• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Upaya Pemerintah Kota Salatiga dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Upaya Pemerintah Kota Salatiga dalam Mendukung Pemberian ASI Eksklusif"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Air Susu Ibu (ASI) merupakan sumber makanan yang sangat baik serta memiliki gizi sempurna sesuai dengan kebutuhan bayi untuk masa pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Selain itu, ASI mengandung berbagai zat gizi pelindung terhadap berbagai penyakit (Kristina, 2019). ASI lebih bergizi daripada susu formula karena ASI mengandung cukup lemak, karbohidrat, protein, dan air untuk pencernaan, pertumbuhan dan perkembangan otak bayi (Safitri, 2018).

ASI eksklusif menurut WHO (2019) adalah pemberian ASI kepada bayi yang berusia nol bulan sampai dengan enam bulan tanpa pemberian cairan atau makanan lain kecuali obat dan vitamin, tetapi setelah melewati tahapan ASI Eksklusif bukan berarti pemberian ASI diberhentikan tetapi tetap diberikan sampai usia dua puluh empat bulan dan boleh diberikan makanan pendamping ASI (MPASI).

Cakupan pemberian ASI di Indonesia pada tahun 2020, bayi usia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI Eksklusif sekitar 66,1%. Capaian indikator persentase bayi usia kurang dari enam bulan yang mendapatkan ASI eksklusif sudah memenuhi target tahun 2020, yaitu sebesar 40%. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif di Indonesia yaitu tidak tersedianya ruangan ASI di beberapa tempat kerja (Kemenkes RI, 2021).

Dinas Kesehatan dalam Bappeda Kota Salatiga (2019) melaporkan bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif pada tahun 2017, 64,84% dan pada tahun 2018 turun menjadi 52,71%. Pada tahun 2019 terjadi peningkatan menjadi 61,4%, akan tetapi cakupan ASI Eksklusif ini masih di bawah target nasional (80%) (DinKes jawa tengah, 2019). Melihat hal tersebut, upaya pemerintah Kota Salatiga untuk meningkatkan cakupan agar tidak fluktuatif seperti data diatas menjadi sangat penting. Di Kota Salatiga sendiri ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayi sampai umur enam bulan masih tergolong rendah. Ada beberapa alasan hal tersebut dapat terjadi antara lain karena pengetahuan ibu tentang ASI yang masih rendah, tata laksana rumah sakit yang salah, dan ibu yang bekerja diluar rumah (Bappeda Kota Salatiga, 2019).

Pemerintah Indonesia sudah sejak lama membuat kebijakan tentang ASI Eksklusif Kebijakan itu antara lain Permenkes RI No.240/MENKES/PER/1985 yang mengatur tentang pengganti ASI, Kemenkes RI No.237/Menkes/SK/IV/1997 tentang

(2)

pemasaran pengganti ASI. Selanjutnya dikeluarkan lagi Kemenkes RI No.450/Menkes/SK/IV/2004 tentang pemberian ASI eksklusif di Indonesia (Safitri, 2018). Kebijakan tentang pemberian ASI eksklusif tertuang juga dalam UU nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 128 ayat 1, pada pasal 128 ayat 1 maksud dari

“setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif” adalah ibu memberikan seorang anak hanya ASI untuk jangka waktu minimum enam bulan, hingga usia dua tahun dengan makanan pendamping.

Pemerintah juga berupaya mewujudkan kebijakan dalam Permenkes RI No.15 tahun 2013 tentang penyediaan fasilitas khusus menyusui dan/atau memerah ASI, agar melindungi para ibu yang meninggalkan bayinya bekerja di luar rumah masih dapat memberikan ASI pada bayinya baik memberikan secara langsung ataupun dengan memerah ASI. Pemerintah daerah Salatiga perlu mengupayakan metode supaya penerapan program pemberian ASI eksklusif ini bisa terlaksana dengan baik, serta tujuan supaya anak mendapatkan haknya dengan mengacu pada PP Nomor. 33 tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif.

Peraturan pemerintah no. 33 tahun 2012 tersebut dinyatakan bahwa “Setiap ibu yang melahirkan harus memberikan ASI eksklusif kepada bayi yang dilahirkan kecuali dalam hal terdapat indikasi medis, ibu tidak ada dan ibu terpisah dari bayinya” atau dengan kata lain bisa dikatakan keharusan bagi ibu yang melahirkan untuk menolak pemberian susu formula bayi dan produk bayi lainnya. Oleh karena itu, peraturan ini dibuat untuk melindungi, mendukung dan mendorong pemberian ASI eksklusif. Serta perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan dukungan dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, masyarakat dan keluarga supaya ibu dapat memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (Peraturan Pemerintah 2013).

Secara faktual, hasil penelitian dari Ernawati (2014) menunjukkan bahwa pemerintah di beberapa daerah lainnya, seperti di Pati telah mengeluarkan kebijakan yang melindungi hak ibu menyusui serta meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dan pemerintah, dan mewajibkan tempat kerja untuk menyediakan ruangan bagi ibu untuk menyusui. Adapun hasil penelitian yang dilakukan Faradila,dkk (2020) di Aceh diketahui bahwa upaya yang dilakukan Pemerintah Aceh dalam penyediaan fasilitas pemberian ASI eksklusif sudah dilakukan. Ada beberapa prasarana umum di Aceh yang sudah mempunyai fasilitas ruang menyusui

(3)

seperti pelabuhan, bandara, rumah sakit dan puskesmas, badan layanan umum dan perizinan kantor walikota Banda Aceh, serta instansi yang tunduk langsung ke pusat seperti pengadilan Negeri Banda Aceh, polresta Banda Aceh, tetapi masih minim dan belum sesuai dengan peraturan menteri Kesehatan No.15 Tahun 2013 tentang penyediaan fasilitas khusus menyusui.

Berdasarkan hasil penelitian Soraya (2014) menyampaikan bahwa implementasi program pemberian ASI eksklusif di Kota Salatiga belum berjalan dengan baik. Untuk itu penelitian ini hendak menjawab pertanyaan terkait apa saja upaya yang pemerintah Kota Salatiga lakukan dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.

METODE

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method. Penelitian kualitatif yang dilakukan yaitu menggali data-data terkait sejauh mana upaya pemerintah Kota Salatiga dalam mendukung pemberian ASI eksklusif.

Selain itu, penelitian kuantitatif yang dilakukan berupa survei untuk mengetahui sejauh mana manfaat yang didapatkan ibu menyusui untuk nyaman dan terbantu serta didukung dalam memberikan ASI eksklusif.

Penelitian ini telah dilakukan di wilayah kerja puskesmas cebongan, puskesmas mangunsari, kepala bidang BKKBN, dan di dinas kesehatan khususnya bagian seksi kesehatan keluarga dan gizi di Kota Salatiga, Jawa Tengah dan dilaksanakan pada tanggal 26 April sampai 25 juni 2022.

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling dalam pengambilan data kualitatif dan teknik quota sampling untuk pengambilan data kuantitatif. Teknik Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel menggunakan pertimbangan- pertimbangan dengan kriteria tertentu untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti. Sedangkan teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel yang diambil dari populasi yang memiliki ciri- ciri tertentu sampai jumlah kuota yang diinginkan (sugiyono, 2018). Teknik pengambilan data kualitatif dilakukan dengan mewawancarai pemerintah Kota Salatiga yang terkait langsung dengan kebijakan terkait ASI. Wawancara dilakukan secara mendalam menggunakan interview guide.

(4)

Terkait data kuantitatif, peneliti membagikan kuesioner terkait “Dukungan pemerintah dalam memberikan ASI eksklusif”.

Responden yang diwawancarai yaitu orang-orang yang terkait langsung dengan kebijakan pemberian ASI eksklusif. Sampel yang diambil untuk diwawancarai adalah seksi kesehatan keluarga dan gizi dari dinas kesehatan Kota Salatiga, petugas gizi di puskesmas Cebongan, petugas gizi di puskesmas Mangunsari, dan kepala bidang keluarga berencana (KB).

Kriteria responden untuk metode kuantitatif yaitu ibu dengan usia anak kurang dari satu tahun (0-12 bulan) sebanyak 60 responden di wilayah kerja puskesmas Cebongan dan puskesmas Mangunsari. Kriteria eksklusi diberlakukan yaitu ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan medis pada ibu atau bayi. Selain itu peneliti melakukan observasi serta studi dokumen sebagai data untuk melihat sejauh mana dukungan pemerintah dalam mengaplikasikan pada fasilitas- fasilitas publik.

Analisa data deskriptif dilakukan baik pada penelitian kualitatif maupun kuantitatif.

Setelah data-data deskriptif disajikan maka peneliti melakukan analisis-analisis untuk mengaitkan kedua data tersebut.

Peneliti harus menjaga sikap ilmiah dan menerapkan prinsip-prinsip etika penelitian dalam melakukan semua kegiatan penelitian. Peneliti memberikan informed consent sebagai tanda persetujuan responden untuk terlibat dalam penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti tidak boleh memaksa informan melalui proses wawancara ataupun pembagian kuesioner selama penelitian. Serta tidak ada risiko bahaya atau potensi bahaya bagi informan dan orang lain selama penelitian ini berlangsung. Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mempertimbangkan aspek sosial dan etika serta melindungi harkat dan martabat manusia.

HASIL

Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah Kota Salatiga tentang pemberian ASI eksklusif yang tercantum dalam Peraturan daerah Kota Salatiga No. 4 Tahun 2014 mengenai ASI eksklusif dan inisiasi menyusui dini telah terlaksana dan didukung dengan upaya yang dilakukan pemerintah di masyarakat terkait. Hasil data kualitatif yang diperoleh berdasarkan

(5)

proses wawancara pemerintah Kota Salatiga yang terkait langsung dengan kebijakan terkait ASI eksklusif menunjukkan bahwa telah dilakukan upaya-upaya yang tercantum dalam peraturan daerah tersebut. Adapun upaya-upaya tersebut meliputi pemberian: a) pendampingan konselor ASI eksklusif, b) penyuluhan terkait ASI eksklusif, dan c) sarana pendukung pemberian ASI eksklusif.

Pendampingan konselor ASI eksklusif

Hasil wawancara bersama dengan responden mengatakan telah membentuk kader, namanya kader motivator ASI. Puskesmas juga melakukan pelatihan khusus tentang konseling ASI kepada kader motivator ASI, jadi setiap posyandu memiliki satu kader motivator ASI yang dipilih dari masing-masing RT sebagai perwakilannya.

Pelatihan kepada kader ASI ini didanai dari dana operasional puskesmas. Kader motivator ASI ini yang nantinya memberikan informasi kepada ibu balita mengenai ASI eksklusif. Kader akan melakukan pendampingan mulai dari hamil, melahirkan sampai pemberian ASI eksklusif itu tetap didampingi. Setelah itu, kader akan memberikan laporan kepada pihak puskesmas mengenai pemberian ASI eksklusif sampai enam bulan. Selain pendampingan konselor ASI dukungan keluarga dekat kepada ibu juga sangat penting dalam meningkatkan pemberian ASI eksklusif.

Penyuluhan terkait ASI eksklusif

Berdasarkan hasil wawancara responden mengatakan salah satu bentuk upaya dalam meningkatkan pemberian ASI adalah penyuluhan tentang pemberian ASI eksklusif. Penyuluhan dilakukan pada saat pemeriksaan ANC (Antenatal care), kelas ibu hamil, ibu balita, dan kegiatan posyandu. Tenaga kesehatan juga memberikan edukasi terkait manajemen ASI perah untuk ibu bekerja. Dinas kesehatan Kota Salatiga mengatakan telah memberikan edukasi baik lintas program, lintas sektor, dan masyarakat. Selain itu, dinas kesehatan telah melakukan kunjungan ke perusahan/instansi tempat ibu bekerja untuk memberikan monitoring dan evaluasi terkait dengan pemberian ASI eksklusif bagi ibu yang bekerja, serta memberikan edukasi terkait ruang laktasi yang sesuai dengan standar. Kunjungan ke perusahaan satu tahun itu bisa dua sampai tiga kali.

Sarana pendukung pemberian ASI eksklusif

Tema ketiga dalam penelitian ini yaitu sarana pendukung pemberian ASI eksklusif. Dinas Kesehatan Kota Salatiga memberikan himbauan kepada instansi

(6)

pemerintah maupun swasta tentang penyediaan fasilitas menyusui di tempat kerja.

Namun himbauan tersebut baru terlaksana di instansi pemerintah bidang kesehatan saja, sedangkan di instansi pemerintah dan swasta yang bukan di bidang kesehatan masih belum terealisasi. Selain itu, Dinas kesehatan juga menyarankan agar ruang laktasi harus ada di mall pelayanan public. Hal ini diungkapkan oleh salah satu responden:

kalau itu kita menyarankan di mall pelayanan public harus ada. Kalau yang untuk hotel kan memang sudah ada. Kalau seperti mall itu kita sudah buat surat edaran pokoknya untuk mendukung ASI eksklusif ini. Masing-masing berperan harus menyediakan tempat gitu dan yang swasta itu sedikit sih mbak”.

Hasil data kuantitatif penelitian diperoleh dari proses rekapitulasi data kueisioner terkait “Dukungan pemerintah dalam memberikan ASI eksklusif” yang diberikan kepada ibu menyusui dengan anak berusia kurang dari satu tahun. Adapun hasil rekapitulasi data menunjukkan bahwa sebagian besar responden mengkonfirmasi adanya dukungan yang diberikan pemerintah dalam memberikan sarana-prasarana bagi ibu menyusui. Data demografi partisipan diuraikan pada Tabel

1. Sebagai berikut:

Tabel 1. Data demografi responden

Karakteristik Frekuensi

(n)

Presentase (%) Usia Ibu

Usia reproduksi sehat (20-35 tahun) 48 80.0%

Usia reproduksi tidak sehat (<20 dan >35 tahun) 12 20.0%

Usia Anak

Usia Anak 0-6 bulan 35 58.3%

Usia Anak 6-12 bulan 25 41.7%

Total 60 100%

Berdasarkan data pada tabel satu dapat dilihat bahwa karakteristik demografi responden berdasarkan usia ibu hampir seluruh responden (80.0%) masuk dalam kategori usia reproduksi sehat yakni berusia 20-35 tahun. Sedangkan berdasarkan

(7)

usia bayi sebagian besar (58.3%) berusia 0-6 bulan dan sebesar (41.7%) berusia 6-12 bulan.

Tabel 2. Data demografi responden

Karakteristik Frekuensi

(n)

Presentase (%) Pendidikan

Tinggi (D1-S1) 17 28.3%

Menengah (SMA/SMK) 25 41.7%

Dasar (SD/SMP) 18 30%

Pekerjaan

PNS 1 1.7%

IRT (Ibu rumah tangga) 42 70%

Wiraswasta 2 3.3%

Buruh 4 6.7%

Pegawai swasta 11 18.3%

Total 60 100%

Berdasarkan data demografi pendidikan yang ditempuh oleh responden sebagian besar responden (41.7%) berpendidikan terakhir SMA/SMK, berpendidikan terakhir SD/SMP sebanyak (30.0%) dan berpendidikan D1-S1 sebanyak (28.3%).

Berdasarkan data jenis pekerjaan responden sebagian besar (70.0%) berprofesi sebagai ibu rumah tangga (IRT), Pegawai Swasta (18.3%), Buruh (6.7%), Wiraswasta (3.3%), dan PNS (1.7%).

(8)

Tabel 3. Dukungan pemerintah terkait ASI eksklusif

Kategori Jumlah

Frekuensi (n)

Presentase (%) Pemberian ASI Eksklusif

ASI Eksklusif 55 91.7%

Tidak ASI Eksklusif 5 8.3%

Penyuluhan terkait ASI eksklusif

Ya 54 90%

Tidak 6 10%

Fasilitas terkait ASI eksklusif

Ya 40 66.7%

Tidak 20 33.3%

Total 60 100%

Tabel tiga dapat dilihat bahwa hampir seluruh responden (91,7%) memberikan ASI eksklusif pada bayinya sedangkan sebanyak (8,3 %) tidak memberikan ASI eksklusif karena alasan pekerjaan. Adapun dukungan pemerintah hampir seluruh responden (90%) mendapatkan penyuluhan terkait ASI eksklusif. Fasilitas terkait ASI eksklusif menunjukkan bahwa dari 60 responden didapatkan sebagian besar (66.7%) mengetahui fasilitas kesehatan untuk ibu menyusui dan sebesar (33.3%) tidak mengetahui fasilitas kesehatan bagi ibu menyusui.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa salah satu bentuk upaya pemerintah yaitu membentuk kader motivator ASI yang membantu tenaga kesehatan dalam memberikan edukasi mengenai ASI eksklusif. Kader itu sendiri yang nantinya akan memberikan informasi kepada tenaga kesehatan terkait ibu balita yang masih menyusui ASI eksklusif atau sudah memberikan MP- ASI. Dari hasil wawancara responden mengungkapkan bahwa kader motivator ASI sangat berperan penting dalam mendukung cakupan pemberian ASI eksklusif.

Data kuantitatif menunjukkan bahwa hampir seluruh responden sudah diberikan penyuluhan terkait ASI eksklusif. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara terhadap responden yang menyatakan sudah melakukan penyuluhan kepada

(9)

masyarakat terkait ASI eksklusif. Penyuluhan terkait cara memerah ASI bagi ibu untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif telah dilakukan oleh petugas kesehatan akan tetapi masih banyak ibu menyusui yang belum mendapatkan penyuluhan tersebut. Hal ini tidak sejalan dengan hasil wawancara terhadap responden yang menyatakan telah melakukan edukasi tentang cara memerah ASI yang baik bagi ibu.

Fasilitas kesehatan untuk ibu menyusui seperti ruang laktasi telah tersedia pada instansi pemerintah khususnya di bidang kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara responden mengatakan ruang menyusui memiliki banyak manfaat bagi ibu yang mempunyai balita. Selain untuk menyusui ruang laktasi dapat digunakan untuk pumping ASI dan menyimpan ASI. Data-data ini diperkuat dengan hasil wawancara mendalam bersama para responden yang menyatakan bahwa berbagai upaya sudah dilakukan untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di Kota Salatiga. Upaya- upaya yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan berupa penyuluhan terkait dengan ASI eksklusif bagi ibu hamil dan menyusui, memberikan himbauan bagi instansi- instansi serta mall pelayanan publik untuk membuat ruang laktasi, dan pembentukan konselor ASI eksklusif.

PEMBAHASAN

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa upaya pemerintah dalam mendukung pemberian ASI eksklusif sudah dilakukan. Pemberian ASI eksklusif dimuat dalam peraturan daerah Kota Salatiga No. 4 Tahun 2014 mengenai ASI eksklusif dan inisiasi menyusui dini telah terlaksana dan didukung dengan upaya yang dilakukan pemerintah pada masyarakat. Kebijakan terkait ASI eksklusif didukung oleh petugas pelaksana kebijakan karena ASI memegang peranan penting dan memiliki banyak manfaat bagi ibu dan anak. Selain itu, penelitian ini juga didukung oleh Octavia dan Mardiana (2020) yang menyatakan bahwa denganadanya peraturan bupati Grobogan No. 30 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif yang bertujuan untuk memperluas cakupan ASI eksklusif yang memuat kebijakan tentang pemberian ASI Eksklusif yang diketahui oleh semua tenaga kesehatan.

Direktorat gizi kementerian kesehatan menyampaikan bahwa penerapan kebijakan mengenai pemberian ASI eksklusif dikembalikan kepada masing- masing

(10)

daerah untuk dilakukannya monitoring dan evaluasi sehingga dapat dilihat kembali apakah kebijakan pemberian ASI eksklusif dijalankan atau tidak. Berdasarkan hasil penelitian lainnya mengatakan bahwa kebijakan dalam pemberian ASI eksklusif melalui pemerintah melalui peraturan pemberian ASI sudah banyak memberikan dukungan kepada ibu hamil dan menyusui, namun dalam realisasinya belum berjalan secara optimal dikarenakan peraturan pemerintah dikeluarkan langsung melalui pusat implementasinya dan diserahkan kepada tiap-tiap daerah, sedangkan tidak semua daerah menjalankan peraturan tersebut (Safitri, 2018).

Berdasarkan hasil wawancara salah satu bentuk dukungan yang terealisasikan yaitu membentuk konselor ASI dari masyarakat itu sendiri yang sudah mendapatkan pelatihan mengenai ASI eksklusif dari tenaga kesehatan. Rohmayanti (2020) mengatakan bahwa sangat penting untuk dilakukan pembentukan Kelompok Pendukung ASI guna meningkatkan cakupan pemberian ASI Eksklusif yang berasal dari mereka sendiri. Konselor ASI sangat berperan penting dalam memberikan edukasi kepada ibu balita, dengan adanya konselor ASI diharapkan bisa mengurangi permasalahan mengenai kurangnya dukungan tenaga kesehatan dalam pemberian ASI eksklusif. Penelitian ini juga didukung oleh Puspita (2022) yang menyatakan dengan membentuk kelompok pendamping ASI bagi ibu menyusui dan calon ibu menyusui dapat membantu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Rohemah (2020) yang menyatakan bahwa keberhasilan pemberian ASI eksklusif juga dipengaruhi oleh dukungan tenaga kesehatan. Dukungan yang baik dari tenaga kesehatan dapat membantu ibu lebih percaya diri untuk memberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Istikomah (2021) yang menunjukkan tidak ada hubungan ketersediaan konselor menyusui dengan pemberian ASI eksklusif pada ibu bekerja.

Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar tenaga kesehatan di Kota Salatiga sudah melakukan penyuluhan terkait ASI eksklusif pada instansi klinis, non klinis dan masyarakat. Pada hasil analisis data juga menunjukkan bahwasebesar 90% ibu telah mendapatkan penyuluhan. Zelalem (2017) mengatakan edukasi gizi selama kehamilan oleh petugas kesehatan dapat meningkatkan pengetahuan dan praktik ibu selama kehamilan. Oleh karena itu, perhatian perlu diberikan untuk mempromosikan pendidikan gizi di ANC bagi ibu hamil untuk mendapatkan informasi yang dapat dipercaya dan akurat dari tenaga kesehatan. Hal ini sejalan

(11)

dengan Juliani dan Arma (2018) yang menyatakan bahwa dukungan tenaga kesehatan sangat penting dalam memberikan ASI eksklusif karena ibu yang memiliki anak lebih mungkin untuk menyusui jika tenaga kesehatan sering memberikan informasi dan penyuluhan terkait ASI eksklusif.

Dukungan dari pemerintah Kota Salatiga melalui dinas kesehatan menganjurkan agar setiap instansi perusahaan dan mall pelayanan public harus memiliki ruang laktasi. Tenaga kesehatan akan mensosialisasikan standar dari sebuah ruang laktasi kepada suatu instansi agar ibu dapat menyusui, memerah dan menyimpan ASI dengan baik supaya cakupan pemberian ASI eksklusif meningkat. Hal ini juga sejalan dengan pendapat Aisyarh (2017) yang menyatakan bahwa fasilitas ruang menyusui sangat penting dalam menentukan keberhasilan program yang mendorong pemberian ASI eksklusif sehingga ibu bekerja dapat terus menyusui anaknya hingga enam bulan. Hal ini tidak sejalan dengan penelitian Subratha (2019) yang menyatakan tidak ada hubungan ketersediaan ruang ASI dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa, upaya pemerintah untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif di Kota Salatiga sudah dilakukan sesuai dengan kebijakan yang dimuat pada peraturan daerah Kota Salatiga.

Upaya-upaya yang telah direalisasikan oleh petugas kesehatan seperti penyuluhan terkait dengan ASI eksklusif bagi ibu hamil dan menyusui, memberikan himbauan bagi instansi-instansi serta mall pelayanan public untuk membuat ruang laktasi, dan pembentukan konselor ASI eksklusif.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah diuraikan dalam penelitian ini, terdapat beberapa saran yang diberikan bagi tenaga kesehatan, pentingnya melihat kembali bahwa penyuluhan ASI eksklusif bagi ibu hamil sampai menyusui dapat meningkatkan cakupan pemberian ASI eksklusif. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan upaya pemerintah Kota Salatiga dalam mendukung pemberian ASI eksklusif kepada ibu menyusui, diharapkan dapat ditelaah lebih lanjut lagi mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI eksklusif di Kota Salatiga.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, N., & Sutrisminah, E. (2017, October). Evaluasi fasilitas ruang ASI dalam implementasi kebijakan pemberian ASI eksklusif pada buruh perempuan di perusahaan tekstil Jawa Tengah. In PROSIDING SEMINAR NASIONAL &

INTERNASIONAL (Vol. 1, No. 1).

Bappeda Kota Salatiga. DOKUMEN RAD SDGs KOTA SALATIGA Tahun 2019- 2022. Makalah. Salatiga: Bappeda Kota Salatiga. 2019.

Dinas Kesehatan Jawa Tengah. (2019). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2019. Diakses dari www.dinkesjatengprov.go.id [26 Juni 2021]

Ernawati, A. (2014). Peranan Sarana Pelayanan Kesehatan dalam Pemberian ASI Eksklusif: Studi pada Pegawai Negeri Sipil di Kecamatan Pati. Jurnal Litbang:

Media Informasi Penelitian, Pengembangan dan IPTEK, 10(2), 133- 142.

Faradila, D., Purnama, E., & Syahbandar, M. (2020). Kewajiban Pemerintah Aceh dalam Penyediaan Fasilitas Pemberian ASI di Ruang Publik: Pengalaman Kota Banda Aceh. Media Syari'ah: Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial, 21(1), 90-105.

Istikomah, I., Widayati, W., & Anggraeni, S. (2021). Bagaimanakah efek dukungan pimpinan dan ketersediaan pojok ASI dengan keberhasilan ASI Eksklusif pada ibu bekerja?. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai, 14(1), 48- 57.

Juliani, S., & Arma, N. (2018). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Dukungan Tenaga Kesehatan dengan Keberhasilan ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah. Jurnal Bidan Komunitas, 1(3), 115-124.

Kemenkes RI. Profil Kesehatan Indonesia 2020. Pusat Data Dan Informasi:

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2021.

Kristina, E., Syarif, I., & Lestari, Y. (2019). Determinan pemberian Asi Eksklusif pada Ibu Bekerja di Instansi Pemerintah Kabupaten Bungo Provinsi Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 19(1), 71-78.

Octavia, A. D., & Mardiana, M. (2020). Analisis Implementasi Kebijakan Asi Eksklusif. HIGEIA (Journal of Public Health Research and Development),

(13)

4(Special 4), 722-732.

Pemerintah Indonesia. (2013). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 15 Tahun 2013 Tentang Tata Cara Penyediaan Fasilitas Khusus Menyusui dan/atau Memerah Air Susu Ibu.

Puspitasari, D. I., Nurokhmah, S., & Rahmawaty, S. (2022). Webinar: Upaya Mendukung Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif. Abdi Geomedisains, 72- 79.

Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (RAD-PG) Kota Salatiga tahun 2017-2022 Makalah. Salatiga : Bappeda Kota Salatiga .2019.(Available from):

https://bappeda.salatiga.go.id/wp-content/uploads/2019/09/RAD-Pangan-dan- Gizi-Kota-Salatiga-tahun-2017-2022.pdf

Rohemah, E. (2020). Dukungan Bidan Terhadap Pemberian ASI Eksklusif di Puskesmas Jamblang Kabupaten Cirebon Tahun 2020. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(7), 274-282.

Rohmayanti, R., Margono, M., Agusta, H. F., Rinjani, W. A., Cahyani, N., Wijayanti, T., & Rana, Y. L. (2020). Pembentukan Kelompok Pendukung Asi (Kp-Asi) Tingkatkan Cakupan Asi Dan Mpasi. Celebes Abdimas: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 2(1), 7-15.

Safitri, A., & Puspitasari, D. A. (2018). Upaya peningkatan pemberian ASI eksklusif dan kebijakannya di Indonesia. Penelitian Gizi dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research), 41(1), 13-20

Soraya, I., Purnaweni, H., & Santoso, S. (2014). Implementasi Program Pemberian Air Susu Ibu (Asi) Eksklusif di Kota Salatiga. Journal of Public Policy and Management Review, 3(2), 347-357.

Subratha, H. F. A. (2019). Hubungan Ketersediaan Ruang Asi Dengan Keberhasilan Pemberian Asi Eksklusif Pada Ibu Bekerja Di Tabanan. Jurnal Medika Usada, 2(2), 60-57.

Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

World Health Organization (WHO) (2019). “Exclusive breastfeeding for optimal

(14)

growth, development and health of infants”.

(Available from): https://www.who.int/elena/titles/exclusive_breastfeeding/en/.

Diakses 11 february 2019.

Zelalem, A., Endeshaw, M., Ayenew, M., Shiferaw, S., & Yirgu, R. (2017). Effect of nutrition education on pregnancy specific nutrition knowledge and healthy dietary practice among pregnant women in Addis Ababa. Clinics in Mother and Child Health, 14(3), 265. https://doi.org/10.4172/2090-7214.1000265.

Referensi

Dokumen terkait

Ibu Menyusui dalam pemberian ASI eksklusif di Dusun

48 Tabel 4.8 Hasil Uji Chi- Square Hubungan antara Pengetahuan Tentang ASI Eksklusif dan Dukungan Keluarga dengan Keberhasilan Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah

Kesimpulan penelitian ini adalah pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif yang baik lebih sedikit dibandingkan dengan pemberian ASI eksklusif yang tidak baik, lebih dari

Tidak ada hubungan antara karakter sosiodemografik dengan praktik pemberian ASI eksklusif, faktor pre dan post natal yang mempengaruhi praktik pemberian ASI eksklusif adalah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara umur ibu dengan pemberian ASI eksklusif, tidak

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Air Susu Ibu ASI Eksklusif Terhadap Tumbuh Kembang Balita di

Sikap ibu yang mendukung atau sudah baik terhadap praktik-praktik kesehatan seperti upaya pencegahan diare pada anak dengan pemberian ASI eksklusif, manfaatnya bagi kesehatan anak,

Dengan dukungan keluarga yang baik maka perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif juga baik, dukungan keluarga yang diberikan kepada ibu akan mempengaruhi kondisi psikologis ibu,