• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori UNHI: Buku I Gusti Bagus Wirawan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Repositori UNHI: Buku I Gusti Bagus Wirawan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Brahmawidya : Studi Teks Tattwa Joana

Oleh :

Ors. I Wayan Suka Yasa, M.Si.

Ors. I Putu Sarjana, M.Si

Editor:

Ors. I Gusti Bagus Wirawan, M.Si

Gambar Sampu\ :

I Made Adi W1dyatmika. ST, M.Si.

Penerblt : Widya Dharma

Hak cipta di!indungi undang-undang

Tidak d1perkenankan memperbanyak karya tulis lni dalam bentuk dan dengan cara apapun. termasuk fotokopi, tanpa rztn tertulls dari penerbit.

ISBN : 976-979-9490-27 -6

Cetakan 1 : Tahun 2009

lsi dlluar tanggung jawab percetakan

(4)

DAITARISI

PURWAKANING DAFTARISI

BAB t PENDAHULUAN I. I Latar Belakang 1.2 Masalah

1.3 Tujuan dan ManfaatKajian 1 4 Jangkauan Kajian

Ill

6 7 7

in

BAB 11, LANGKAH PEMAHAMAN 8

2. J Penelitian Sebclumnva 8

2.2 Tcologi dan Brahma Widya 9

2.3 Kearifan Lokal JO

2.4 Landasan Teori 11

a. Teon Filologi 11

b.

Tcori

Struktural 12

c. Teori Scmiotik 13

2.5 Kerangka Berpikir 15

2.6 Metode 16

(5)

BAB m DESK.RIPS! NASKAfl TAlTIVA JNANA

3.1 Naskah Tattwa Jnana dan Mahejnana Terbitan Tahun 1963 J.2 Naskah Tnttwa Jolina Milik Pusat Dokumentasi Propinsi Dali 3.3 Naskah Salinan Tattwa Jniina Milik Ida Bagus Gde Diksa,

Desa Aan, Banjar Angkan, Klungkung

3.4 Naskah Salinan Sang Hyang Tattwa Jnana Milik Griya Tengah, Sidemen, Karangasem

3.5 Salinan Naskah Tattwa Djnyana Milik Gcdong Kinya Singaraja

3.6 Salinan Naskah Tattwa Jniina Milik Griya Panaraga, Lombok 3.7 Lontar Tattwa Jndna Milik Perpustekaau Universites Hindu

Indonesia

BAB TV: STRUKTUR rxrrw A JNANA 4.1 lkhtisar Sang Hyang Tattwa Jnana 4.2 Strukrur Dasar Sang Hyang Tattwa Joana 4.3 Ikhtisar Sang Hyang Prayogasandhi

BAB V: BRAHMA W!DYA DALAM TAn'WA JNANA 5.1 Pcrsiapan Memahami Teks Tanwa Joana

5.2 Siwa Tattwa dan

Maya

Tattwa 5.2.1 Cetana adalah Siwa Tattwa

(a) Paramesiwa Tattwa

19 19 20

21

22 22

22

23

24 24 30

31

32 32 35 36 36

.4 K..uu, e +e!a

62A.gun-=- 63 Day•

Ek,;;,,:sif.

(6)

v

'

BAB VI: KEARIFAN LOKALDALAM TATI'WA JNANA 70

6.1 Batasan dan Asumsi Kearifon Lokal 70

6.2 Agw·on-guron 70

6.3 Daya Ekspresif Aksam Bali 74

5.3.6 Ciptaan Keenam: Panca Mahnbhnta 55

5.3.7 Ciptaan Ketujuh: Bhuwana 55

5.3.8 Ciptnan Kedelapan: Segala Makhluk 56 5.4 Karmaphala, Punarbhawe, dao Moksa Tattwa 57

5.4. J Karmaphala Tattwa 57

5.4.2 Punarhhii.wa Tattwa 58

5.4.3 Mocsa Tattwa 60

5.5 Rangkuman Brahma Widya dalam Tattwa Jn5na 65

38

39 41 46

46 48 50 51 53 (b) Sadasiwa Tattwa

( c) Atrrnka T attwa

5.2.2 Acetana adalah Maya Tattwa 5.3 Kemahakaryaan Bhatara Siwa

5.3.1 Ciptaan Pertama: Purusa dan Pradhana 5.3.2 Cipraan Kedua: Citra dan Guna 5.3.3 Ciptaan Ketiga: Budd.hi

5.3.4 Ciptaan Keempat: Ahangkara

5.3.5 Ciptaan Kclima: .Manah, DaSaodriya, dan Pence Tanmntra

(7)

vi

6.4 Kearifan Struktur 6.5 Keerifan Bahasa

6.6 Kearifan Ungkapan Teologrs

6.6.1 Kean fan Lokal di Dalik Cetana dan Acetana 6.6.2 Keanfon Lokal di bahk Nama Bha\0.ra Siwa 6.6.3 Bha!Ura Siwa, Cadu Sakti, dan Catur Sanak 6.6.4 Teknik Yoga yang Khas

BAB VIT: SlMPULAN-SARAN 7.1 Simpulan

7.2 Saran

BAB VID: TEKS DAN TERJEMAHAN TATTWA JNANA 8.1 Pengantnr Trenstirrasi

8.2 Pengantar Tcrjemahan

8.3 Teks dan Terjemahan Tattwa Jiiiina

Daftar Pustaka

76

79

83 84 87 91 94

97 97

99

100 100 100 10 I

�u YJ.n.£ sam.p:n saz;

er.

... J3)'&D.ya Hmdn . �:;.:

il'-.: sampai runtuh....:"a

S-

Zoe-:z:::.'i!der, 19 3).

AlQbat ruatnva

pe::;;r-...:.

.t.:sclllll3tk"Bn menuna

:ca

=be< diselamall= ·

""'"'°'-�

�f�bu-�lerapi. Ko!

- yawari,

2002:1). OJ

Sa.:i loom

ini dihargar

set=_,,,:•

\"':!:'l;i? dibangun dengan b!::

Sz.�ati yang dipuja scan uu. esakralan lontar t� -

K'!Ot:u retap berfungsi pc,o=..=J.•

rrelelui tradisi nurun lonlir

dalam

tradisi Bali disebl.n

msptrasi unruk

menciptJ.k!.:::i pembalian Tcks Jawa H bngsung. seperti halnya

ya. ....

---g

10 ada

scmacam

prcyek IDC'"-'""•

{ . Agastia, 1987:71 ). Dalam - drwacanakan, diadaptasi kem,=:.:. , lokal Bali, yang kcmudian m •

Dalam akti vitas sosial di diedaptasi iru ditransfonnasibc..

Jasa

tradisi 11yas1ra

ini mead:!;111

{1983:83) mcnyatakan: "Sarjaaa tradisi filologi setempat iru

m,°"·�,i,

sastra ini dcngan earn mercka

Brahmawidya

(8)

Brohmawidya 1

BAB!

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

"Candi pustaka" yang menjadi kepustakaan Hindu Bah merupakan warisan dari tradisi nyasrra. Cikal bakal tradisi ini bermula dari keterbukaan masyarakat Bali mu/a yang niraksara menerima pencerahan dari tradisi besar Hindu yang beraksara. Berdasarkan telaah kepustakaan Hindu Jawa-Bali, terbukti bahwa lontar yang dikelompokkan sebagai naskah (terutama kakawin) mayor yang sampai saat ini masih diapresiasi dalam tradisi nyastra berasal dari zaman jayanya Hindu di Jawa, yaitu teks lontar dari zaman Mpu Sindok abad ke-9 sampai runtuhnya Kerajaan Majapahit abad ke-15 (Poerbatjaraka, 1962;

Zoetmulder, l 983).

Akibat kuatnya pcngaruh agama Islam di Jawa, naskah-naskah Hindu Jawa disclamatkan menurut dua arah penyelamatan. Di satu sisi, naskah-naskah tersebut diselamatkan ke daerah pedalaman Jawa Tengah di sekitar Gunung Merbabu-Merapi. Koleksi naskahnya disebut koleksi Merbabu-Merapi [Seryawati, 2002: l). Di sisi Jain naskah-naskah juga diselamatkan kc Bali. Di Bali lontar ini dihargai sebagai candi pustaka (Agastia, 1987:140) tempat suci yang dibangun dcngan kata-kata terpilih untuk memuliakan Sang Hyang Aji Saraswati yang dipuja sccara khusus pada hari suci Saraswati. Atas perlakuan ini, kesakralan lontar terap terpelihara. Di pusat-pusar tradisi nyastra, tcks lontar tetap berfungsi pendidikan. Tcksnya sclalu diapresiasi dan disalin mclalui tradisi nunm lonrar. Bagi para genius Bali (Mantra, 1996: I 0), yang dalam tradisi Bali disebut anak nyastra, teks lontar itu dijadikan surnber inspirasi untuk menciptakan karya budaya yang barn. Bahkan, ada scmacam pembalian Teks Jawa Hindu, baik secara langsung maupun secara tidak

!angsung, seperti halnya yang pemah dilakukan di Jawa Timur pad.a abad ke- lO ada semacam proyek membahasajawakan karya-karya Bhagawan Bhyasa .Agastia, 1987:71 ). Dalam tradisi ini nilai-nilai teks Kawi diadopsi, diwacanakan, diadaptasi kemudian dikembangkan untuk menccrahi kearifan lokal Bali, yang kemudian menjadi kebudayaan Bali lradisional.

Dalam aktivitas sosiel di desa adat, nilai-nilai teks lontar yang telah .5adaptasi itu ditransformasikan, terutama lewat seni dari generasi ke generasi.

Jasa tradisi nyastra ini mendapat perhatian khusus para orientalis. Tecuw 1983:83) menyatakan: "Sarjana Dali yang menyelamatkan dan mcnghidupkan aadisi filologi setempat itu melakukan kritik teks, penafsiran dan penerapan sastra ini dengan cara mcrcka scndin, dan dalam tahun-tahun belakangan ini

(9)

Branmawidya 2

:.!JC'!":p::trn.1

m::o.yunpmg )

...,.._dm

bahwa

agmsa

mn

D<bl: jeles .i:.r

Pengaruh ocpuf -- cm budaya".m Iba

.,.,,,-elamackan,

e>dils:all Sch�gan

denp:, -..

iJIO•

UJ. Caron didluik:,s>'!

T • (Gedong �-,

ulum 1932 didinl= lowl-

.-311S3D budaya Bali,

Brahmawidya Penarapan sistem pendidikan Barnt di Indonesia sejak pertengahan abad

ke-19 mengakibatkan pcngaruh kebudayaan Barnt yang bcrcorak mtelektualistis, materialistis, dan individualis semak.in mcluas (Geriya, 2000:3;

Atmaja,

2001: 17).

Pengaruhnya

terhadap

kebudayaan

Bali menonjol sejak saya bcberapa kali dapat memastikan bahwa tradisi Bali bernilai tinggi dan bermanfaat sekali''.

Sarjana Bali yang dimaksud Tecuw tidek !ain adalah anak nyastra "orang berihnu''di Bali (Bagus, 1980:7). Mereka adalah orang yang suntuk melakukan olah budi dan rasa dengan membaca terutama teks lontar. Bidang apresiasi sastra tradisional belakangan ini kembali tampak bergairah dengan mengakses teknologi komunikasi.

Esensi

dari rihuan

lontar

yang

tcrdokumentasi, baik

di

pcrpustnkaan formal maupun pribadi

di

Bali memiliki

tiga

tema utama yang menyatu-padu membangun beraneka-ragam tcma minor. Tiga tema urama dimaksud adatah ji'iana, suSila, dan rasa. (I) Temajiiiina, yaitu pengetahuan hakikat diwujudkan menjadi lontar tauwa. lsinya didominasi oleh doktrin-doktrin teologi-filosofis.

(2) Terna susila diwujudkan menjadi lontar siiSana dan niti, Isi teksnya didominasi olch ajaran moral dan kepcmimpinan. (3) Terna rasa etau estetika- religius diwujudkan dalam lontar scni dan Jontar-!ontar religius-magis.

Sosiologi humanistik berasumsi bahwa simbol, nilai, dan makna merupakan dasar (basic rerm) karcna etas dasar ilu manusia meroandang dirinya sebagai manusia dan

sebagai

anggota masyarakat (Triguna,1997:4).

Schubungan

dengan itu, ketiga tema utamu tersebut jelas

merupakan

pokok nilai kearifan Hindu yang mengajegk.an kcbudayaan 13ali. Kctiga nilai itu

berfungsi

membangun citra masyarakat Bali, baik karakter,

pengetahuan,

maupun cita rasanya da!am hubungan dcngan Tuhan, sesama, dan linglrungan.

Keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, sesame, dan alrun kemudian dirumuskan meojadi konsep kearifan Hindu di Indonesia yang disebut tri hita karana. Ilarmonisasi di antara ketiganya menjadi isu amat scntral di berbagai bagian dunia sebagai akibat eksploitasi manusia secara berlebihan terhadap a!am (Triguna, 1997:4). Bahkeu. seorang antropolog, Parsudi Supurlan dalam tulisannya yang berjudul "Kebudayaan dan Pcmbangunan", mendcfinisikan agama semakna dengan konscp tri hita karona, sebegai berikm. "Ago.ma secara mendasar dan wnum dapat didefinisikan sebagai seperangkat aturan dan

pemturan

yang mengatur

hubungan manusia

dengan dunia

gaib.

k.hususnya dengan Tuhan, mengatur hubungan manusia dengan manusia lainnya, dan mengatur hubungan manusia dengan lingkungannya" (Mastuhu (ed.),

1996:109).

(10)

Brahmawidya 3 awal abad ke-20 (Mantra, 1996:1). Akibatnya, keajegan kebudayaan Bali tradisional yang bcrkarakterkan budaya eksprcsif yang bercirikan nilai-nilai religius, estetika, dan solidaritas berada pada posisi dilematis. Dinamikanya menunjukkan dua arah perkembangan. Di satu sisi berproses kc arah integrasi adaptif dan di sisi lain juga mcnunjukkan dialcktik antagonistik (Geriya, 2000·3).

Dinamika yang mcngarah ke integrasi adaptif disebabkan olch adanya gcjala bahwa orang (Bali) tidak mau kehilangan kepribadiannya (Mantra, 1996:6). Kebudayaan Bali telah memperlihatkan daya tahan dari abad ke abad menghadapi perubahan-perubahan karena sifatnya yang luwes, dinamis, adoptif, adaptif dan kreatif. Di samping itu, kebudayaan Bali juga mempunyai potensi untuk mengalami perkembangan, pembaharuan, clan pcrubahan. Pada kesempatan lain, Mantra (1996:14) menyatakan keyakinanya: "Sepanjang kedudukan dan fungsi seni budaya masih kuat dalam kehidupan keluarga dan rnasyarakat Bali, dan upacara-upacara dari kel:ihiran sampai mati masih kokoh, maka seni budaya akan selalu hidup dan merakyat".

Akan tetapi, di sisi lain pengaruh modemisasi juga mengakibatkan berbagai benturan budaya tidak dapat dihindari. Ini muncul dalam berbagai kasus yang membawa dampak negatif fenomena distorsi, degradasi, demoralisasi sampai dengan berbagai pelecehan kultural (Geriya, 2000:3).

Xaya Sujana (dalam Geriya, 2000:5) berkesimpulan bahwa dinamika kebudayaan l3ali tradisional mcnuju kebudayaan Bali modern mengandung ancaman serius, krisis, dan semakin tidak bcrdaya. Kebudayaan Bali tengah mengalami distorsi, diskontinu, dan disintegrasi. Dari sisi sosial dan pcndidikan, Bawa Atmadja (2001:22--30) mcnyatakan bahwa masyarakat Bali mengalami disorganisasi sosial yang teraktualisasi dalam perilaku menyimpang yang dapat dipilah mcnjadi tiga: kesukaran semantik, konversi agama, dan menguatnya budaya konsumen. Dalam bidang agama, bahkan ada isu bahwa agama Hindu yang dianut di Bali adalah agama ritual yang boros dan tidak jelas akar teologisnya. lsu terakhir ini menarik untuk dicermati.

Pcngaruh negatif tradisi modern benar-benar disadari oleh para indolog dan budayawan Bali. Oleh karena itu, dicetuskanlah ide-ide untuk menyclamatkan, mclestarikan, dan mengembangkan kebudayaan Bali.

Sehubungan dengan itu, pada tahun 1928 atas prakarsa residen Bali Lombok, LJJ. Caron didirikanlah perpustakaan yang bernama Kirtya Liefrinck van der Tuuk (Gedong Kirtya) untuk menyclamatkan lontar Bali-Lombok. Kcmudian uhun 1932 didirikan Museum Bali yang tujuannya juga untuk menyelamatkan warisan budaya Bali.

(11)

Rrahmawidya 4

� iii::=

::::::;i('C:C

ot-,el;;.t

;:,o:,wd(;:::

= :

.

� .:::::J :::x:oz:r�

=£<-

��

:r:r=,'"'3...

..i,,,p, ""'-· lm �

:ab>sl.

Kawi,

B·'

s;c, ·, tbn bah3ss

U.Oer.:-

.mn::l )"i!n& t

.:,i!:=

pc,si CJ:> -- 1•

},.an recpi, d3la:::

;,ac:ur

te unti

==-1111

• -;-cb TJ ditubs de-?i;K _

-=

pcndidil:3ll

- -g,,ron

•= ..,.,....iii

.:e.bI

gunmya

UDC..a.

· • . Keuru�.,._ ,..,ali

SI!!!! guru dan

m.,. =,.

. memn.1::

dari

sud!; ..

�ungan mas)�..,,..

::.cusia suci. yao,; =c:a �

� atau tidak.

=. A)'!aD yang

dis.,::;;:-•

;:ipcrunyakan dan

:=i_edepankan can :,::;;,ii

TIO£!. memitos

d,,pos:,am

�tis yang di�

.:.. 9oleh jadi karcoa lw

Eld

.;mat nyastra di Bali. u

:r..s

yang

terdok Bal� Ida l(etut DJe

:tis

Kawi dao atas oa=""'•

Br:;.Junawidya Setelah Indonesia merdeka pcmerintah pusat pun menaruh perhatian besar

terhadap keselamatan kebudayaan Bali. Untuk membina sumber daya manusia Bali yang diharapkan memiliki komitmen tcrhadap kebudayaan Bali, pada tahun 1957 Pocrbaljaraka dan Ida llagus Mantra ditugasi mendirikan dan membina Fakultas Sastra. Lima tahun kemudian (tahun 1962) dimekarkan mcnjadi Universitas Udayana dengan pola ilmiah pokok kebudayaan.

Berdckatan dengan itu, yaitu tahun 1963 didirikan pula Institut l lindu Dharma (tahun 1993 menjadi Universitas Hindu Indonesia) dengan pola ilmiah pokok agama dan kebudayaan. Di samping itu, ada satu lagi lembaga yang melestarikan kcbudayaan Bali, yaitu Akademi Seni Tari Indonesia (Mantro, 1996).

Lcbih Janjut setelah Ida Bagus Mantra menjadi Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali (t978--1988), pelcstarian dan pcngembangan kebudayaan Bali sunguh-sungguh mendapat perhatian. Salah satu pandangannya yang menjadi dasar penyusunan strategi pembangunan Bali tertuang dalam rulisannya yang berjudul Buda ya Bah: Strategi dan Realitas, sebagai bcrikut.

"Dalam mcnghadapi arus komunikasi yang semakin besar ini, satu-satunya jalan yang paling bijaksana dan dapat dipcrtanggungjawabkan secara nasional ialah peningkatan kesadaran berbudaya kita yang menumbuhkan kemauan dan komitmcn berbudaya. Ioi berarti hendaknya kita lebih mendalam mempelajari agama Hindu dan nyasJra (mendalami kesusastraen Bali). Dengan landasan ini kita akan mampu menyaring unsur-unsur yang bai.k dan menyisihkan unsur-unsur yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa" (Mantra, 1996:2).

Untuk merealisasikan idc terscbut Pemerintah Daerah Propinsi Bali tahun l 980-an rnendirikan Dinas Kcbudayaan. Unitnya, yaitu Pusat Dokumcntasi Bali, sejak berdin secara terprogram bertugas menginventJ.risasi, mentransliterasi, menerjemahkan, mengkaji, dan menyebark.an (secara terbatas) basil terjemahan dan kajiannya kc masyarakat Hindu, k.hususnya di Bali. Tujuan utamanya adalah untuk mcnjembatani teks dengan pewarisnya.

Akan tetapi, basil kajian teks lontar, khususnya kajian tcks lontar tauwa yang lebih mendalam sejauh diketahui masih langka adanya.

Atas tantangan dan peluang tersebut di alas, maka pcnclitian ini

difokusknn

dengan mcngedcpankan tema "Brahma Widya dan Kearifan Lokal". Brahma widya atau teologi Hindu di Bali jelas tersimpan dalam kepustakaan Bali, terutama pada lontar tattwa scpcni Buwana Ko.Sa, Wrlhaspari Tattwa. Tattwa Jiiiina. Jitiina Siddhanta. Bhuwana Sangksepa, dan Ganapati Tattwa. Nilai-nilai tcologis-filosofis yang tcrkandung dalam sejumlah lontar penting tersebut sejauh diketahui ada beberapa yang bclum

(12)

Brahmowidya 5 digali secara ilmiah yang lebih mendalam. Oleh karena itu, dari sejumlah lontar dimaksud lontar yang mengandung teks Tauwa Jfifi.na (TJ) dipilih menjadi objek penelitian ini. Ada keunikan-keunikan yang menjadikan teks TJ khas dan mcnarik untuk ditcliti. Keunikan dimaksud antara lain sebagai berikut.

a. Ada penyimpangan terhadap konvensi penulisan teks tattwa. Teks TJ ditulis secara naratif berbahasa Kawi dengan meminimalkan sloka Sanskerta. Dari sudut kearifan lokal, kreativitas penulis menyimpangi konvensi penulisan teks tattwa patut dihargai sebagai wujud wira (keberanian) anak nyastra mengajegkan kearifan lokal. Teks tattwa yang lain menjadikan sloka Sanskerta sebagai teks inti dan bahasa Kawi bertindak sebagai bahasa penerjemah atau untuk rnencrangkan isi Sloka di depannya. Ini bcrarti kedudukan bahasa Sanskcrta Iebih tinggi daripada bahasa Kawi. Bahasa Sanskerta bertindak scbagai bahasa "wahyu", sedangkan bahasa Kawi sebagai bahasa tafsir, yang bertugas mcnerangkan ajaran yang terkandung dalam stoka dimaksud. Bahasa Sanskerta sebagai bahasa puisi clan bahasa Kawi scbagai bahasa prosa dalam satu naskah . . Akan tetapi, dalam teks TJ, bahasa Kawt adalah bahasa utama, bahasa penurur tcks untuk menerangkan ajaran kepada murid-murid terpilih.

Teks TJ ditulis dengan gaya bertutur (dialogis katekismus) dengan latar sistem pendidikan scpcrti sistem pendidikan upanisad. Di Bali disebut oguron-guron atau nabe-stsya, yaitu murid-murid terpilih duduk di bawah dekat gurunya untuk mendcngarkan ajaran rahasia yang disebut tattwa jiuina. Keunikannya, penulis tidak mempcrsonifikasikan secara jelas siapa sang guru dan muridnya itu. Kekaburan tokoh dalam teks TJ menjadi menank dari sudut kearifan lokal bahwa teks adalah milik dan untuk kepentingan masyarakat. Tidak begitu penting apakah tokob

itu

dewa atau manusia suci, yang ucama apakah ajarannya itu berguna untuk kebaikan bersama atau tidak.

c, Ajaran yang disampaikan berstruktur. Hal-ha\ yang dipandang sulit, dipcrtanyakan clan diulas dengan gaya metafora. Pengarang tampak lebih mengedepankan cara berpikir logis. Sebaliknya care pcngungkapo.n lcologi yang memitos diposisikan untuk lebih menjelaskan ungkapan-ungkapan filosofis yang dipandang sukar.

J..

Boleh jadi karena hal tersebut, teks T J menjadi cuk:up populer di kalangan onak nyastra di Bali. Hal ini dapat diketahui dan jumlah turunan clan versi teks yang terdokumentasi. Tanggapan lebih jauh, scorang anak nyastra Bali, fda Kctut Djelantik, atas penghargaannya terhadap keluhuran

nilai

teks Kawi clan alas pertimbangan didaktik mcmilih dan menjadikan teks TJ

(13)

sebagai salah saru sumber mspirasinya dalam nyastra. Teks

Kawi

kemudian diadaptesi menjadi karya-karya "baru''. Dalam bidang tattwa karyanya diberi judul Aji Sangkya. Dalam bidang sastra Ida Ketut Djclantik menulis Gegurttan Sucua yang struktur tattwa-nya jelas mcngadaptasi tcks TJ atau Wrehaspati Tattwa, K.arya-karya itu, dipandang dari isinya dapat discbut sebagai salah satu wujud nyata usahanya mendalami dan membalikan tcks berbahasa Kawi. lni berarti ada kesinambungan teks.

Nilai tcks Kawi diadaptasi menjadi nilai kebudayaan Bali.

Berdasarkan lutar keberadaan kcpustakan Rali dan dilema masyarakat Hindu di Bali sebagai pendukung kebudayaan Bali, maka masalahnya dapat diidentifikasi sebagai berikut.

a. \Vacana ajeg Bali mengisyaratkan rnasyarakat Dali agar menpertahan- kan kebudayaan Bali, yaitu ajeg agama, adat, dan seni budaya, semeotara pengaruh tradisi modern yang berlatar kebudayaan Barat semakin

kunt.

Konsekuensinya, masyarakat Bali

mengalami

kclegangan scsiul-kulrural.

b. Teologi Hindu di Bali yang mcnjadi nilai kcbudayaan Bali tersimpan dalam teks dcngan medium Jont.ar. Teksnya berbahasa Sanskerta, Jawa Kuno, dan Bali yang ditulis dengan aksara Bali, sementara scbagian besar masyarakat Bali tidak lagi mampu membaca dan mengerti bahasa tek.s tcrscbut. Akibatnya, tcks scmakin bcrjarak dengau pewarisnya.

c. Di samping faktor-faktor di atas, masyarakat Bali mengalami hambatan sosio-psikologrs untuk mempelajari teks yang ditulis dengan

aksera

Bali, terutama yang memakai medium lontar. Ada wacana yang ditafsirkao dan ditransfonnasikao secara keliru sehingga masyarakat merasa

sungkan dan ragu unruk

mempelajari

tcks

lontar. Misalnya wacana aywa wera,

yang

sesungguhnya bermakna pengendalian diri atau agar hati-hati untuk mempelajari ajaran khusus tingkat lanjut dimaknai scbagai larangan untuk membaca teks lontar secara umum dan atau belajar agama.

d. Teks lontar TJ merupakan salah satu teks tallwa yang penuh dcngan ajaran teo!ogi Hindu scperti yang dianur di Bali. Akan tetapi, terjemahan dan k.ajian yang mempu mcnjcmbatani teks ini dengan pcmbaca scjauh im be!um memadai.

1.2 Masalah

l3erdasarkan identifikasi masalah tcrscbut, maka masalah penelitian dirumuskan sebagi berikut.

(1) Bagaimanakah struktur ajaran

yang

terdapat dalam teks TJ '?

:!) Bagaimana � """•

T J terse but? 3) Kcarifan loka!

a;a

- Tnjuan dan Manfn1

�{eb]ui tahapan meca

.:ct:.."']U30 untuk memab=Di

• J....u_ dan (3) kearifan I

� unruk menemukaa .czifa.:, lokal teks TJ. llo:po.

�rl,:aya penelitian

!D<,,....:m

�aya kepustakaan x::pn pewarisnya: (I) yang _:__ �) yang tidak memah:um

� ,c-:i.-..rapkan dapat menJ3.d; -

-:i::::=.s,:

tepentingan

penclinan

::::oc:,m

��ian dan pengembm '!::. _

LJ Jt.ngkauao Kajian

Kajian

1m mengkhusu<,-

�litcrasi teks TJ yao£ -

�abkaru1ya dengan """"""

:mra,stk teks TJ; (3) mengkap �

�pa

keanfan

\okal

yang

te,.bcQ .:c:mnpu tcrutama pada ajaran Sn

-

Brahmawidya 6 an:.hmawidya

(14)

(2) Bagaimana makna Brahma widya (teologi) yang terdapat dalam teks TJ tersebut?

(3) Kcarifan lokal apa saja yang terdapat dalam teks TJ?

IA Jangkauan Kajian

Kajian rm mengkhususkau perhatian pada teks TJ, yaitu (1) mentransliterasi teks TJ yang beraksara Bali dengan ak.sara Latin den menerjcmah.kannya dengan bahasa Indonesia; (2) mendeskripsikan struktur mrrinsik tcks TJ; (3) mengkaji makna tattwa teks TJ dan;(4) menyingkap -eberapa kearifan lokal yang tcrkandung di dalamnya. Tcks TJ dikaji dengan bertumpu terutarna pada ajaran

Siwa

Siddhiinta seperti yaog dianut di Bali.

'

1.3 Tujuan dan Manfaat Kajian

Melalui tahapan mentransliterasi dan menerjemahkan teks TJ penelitian ini bertujuan untuk memahami (l)struktur intrinsik teks TJ, (2) makna Brahma widya, dan (3) kearifan \okal yang terkandung di dalam teks TJ. Kctiga tujuan lersebut untuk mcncmukan kejelasan bacaan, struktur, makna. dan nilai kearifan lokal teks TJ. Dengan demikian dapat bennanfaat untuk (a) memperkaya penelitian mcngenai teologi Hindu dan kearifan ]okal; (b) memperkaya kepustakaan Bali: (c) diharapkan dapat menjembatani tcks dcngan pewarisnya: (I) yang tidak dapat membaca teks TJ yang berak.sara Bali dan (2) yang tidak mernaharni bahasa Kawi yang menjadi bahasa teks TJ; dan (c) diharapkan dapat menjadi rujukan untuk kcpcntingan lebih lanjut, baik 'antuk kepentingan penelitian maupun untuk kepentingan pengambil kebijakan pclestaraian dan pengembangan agama Hindu dan budaya Bali ke depan.

hltmawidya 7

(15)

Noa wasana uLkang rajah tamah ngaranika,

tC!as ginCsCngnira nguni ri k8.laning yogapada,

wasana ning sauwa yeka mangawesa, ri sang yogiSwara.

a pan jatinya rakwa magkana, apan phala ning buddhi. sattwa rakwa pangilang sang yogiSwara,

ri phala ning buddhi rajah, ( tamah?).

Ma\Csta phala buddhi sattwa.

pinakawak de sang yogiSwara, wkasan ya ta bhinukti de sang yogiSwara,

inentyakenira J)Cpedanya, winimba jaya pinawolunira winch nira makawekang kasteswaryan.

yapwan hentye wasana nikang buddhi sattwa bhinuk:ti de sang yogiSwara,

irika ta yan mapasah ikang paiica mahiibhUta.

mulih ryasthiti nira soang-soang.

mangkana sang yogiswara menget malutur,

mulih sayodya sarira

lawan Bhtara ParamaSiwa Tattwa.

Maka sadhallang prayogasandhi rnaka bhiimi brata. tapa, yoga, samadhi,

lti Sang Hyang Jfi:ina Tattwa, Sang Hyang Prayogasandhi, parisamapt.a maka suluh samyegjfiana.

Adapun yang namanya wii.sami dari rajah dan tamah,

habis dibakamya dahulu pada wakru beliau beryoga.

Maka, wiisanii dari sauwa irulah yang mcrasuki sang yogiiwara.

Sebab sesungguhnyalah demikian.

Karena pahala dari huddhi sattwa yang mclepaskan sang yogiswara.

dari pahala buddhi rajah (dan tamah

?).

Menjadi kuatlah pahala buddhi sauwa.

dijadikan bad.an oleb sang yogiiwara.

Kemudian itulah yang dinikmati olch sang yogiiwara.

Dihcntikannya tckanannya,

diwujudkan (berupa) kejayaao yang dilipat dclapan kali,

dibia!k.annya scbagai wujud ke-asteiwarya-an

Bilamana wiisa,1ii dari buddhi sang sattwa itu habis dinikmati oleh sang yogiiwara,

Di kala itulah paiica mahahliiita itu berpisah,

kcmbali ke asalnya masing-masing, Demi.kianlah sang yogiSwara menjadi ingat dan sadar (akan hakikat).

(lvlaka), Beliau kembali menyatukan dlri

dengan Bhatara ParamaSiwa Tamm.

dengan sarana prayogasandhi, dcngan membumikan brata, tapa, yoga dan samiidhi.

Dcmikian Sang Hyang Jiiiina Tattwa, Sang Hyang Prayogasandhi,

Selesai sebagai pelita Samyagjiiiina.

Brahmawidya 189

I'anyasa, Dcnpasar 7feb03-l 2Mei04 Brahmamuhurta, Sukra Wage Uye-Anggara Pon Klau.

Discmpurnakan-1 Juni 2007

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KEBIJAKAN LUAR NEGERI AUSTRALIA DALAM MENJAGA KEAMANAN REGIONAL DI LAUT CHINA SELATAN Oleh : I Dewa Agung Sedana Kusuma 372019042 SKRIPSI Diajukan Kepada Program