• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASPEK KEPERDATAAN DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF BAGI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ASPEK KEPERDATAAN DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF BAGI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ASPEK KEPERDATAAN DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF BAGI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Oleh:

CLARA LUCKY RESPATI

Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif atau ASI Eksklusif ialah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula dan tanpa tambahan makanan lainnya. ASI Eksklusif merupakan hak bagi bayi namun belum semua orang tua maupun pihak-pihak yang berwenang dalam pemberian ASI menyadari akan hak bayi tersebut. Permasalahan penelitian ini adalah apa saja aspek hukum keperdataan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif serta membahas mengenai perlindungan hukum dalam pemberian ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi yang baru dilahirkan.

Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dengan tipe penelitian deskriptif. Data yang digunakan adalah data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, sekunder, dan tersier serta didukung dengan data hasil wawancara dengan pemilik Klinik Pratama Surya Medika dan bidan pelaksana pada RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung.

Hasil penelitian dan pembahasan menjelaskan bahwa aspek keperdataan dalam pemberian ASI Eksklusif pada bayi berupa hak dan kewajiban para pihak dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Hak dan kewajiban tersebut ialah bagi ibu berkewajiban untuk memberikan ASI secara eksklusif, sedangkan bagi tenaga kesehatan yaitu mendukung pemberian ASI secara eksklusif. Perlindungan hukum dalam pemberian ASI Eksklusif diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif yang menyatakan bahwa ibu dan bayi dilindungi dari pemberian susu formula sehingga para pihak yaitu tenaga kesehatan dilarang memberikan susu formula kepada ibu dan bayi sehingga program pemberian ASI secara eksklusif dapat berjalan dengan baik. Kata Kunci: ASI Eksklusif, Tenaga Kesehatan.

(2)

ASPEK KEPERDATAAN DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF BAGI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Oleh

CLARA LUCKY RESPATI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

ASPEK KEPERDATAAN DALAM PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF BAGI BAYI BARU LAHIR BERDASARKAN PERATURAN

PEMERINTAH NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

(Skripsi)

Oleh

CLARA LUCKY RESPATI

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)
(5)
(6)

MOTTO

“Dan bagi ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh,

bagi yang ingin menyusui secara sempurna” (Qs Al Baqarah: 233)

“Entah akan berkarir atau menjadi ibu rumah tangga, seorang wanita wajib

berpendidikan tingggi karena mereka akan menjadi seorang ibu. Ibu-ibu yang cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas.”

(7)

PERSEMBAHAN

Atas Ridho Allah SWT dan dengan segala kerendahan hati kupersembahkan skripsiku ini kepada:

Kedua orangtuaku tercinta Yan Suratin (Almarhum) dan Kartina

Almamater tercinta Universitas Lampung

(8)

RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap penulis adalah Clara Lucky Respati, penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 8 September 1992. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara, dari pasangan bapak Yan Suratin (Almarhum) dan ibu Kartina.

Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) Citra Melati Bandar Lampung pada tahun 1997, penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar di SDN 3 Gedong Air pada tahun 1998 hingga tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 10 Bandar Lampung pada tahun 2004 hingga tahun 2007, pada tahun 2007 penulis melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada Tahun 2008 hingga tahun 2010. Penulis melanjutkan pendidikan program Diploma 1 di Lembaga Bahasa Inggris-LIA pada tahun 2010 hingga tahun 2011. Penulis terdaftar sebagai mahasiwi Fakultas Hukum melalui Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada tahun 2011.

(9)
(10)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Aspek Keperdataan Dalam Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Berdasarkan Peraturan Pmerintah

Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung di bawah bimbingan dari dosen pembimbing serta atas bantuan dari berbagai pihak lain. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi Besar Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Wahyu Sasongko, S.H., M.Hum., Ketua Bagian Hukum Keperdataan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(11)

pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Ibu Selvia Oktaviana, S.H., M.H., Pembimbing II yang telah bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Aprlianti, S.H., M.H., Pembahas I yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

6. Ibu Yulia Kusuma Wardani, S.H., L.L.M., Pembahas II yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini. 7. Bapak Armen Yasir, S.H., M.H., selaku Pembimbing Akademik atas

bimbingan dan pengarahan kepada penulis selama menjalankan studi di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Bapak Rudy, S.H., L.L.M., L.L.D dan bapak Iwan Satriawan, S.H., M.H., atas ilmu dan pengalaman tidak ternilai yang telah diberikan selama penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

9. Seluruh dosen dan karyawan/i Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi. 10.Bidan Maria Suroso, SST., selaku pemilik Klinik Pratama Surya Medika dan

Bidan Eka Meldayanti, Amd.Keb., selaku bidan pelaksana RSIA Mutiara Putri terima kasih ats waktu luang dan informasi yang sangat bermanfaat yang telah diberikan kepada penulis.

(12)

S.E., Citra Kartika Putri, S.Psi serta kakak iparku Marissa Festiyanti, S. I.Kom., dan Tri Aprilia, S.H., terima kasih atas penantian selama ini serta dukungan moril, motivasi, kegembiraan, dan semangatnya kepada penulis. 12.Keponakan tercinta Gayatri, Lathisya, Zaidan, Afham, Abyan, Lupi, Ainiya,

Miya terima kasih atas inspirasi yang kalian berikan untuk pembuatan skripsi ini.

13.Keluarga besar Kasan Wiryo Bude Wiwik, Pakde Ajib, Ayuk Puji serta

keluarga besar Soekril Sumo Sa’ban Mang Edi, Bi Eulis dan untuk semua

pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu terima kasih atas semangat dan motivasi yang selalu diberikan kepada penulis.

14.Keluarga Beruang 31 Andrian Wibowo, Kak Febri, Kak Rizal, Kak Rian terima kasih untuk semangat yang selalu diberi kepada penulis.

15.Rachmad Nugroho terima kasih untuk doa, semangat, motivasi, serta waktu yang selalu diberikan kepada penulis.

16.Sahabat-sahabat yang selalu hadir dikala sedih maupun senang Astari Maharani, M. Gerri Prasetya, Bramantya Ariwibowo, Pebie Putri Ramadhani, Annisa Dian Permata Herista, S.H., Chelsilia Hernidons, S.H., terima kasih untuk canda tawa yang selalu meawarnai hari-hari penulis semoga persahabatan ini abadi.

(13)

HIMA Perdata yang tidak dapat disebutkan satu persatu terima kasih atas motivasi selama ini.

18.Sahabat-sahabat yang jauh dimata namun selalu dekat di hati Annisa Noerlita Indra Dewi, S.AB., Ria Rianti, Amd., Reky Kurniawan, S.H., Rahmat Julianta Tarigan, S.H., Terry Abdulrahman, S.H., Aryo Adityo Novran, S.H., Henny Rezki Riani, S.ST terima kasih atas semangat yang selalu diberikan kepada penulis.

19.Teman-teman seperjuangan Derri, Randy, Windi, Ria, Tata, Novi, Sefta, Rita, Okta terima kasih untuk semangat dan waktu yang selalu diberikan kepada penulis selama ini.

20.Seluruh teman-teman KKN Tematik 2014 di Labuhan Ratu 3 Arief Dwi

Permana, Anka Visi Nalaralagi, S.T., Ardan Rifa’i, S.E., Annisa Octavia, S.

Sos., Aminah Camila, S.H., Andzirnie Bill Haqi, Aragia Dorista, Fina Fita Firna Sari, Nur Shafida, atas kebersamaan selama 40 hari yang mengesankan. 21.Almamater Tercinta Universitas Lampung.

(14)

Bandar Lampung, 2015 Penulis,

(15)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang ... 1

B.Rumusan Masalah ... 6

C.Ruang Lingkup ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 6

E. Manfaat Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A.Tinjauan Umum Mengenai Hubungan Hukum Antara Orang Tua Dengan Anak Berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1974 ... 8

B.Tinjauan Umum Mengenai Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif... .... 10

1. Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif... ... . 10

a. Pengertian Umum Mengenai Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif.... . 10

b. Komposisi Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 11

c. Manfaat Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 13

d. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 18

e. Tahapan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif... .. 18

C.Tinjauan Umum Mengenai Pengaturan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 20

1. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2012 tentang Kesehatan ... 20

2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 21

D.Pihak-Pihak Yang Berkaitan Dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif ... 25

1. Tenaga Kesehatan ... 25

2. Jenis Tenaga Kesehatan ... 26

3. Tenaga Kesehatan Yang Berhubungan Langsung Dengan Ibu dan Bayi... ... 27

a. Dokter... ... 27

b. Perawat... .... 30

c. Bidan... ... 31

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 33

(16)

F. Kerangka Pikir ... 37

III. METODE PENELITIAN ... 39

A.Jenis Penelitian ... 39

B.Tipe Penelitian ... 40

C.Pendekatan Masalah ... 40

D.Data dan Sumber Data ... 41

E. Metode Pengumpulan Data ... 42

F. Metode Pengolahan Data ... 42

G.Analisis Data ... 43

IV. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN ... 44

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 44

1. Gambaran Umum Klinik Pratama Surya Medika... 44

2. Gambaran Umum RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung ... 44

B.Aspek Keperdataan Pemberian ASI Eksklusif Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian ASI Eksklusif ... 47

1. Hubungan Hukum Antara Ibu dan Anak Dalam Pemberian ASI Eksklusif... 47

2. Hubungan Hukum Antara Tenaga Kesehatan dan Ibu Terhadap Pemberian ASI Eksklusif Pada Bayi ... 50

3. Hak dan Kewajiban Tenaga Kesehatan Dalam Pemberian ASI Eksklusif Terhadap Bayi Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif... 55

C.Perlindungan Hukum dalam Pemberian ASI Ekslusif Bagi Ibu dan Bayi yang Baru Dilahirkan ... 61

1. Perlindungan Hukum dalam Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu dan Bayi yang Baru Dilahirkan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan... 62

2. Perlindungan Hukum dalam Pemberian ASI Eksklusif Bagi Ibu dan Bayi yang Baru Dilahirkan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif ... 65

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 74

A.Kesimpulan... ... 74

(17)

1

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa harus memiliki generasi penerus bangsa yang cerdas, sehat jasmani dan rohani. Hal ini sebagaimana terdapat di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menjelaskan bahwa negara memikul tanggungjawab untuk melakukan tindakan-tindakan yang mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya, negara wajib menjamin kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak sebagai generasi penerus bangsa yang salah satunya melalui pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif dimana banyaknya gizi yang terkandung dalam ASI sangat berguna bagi tumbuh kembang bayi.

(18)

2

Peraturan tentang pemberian ASI Eksklusif telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan Pasal 128 Ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap bayi berhak mendapatkan ASI Eksklusif sejak lahir selama 6 bulan atau atas indikasi medis. Selanjutnya dalam penjelasan dalam Pasal 128 Ayat (1) yang dimaksud dengan ASI Eksklusif ialah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain. Berkaitan dengan pemberian ASI Eksklusif Pasal 129 Ayat (1) dan (2) UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa:

1. Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan air susu ibu secara eksklusif.

2. Ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Oleh karena itu pada 1 Maret 2012 pemerintah telah mengundangkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif. Pasal 6 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 menegaskan bahwa setiap ibu harus memberikan ASI Eksklusif kepada bayi yang dilahirkannya, kecuali atas indikasi medis, ibu tidak ada, atau ibu terpisah dari bayi.

Selain menjadi tujuan nasional upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif juga menjadi tujuan global. Beberapa negara di dunia seperti Amerika Serikat, Jepang, Inggris, juga Filipina mencanangkan kebijakan pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir.1 Kebijakan yang diambil oleh pemerintah Amerika dalam

1

Helda, Kebijakan Peningkatan Pemberian ASI Eksklusif, Jurnal Kesehatan Masyarakat Vol.

(19)

3

pemberian ASI Eksklusif sangat bervariasi, selama enam tahun terakhir ini kebijakan pemberian ASI Eksklusif sudah menghasilkan produk hukum berupa undang-undang di sepertiga bagian negara Amerika.

Jepang mengambil kebijakan pemberian ASI Eksklusif dengan meningkatkan perawatan anak, promosi persamaan gender, dan mendorong perusahaan untuk memberikan kesempatan yang luas bagi karyawannya untuk tanggung jawab keluarga. Berbeda dengan Amerika dan Jepang, kebijakan yang diambil oleh pemerintah Inggris ialah dengan memberikan kupon (voucher) kepada ibu yang menyusui dari golongan ekonomi rendah. Kupon tersebut dapat ditukarkan dengan buah-buahan senilai dengan kupon tersebut.

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskedas) tahun 2013 menunjukkan bahwa cakupan ASI di Indonesia hanya 42%. Angka ini jelas berada di bawah target WHO yang mewajibkan cakupan ASI hingga 50%. Dibandingkan dengan angka kelahiran di Indonesia yang mencapai 4,7 juta per tahun, maka bayi yang memperoleh ASI selama enam bulan sampai dengan dua tahun, tidak mencapai dua juta jiwa. Walaupun mengalami kenaikan dibanding data Riskesdas tahun 2007 dengan angka cakupan ASI hanya 32%, cakupan tahun ini tetap memprihatinkan. Angka ini menunjukan bahwa hanya sedikit anak Indonesia yang memperoleh kecukupan nutrisi dari ASI. Padahal ASI dalam hal ini berperan penting dalam proses tumbuh kembang fisik dan mental anak dengan dampak jangka panjangnya.2

2

Roshma widiyana

(20)

4

Data Profil Dinas Kesehatan Provinsi Lampung menunjukan bahwa pada tahun 2012 bayi di Bandar Lampung berjumlah 17.430 bayi sedangkan bayi yang mendapat ASI Eksklusif hanya berjumlah 3.741 bayi, artinya bayi yang mendapat ASI Eksklusif hanya sebesar 21,46%.3

Rendahnya cakupan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Menurut direktur gizi masyarakat departemen kesehatan, pemberian ASI yang masih rendah disebabkan oleh pengaruh penggunaan susu formula dengan promosinya yang sangat gencar. Pengaruh penggunnaan susu formula ini disebabkan adanya beberapa kode etik pada susu formula yang dilanggar oleh produsen. Pasal 7 Ayat 4 Kode (Etik) Internasional Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu (ASI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa sampel susu formula bayi atau produk lain yang berada di bawah cakupan kode (etik) ini, atau sampel peralatan rumah tangga untuk membuat atau menyiapkan, hendaknya tidak diberikan kepada pekerja kesehatan, kecuali untuk keperluan evaluasi atau riset profesi anak di tingkat kelembagaan.

Namun, masih saja ada produsen susu formula yang tidak mengindahkan kode etik tersebut dan memberikan sampel susu formula ke fasilitas kesehatan. Oleh karenanya, bayi yang baru lahir langsung diperkenalkan dengan susu formula bukan dengan ASI yang mempunyai banyak manfaat oleh tenaga kesehatan.

Selain pelanggaran kode etik susu formula, faktor utama kegagalan pemberian ASI Eksklusif ialah kurangnya kepercayaan diri ibu untuk memberikan ASI secara Eksklusif kepada bayi dikarenakan kurangnya pengetahuan dan

3

(21)

5

pengalaman ibu serta tenaga kesehatan yang tidak memberikan dukungan kepada ibu melalui informasi dan edukasi mengenai ASI Eksklusif.

Padahal kewajiban ibu sebagai orang tua harus menjaga kesehatan bayinya yang salah satunya dengan memberikan ASI Eksklusif. sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Memelihara dan membesarkan anak-anaknya dapat ditafsirkan untuk memelihara dan menjaga kesehatan bayi atau anaknya. Salah satu cara memelihara dan menjaga bayi adalah dengan memberikan ASI secara ekslusif. Kondisi demikian menunjukan bahwa orang tua terutama ibu mempunyai hubungan hukum yang kuat dengan anaknya yang baru dilahirkan. Hubungan hukum tersebut merupakan hubungan hukum keperdataan, bawha ibu berkewajiban untuk memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya dan hak seorang bayi untuk mendapatkan ASI Eksklusif tersebut.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik mengadakan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi dengan judul Aspek Keperdataan Dalam Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif Bagi Bayi Baru Lahir Berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI

(22)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan antara lain:

a. Apa saja aspek hukum keperdataan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif?

b. Bagaimana perlindungan hukum dalam pemberian ASI Eksklusif bagi ibu dan bayi yang baru dilahirkan?

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini termasuk dalam ruang lingkup bidang ilmu hukum perdata khususnya ilmu hukum kesehatan.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk dapat mendeskripsikan, menganalisis, dan memahami, sebagai berikut:

a. Aspek hukum keperdataan yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

(23)

7

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah, sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

1. Sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang hukum khususnya hukum kesehatan mengenai Pemberian ASI Eksklusif pada bayi baru lahir

.

2. Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan agar masyarakat mengetahui tentang apa saja aspek hukum perdata yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif dan bagaimana perlindungan hukum dalam pemberian ASI Eksklusif bagi ibu terhadap bayi baru lahir.

b. Manfaat Praktis

1. Sebagai upaya meningkatan pengetahuan dan pengembangan wawasan peneliti mengenai Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

(24)

II. Tinjauan Pustaka

A. Hubungan Hukum Antara Orang Tua Dengan Anak Berdasarkan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan

Anak merupakan salah satu tujuan dari perkawinan. Anak yang dilahirkan dari suatu lembaga perkawinan merupakan amanat atau titipan Allah sehingga harus dipelihara dan dididik dengan sebaik-baiknya. Kewajiban orang tua merupakan hak bagi setiap anak. Menurut Wahbah Az-Zuhaili terdapat 5 hak anak yaitu4: (1) Hak nasab

Nasab dalam bahasa Arab berarti keturunan atau kerabat. Nasab berarti legalitas hubungan seorang anak dengan garis keturunan bapaknya sebagai salah satu akibat dari pernikahan yang sah, atau nikah fasid, atau senggama syubhat.

(2) Hak radla

Hak radla adalah hak anak untuk mendapatkan pelayanan makanan pokok dengan jalan menyusu pada ibunya. Ibu bertanggung jawab di hadapan Allah tentang hal ini baik masih dalam tali perkawinan, atau sudah ditalak dan sudah habis masa iddahnya.

4

(25)

9

(3) Hak hadlanah

Hak hadlanah ialah menjaga dan mengasuh serta mendidik anak sejak lahir sampai mampu menjaga atau mengatur dirinya sendiri. Hak hadhanah akan dipikul oleh kedua orang tua.

(4) Hak walayah

Hak walayah ialah hak perwalian. Hak perwalian ini mencakup tiga hal yaitu untuk menyambung dan menyempurnakan pendidikan anak yang telah dimulai sejak pada waktu hadhanah serta bertanggung jawab atas kelangsungan dan pemeliharaan anak sampai baligh, berakal dan mampu hidup mandiri, pemeliharaan harta serta mengatur pembelanjaan hartanya, dan perwalian dalam pernikahan bagi anak perempuan.

(5) Hak nafkah

Hak nafkah ialah pemenuhan kebutuhan yang diberikan orang tua terhadap anaknya.

Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 45 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan bahwa kedua orang tua wajib memelihara dan mendidik anak-anak mereka sebaik-baiknya. Maksud dari kata memelihara dalam Pasal di atas ialah memberikan makanan yang terbaik dari anak lahir sampai sampai anak dewasa serta memberikan tempat tinggal sedangkan maksud dari kata mendidik anak-anak ialah memberikan pendidikan kepada anak, mengarahkan kehidupan masa depan anak, serta menetapkan perkawinan anak.5

5

(26)

10

Selain memiliki hak, anak juga mempunyai kewajiban yang harus dipenuhi terhadap orang tuanya. Seperti yang tercantum dalam Pasal 46 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang menyatakan bahwa setiap anak berkewajiban untuk menghormati dan mentaati kehendak yang baik dari orang tuanya, serta bila mana anak telah dewasa ia wajib memelihara orang tuanya dengan sebaik-baiknya menurut kemampuannya. Dengan demikian dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 nampak adanya hubungan hukum antara orang tua dan anak khususnya ibu.

B. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

1. Pengertian Air Susu Ibu (ASI)

Air Susu Ibu atau ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam anorganik yang disekresikan oleh kelenjar mamae ibu yang berguna sebagai bahan makanan terbaik bagi bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid, atau kurang gizi.6

ASI juga mengandung beberapa mikronutrien yang dapat membantu memperkuat daya tahan tubuh bayi. Selain itu pemberian ASI minimal selama 6 bulan juga dapat menghindarkan bayi dari obesitas atau kelebihan berat badan karena ASI membantu menstabilkan pertumbuhan lemak bayi.7

Hal ini sejalan dengan penelitian yang telah diadakan oleh para ahli anak di seluruh dunia terhadap keunggulan ASI. Hasil penelitian tersebut menjelaskan keunggulan ASI dibandingkan dengan susu sapi atau susu buatan lainnya.

6

Nadine Suryoprajogo, keajaiban Menyusui, Keyword:Jakarta, 2009, hlm. 7

7

(27)

11

Penelitian lain juga menunjukan bahwa bayi yang diberi ASI secara khusus terlindung dari serangan penyakit sistem pernafasan dan pencernaan. Hal itu disebabkan oleh zat-zat kekebalan tubuh di dalam ASI memberikan perlindungan langsung melawan serangan penyakit.8

2. Komposisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur-unsur pokok, antara lain zat putih telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim, zat kekebalan, dan sel darah putih. Oleh karenanya, komposisi ASI tidak dapat disamakan dengan komposisi yang ada pada susu formula ataupun makanan padat lainnya. Hal ini dikarenakan pada susu formula ataupun makanan padat tidak memiliki komposisi yang lengkap seperti yang terdapat di dalam ASI.

Komposisi ASI pada isapan-isapan pertama tidak sama dengan komposisi ASI pada isapan-isapan terakhir. Isapan-isapan pertama bayi merupakan susu awal yang banyak mengandung air, sedangkan isapan-isapan terakhir lebih banyak mengandung karbohidrat dan lemak.9 Pernyataan ini juga didukung oleh Suraatmaja bahwa komposisi ASI tidak konstan dan tidak sama dari waktu ke waktu karena komposisi dipengaruhi stadium laktasi, ras, dan keadaan gizi.10

Berdasarkan waktu produksinya, ASI digolongkan ke dalam tiga kelompok yaitu:11

8

Ibid, hlm. 5 9

Utami Roesli, Panduan Inisiasi Menyusu Dini, Pustaka Bunda:Jakarta, 2008, hlm. 14 10

Suraatmadja, Aspek Gizi ASI, EGC:Jakarta, 1997, hlm. 25 11

(28)

12

(1) Kolostrum

Kolostrum adalah ASI yang diproduksi beberapa saat setelah bayi lahir sampai hari ketiga atau keempat. Warnanya lebih kuning dan lebih kental dari pada ASI yang diproduksi setelah hari keempat dengan volume 150-300 ml/24 jam. Zat-zat yang terkandung dalam kolostrum adalah protein, zat penangkal infeksi, mineral terutama K, Na, dan Cl, serta vitamin yang larut dalam lemak seperti vitamin A, D, E, dan K.

Kolostrum merupakan pencahar yang ideal yang berfungsi membersihkan zat-zat yang tidak dipakai dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi bagi makanan yang akan datang, jadi jika bayi mendapatkan ASI sedini mungkin, maka bayi akan terhindar dari konstipasi. Selain itu, kolostrum juga mengandung lebih banyak protein dibanding air susu matur terutama gammaglobulin, mengandung lebih banyak antibodi yang dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai bayi usia 6 bulan.12

(2) Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)

ASI masa transisi atau masa peralihan diproduksi pada hari keempat sampai hari kesepuluh setelah kelahiran. Bahkan pada kondisi-kondisi tertentu ASI transisi dapat diproduksi sampai minggu kelima. ASI peralihan mengandung protein yang lebih rendah dibandingkan dengan kolostrum, tetapi kandungan lemak dan karbohidrat pada ASI peralihan lebih tinggi dibandingkan dengan kolostrum.13

12

Soetjiningsih, ASI Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC:Jakarta. 1997, hlm. 21 13

(29)

13

(3) ASI Dengan Komposisi Zat Tetap (ASI Mature)

ASI dengan komposisi zat tetap atau ASI matur diproduksi pada hari kesepuluh dan seterusnya, komposisi ini relatif konstan. Namun, terkadang ASI pada masa ini baru mulai pada minggu ketiga sampai minggu kelima. Kandungan gizi yang terdapat dalam ASI pada masa ini ialah protein, laktosa, vitamin, zat besi, garam, kalium, fosfat, serta mengandung cukup air.

Protein dalam hal ini merupakan bahan baku utama untuk tumbuh kembang bayi. Protein utama yag terkandung dalam ASI yang juga terdapat dalam susu sapi (susu formula) ialah whey dan casein. Namun, terdapat perbandingan antara kedua protein yang terkandung dalam ASI dan susu sapi. ASI mengandung lebih banyak protein whey sedangkan susu sapi mengandung lebih banyak protein casein. Protein whey ialah protein halus, lembut, dan mudah dicerna oleh usus bayi sedangkan protein casein ialah protein kasar, bergumpal, dan sulit dicerna oleh usus bayi.

3. Manfaat ASI

Memberikan ASI secara eksklusif berarti keuntungan untuk semua terutama bagi bayi dan ibu. Seperti yang dilansir dari Daily Mail, tim peneliti dari Duke University Medical Center menemukan bayi yang minum ASI mengalami

pertumbuhan usus yang lebih menyehatkan. Hal ini dikarenakan ASI ternyata mendorong koloni mikrobiotik flora unik untuk meningkatkan pengembangan sistem imun.14

14

(30)

14

Pada penelitian lain juga disebutkan bahwa ASI mampu menurunkan gejala diare, flu, dan infeksi pernapasan pada bayi. Selain itu, ternyata ASI juga diketahui mampu melawan alergi, diabetes tipe 1, sklereosis ganda, dan penyakit lainnya. Pemberian ASI memiliki manfaat bagi bayi dan ibu. Manfaat pemberian ASI bagi bayi antara lain:

(1) ASI mengandung zat daya tahan tubuh (antibody)

Bayi baru lahir secara alamiah mendapatkan imunologis (zat kekebalan atau daya tahan tubuh) dari ibunya melalui plasenta, hanya saja kadar zat tersebut dengan cepat akan menurun segera setelah kelahirannya. Walaupun bayi yang baru lahir hingga beberapa bulan setelahnya mampu membentuk sistem kekebalan tubuhnya sendiri, namun sistem kekebalan tubuh tersebut belumlah terbentuk dengan sempurna, sehingga bayi membutuhkan pemberian ASI secara eksklusif.

Pada prinsipnya ASI merupakan substansi bahan yang hidup dengan kompleksitas biologis yang luas yang mampu memberikan daya perlindungan secara aktif maupun melalui pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang unik terhadap infeksi dan alergi, tetapi juga menstimuli perkembangan yang memadai dari sitem imunologi bayi sendiri.

Selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen anti inflamasi yang fungsinya belum banyak diketahui, sehingga bayi yang minum ASI lebih jarang sakit, terutama pada awal dari kehidupannya.15 Dengan adanya komponen-komponen zat anti infeksi tersebut di atas, maka bayi yang mengonsumsi ASI

15

(31)

15

akan terlindung dari berbagai macam infeksi baik yang disebabkan bakteri, virus, parasit, dan antigen lainnya.16

Pada saat kadar immunoglobulin bawaan dari sang ibu menurun dan yang terbentuk secara alamiah oleh si bayi belum mencukupi, maka terjadilah suatu periode kesenjangan immunoolobulin pada bayi. Kesenjangan tersebut hanya dapat dihilangkan atau dikurangi dengan pemberian ASI secara Eksklusif. Seperti yang telah dijelaskan bahwa, Air Susu Ibu merupakan cairan yang mengandung kekebalan atau daya tahan tubuh sehingga dapat menjadi pelindung bayi dari berbagai penyakit inveksi bakteri, virus, dan jamur.

(2) ASI meningkatkan kecerdasan bagi bayi

Komposisi Taurin, DHA, dan AA pada ASI merupaka komposisi zat gizi yang sangat mendukung pertumbuhan optimal otak bayi. Taurin adalah sejenis asam amino kedua terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neuro-transmitter dan berperan penting dalam proses maturisasi sel otak.

Decosahexanoic Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak

jenuh rantai panjang (polyunsaturated fatty acid) yang diperlukan untuk pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan anak. Selain itu, DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk dari substansi pembentuknya (precursor), yaitu omega 3 dan omega 6.

Berdasarkan hasil studi Horwoord & Fergusson tahun 1998, terhadap anak berusia 13 tahun di Selandia Baru, tampak kecenderungan kenaikan lama pemberian ASI

(32)

16

sesuai dengan peninggakatan IQ, hasil tes kecerdasan standar, peningkatan rangking di sekolah dan peningkatan angka di sekolah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Lucas pada tahun 1996 dan Riva pada tahun 1998 juga menemukan bahwa nilai IQ anak ASI lebih tinggi beberapa poin dari bayi yang mengonsumsi susu formula.

Oleh karenanya, dari beberapa penelitian di atas kita dapat berpendapat bahwa bayi yang diberikan ASI secara eksklusif akan memiliki kecerdasan beberapa poin dibanding dengan bayi yang diberikan susu formula.

(3) Memberi rasa aman dan nyaman pada bayi dan adanya ikatan antar ibu dan bayi

Hubungan fisik antara ibu dan bayi baik untuk perkembangan bayi, begitu juga dengan kontak kulit ibu ke kulit bayi yang mampu menstimulus perkembangan psikomotor maupun sosial yang lebih baik. Untuk melakukan kontak antara kulit ibu dengan kulit si bayi ialah dengan cara menyusui. Menyusu pada ibu dapat memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi sehingga kelak ia akan memiliki tingkat emosi dan spiritual yang tinggi. Bayi yang diberi ASI juga juga tidak mudah cemas dan gelisah. Bahkan, setelah disapih pun mereka mampu lebih kuat dalam menghadapi situasi yang dapat membuat mereka stres.

Selain itu bagi ibu, pemberian ASI juga memiliki manfaat tersendiri, manfaat menyusui bagi ibu yaitu:

(1) Menghentikan pendarahan pasca persalinan

(33)

17

dalam kelenjar susu bisa keluar ke ujung saluran untuk kemudian diisap bayi dengan mudah.

Bagi ibu, selain mengerutkan otot-otot saluran untuk pengeluaran ASI, hormon ini juga membuat otot-otot polos rahim berikut pembuluh darahnya mengerut. Dengan begitu, penyempitan pembuluh darah yang terbuka saat melahirkan dipercepat. Hal ini jelas berdampak positif, karena akan menyebabkan pendarahan di rahim bekas proses persalinan akan cepat terhenti. Efek ini akan bekerja dengan maksimal apabila setelah melahirkan ibu langsung menyusui bayinya.

(2) Menurunkan risiko kanker

Ibu yang menyusui bayinya, secara eksklusif terbukti mengalami penurunan risiko terkena kanker. Bagaimana mekanisme pemberian ASI ini bisa sampai mengurangi risiko kanker memang belum bisa dipahami secara pasti, tetapi dari penelitian yang dilakukan, didapat kenyataan yang jelas bahwa ibu yang memberikan ASI secara eksklusif memiliki risiko terkena kanker payudara dan kanker ovarium 25% lebih rendah dibanding yang tidak menyusui secara eksklusif.17

(3) Cepat kembali ke berat badan semula

Tanpa disadari, ibu yang menyusui secara eksklusif ternyata lebih mudah dan lebih cepat kembali ke berat badan semula seperti sebelum ia mengandung. Hal ini dikarenakan timbunan lemak yang ada pada tubuh akibat kehamilan digunakan sebagai sumber tenaga dalam proses produksi ASI. Dengan menyusui, tubuh akan menghasilkan ASI lebih banyak lagi sehingga timbunan lemak yang berfungsi

17

(34)

18

sebagai cadangan tenaga akan terpakai. Sehingga, apabila timbunan lemak pada tubuh ibu menyusut, maka berat badan ibu akan cepat kembali ke keadaan seperti sebelum mengandung.

4. Pengertian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

Air Susu Ibu Eksklusif atau yang lebih tepatnya pemberian ASI secara Eksklusif ialah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim.18

Pemberian ASI secara Eksklusif ini dianjurkan untuk jangka waktu selama enam bulan. Hal ini telah didukung oleh para ahli yang menyatakan bahwa manfaat ASI akan sangat meningkat bila bayi hanya diberi ASI saja selama enam bulan pertama kehidupannya. Peningkatan ini sesuai dengan lamanya pemberian ASI Eksklusif serta lamanya pemberian ASI bersama-sama dengan makanan padat setelah bayi berumur enam bulan.

5. Tahapan pemberian ASI Ekslusif

Untuk mencapai ASI Eksklusif, World Health Organization (WHO) dan United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF) merekomendasikan

tiga tahapan dalam pemberian ASI eksklusif, diantaranya menyusui segera setelah melahirkan atau inisiasi menyusu dini (IMD), tidak memberikan makanan tambahan apapun pada bayi, dan terakhir menyusui sesering dan sebanyak yang diinginkan bayi.

18

(35)

19

Menyusui segera setelah melahirkan atau yang selanjutnya disebut inisiasi menyusu dini (IMD) adalah bayi diberi kesempatan memulai/inisiasi menyusu sendiri segera setelah lahir/dini, dengan membiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibu setidaknya satu jam atau lebih, sampai menyusu pertama selesai. Apabila dalam satu jam tidak ada reaksi menyusu, maka boleh mendekatkan puting susu tetapi beri kesempatan bayi untuk inisiasi.19

Prosedur Inisiasi Menyusu Dini (IMD) segera setelah lahir, bayi harus diseka dari kepala hingga ujung kaki dengan kain lembut yang kering dan diletakkan bersentuhan kulit dengan ibunya. Kemudian bayi dan ibu diselimuti dengan kain kering lain. Secara alami, sentuhan segera antara ibu dan bayinya yang baru lahir lewat proses kelahiran normal melalui vagina, bermanfaat meningkatkan kewaspadaan alami bayi serta memupuk ikatan antara ibu dan bayinya. Sentuhan segera seperti ini juga mengurangi perdarahan ibu serta menstabilkan suhu, pernafasan, dan tingkat gula darah bayi.

Bila diletakkan sendiri di atas perut ibunya, bayi baru lahir yang sehat akan merangkak ke atas, dengan mendorong kaki, menarik dengan tangan dan menggerakkan kepalanya hingga menemukan puting susu. Indera penciuman seorang bayi baru lahir sangat tajam, yang juga membantunya menemukan puting susu ibunya.20 Ketika bayi bergerak mencari puting susu, ibu akan memproduksi oksitosin dalam kadar tinggi. Ini membantu kontraksi otot rahim sehingga rahim menjadi kencang dan dengan demikian mengurangi perdarahan. Oksitosin juga

19

Utami Roesli, Panduan Inisiasi Menyusu Dini, Op.Cit, hlm. 3 20

(36)

20

membuat payudara ibu mengeluarkan zat kolostrum ketika bayi menemukan puting susu dan mengisapnya.

Tidak memberikan makanan tambahan apapun pada bayi, maksud dari pernyataan ini ialah bayi tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim selama bayi berumur 0-6 bulan.

Selanjutnya pada tahapan yang terakhir yaitu menyusui sesering dan sebanyak yang bayi inginkan. Maksud dari pernyataan tersebut ialah menyusui sesering yang diinginkan oleh bayi, siang maupun malam, tanpa terpisah lama dari ibunya. Menyusui selama yang bayi inginkan setiap kali dia menyusu, untuk mendapatkan ASI dengan kadar lemak tinggi yang terkandung pada susu akhir. Mendapati payudara yang tetap siap sedia ketika ia beristirahat atau melepas sesaat payudara. Menyelesaikan menyusu pada payudara pertama kemudian tawarkan payudara lainnya, mungkin dia inginkan mungkin tidak. Biarkan bayi yang memutuskan apakah dia ingin menyusu pada satu payudara saja atau keduanya setiap kali menyusu. Dalam hal ini tidak aturan yang wajib diikuti.

C. Pengaturan Tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

1. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

(37)

21

daerah, dan masyarakat harus mendukung ibu bayi secara penuh dengan penyediaan waktu dan fasilitas khusus.

Peran pemerintah pun secara tegas dinyatakan dalam Pasal 129 ayat (1) dan (2) yang menyatakan bahwa Pemerintah bertanggung jawab menetapkan kebijakan dalam rangka menjamin hak bayi untuk mendapatkan ASI secara eksklusif, selanjutnya dalam ayat (2) dinyatakan bahwa ketentuan lebih lanjut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. Oleh karenanya kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah ialah dengan membuat ketentuan berupa pembuatan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

2. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif

Peraturan Pemerintah (PP) adalah peraturan di Indonesia yang ditetapkan oleh Presiden Republik Indonesia dimana peraturan tersebut menjabarkan atau menjelaskan isi dari Undang-Undang (UU). Materi yang terkandung dalam peraturan pemerintah adalah materi yang digunakan untuk menjalankan Undang-Undang.

(38)

22

5036) serta Pasal 129 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 tentang Kesehatan sebagai pertimbangan.

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif ini terdiri dari 10 Bab beserta penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif, yang di antaranya ialah:

Bab I (satu) terdiri dari Pasal 1 mengenai ketentuan umum serta definisi kata yang kemudian terkait dengan bab-bab selanjutnya dan Pasal 2 yang berisi tujuan dari peraturan pemberian ASI Eksklusif. Selanjutnya dalam Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif yang dimaksud dengan:

1. Air Susu Ibu atau ASI ialah cairan hasil sekeresi kelenjar payudara ibu.

2. Air Susu Ibu Eksklusif atau ASI Eksklusif ialah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dlahirkan selama enam bulan tanpa menambahkan dan/atau mengganti dengan makanan atau minuman lain.

3. Bayi ialah anak dari baru lahir sampai berusia 12 bulan.

4. Keluarga ialah suami, anak, atau keluarga sedarah dalam garis lurus ke atas dan ke bawah sampai dengan derajat ketiga.

5. Susu formula bayi ialah susu yang secara khusus diformulasikan sebagai pengganti ASI untuk bayi sampai berusia enam bulan.

(39)

23

7. Tenaga kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan.

Bab II (dua) terdiri dari Pasal 3, Pasal 4, dan Pasal 5 mengenai tanggung jawab yang menjelaskan bahwa pemerintah, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota memiliki tanggung jawab dalam program pemberian ASI Eksklusif dimulai dari menetapkan, melaksanakan kebijakan nasional dalam rangka program pemberian ASI Eksklusif, sosialisasi, memberikan pelatihan tekhnis konseling, menyediakan tenaga konselor menyusui di fasilitas layanan kesehatan dan tempat sarana umum, mengintegrasikan materi mengenai ASI eksklusif pada kurikulum pendidikan formal dan nonformal bagi tenaga kesehatan, membina, memonitoring, mengevaluasi dan mengawasi program pemberian ASI Eksklusif baik di fasilitas pelayanan kesehatan, tempat kerja, maupun tempat sarana umum, menyelenggarakan, memanfaatkan , dan memantau penelitian dan pengembangan program pemberian ASI Eksklusif, mengembangkan kerja sama dengan pihak lain sesuai ketentuan, hingga menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas penyelenggaraan pemberian ASI Eksklusif sesuai dalam skala nasional, provinsi atau kabupaten.

Bab III (tiga) terdiri dari lima bagian yang masing-masing didalamnya terdapat Pasal yang mengatur mengenai ASI Eksklusif, di antaranya:

(40)

24

yang dilahirkannya, kecuali jika ada indikasi medis yang sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

b. Bagian kedua terdiri dari Pasal 9 dan Pasal 10 mengenai Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

c. Bagian ketiga terdiri dari Pasal 11 dan Pasal 12 mengenai pendonor ASI. d. Bagian keempat terdiri dari Pasal 13 mengenai informasi dan edukasi yang

wajib diberikan oleh tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan.

e. Bagian kelima terdiri dari Pasal 14 mengenai sanksi administratif yang diterima baik oleh tenaga kesehatan maupun penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan yang tidak melaksanakan ketentuan yang dimaksud.

Bab IV (empat) terdiri dari Pasal 15, Pasal 16, Pasal 17, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal 21, Pasal 22, Pasal 23, Pasal 24, Pasal 25, Pasal 26, Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 mengenai penggunaan susu formula bayi dan produk bayi lainnya. dimana di dalam masing-masing pasal terdiri dari larangan pemberian susu formula pada bayi baru lahir.

Bab V (lima) terdiri dari Pasal 30, Pasal 31, Pasal 32, Pasal 33, Pasal 34, Pasal 35, dan Pasal 36 mengenai tempat kerja dan tempat sarana umum yang diwajibkan untuk mendukung program ASI Eksklusif dengan menyediakan fasilititas khusus untuk menyusui dan/atau memerah ASI sesuai dengan kondisi kemampuan perusahaan.

Bab VI (enam) terdiri dari Pasal 37 mengenai dukungan masyarakat.

(41)

25

Bab VIII (delapan) terdiri dari Pasal 39 mengenai pembinaan dan pengawasan. Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif ini dilakukan oleh menteri, menteri terkait, kepala lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota baik pada situasi normal maupun pada situasi bencana atau darurat.

D. Pihak-pihak Yang Berkaitan dengan Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif

1. Tenaga kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan bahwa tenaga kesehatan merupakan sumber daya kesehatan yang paling utama karena dengan adanya tenaga kesehatan, semua sumber daya kesehatan yang lain seperti fasilitas pelayanan kesehatan, perbekalan kesehatan serta teknologi dan produk teknologi dapat dikelola secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan pembangunan kesehatan yang diharapkan.21 Secara hukum, tenaga kesehatan di Indonesia telah diatur melalui Undang-Undang terbaru yakni UU Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

Menurut Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Tenaga Kesehtan, yang dimaksud dengan tenaga kesehatan ialah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Dengan kata lain tenaga kesehatan berarti semua

21

(42)

26

orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan, baik yang memiliki pendidikan formal kesehatan maupun tidak.

2. Jenis Tenaga Kesehatan

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan menjelaskan adanya berbagai macam tenaga kesehatan, yang mempunyai bentangan yang sangat luas, baik dari segi latar belakang pendidikannya maupun jenis pelayanan atau upaya kesehatan yang dilakukan. Adapun jenis tenaga kesehatan menurut UU ini, meliputi tenaga medis, tenaga psikologi klinis, tenaga keperawatan, tenaga kebidanan, tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga kesehatan lingkungan, tenaga gizi, teaga keterapian fisik, tenaga keteknisian medis, tenaga teknik biomedika, tenaga kesehatan tradisional, serta tenaga kesehatan lainnya. Jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam:

(1) Tenaga medis ialah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis.

(2) Tenaga psikologi klinis ialah psikologi klinis. (3) Tenaga keperawatan ialah berbagai jenis perawat. (4) Tenaga kebidanan ialah bidan.

(5) Tenaga kefarmasian ialah apoteker dan tenaga teknis kefarmasian.

(43)

27

(7) Tenaga kesehatan lingkungan ialah tenaga sanitasi lingkungan, entomolog kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.

(8) Tenaga gizi ialah nutrisionis dan dietisien.

(9) Tenaga keterapian fisik ialah fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara dan akupuntur wicara.

(10) Tenaga keteknisian ialah perekam medis dan informasi kesehatan, teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien/optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, serta audiologis.

(11) Tenaga teknik biomedika ialah radiografer, elektromedis, ahli teknologi laboraturium medik, fisiikawan medik, radioterapis, serta ortotik prostetik. (12) Tenaga Kesehatan tradisional ialah tenaga kesehatan tradisional ramuan dan

tenaga kesehatan tradisional keterampilan.

3. Tenaga Kesehatan Yang Berhubungan Langsung Dengan Ibu dan Bayi

Tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan ibu dan bayi ialah dokter, perawat dan bidan.

a. Dokter

(44)

28

Seorang dokter harus memahami ketentuan hukum yang berlaku dalam pelaksanaan profesinya termasuk di dalamnya tentang pemahaman hak-hak dan kewajiban dalam menjalankan profesi sebagai dokter.22 Kewajiban hukum seorang dokter ini menyangkut mengenai apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh dokter, serta apa yang seharusnya dokter lakukan dan yang tidak seharusnya dilakukan oleh dokter dalam menjalankan profesinya. Terdapat beberapa kewajiban hukum yang utama bagi seorang dokter, yaitu:

(1) kewajiban melakukan diagnosis penyakit. (2) kewajiban mengobati penyakit.

(3) kewajiban memberikan informasi yang cukup kepada pasien dalam bahasa yang dimengerti oleh pasien, baik diminta maupun tidak.

(4) Kewajiban untuk mendapatkan persetujuan pasien terhadap tindakan medik yang akan dilakukan oleh dokter setelah dokter memberikan informasi yang cukup dan dimengerti oleh pasien.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 434/Menkes/SK/X/1983 tentang Berlakunya Kode Etik Kedokteran Indonesia bagi Para Dokter, kewajiban dokter ialah:

(1) Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati profesinya dan mengamalkan sumpah dokternya.

(2) Seorang dokter harus senantiasa melakukan profesinya menurut ukuran yang tertinggi.

22

Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bagi Dokter Buku I, Prestasi

(45)

29

(3) Dalam melakukan pekerjaan kedokteran, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pertimbangan keuntungan pribadi.

(4) Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin akan melemahkan daya tahan makhluk insani, baik jasmani maupun rohani hanya diberikan untuk keuntungan penderita.

(5) Seorang dokter harus senantiasa behati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya.

(6) Seorang dokter hanya memberikan keterangan atau pendapat yang dapat dibuktikan kebenarannya.

(7) Dalam melakukan pekerjaan, seorang dokter harus mengutamakan atau mendahulukan kepentingan masyarakat dan memperhatikan pelayanan yang menyeluruh, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenarnya.

(8) Setiap dokter dalam bekerja sama dengan pejabat dibidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat harus memelihara saling pengertian sebaik-baiknya.

(46)

30

b. Perawat

Berdasarkan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan yang dimaksud dengan perawat ialah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui oleh pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Selain itu perawat juga dapat diartikan sebagai profesi yang sifat pekerjaannya selalu berada dalam situasi yang menyangkut hubungan antar manusia, dimana dari hubungan tersebut terjadi proses interaksi serta saling memengaruhi dan dapat memberikan dampak terhadap tiap-tiap individu yang bersangkutan23. Berdasarkan Pasal 37 Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan, kewajiban perawat ialah: (1) Melengkapi sarana dan prasarana pelayanan keperawatan sesuai dengan

standar pelayanan keperawatan dan ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(3) Merujuk klien yang tidak dapat ditangani kepada perawat atau tenaga kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat kompetensinya.

(4) Mendokumentasikan asuhan keperawatan sesuai dengan standar.

(5) Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah dimengerti mengenai tindakan keperawatan kepada klien dan/atau keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya.

23

Mimin Emi, Etika Keperawatan Aplikasi Pada Praktik, Kedokteran EGC: Jakarta, 2004,

(47)

31

(6) Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain yang sesuai dengan kompetensi perawat.

(7) Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh pemerintah.

c. Bidan

Bidan adalah profesi yang diakui secara nasional maupun internasional oleh sejumlah praktisi diseluruh dunia. Definisi bidan menurut International Confederation of Midwife (ICM) tahun 1972 adalah seseorang yang telah menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui oleh negara serta memperoleh kualifikasi dan diberi izin untuk menjalankan praktik kebidanan di suatu negara. Pasal 1 Ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan menjelaskan yang dimaksud dengan bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan yang telah teregistrasi sesuai dengan peraturan peraturan perundang-undangan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konsultasi dan pendidikan kesehatan, tidak hanya untuk wanita sebagai pasiennya tetapi termasuk keluarga dan komunitasnya. Pendidikan tersebut termasuk antenatal, keluarga berencana, dan asuhan anak. Bidan memiliki kewajiban terhadap pasien dan masyarakat sebagai berikut24 :

(1) Bidan harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdian.

24

(48)

32

(2) Bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan pasien dan menghormati nilai yang berlaku di masyarakat.

(3) Bidan harus menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat kesehatan secara optimal.

(4) Bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang dapat dan/atau dipercayakan kepadanya, kecuali jika diminta oleh pengadilan dan diperlukan sehubungan kepentingan pasien.

(5) Bidan harus memberi pelayanan paripurna terhadap pasien, keluarga dan masyarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan pasien, keluarga dan masyarakat.

Selain itu, berdasarkan Pasal 18 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/149/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, bidan memiliki kewajiban sebagai berikut:

(1) Menghormati hak pasien.

(2) Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani tepat waktu.

(3) Menyimpan rahasia kedokteran sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Memberi informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan.

(5) Meminta persetujuan kebidanan yang dibutuhkan.

(49)

33

(8) Melakukan pelaporan penyelenggaraan praktik kebidanan termasuk pelaporan kelahiran dan kematian.

4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Menurut Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan yang dimaksud fasilitas kesehatan ialah fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.

Pelayanan kesehatan terdiri atas dua jenis, yaitu pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan tersebut bertujuan untuk menyembuhkan dan memulihkan kesehatan perseorangan dan keluarga serta untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non diskriminatif. Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan kesehatan seperti yang dimaksud. Berdasarkan Pasal 30 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, fasilitas kesehatan terbagi dalam tiga tingkatan yakni:

(1) Fasilitas kesehatan tingkat pertama (primer)

(50)

34

mantri (tenaga paramedis). Pelayanan kesehatan primer (primary health care), atau pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan kesehatan yang paling depan, yang pertama kali diperlukan masyarakat pada saat mereka mengalami gangguan kesehatan atau kecelakaan.

Pelayanan kesehatan primer pada pokoknya ditujukan kepada masyarakat yang sebagian besar bermukim di pedesaan, serta masyarakat yang berpenghasilan rendah di perkotaan. Pelayanan kesehatan ini sifatnya berobat jalan (Ambulatory Services) dan diperuntukan bagi masyarakat yang sakit ringan dan masyarakat

yang sehat untuk meningkatkan kesehatan mereka atau promosi kesehatan. Jenis dari fasilitas pelayanan tingkat pertama ini adalah praktik dokter umum, praktik dokter gigi, klinik umum, dan rumah sakit kelas D tingkat pertama.

(2) Fasilitas kesehatan tingkat kedua (sekunder)

Pelayanan kesehatan tingkat kedua (sekunder) adalah pelayanan yang lebih bersifat spesialis dan bahkan kadang kala pelayanan subspesialis, tetapi masih terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder (secondary health care) adalah rumah sakit, tempat masyarakat memerlukan perawatan lebih lanjut (rujukan). Di Indonesia terdapat berbagai tingkat rumah sakit, mulai dari rumah sakit tipe C sampai dengan rumah sakit kelas A.

(51)

35

(3) Fasilitas kesehatan tingkat ketiga (tersier)

Pelayanan kesehatan tingkat ketiga atau tersier adalah pelayanan yang lebih mengutamakan pelayanan subspesialis serta subspesialis luas. Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat ketiga ini dilakukan oleh dokter subspesialis dan dokter subspesialis luas. Pelayanan kesehatan ini sifatnya dapat merupakan pelayanan jalan atau pelayanan rawat inap (rehabilitasi). Diperlukan untuk kelompok masyarakat atau pasien yang sudah tidak dapat ditangani oleh pelayanan kesehatan sekunder. Jenis dari pelayanan kesehatan tingkat ketiga ini adalah rumah sakit tipe A dan rumah sakit tipe B.

E. Perlindungan Hukum

Secara etimologi, kata perlindungan berasal dari kata lindung (berlindung) yang berarti bersembunyi (berada) di tempat yang aman supaya terlindung, kemudian dikembangkan menjadi kata perlindungan yang berarti tempat berlindung; hal (perbuatan) memperlindungi. Secara umum, perlindungan berarti mengayomi sesuatu dari hal-hal yang berbahaya, sesuatu itu dapat saja berupa kepentingan maupun benda ataupun barang. Sedangkan kata hukum berarti peraturan atau adat yang secara resmi dianggap mengikat yang dilakukan oleh penguasa atau pemerintah.

Menurut Wahyu Sasongko, perlindungan hukum dapat diartikan sebagai perlindungan oleh hukum atau perlindungan dengan menggunakan pranata dan sarana hukum.25 Pada setiap perundang-undangan, yang menjadi wujud atau

25

Wahyu Sasongko, Ketentuan-Ketentuan Pokok Hukum Perlindungan Konsumen, Bandar

(52)

36

bentuk atau tujuan perlindungan yang diberikan kepada subjek dan objek perlindungannya berbeda antara satu dengan lainnya.

Secara teoretis, bentuk perlindungan hukum menurut Phillipus M. Hadjon ddibagi menjadi dua bentuk, yaitu26 :

(1) Perlindungan yang bersifat preventif; dan (2) Perlindungan refresif.

Perlindungan hukum yang preventif merupakan perlindungan hukum yang sifatnya pencegahan. Perlindungan memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengajukan keberatan (inspraak) atas pendapatnya sebelum suatu keputusan pemerintahan mendapat bentuk yang definitif.

Sehingga, perlindungan hukum ini bertujuan untuk mencegah terjadinya sengketa dan sangat besar artinya bagi tindak pemerintah yang didasarkan pada kebebasan bertindak. Adanya perlindungan hukum yang preventif ini mendorong pemerintah untuk berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan asas freies ermessen, dan rakyat dapat mengajukan keberatan atau dimintai

pendapatnya mengenai rencana keputusan tersebut. Perlindungan hukum yang represif berfungsi untuk menyelesaikan apabila terjadi sengketa.

26

Phillipus M. Hadjon, dalam Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Press:

(53)

37

F. Kerangka Teori

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka dibuat kerangka pikir sebagai berikut:

Keterangan:

Anak merupakan anugerah terindah dari Tuhan bagi seorang ibu. Dengan menjadi ibu kehidupan seorang perempuan akan terasa sempurna. Bayi yang baru dilahirkan sangat tergantung pada ibu. Salah satu kewajiban seorang ibu kepada bayinya ialah dengan menyusuinya. Memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara Eksklusif sangat penting bagi kesehatan dan pertumbuhan bayi saat menjalani usia awal kehidupannya.

Saat ini, pemberian ASI kepada bayi baru lahir dianggap hal yang kurang menjadi perhatian mengingat pentingnya ASI bagi bayi. Banyak orang tua yang tidak memiliki pengetahuan tentang pentingnya manfaat ASI. Tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, atau bahkan perawat yang diharapkan membantu memberikan pengarahan kepada ibu juga dirasa kurang maksimal. Pemerintah sebenarnya telah

ASI Ibu

Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI

Eksklusif

Aspek perdata Perlindungan

(54)

38

mengatur melalui Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

Objek kajian dalam penelitian ini mengenai pemberian ASI eksklusif kepada bayi baru lahir. Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian mengenai aspek keperdataan dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif. Sayangnya dalam pelaksanaan pemberian ASI Eksklusif kepada bayi mengalami beberapa hambatan. Hambatan yang terjadi didasari beberapa faktor. faktor tersebut antara lain timbul dari sang ibu itu sendiri, tenaga kesehatan yang kurang maksimal dan dari keluarga.

(55)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian hukum merupakan kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu, dengan jalan menganalisisnya.27

Penelitian sangat diperlukan untuk memperoleh data yang akurat sehingga dapat menjawab permasalahan yang sesuai dengan fakta atau data yang ada dan dapat mempertanggungjawabkan kebenarannya.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan didukung dengan wawancara sebagai data penunjang. Penelitian hukum normatif yaitu penelitian dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan-bahan hukum tertulis dan literatur-literatur hukum yang berhubungan dengan pokok bahasan yang diteliti. Dengan kata lain penelitian ini mengkaji permasalahan dengan melihat kepada peraturan perundang-undangan dan kenyataan yang terjadi berkaitan dengan aspek keperdataan dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif.

27

Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti: Bandung,

(56)

40

B. Tipe penelitian

Tipe penelitian yang digunakan untuk menjawab permasalahan dan menguraikan pokok bahasan yang telah disusun dalam penelitian ini adalah tipe deskriptif. Tipe penelitian deskriptif yaitu penggambaran secara jelas, rinci, sitematis yang bertujuan untuk memperoleh gambaran-gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku ditempat tertentu dan pada saat tertentu yang terjadi di dalam masyarakat.28 Penelitian ini akan membahas secara lengkap, rinci, jelas, dan sistematis mengenai aspek keperdataan dalam pemberian Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 tentang Pemberian ASI Eksklusif serta literarur yang berkaitan dengan penelitian ini.

C. Pendekatan masalah

Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.29 Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan hukum normatif terapan. Pendekatan hukum normatif terapan merupakan pelaksanaan atau implementasi ketentuan hukum positif secara faktual pada setiap peristiwa hukum tertentu yang terjadi dalam masyarakat guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Untuk itu, penelitian ini akan menguraikan secara jelas, rinci, dan sistematis mengenai aspek keperdataan dan perlindungan hukum terhadap pemberian ASI Eksklusif pada ibu dan bayi yang baru dilahirkan.

28

Abdulkadir Muhammad. Op.Cit., hlm. 50

29Ibid

(57)

41

D. Data dan Sumber Data

Berdasarkan jenis penelitian yang telah ditentukan di atas, maka data yang digunakan meliputi data sekunder, yaitu sebagai berikut:

Data sekunder adalah data yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku literatur terkait. Data sekunder terdiri atas:

a. Bahan hukum primer, yaitu data normatif yang bersumber dari perundang-undangan yang menjadi tolak ukur terapan. Bahan hukum primer meliputi: (1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata).

(2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. (3) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

(4) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan.

(5) Peraturan Pemerintah No. 33 Tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat kaitannya dengan bahan hukum primer dan dapat membantu dalam menganalisis serta memahami bahan hukum primer, seperti literatur dan norma-norma hukum yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dalam skripsi.

(58)

42

E. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penulisan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan cara studi kepustakaan (library research), studi dokumen (document research) dan wawancara (Interview). Studi kepustakaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan penulis dengan maksud untuk memperoleh data sekunder dengan cara membaca, mencatat, dan mengutip berbagai leteratur, peraturan perundang-undangan, buku-buku, media masa, dan bahan tulisan lainnya yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Studi dokumen dilakukan dengan cara membaca, meneliti, dan mempelajari serta menelaah dokumen yang ada. Wawancara merupakan studi yang dilakukan dengan proses tanya jawab dengan cara menanyakan langsung kepada pihak-pihak yang secara langsung berhubungan dengan pokok bahasan dan objek yang diteliti. Pada studi wawancara penulis penulis melakukan wawancara dengan bidan yang melakukan praktek pada Klinik Pratama Surya Medika dan RSIA Mutiara Putri Bandar Lampung.

F. Pengolahan Data

Setelah pengumpulan data, selanjutnya dilakukan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan yang diteliti. Data yang telah terkumpul, diolah melalui pengolahan dengan tahap-tahap sebagai berikut30: a. Pemeriksaan data (editing), yaitu meneliti dan memeriksa kembali data yang

telah diperoleh.

30

(59)

43

b. Penandaan data (coding), yaitu memberi catatan atau tanda yang menyatakan jenis sumber data (buku literatur, perundang-undangan, atau dokumen).

c. Rekonstruksi data (recontructing), yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.

d. Sistemasi data (sistematizing), yaitu menempatkan data menurut kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.

G. Analisis Data

(60)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan sebagai berikut:

1. Aspek hukum keperdatan dalam pemberian ASI Eks

Referensi

Dokumen terkait

Perlu dilakukan dan mempertahankan pemberian ASI eksklusif karena sangat berbeda antara perkembangan bayi yang diberi dan tidak diberi ASI eksklusif sehingga ibu

Simpulan : Terdapat hubungan yang bermakna antara pemberian ASI eksklusif dengan aspek pertumbuhan dan aspek perkembangan bayi. Kata kunci : Pemberian ASI Eksklusif,

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas serta menyadari pentingnya pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi baru lahir, maka peneliti tertarik untuk

Banyak hal yang telah dilakukan pemerintah dalam upaya peningkatan pemberian ASI Eksklusif diantaranya adalah diterbitkannya Peraturan Pemerintah No.33 tahun 2012 tentang Pemberian

Banyak hal yang menimbulkan minimnya pemberian ASI pada bayi diantaranya yaitu minimnya pengetahuan ibu dalam hal manfaat ASI dan pemberian ASI eksklusif secara

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap perkembangan bayi, dengan nilai OR 5,23 yang artinya ibu yang tidak

Tujuan penelitian ini adalah Diketahuinya pengaruh pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif terhadap perilaku ibu dalam pemberian ASI eksklusif pada ibu-ibu yang

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan ada hubungan antara pemberian ASI Eksklusif terhadap perkembangan bayi, dengan nilai OR 5,23 yang artinya ibu yang tidak