• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Pengaruh Free Cash Flow Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Pengaruh Free Cash Flow Dan Likuiditas Terhadap Kebijakan Dividen Dengan Firm Size Sebagai Variabel Moderasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN Statistik Deskriptif

Objek penelitian perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama lima tahun yaitu periode 2017-202. Jadi jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 165 perusahaan.

Tabel 2. Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Free cash flow 165 -1,56 3,00 -0,16 0,43

Likuiditas 165 -4,42 24,29 2,46 3,07

Firm size 165 7,21 36,09 27,42 5,90

Kebijakan Dividen 165 -2,16 4,72 0,62 0,83

Sumber: Data Primer, Diolah (2023)

Berdasarkan tabel 2, hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif menunjukkan nilai rata-rata free cash flow sebesar -0,16, yang berarti bahwa nilai free cash flow yang lebih kecil lebih baik dikarenakan kemampuan manajamen dalam mengelola kas yang ada didalam perusahaan lebih baik karena mampu untuk meminimalisir idle cash. Nilai minimum sebesar -1,56. Nilai maksimum sebesar 3,00 yang d, artinya pendapatan perusahaan tersebut mampu menunjang ekspansi atau pengembangan usaha sesuai dengan persentase dari nilai tersebut sebesar 30 %, dan tidak membutuhkan dana lain untuk menggantikannya. dan standar deviasi 0,07

Dari analisis statistik deskriptif diketahui nilai rata-rata variabel likuiditas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017-2021 sebesar 2,46.

Perbandingan antara aset lancar dengan liabilitas jangka pendek perusahaan manufaktur periode 2017- 2021 adalah sebesar 246% dapat di interpretasikan bahwa setiap 1 rupiah liabilitas jangka pendek di jamin atau di tanggung oleh 2,46 rupiah aset lancar. Hal ini menunjukkan rata-rata rasio likuiditas perusahaan dalam kondisi baik dikarenakan sesuai dengan prinsip kehati-hatian yaitu 200%. Nilai standar deviasi sebesar 3,07, nilai minimum -4,42 dan nilai maksimum 24,46, yang berarti bahwa data realtif heterogeny atau bervariasi.

(2)

Selanjutnya nilai rata-rata variabel Firm size pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017-2021 sebesar 27,42. Hal ini karena obyek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang telah go public, firm size diukur dari nilai kapitalisasi (market capitalization) perusahaan dipasar modal. Market capitalization mencerminkan nilai kekayaan perusahaan pada tahun tersebut. Faktor yang menentukan tinggi rendahnya nilai kapitalisasi di pasar modal adalah harga saham perusahaan. Saham yang dihargai semakin tinggi oleh pasar maka menghasilkan kapitalisasi yang semakin besar pula sehingga firm size perusahaan menjadi semakin besar. Market capitalization diperoleh dari perhitungan harga saham dikalikan jumlah saham yang diterbitkan (outstanding share). Nilai standar deviasi sebesar 5,903815, nilai minimum 7,21 dan nilai maksimum 36,09, yang berarti data sebarannya cenderung homogeny atau tidak berfluktuasi.

Sedangkan nilai rata-rata variabel kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017-2021 sebesar 0,62. Hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp 1 laba bersih yang dimiliki perusahaan digunakan untuk membiayai Rp 0,62 dividen.

Artinya, rasio pembayaran dividen lebih dari 20% berarti semakin tinggi dividen yang dibagikan kepada investor. Nilai standar deviasi sebesar 0,836564, nilai minimum -2,16 dan nilai maksimum 4,72, yang berarti bahwasannya variasi data dapat dikatakan sangat besar sesuai dengan kebijakan dividen yang diberikan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2017-2021

Analisis

Hasil analisis data pada penelitian ini yang berupa uji regresi, uji asumsi klasik, dan analisis MRA adalah sebagai berikut :

Uji Stasioneritas

Dalam uji stasioneritas, uji yang digunakan adalah uji Unit Root dengan uji Augment- Dickey-Fuller (ADF). Pengujian yang dilakukan terhadap data deret waktu (time series) untuk mengetahui apakah data deret waktu tersebut stasioner atau tidak. Hasil uji stasioneritas untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 3 berikut :

(3)

Tabel 3. Uji Stasioner

No Variabel Probability Unit Root Test

1 Free cash flow 0,037

2 Likuiditas 0,007

3 Kebijakan Dividen 0,005

4 Firm size 0,020

Sumber: Data Primer, Diolah (2023)

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa variabel dependen, variabel independen, dan variabel moderasi memenuhi ketentuan uji stasioneritas yaitu memiliki nilai probabilitas kurang dari 0,05.

Uji Regresi Data Panel

Untuk menguji regresi pada data panel maka ada tahapan yang perlu dilakukan untuk mendapatkan hasil regresi yang tepat. Pertama yang harus dilakukan adalah dengan menentukan model mana yang paling tepat untuk mengestimasi data yaitu dengan Common Effect Model dan Fixed Effect Model, dengan penentuan metode estimasinya menggunakan Chow Test, dan Hausman Test.

1) Estimasi Model Common Effect

Pada common effect model diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan nilai intersep dan slope pada hasil regresi baik atas dasar perbedaan antar individu maupun antar waktu.

Metode pendugaan parameter pada common effect model menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).Hasil regresi data panel dengan Common Effect Model disajikan pada Tabel berikut ini.

Tabel 4. Uji Estimasi Model Common Effect

Variabel t-test probability Adjusted R Square Prob (F-statistic) Free cash flow 0,0053

0,3284 0,001

Likuiditas 0,0015

Sumber: Data Primer, Diolah (2023)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui nilai t-test probability terlihat lebih kecil dari nilai 0,05 (α = 5%) dan nilai probability dari f-stat senilai 0,001 memberikan arti bahwa model tersebut significant dan nilai adjusted R sebesar 0,3284 yang artinya sebesar 32,84 % variabel free cash flow dan likuiditas dapat menjelaskan variabel kebijakan dividen.

(4)

Metode pendugaan regresi data panel pada Fixed Effect Model menggunakan teknik penambahan variabel Least Square. Hasil regresi data panel dengan Fixed Effect Model disajikan pada Tabel berikut ini

Tabel 5. Uji Estimasi Model Fixed Effect

Variabel t-test probability Adjusted R Square Prob (F-statistic) Free cash flow 0,003

0,3566 0,02

Likuiditas 0,002

Sumber: Data Primer, Diolah (2023)

Berdasarkan Tabel 4 diketahui nilai t-test probability dari variabel free cash flow dan likuiditas terlihat lebih kecil dari nilai 0,05 (α = 5%) dan nilai probability dari f-stat senilai 0.05 memberikan arti bahwa model tersebut significant dan nilai adjusted R sebesar 0,3566 yang artinya sebesar 35,66 % variabel free cash flow dan likuiditas dapat menjelaskan variabel kebijakan dividen.

Hasil Uji Data Panel 1) Uji Chow test

Untuk mengetahui model mana yang lebih baik dalam pengujian data panel, dapat dilakukan dengan penambahan variabel dummy sehingga dapat diketahui bahwa intersepnya berbeda dapat diuji dengan uji statistik Chow Test. Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan metode fixed effect lebih baik dari regresi model data panel tanpa variabel dummy (common effect). Hasil perhitungan dari pengujian Chow Test disajikan pada Tabel 6 berikut ini:

Tabel 6. Uji Chow Test t

Effects Test Statistic d.f. Prob

Cross-section F

Cross-section Chi-square

1,54 13,56

(11,53) 11

0,14 0,05 Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2023

Tabel 6 dapat dijelaskan bahwa nilai F hitung lebih kecil dari F tabel (1,54 < 2,77).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model yang tepat adalah menggunakan Common Effect Model.

2) Uji Hausman

(5)

Hausman Test ini bertujuan untuk membandingkan antara Fixed Effect Model dan Random Effect Model. Hasil dari pengujian dengan menggunakan tes ini ialah mengetahui apakah teknik regresi data panel dengan metode Generalized Least Square (random effect model) lebih baik dari regresi data panel dengan metode Least Square.

Tabel 7. Uji Hausman

Test Summary Chi-Sq

Statistik Chi-Sq. d.f. Prob

Cross-Section random 12,65 5 0,004

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2023

Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai Probability Cross-section random memperlihatkan angka bernilai 0,004 yang berarti signifikan dengan tingkat signifikansi 95% (α = 5%) dan menggunakan distribusi Chi-Square (Gujarati, 2012). Sehingga keputusan yang diambil pada pengujian Hausman Test ini yaitu terima H1 (P-value <

0,05). Berdasarkan hasil dari pengujian Hausman Test, sehingga dapat disimpulkan bahwa Fixed Effect Model lebih tepat dibandingkan dengan Random Effect Model.

Uji Statistik

Tabel 8 di bawah ini menyajikan hasil uji statistik uji data panel untuk mengukur uji t, dan uji koefisien determinasi dari masing-masing hipotesis.

Tabel 8. Uji Hipotesis

Keterangan Koefisien p-value (sig.) R Square

Free cash flow (X1) 0,34 0,02** 0,320

Firm size (Z) X1.Z

0,31 0,36

0,02**

0,03** 0,350

Likuiditas (X2) 0,35 0,03** 0,332

Firm size (Z) X2.Z

0,27 0,36

0,02**

0,01** 0,370

Keterangan: ** signifikan pada tingkat alfa 5%

Sumber : Data Sekunder yang diolah, 2023

Dari hasil pengujian diperoleh nilai koefisien variabel free cash flow sebesar 0,346345 dengan nilai probabilitas sebesar 0,02 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa free cash flow berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen, sehingga H1 diterima. Sementara itu berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai

(6)

Hal tersebut berarti bahwa firm size memoderasi pengaruh Free cash flow terhadap kebijakan dividen karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan demikian H2 diterima.

Jika dibandingkan nilai R square sebelum ada moderasi firm size dengan setelah memasukkan moderasi firm size menunjukkan nilai 35,47 % > 32,65%. Hal ini berarti bahwa firm size dapat memperkuat pengaruh Free cash flow terhadap kkebijakan dividen.

Dari hasil pengujian juga diperoleh nilai koefisien variabel likuiditas sebesar 0.3547465 dengan nilai probabilitas sebesar 0,03< 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap Kebijakan dividen, sehingga H3 diterima. Sementara itu berdasarkan hasil pengujian dapat diketahui bahwa nilai signifikansi X2.Z sebesar 0,01 dengan nilai koefisien sebesar 0,36. Hal tersebut berarti bahwa Firm size memoderasi pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen karena signifikansi lebih kecil dari 0,05 dengan demikian H4 diterima. Jika dibandingkan nilai R square sebelum ada moderasi firm size dengan setelah memasukkan moderasi firm size menunjukkan nilai 37,45 % > 33,65%. Hal ini berarti bahwa firm size dapat memperkuat pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen.

Pembahasan

Pengaruh Free Cash Flow terhadap Kebijakan Dividen

Dari hasil pengujian diperoleh bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Hasil ini sejalan dengan penelitian Amidu & Abor (2006), Arko et al., (2014), dan Baker et al., (2007), yang menemukan pengaruh positif free cash flow terhadap kebijakan dividen, yang artinya bahwa semakin tinggi free cash flow maka dapat meningkatkan kebijakan dividen perusahaan. Temuan ini menegaskan bahwa pemegang saham berencana untuk membagikan dividen yang tinggi untuk menghindari overinvestment oleh manajer dan mengurangi biaya agensi.

Free cash flow adalah kelebihan arus kas yang tersedia dan dapat dibagikan kepada investor dalam bentuk dividen setelah digunakan untuk membiayai investasi. Analisis free cash flow dirumuskan dalam hipotesis free cash flow yang menjelaskan bahwa manajer perusahaan terkadang tidak ingin mendistribusikan kas yang ada kepada pemegang saham, melainkan ingin menggunakannya untuk kepentingan pribadi.

(7)

Perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer memunculkan masalah keagenan (Giriati, 2016).

Manajer menggunakan kelebihan free cash flow untuk keuntungan pribadi mereka, seperti menggunakannya untuk investasi dalam proyek tidak menguntungkan atau bahkan proyek berkinerja rendah yang mengarah pada overinvestment menghubungkan free cash flow dengan teori keagenan dan menyatakan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap dividend payout ratio. Semakin tinggi free cash flow, semakin tinggi dividend payout ratio begitupun sebalikknya.

Pengaruh Free cash flow terhadap Kebijakan Dividen dengan Firm size sebagai

Pemoderasi

Firm size mampu memperkuat pengaruh free cash flow terhadap kebijakan dividen.

Hal ini berarti bahwa perusahaan besar yang sudah mapan mampu menghasilkan keuntungan dan arus kas bebas yang lebih tinggi daripada perusahaan kecil (Isrianto &

Kartini, 2019; Trisna & Gayatri, 2019). Perusahaan yang sudah mapan memiliki peluang pertumbuhan yang rendah, sehingga kebutuhan kas untuk kegiatan investasi juga berkurang. Dalam hal ini free cash flow pada perusahaan akan dibagikan dalam bentuk dividen, karena semakin kuat posisi kas semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Darmawan, 2011). Sebaliknya, perusahaan yang masih kecil memiliki tingkat pertumbuhan tinggi, adanya free cash flow membuat manajer cenderung menggunakannya sebagai investasi dalam proyek untuk meningkatkan firm size (Sindhu, 2014). Studi Devi & Erawati (2014) menunjukkan bahwa variabel firm size berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki ukuran aset lebih besar akan mampu membayar dividen yang lebih tinggi. Pada perusahaan yang memiliki free cash flow tinggi ditambah dengan firm size yang tinggi maka akan semakin besar jumlah dividen yang dibagikan. Sehingga firm size mampu memperkuat hubungan antara free cash flow terhadap kebijakan dividen.

Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan Dividen

Likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hal ini

(8)

perusahaan membayar deviden kepada pemegang saham. Hal ini menunjukkan bahwa posisi likuiditas langsung mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam membayar dividen (Darminto, 2008). Hasil ini sejalan dengan penelitian Trisna Dewi & Panji Sedana (2014) dan Gupta & Banga (2010) menyatakan tingkat likuiditas berpengaruh positif terhadap pembayaran dividen, semakin besar tingkat likuiditas maka semakin besar laba perusahaan kemampuan untuk membayar dividen.

Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan bagaimana perusahaan mampu memenuhi kewajiban lancarnya dengan aktiva lancarnya (Sartono, 2010). Current Ratio (CR) mengukur likuiditas yang diperoleh dengan pembagian antara current assets dengan current liabilities. Tingkat likuiditas yang tinggi tersebut perusahaan akan lebih muda untuk melakukan kewajiban pembayaran dividen (Sartono, 2001). Likuiditas banyak digunakan sebagai alat untuk memprediksi tingkat pengembalian investasi dalam bentuk dividen kepada investor (Adityo &Heykal, 2020).

Pengaruh Likuiditas terhadap Kebijakan DividenFirm size sebagai Pemoderasi Firm size mampu memperkuat pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen. Hal ini berarti bahwa likuiditas yang tinggi menandakan perusahaan memiliki aset lancar lebih tinggi daripada kewajiban jangka pendeknya. Tingkat likuiditas perusahaan yang tinggi berarti perusahaan dalam kondisi yang baik atau dapat dikatakan memiliki kinerja yang baik. (Purba et al., 2020).

Semakin banyak aset jangka pendek yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan hutang jangka pendek, maka semakin likuid perusahaan tersebut. Hal tersebut menunjukan bahwa perusahaan yang memiliki jumlah aset yang besar akan memiliki tingkat likuiditas yang tinggi pula. Pernyataan tersebut didukung oleh Agustina (2016).

Perusahaan yang memiliki ukuran yang besar jika dihitung menggunakan total aset memiliki kemampuan dividen yang lebih tinggi (Devi & Erawati, 2014). Pada perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi ditambah dengan firm size yang tinggi maka akan semakin besar jumlah dividen yang dibagikan. Sehingga firm size mampu memperkuat hubungan antara likuiditas terhadap kebijakan dividen.

Referensi

Dokumen terkait

*Penulis Korespondensi Dokumen diterima pada Hari Senin 11 Oktober, 2021 Dipublikasikan pada Hari Selasa 30 November, 2021 Jurnal Politeknik Caltex Riau

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan seperti likuiditas, leverage, profitabilitas, free cash flow, dan size terhadap durasi waktu antara