasa: 250-500mg/12jam anak-anak 25mg/kg/hari
dalam12 jam
Dosisiklin Dewasa: 200 mg hari pertama(100 mg/12 jam)
anak-anak 4.4mg/per hari/2 kali
2.2.6 Penggunaan dan pemilihan antibiotik 1. Indikasi
Untuk memutuskan perlu tidaknya pemberian antibiotik pada suatu infeksi,
perlu diperhatikan gejala klinik, jenis dan patogenisitas mikrobanya, serta
kesanggupan mekanisme daya tahan tubuh hospes. Karena antibiotik hanya
mempercepat penyembuhan penyakit infeksi, maka hanya diperlukan bila infeksi
berlangsung lebih dari beberapa hari dan menimbulkan akibat cukup berat dengan
2. Pemilihan antibiotik
Langkah berikutnya adalah memilih jenis antibiotik yang tepat, serta
menentukan dosis dan cara pemberiannya. Dalam memilih jenis antibiotik yang tepat
harus dipertimbangkan faktor sensitivitas mikroba terhadap antibiotik, keadaan tubuh
pasien dan faktor biaya pengobatan.2
Gambar 4. biaya obat antibiotik dalam kedokteran gigi 1 Sangat mahal Augmentin
Seforozim
Sederhana Siprofloksasin Klindamisin
Murah Amoksisilin Sefaleksin Dosisiklin Eritromisin Metronidazol Penisilin V Tetrasiklin
2.4 Kerangka Teori
Antibiotik
Definisi Mekanisme Kerja dan
aktivitas
Klasifikasi Antibiotik
Dosis Antibiotik
Penggunaan Antibiotik
di Bidang Kedokteran
Gigi.
2.5 Kerangka Konsep
Penggunaan antibiotik
di bidang kedokteran
gigi.
Jenis antibiotik yang digunakan. Alasan memilih
antibiotik Dosis antibiotik
yang di berikan
Pemberian antibiotik oleh
dokter gigi di praktek Kota
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut WHO infeksi adalah suatu keadaan dimana mikroba masuk ke dalam
tubuh manusia sehingga menyebabkan penyakit. Salah satu infeksi yang terjadi
merupakan infeksi gigi. Pada awalnya, infeksi gigi hanya meliputi gram-positif cocci
seperti S. viridians atau hemolitik streptococci, kemudian infeksi mulai melibatkan
gram positif dan gram negatif organisme anaerobik. Salah satu perawatan untuk
merawat infeksi adalah antibiotik. 1
Antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama zat yang
dapat menghambat mikroba jenis lain.2 Pemberian antibiotik kepada pasien infeksi gigi tergantung lokasi infeksi dan mikroba yang terlibat. Jika infeksi masih awal
maka organisme yang mungkin terlibat adalah gram-positif cocci.1 Dalam bidang kedokteran gigi, antibiotik diindikasikan untuk pengobatan infeksi odontogenik,
infeksi oral non-odontogenik, dan sebagai profilaksis melawan infeksi secara fokal
dan lokal.3
Pada survei yang dilakukan oleh M.Jayadev, P Karunakar, B Vishwanath,
Chinmayi dkk pada tahun 2014 di Hyderabad, India untuk perawatan pulpa dan
patologi periapikal mendapatkan hasil bahwa amosiksilin merupakan pilihan pertama
pada pasien bukan alergi dan bagi pasien alergi golongan penisilin adalah
eritromisin.4 Berdasarkan penelitian oleh Azhar Iqbal pada tahun 2015 menunjukkan jenis antibiotik yang telah diresepkan oleh dokter gigi untuk perawatan endodontik. 5
Obat yang paling diresepkan oleh dokter gigi adalah kombinasi amoksisilin
bersama asam klavulanat yaitu 45,2%, amoksisilin 33,7% dan amoksisilin kombinasi
dengan metronidazol sebanyak 15%. Kombinasi amoksisilin dan asam klavulanat
dianggap sebagai kombinasi pilihan terbaik untuk infeksi odontogenik karena
kombinasi ini memiliki spektrum antibiotik yang luas dan insiden resistensi mikroba