REFORMASI ADMINISTRASI
DRS. INDRA MUDA, MAP
Reformasi organisasi
1. Melihat pengkotakan organisasi kelembagaan pemerintahan di Indonesia dibagi atas kelembagaan organisasi pemerintah pusat dan kelembagaan organisasi pemerintah daerah.
Melihat implementasinya terkesan belum menunjukkan keseriusan pemerintah mengelolanya.
2. Jumlah lembaga organisasi pemerintah terlalu
banyak dibandingkan dengan pihak-pihak
yang akan dilayani, pada sisi lain banyak yang
memiliki fungsi ganda (double fungtions).
Sambungan:
 Pada lembaga pemerintah pusat ada lembaga organisasi yang dikenal dengan nama Kementerian Negara, fungsinya tidak jauh berbeda dengan yang dilakukan oleh Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND).
 Kedua jenis organisasi ini kelihatannya
berbeda, satunya kementerian Negara yang
dipimpin oleh Menteri sedangkan yang satu
lagi non kementerian yang dipimpin oleh
pegawai negeri.
Sambungan:
 Pada ruang lingkup pemerintahan daerah ada organisasi perangkat daerah yang jenis dan jumlahnya ditetapkan seragam oleh peraturan pemerintah.
 Eksistensinya tidak didasarkan atas kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing.
 Jumlah pegawai yang banyak di daerah menyulitkan penempatan pegawai ke dalam formasi jabatan pada organisasi pemerintah daerah.
Pemerintah jarang mau melakukan rasionalisasi antara pegawai yang dibutuhkan dengan jumlah organisasi perangkat yang ada.
 Hal ini menunjukkan bahwa, semua pegawai harus dimasukkan ke dalam unit organisasi yang dibuat berdasarkan kemampuan pemerintah pusat. Kondisi ini mengakibatkan struktur organisasi dirancang berdasarkan jumlah manusia. Bukan berdasarkan atas kebijakan strategis yang seharusnya dibuat atau diterapkan oleh masing-masing pemerintah daerah yang otonom.
Sambungan:
 Miftah Thoha (2009 : 116) “Secara keseluruhan penataan kelembagaan organisasi pemerintah pusat masih mengikuti cara-cara yang diterapkan oleh pemerintah Orde sebelumnya”.
 Hal ini berkaitan dengan desentralisasi kekuasaan, kebijakan yang tidak tegas dan pelayanan publik yang relatif tidak mencerminkan abdi negara dan abdi masyarakat.
 Ketika Presiden Soeharto memerintah mempunyai arah
kebijakan yang sesuai dengan kondisi lingkungan strategis
saat itu. Kondisi politik dan ekonominya tidak sama dan
sangat berbeda dengan kondisi sistem politik dan
perkembangan ekonomi saat ini. Kehidupan Partai Politik
yang ikut Pemilu hanya ada 2 Partai Politik dan 1 Golongan.
Pengalaman Reformasi Birokrasi
 Miftah Thoha (2004 : 56), “Presiden Soeharto ketika melakukan reformasi birokrasi pemerintahan pada tahun 1974 dibantu oleh tim yang diketuai oleh Prof.
Jenderal Awaluddin Djamin,
 Ir. Soekarno ketika melakukan perbaikan lembaga pemerintahannya dilakukan tim yang diprakarsai oleh Perdana Menteri H. Djuanda dengan mendatangkan tim ahli dari Amerika Serikat”.
 Dengan pembentukan tim ini diharapkan akan dapat
memberikan jalan keluar dan pemecahan
permasalahan dalam pembenahan birokrasi
pemerintah yang dianggap gagal.
Sambungan:
 Hasil evaluasi dari tim nantinya diharapkan akan mampu menata kembali yang bisa menghilangkan kekembaran fungsi, wewenang dan deskripsi tugas masing-masing lembaga organisasi pemerintahan baik lembaga departemen maupun intra departemen.
 Dengan demikian bisa dihemat anggaran dan bisa
dipergunakan untuk membiayai kesejahteraan pegawai
atau untuk pengentasan kemiskinan. Selain dari pada
itu, klarifikasi antara jabatan karier birokrasi
pemerintah dan jabatan politik yang memimpin
birokrasi pemerintah, proses rekruitmen medua jabatan
tersebut dan hubungan kerja diantara keduanya perlu
ditata yang tepat.
Sambungan:
 Selain dari organisasi yang terlalu besar dan kebanyakan, lembaga yang mengatur kepegawaian negara juga perlu dianalisis dan dimaksimalkan secara serius.
 Sampai saat ini lembaga-lembaga yang dianggap berperan penting mengelola kepegawaian negara antara lain, Menpan, BKN, LAN, Sekretariat Jenderal Departemen (Biro Kepegawaian) dan Badan Kepegawaian Daerah (BKD). Lembaga-lembaga ini pemegang kekuasaan tertinggi adalah Kementerian Negara Pemberdayaan Aparatur Negara yang dijabat oleh pejabat politik.
Lembaga politik ini memiliki kewenangan membuat
kebijakan pendayagunaan aparatur Negara.
Sambungan:
 Kewenangan kantor Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara sebagaimana yang tercantum dalam Keppres Nomor 101 tahun 2001 khususnya yang berkaitan dengan kepegawaian sering kali bersinggungan dengan lembaga lain yang juga memiliki tanggung jawab yang sama dalam pengelolaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia aparatur Negara.
 Misalnya yang tertera pada UU Nomor 43 tahun 1999 pada Bab III dibagian kedua yang mengatur kebijakan manajemen PNS dinyatakan bahwa, untuk membantu presiden dalam merumuskan kebijakan manajemen PNS dan memberikan pertimbangan tertentu, dibentuk Komisi Kepegawaian Negara yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden.
 Menurut Undang-Undang ini kebijakan manajemen PNS yang mencakup penerapan norma, standar, prosedur, formasi, pemindahan, gaji, tunjangan, kesejahteraan, pemberhentian, hak, kewajiban, kedudukan hukum berada pada Presiden selaku Kepala Pemerintahan.
Sambungan:
Untuk membantu Presiden dalam merumuskan kebijakan tersebut dibentuklah Komisi Kepegawaian Negara yang terdiri dari dua anggota tetap yang berkedudukan sebagai Ketua dan Sekretaris Komisi serta tiga anggota tidak tetap yang kesemuanya diangkat dan diberhentikan oleh Presiden.
Komisi ini sampai sekarang belum dibentuk, maka jika komisi ini dibentuk seyogjanya pembinaan karier PNS itu dipikirkan secara professional bukan banyak warna politik seperti yang terjadi pada masa sekarang ini.