Peraturan Presiden Nomor 96 Tahun 2019 tentang Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 269); Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2019 tentang Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 270); Menetapkan : PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF/KEPALA BADAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF TENTANG PERENCANAAN STRATEGIS.
Potensi dan Permasalahan
Potensi Pembangunan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Potensi Pembangunan Destinasi Pariwisata
- Kekayaan dan Keragaman Sumber Daya Pariwisata Nasional Kekayaan sumberdaya alam dan budaya yang dimiliki bangsa
- Pertumbuhan Pembangunan Infrastruktur dan Konektivitas Antar Wilayah dan Destinasi
- Indonesia Sebagai Negara Tujuan Investasi yang Prospektif Prospek dan peluang investasi bidang pariwisata di Indonesia
- Atensi dan Sikap Positif Masyarakat Terhadap Kepariwisataan Serta Potensi Wilayah Pedesaan
Kekayaan potensi geologi dan vulkanik menjadi modal yang sangat besar bagi pengembangan wisata petualangan khusus (geotourism) di Indonesia. Potensi kekayaan momen-momen penting sejarah dunia menjadi modal yang sangat besar bagi pengembangan pariwisata khusus melalui pengembangan hub dan koridor jalur perjalanan yang juga akan menghubungkannya dengan negara-negara dengan pangsa pasar yang memiliki keterkaitan sejarah dan emosional dengan daya tarik tersebut. Namun investasi di bidang pariwisata yang ada saat ini relatif belum optimal untuk menggerakkan industri pariwisata secara lebih merata di berbagai provinsi dan destinasi pariwisata di Indonesia.
Potensi Pembangunan Pemasaran Pariwisata
- Potensi Pasar Wisman dan Wisnus yang Terus Tumbuh Pasar wisatawan mancanegara yang terus tumbuh pesat setiap
- Citra Positif yang Terbangun Melalui Berbagai Event dan Peristiwa Penting
- Peran Media dan Teknologi Informasi dan Komunikasi yang Adaptif
- Kemitraan Pemasaran yang Semakin Luas Dibangun di Kalangan Pelaku Pariwisata
- Promosi Indonesia yang Semakin Kuat yang Terfokus dan Media Promosi yang Semakin Beragam
- Berkembangnya Teori Terkait Konsep Pemasaran yang Baru Teori pemasaran terbaru saat ini yaitu Marketing 4.0. Didorong
Dengan tren teknologi informasi dan komunikasi saat ini yang berkembang sangat pesat, berbagai informasi mengenai produk dan destinasi pariwisata dapat dikomunikasikan kepada calon wisatawan melalui berbagai cara baru, misalnya melalui blog travel, media sosial online, aplikasi tablet/smartphone, dll. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dapat secara efektif dan efisien melakukan promosi/pemasaran, kampanye, sosialisasi produk, event pariwisata, dan destinasi pariwisata kepada calon wisatawan melalui media sosial. Fokus inilah yang menjadi dasar pemilihan strategi promosi yang dirancang untuk mencapai tujuan dan juga informasi yang dibutuhkan pasar mengenai destinasi pariwisata Indonesia.
Potensi Pembangunan Industri Pariwisata
Pariwisata Menciptakan Rantai Nilai Usaha yang Luas dan Beragam
Daya Saing Produk dan Kredibilitas Bisnis
Tanggung Jawab Lingkungan yang Semakin Tinggi
Potensi Pembangunan Kelembagaan Kepariwisataan
- Penguatan Organisasi
- SDM Kepariwisataan
- Pariwisata sebagai kegiatan multisektor, borderless dan regulasi yang mendukung
- Bonus Demografi Indonesia
Peningkatan jumlah perguruan tinggi bidang pariwisata sebagai unit pelaksana teknis di bawah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf diharapkan mampu memenuhi kebutuhan sumber daya manusia yang kompeten di semua tingkatan dan pengetahuan serta meningkatkan pemahaman. sumber daya manusia pariwisata. . Hal ini juga berlaku untuk SDM. di bidang pariwisata, dimana kita akan menghadapi persaingan yang sangat ketat dalam pergerakan barang dan jasa di dunia, sehingga mengharuskan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf untuk menyiapkan sumber daya manusia yang kompeten di bidang pariwisata dengan melaksanakan program pelaksanaan sertifikasi SDM. bagi pelaku pariwisata; Adanya bonus demografi menjadi potensi bagi sektor pariwisata berkat tersedianya sumber daya manusia yang dapat dimasukkan dalam angkatan kerja pariwisata.
Potensi Pembangunan Ekonomi Kreatif
- Indonesia memiliki keragaman budaya yang tinggi, yang mencakup kuliner, busana daerah, kriya, musik, dan seni
- Keragaman sumber daya alam sebagai bahan baku untuk kriya dan kuliner
- Bonus demografi dimana jumlah penduduk usia produktif (usia muda) sangat dominan
- Jumlah kelas menengah Indonesia sebagai konsumen produk ekonomi kreatif sangat besar menjadi basis pasar
- Permasalahan Pembangunan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Berikut adalah masing-masing permasalahan pembangunan
Penduduk di era manufaktur ini dapat diarahkan menjadi manusia kreatif yang berkualitas untuk mendorong berkembangnya ekonomi kreatif. Ketersediaan sumber daya kreatif (manusia kreatif) yang berasal dari penduduk usia produktif akan menjadi modal sosial yang besar bagi pengembangan ekonomi kreatif. Target pasar produk ekonomi kreatif adalah masyarakat kelas menengah dengan pola konsumsi yang cenderung mengutamakan pengalaman dan berdasarkan keinginan.
Permasalahan Pengembangan Destinasi Wisata
- Perubahan Iklim dan Bencana Alam
- Ketersediaan Konektivitas dan Infrastruktur yang Belum Optimal
- Kesiapan Masyarakat di Sekitar Destinasi Pariwisata yang Belum Optimal
- Kemudahan Investasi yang Masih Belum Optimal
Ketidaknyamanan wisatawan dalam berwisata dan sulitnya menjangkau destinasi wisata menjadi permasalahan akibat kurangnya infrastruktur yang baik. Hal ini akan mengakibatkan buruknya pemeliharaan destinasi wisata, kurangnya pengelolaan destinasi wisata secara profesional, dan eksploitasi destinasi wisata yang berlebihan. Hal ini dilakukan agar masyarakat dapat secara bertanggung jawab mengembangkan daerahnya sendiri sebagai destinasi wisata Indonesia, serta berkontribusi dalam memajukan pariwisata Indonesia.
Permasalahan Pengembangan Pemasaran Pariwisata
- Belum Adanya Acuan Riset Pasar yang Komprehensif
- Strategi Komunikasi Pemasaran yang Belum Terpadu
- Sinergi Kemitraan Pemasaran Masih Belum Optimal
- Kegiatan Promosi Masih Berjalan Parsial
- Daya Saing Pariwisata Indonesia Masih Belum Kuat
Branding pariwisata Indonesia (Wonderful Indonesia) masih belum terpublikasi secara maksimal di berbagai negara pasar utama dan potensi pariwisata Indonesia. Hal ini juga disebabkan oleh tidak konsistennya branding pariwisata yang digunakan, sehingga product awareness (calon wisatawan) di negara pasar utama dan potensial produk dan destinasi pariwisata Indonesia masih lemah dibandingkan negara kompetitor Indonesia. Pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi belum optimal dalam mempromosikan citra pariwisata Indonesia di dunia internasional.
Permasalahan Pengembangan Industri Pariwisata
- Sinergi Antar Mata Rantai Usaha Pariwisata yang Belum Optimal
- Daya Saing Produk Wisata yang Belum Optimal
- Kesenjangan Antara Tingkat Harga dengan Pengalaman Wisata
- Kemitraan Usaha Pariwisata yang Belum Optimal
- Pengembangan Tanggung Jawab Lingkungan Oleh Kalangan Usaha Pariwisata Masih Belum Optimal
Permasalahan dalam penguatan struktur industri pariwisata, sinergi dan keadilan distribusi adalah kurangnya kerjasama dan networking antar pelaku usaha pariwisata dalam pengembangan industri pariwisata Indonesia dan tidak adanya database perusahaan pariwisata yang komprehensif. Perkembangan industri pariwisata yang belum sejalan atau sejalan dengan perkembangan aksesibilitas mengakibatkan kurangnya kemampuan pelaku usaha pariwisata dalam memenuhi permintaan pasar, yang pada akhirnya berdampak pada rendahnya daya saing fasilitas atau usaha pariwisata Indonesia. . Pengembangan tanggung jawab lingkungan bagi pelaku usaha pariwisata, baik lingkungan sosial, alam, dan budaya agar tetap berkelanjutan, berpotensi mengembangkan jaringan usaha pariwisata berkelanjutan yang dapat meningkatkan daya saing pelaku usaha pariwisata Indonesia.
Permasalahan Pengembangan Kelembagaan Kepariwisataan Dalam kerangka pengembangan Kelembagaan kepariwisataan,
Belum Meratanya Penguatan Organisasi yang Membidangi Kepariwisataan di Daerah
SDM Pariwisata dan Pengembangan Pendidikan Tinggi Pariwisata yang Masih Terbatas
Koordinasi dan Sinkronisasi Pembangunan Lintas Sektor dan Regional Yang Belum Efektif
Faktanya, pengembangan pariwisata tidak mengenal batas wilayah (borderless), artinya pembangunan dan pengelolaan terjadi lintas batas administratif dan lintas sektor. Dalam hal ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan koordinasi lintas sektoral dalam pengembangan pariwisata di Indonesia dengan Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 dan Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun 2014 tentang Pengawasan dan Pengendalian. Pariwisata. . Dengan adanya peraturan tersebut maka jelas kedudukan sektor pariwisata sebagai ujung tombak pembangunan pariwisata di Indonesia, sehingga diharapkan tujuan pembangunan pariwisata dapat tercapai dan multiplier effect kegiatan pariwisata semakin besar.
Permasalahan Pembangunan Ekonomi Kreatif
Riset untuk pengembangan ekonomi kreatif masih terbatas Data dan informasi pengembangan ekonomi kreatif merupakan
Penelitian mengenai perkembangan ekonomi kreatif masih terbatas, baik dari aspek pemasaran nasional maupun internasional, serta perkembangan tren produk kreatif.
Pengetahuan dan keterampilan pelaku ekonomi kreatif perlu ditingkatkan
Akses pelaku ekonomi kreatif terhadap sumber pendanaan dan pembiayaan belum meluas
Infrastruktur baik fisik maupun TIK yang dibutuhkan oleh pelaku ekonomi kreatif masih terbatas
Terbatasnya jumlah layar bioskop, pusat pelatihan, laboratorium penelitian, inkubator bisnis, kurangnya sarana dan prasarana kreatif (creative center), pasar dan galeri seni, tempat pertunjukan yang permanen dan berstandar internasional, kota kreatif, techno park, tidak ada sistem arsip karya. Karya kreatif Indonesia sebagai sumber inspirasi penciptaan karya baru di masa depan, dan tersedianya akses internet berkecepatan tinggi yang merata hingga pelosok, e-commerce dan gateway pembayaran. 5) Produk ekonomi kreatif belum banyak dikenal dan dikonsumsi konsumen baik dalam maupun luar negeri.
Produk ekonomi kreatif belum dikenal luas dan dikonsumsi baik konsumen dalam negeri maupun luar negeri
Skema insentif bagi pengembangan ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual belum terbangun
Pelaku ekonomi kreatif yang memiliki Hak Kepada Kekayaan Intelektual atas karyanya masih terbatas
- Daya Saing Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Nasional
- Konsep Quality Tourism
- Dunia Pariwisata dan Ekonomi Kreatif ditengah Pandemi Coronavirus (Covid19)
- Visi Kemenparekraf/Baparekraf
- Misi Kemenparekraf/Baparekraf
- Tujuan Kemenparekraf/Baparekraf
- Sasaran Strategis Kemenparekraf/Baparekraf
- Arah Kebijakan dan Strategi Nasional
Selain itu, sektor ekonomi kreatif berbasis digital juga dapat menjadi solusi lain untuk meningkatkan kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap PDB. Untuk itu diperlukan strategi terpadu khusus untuk menghadapi dampak pandemi Covid19 terhadap sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional. Bab ini akan menjelaskan arah strategis Badan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/.Baparekraf).
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia mengedepankan kearifan lokal artinya dalam pengelolaan pariwisata dan ekonomi kreatif kita harus fokus dan mengedepankan kearifan lokal. Misi nomor 1 adalah meningkatkan kualitas manusia Indonesia melalui peningkatan sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif dalam mewujudkan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing. Tujuan tersebut merupakan tujuan akhir pembangunan nasional di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif untuk mensukseskan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (NMPDP) 2020-2024.
Sasaran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf Tahun 2020-2024 adalah “Meningkatkan kontribusi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terhadap stabilitas perekonomian nasional”. Baparekraf mempunyai 1 (satu) tujuan strategis, yaitu: “Meningkatkan kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap keberlanjutan perekonomian”. Peningkatan investasi dan akses pembiayaan serta peningkatan kapasitas industri di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif nasional;
Dalam pelaksanaannya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf memiliki kewenangan yang terbatas dalam pengelolaan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif nasional.
Sub urusan Destinasi Pariwisata
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf berkontribusi terhadap realisasi tujuan dan indikator RPJMN di atas, dimana kontribusi tersebut dapat diwujudkan pada tingkat kementerian, tingkat I, dan tingkat II. Tentunya penggunaan tujuan berupa dampak (tingkat menteri), hasil (tingkat I), efek (tingkat II) dan penggunaan indikator SMART akan sangat mempengaruhi pemilihan indikator kinerja Kemenparekraf/Baparekraf dalam realisasinya. kinerja organisasi yang berkualitas. standar. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 68 Tahun 2019 tentang Organisasi Kementerian Negara, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif termasuk dalam III. sekelompok kementerian negara.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf tidak berwenang melakukan kegiatan teknis dari pusat ke daerah atau melakukan bimbingan teknis dan supervisi terhadap pelaksanaan urusan kementerian di daerah. Maka pelaksanaan kedua hal tersebut dilakukan melalui koordinasi strategis lintas sektoral berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 14 Tahun 2018 tentang perubahan kedua atas Keputusan Presiden Nomor 64 Tahun 2014 tentang Koordinasi Strategis Lintas Sektor Penyelenggaraan Pariwisata. Selain itu, terdapat pula batasan kewenangan pemerintah pusat dan daerah untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan secara bersamaan yang mencakup sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.
Sub urusan pengembangan ekonomi kreatif melalui pemanfaatan dan perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, melalui pengembangan
Sub urusan pengembangan sumberdaya pariwisata dan ekonomi kreatif, melalui pengembangan, penyelenggaraan dan peningkatan
- Arah Kebijakan dan Strategi Kemenparekraf/Baparekraf
- Arah Kebijakan 1: Pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif bernilai tambah dan berdaya saing
Tujuan akhir Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf adalah meningkatkan kontribusi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif terhadap ketahanan perekonomian nasional. Pilar pertama terkait destinasi pariwisata dan produk ekonomi kreatif, dimana pilar ini menekankan pada pengembangan produk ekonomi kreatif berbasis kawasan dan klaster ekonomi kreatif untuk memperkuat ekonomi kreatif. Pemasaran merupakan komponen penting dimana upaya pemasaran dilakukan untuk menciptakan kebutuhan pelanggan terhadap produk pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pilar ketiga adalah industri pariwisata dan ekonomi kreatif, dimana pertumbuhan dan pengelolaan industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga menjadi kunci penting dalam mewujudkan tujuan akhir Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf. Pilar ini fokus pada pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang mencakup 13 sektor usaha pariwisata dan 17 subsektor ekonomi kreatif. Pengelolaan industri pariwisata dan ekonomi kreatif juga penting, terutama dalam menciptakan ekosistem pariwisata dan ekonomi kreatif.
Pengembangan sumber daya manusia pariwisata dan ekonomi kreatif dilakukan dengan mengoptimalkan pendidikan dan pelatihan vokasi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain itu, sertifikasi profesi merupakan upaya lain untuk menjamin kompetensi sumber daya manusia di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Selain sumber daya manusia, pengembangan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif juga penting dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengembangan pariwisata dan ekonomi kreatif.
Kelima pilar tersebut harus dilaksanakan secara komprehensif dan terus menerus untuk mewujudkan tujuan pariwisata dan ekonomi kreatif nasional.
Strategi 1: Mengembangkan produk ekonomi kreatif berbasis kekayaan intelektual pada Kawasan Ekonomi Kreatif dan
Strategi 2: Meningkatkan kesiapan destinasi pariwisata berdasarkan prioritas secara komprehensif, terintegrasi dan
Strategi 3: Diversifikasi produk pariwisata yang bernilai tambah tinggi
- Arah Kebijakan 2: Pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kemitraan strategis (strategic partnership)
Strategi 4: Pemasaran Pariwisata dan ekonomi kreatif berorientasi hasil dengan fokus pasar potensial
Strategi 5: Perluasan pangsa pasar produk ekonomi kreatif Strategi ini menekankan pada perluasan segmen pasar untuk
Strategi 6: Meningkatkan citra pariwisata Indonesia berdaya saing
Untuk pemasaran destinasi (destination marketing), Anda dapat menyelenggarakan event (event dalam dan luar negeri) untuk membangun pasar dan meningkatkan daya saing destinasi. Pengembangan Citra Pariwisata yang dilakukan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf merupakan bagian dari kampanye citra Indonesia yang berupaya membangun citra atau image positif Indonesia dalam kaitannya dengan barang dan/atau jasa, pariwisata, dan investasi di dalam dan luar negeri. melalui merek negara terpadu. Dengan kesatuan country brand yang kuat diharapkan mampu menarik wisatawan dan investasi asing.
Strategi 7: Pemanfaatan teknologi dalam mendukung pemasaran pariwisata dan ekonomi kreatif
- Arah Kebijakan 3: Pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif terintegrasi
Strategi 8: Mengembangkan industri pariwisata dan ekonomi kreatif (13 bidang usaha pariwisata dan 17 sub sektor ekonomi
Strategi 9: Meningkatkan tata kelola pariwisata dan ekonomi kreatif nasional
Strategi 10: Mendorong peningkatan investasi, pendanaan, dan akses pembiayaan secara merata di industri pariwisata dan
- Arah Kebijakan 4: Pengelolaan SDM dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif dalam mewujudkan SDM yang unggul dan
Strategi 11: Optimasi kelembagaan maupun kurikulum pendidikan dan pelatihan vokasi pariwisata dan ekonomi
Strategi 12: Meningkatkan sertifikasi kompetensi SDM pariwisata dan ekonomi kreatif
Strategi 13: Melakukan penguatan komunitas dan kelembagaan pariwisata dan ekonomi kreatif
- Arah Kebijakan 5: Mewujudkan kreativitas anak bangsa dengan berorientasi kepada pergerakan ekonomi kerakyatan
Tentu saja strategi ini tidak hanya bertujuan untuk membentuk lembaga dan komunitas baru, tetapi juga bertujuan untuk memastikan bahwa lembaga dan komunitas tersebut aktif dan berperan penting dalam pengembangan industri pariwisata dan ekonomi kreatif nasional. Terutama dalam meningkatkan kapasitas perempuan untuk berintegrasi ke dalam rantai bisnis pariwisata dan ekonomi kreatif.
Strategi 14: Meningkatkan perlindungan terhadap hasil kreativitas dan kekayaan intelektual
Strategi 15: Mendorong kreasi dalam menciptakan nilai tambah ekonomi kreatif berbasis budaya dan IPTEK
- Arah Kebijakan 6: Mendorong riset, inovasi, adopsi teknologi, serta kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif yang berkualitas
Strategi 16: Mendorong riset dan inovasi terkait pengembangan destinasi pariwisata dan produk ekonomi
Strategi 17: Adopsi teknologi informasi dan komunikasi terkini secara efektif dan efisien
Strategi 18: Mengelola kebijakan pariwisata dan ekonomi kreatif berbasis kajian sesuai kebutuhan pembangunan
- Arah Kebijakan 7: Mewujudkan birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang
- Kerangka Regulasi Kemenparekraf/Baparekraf
- Kerangka Kelembagaan
Pengelolaan kebijakan berbasis kajian dan pengembangan merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas perumusan dan penyusunan peraturan pariwisata dan ekonomi kreatif. Regulasi seringkali menjadi penghambat terselenggaranya pariwisata dan ekonomi kreatif, sehingga pengelolaan regulasi berbasis penelitian dan pengembangan akan mendorong terbentuknya regulasi pariwisata dan ekonomi kreatif yang efektif dan efisien. Strategi tersebut dilakukan dengan merumuskan desain besar penelitian pariwisata dan ekonomi kreatif yang juga mencakup aspek regulasi.
Arah politik sehubungan dengan pelaksanaan reformasi birokrasi (RB) Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif adalah mewujudkan birokrasi yang profesional di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Penyelenggaraan reformasi birokrasi di lingkungan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) didasarkan pada peta jalan reformasi birokrasi nasional sesuai Permenpan RB 25/2020. Masing-masing kerangka peraturan di atas akan diuraikan dalam Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Permen Parekraf) sesuai dengan kebutuhan teknis pelaksanaan di daerah.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif mengamanatkan pemerintah untuk memfasilitasi skema pembiayaan berbasis kekayaan intelektual bagi pelaku Ekonomi Kreatif. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif mengamanatkan pemerintah untuk memfasilitasi pengembangan sistem pemasaran produk Ekonomi Kreatif berbasis kekayaan intelektual, sistem pemasaran yang mengutamakan pemanfaatan kekayaan intelektual, meliputi perizinan, waralaba, transfer teknologi, merek bersama (co-branding) dan/atau pengalihan hak. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif mengatur bahwa Ekonomi Kreatif diselenggarakan berdasarkan Rencana Induk Ekonomi Kreatif yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2019 tentang Ekonomi Kreatif memperbolehkan pemerintah berkolaborasi dengan lembaga pendidikan, dunia usaha, dunia industri, jaringan masyarakat dan/atau media.
Pembagian kedeputian berdasarkan pilar strategis Kemenparekraf/Baparekraf
Guna mencapai visi tahun 2024, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Baparekraf memandang perlu mengkaji dan mengadaptasi desain organisasi khususnya terkait penggabungan Kementerian Pariwisata dan Badan Ekonomi Kreatif ke dalam Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Ekonomi Kreatif. /Baparekraf. Terkait dengan hal tersebut, ada beberapa kriteria desain yang dapat menjadi pertimbangan dalam menyusun struktur organisasi.
Fungsi Pemasaran Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Fungsi Destinasi Pariwisata
Fungsi Industri dan Kelembagaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kriteria desain berikutnya adalah perlunya fungsi yang menangani
Fungsi pengelolaan SDM eksternal dan kelembagaan didekatkan Fungsi pengelolaan SDM eksternal dengan kelembagaan pariwisata dan
Fungsi investasi merupakan bagian dari fungsi industri
Unit khusus pengelolaan produk pariwisata dan ekonomi kreatif Untuk mendukung pengembangan dan pengelolaan produk, selanjutnya.
Unit khusus pengelolaan produk pariwisata dan ekonomi kreatif Dalam mendukung pengembangan dan pengelolaan produk, maka
Fungsi pemasaran hybrid antara fungsi manajemen dengan geografi Struktur fungsi pemasaran sebaiknya berbentuk hybrid,
- Target Kinerja
- Kerangka Pendanaan
Peningkatan kualitas reformasi birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terkait tugas dan fungsi Biro Umum dan Hukum. Peningkatan kualitas reformasi birokrasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terkait tugas dan fungsi Biro Perencanaan dan Keuangan.
PENUTUP