• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Baru Lahir di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pemberian ASI Eksklusif pada Bayi Baru Lahir di RSUP Haji Adam Malik Tahun 2015"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pada awal bayi dilahirkan, empat sampai enam bulan sistem gastrointestinalnya belum sempurna sehingga paling tepat diberikan air susu ibu (ASI). Secara fisik, ASI yang kental dan hangat pada masa tersebut sangat cocok dengan kondisi fisiologis bayi (Robiwala, 2012). Kandungan ASI juga memiliki keunggulan yang baik bagi pertumbuhan bayi serta mampu memberikan perlindungan secara aktif maupun pasif. Sebenarnya menyusui, khususnya yang secara eksklusif merupakan cara pemberian makanan bayi yang alamiah dan membantu bayi terhindar dari berbagai macam infeksi atau penyakit (Widodo, 2010). Namun, seringkali ibu kurang mendapat informasi tentang pemberian ASI eksklusif. Pemberian ASI tidak saja memberikan kesempatan yang baik pada bayi untuk tumbuh menjadi manusia yang sehat secara fisik, tetapi juga lebih cerdas, mempunyai emosional yang lebih stabil, perkembangan spiritual yang positif dan sosial yang lebih baik (Roesli, 2009).

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), cabang Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta tahun 2012, hak bayi mendapat ASI diartikan mendapat ASI sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA, 2001) yaitu bayi mendapat ASI eksklusif sejak lahir sampai usia 6 bulan, selanjutnya diberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) atau pemberian ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih. Pemberian ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan tim serta dianjurkan untuk jangka waktu selama 6 bulan (Roesli, 2009).

(2)

melahirkan untuk memberikan ASI secara eksklusif, dikutip dari Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI, 2009).

Menurut United Nation Children’s Fund (UNICEF), 2012 pemberian ASI eksklusif pada 6 bulan pertama di Indonesia menurun 40% di tahun 2002 dan 32% pada tahun 2007. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2009, hanya 3,7% bayi memperoleh ASI pada hari pertama, sedangkan pemberian ASI pada usia 2 bulan pertama 64%, yang kemudian menurun pada periode berikutnya umur 3 bulan 45,5%, pada umur 4-5 bulan 13,9% dan umur 6-7 bulan 7,8%. Sementara itu ada peningkatan penggunaan pengganti air susu ibu (PASI) yang biasa disebut dengan susu formula tiga kali lipat dalam kurun waktu 2003 dari 10,8% menjadi 32,4% pada tahun 2008, hal ini mungkin diakibatkan kurangnya pemahaman, dukungan keluarga dan lingkungan akan pemberian ASI secara eksklusif (Sianturi, 2011).

Pemberian ASI yang rendah di keluarga menjadi salah satu pemicu rendahnya status gizi bayi dan bawah lima tahun (Balita). World Health Organization (WHO), pada tahun 2014 melaporkan bahwa 60% kematian bayi dan balita disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktek pemberian makan yang kurang tepat pada bayi. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 6,7 juta bayi (27,3%) menderita gizi kurang dan 1,5 juta diantaranya menderita gizi buruk. Anemia gizi besi dijumpai pada sekitar 8,1 juta anak (Depkes RI, 2009).

Pemberian ASI eksklusif juga merupakan salah satu upaya mempercepat penurunan angka kematian bayi sehingga Indonesia dapat mencapai target Millenium Development Goals 4 (MDGs 4) yaitu, menurunkan angka kematian bayi dan balita

(3)

lebih kecil daripada Indonesia. Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009) melaporkan bahwa Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup (Andi, 2010).

Dari survei yang dilaksanakan pada tahun 2007 oleh Nutrition & Health Surveillance System (NSS) kerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan

Kesehatan (Balitbangkes) serta Helen Keller International di 4 perkotaan Jakarta, Surabaya, Semarang dan Makasar menunjukkan ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayi (46,8%), berusia 25-35 tahun dan 62% daripada mereka berpendidikan SMA. Didapatkan pengetahuan ibu tersebut baik tentang pemberian ASI walaupun tahap pendidikan mereka sedang (Yuni, 2012). Semakin bertambah umur maka pengetahuan semakin bertambah. Hasil penelitian yang dilakukan di Desa Tajuk Kecamatan Gatesan terhadap 38 responden, menunjukkan bahwa yang berpengetahuan baik tentang ASI eksklusif berada pada kategori umur 25-35 tahun sebanyak 21 orang. Kategori umur <25 tahun 15 orang berpengetahuan cukup dan 2 orang berpengetahuan kurang (Sally, 2011).

(4)

37,9% dari ibu-ibu tersebut tidak pernah mendengar informasi khusus tentang ASI, sedangkan 70,4% ibu tidak pernah mendengar informasi tentang ASI eksklusif (Roesli, 2008).

Hal demikian terjadi karena tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif yang kurang. Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, idea, konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan mencakup penalaran, penjelasan dan pemahaman manusia tentang segala sesuatu. Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensasi khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu, pengaruhnya merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (Nanang, 2011).

Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan evaluasi. Tingkat pengetahuan ini dikumpul melalui beberapa cara seperti cara coba salah, kekuasaan di otoritas, berdasarkan pengalaman pribadi, melalui jalan pikiran dan cara modern (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan dapat diluaskan dengan mudah pada perkembangan teknologi yang canggih sekarang. Namun pengetahuan tentang pemberian ASI eksklusif masih kurang dalam kalangan ibu.

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan di atas serta menyadari pentingnya pemberian ASI secara eksklusif bagi bayi baru lahir, maka peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan ibu terhadap pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

(5)

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015 berdasarkan pendidikan.

2. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015 berdasarkan usia.

3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir di RSUP Haji Adam Malik tahun 2015 berdasarkan sosial ekonomi.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi Penulis

1. Salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan S1 Kedokteran dan menambah wawasan, ilmu pengetahuan bagi penulis dalam penerapan ilmu yang telah diperoleh penulis selama pendidikan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Untuk melatih penulis untuk mengadakan penelitian langsung ke masyarakat sehingga penulis memiliki pengetahuan seberapa besar ibu

tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif pada bayi baru lahir.

1.4.2. Bagi Ibu

(6)

1.4.3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Referensi

Dokumen terkait

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuesioner oleh responden untuk mengetahui kepatuhan ibu menyusui dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi baru lahir di

Penelitian ini adalah survey cross-sectional yang bersikap deskriptif yang dilakukan untuk menentukan tingkat pengetahuan dan sikap ibu tentang pemberian ASI eksklusif di

450/MENKES/IV/2004 tentang pemberian ASI secara eksklusif pada bayi Indonesia yaitu “Pemberian ASI eksklusif, diwajibkan bagi bayi baru lahir sampai bayi berumur 6 bulan

pentingnya ASI Eksklusif pada bayi baru lahir karena masih ada beberapa responden yang memberikan susu formula pada bayi baru lahir, adanya pembinaan pada bidan

Air Susu Ibu Eksklusif (Asi Eksklusif) adalah pemberian ASI setelah lahir sampai bayi berumur 6 bulan tanpa pemberian makanan tambahan lainnya. Pemberian ASI merupakan metode

Namun kondisi saat ini kecenderungan pemberian ASI Eksklusif mengalami awam; memonitor fasilitas kesehatan dalam mendukung program ASI Eksklusif dan menegakkan disiplin kepada

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini

Latar Belakang : ASI merupakan jenis makanan yang mencukupi kebutuhan bayi baik fisik, psikologi, sosial, maupun spiritual. Pemberian ASI eksklusif selain dipengaruhi oleh