1
II.LATAR BELAKANG
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) menyatakan bahwa pajak memiliki sifat memaksa, mewajibkan setiap wajib pajak membayar pajak sesuai tarif yang ditetapkan, dan pelanggaran dapat mengakibatkan hukuman. Pajak memiliki peran penting dalam mendukung pendapatan pemerintah dan pembangunan negara di Indonesia. Perusahaan sebagai wajib pajak berkontribusi signifikan terhadap penerimaan pajak karena didasarkan pada keuntungan mereka. Pemerintah dan perusahaan memiliki perbedaan kepentingan dalam pemungutan dan penggunaan pajak.
Pemerintah ingin memaksimalkan pendapatan, sementara perusahaan ingin membayar pajak seefisien mungkin untuk mengurangi beban. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakpatuhan pajak, terutama pada perusahaan yang berupaya meminimalkan pajak melalui manajemen pajak. Terdapat dua kategori manajemen pajak yang dapat dilakukan oleh perusahaan, yaitu tax avoidance (penghindaran pajak yang sah) dan tax evasion (penggelapan pajak).
Penghindaran pajak melibatkan langkah-langkah untuk mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak secara sah dan sesuai hukum. Hal ini berbeda dengan penggelapan pajak, yang melanggar undang-undang. Banyak pelaku bisnis memanfaatkan celah undang-undang perpajakan untuk tujuan ini. Sebagai contoh, kasus Starbucks di Inggris menunjukkan penghindaran pajak dengan memanipulasi laporan keuangan, seperti membuat cabang di Belanda untuk pembayaran royalti guna mengurangi penghasilan yang dikenakan pajak di Inggris, serta memanfaatkan utang bunga yang tinggi untuk pengembangan usaha di negara lain.
Bisnis yang baru didirikan memiliki fokus utama pada keuntungan, namun cenderung mencari cara untuk menghindari pajak guna meningkatkan laba. Struktur tata kelola perusahaan yang kuat berpengaruh pada kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban pajak sebagai entitas yang membayar pajak. Praktik tata kelola yang kurang baik dapat menjadi pemicu penghindaran pajak dalam bisnis. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas perusahaan adalah tujuan inti dari tata kelola yang baik. Penghindaran pajak perusahaan umumnya bertambah seiring dampak tata kelola yang kokoh. Dalam konteks ini, mekanisme seperti kepemilikan institusional mayoritas, komisaris independen, dan komite audit digunakan untuk menggambarkan penerapan Prinsip Tata Kelola Perusahaan yang Baik.
Meskipun terdapat pandangan berbeda, studi menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berdampak positif terhadap penghindaran pajak dengan tujuan mengawasi, mendisiplinkan, dan memengaruhi manajer dalam mengurangi praktik penghindaran pajak.
2
Dalam manajemen pajak, pengawasan dan monitoring diperlukan untuk mematuhi perundang-undangan. Dewan komisaris independen merupakan mekanisme yang diambil oleh perusahaan untuk peran penting dalam mengawasi manajemen dan memberikan nasihat terkait keseimbangan antara pemegang saham minoritas dan pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan. Tanggung jawab komisaris independen termasuk memastikan kepatuhan perusahaan terhadap undang-undang perpajakan dan penghindaran pembayaran pajak. Menurut beberapa pandangan, dewan komisaris independen memiliki dampak positif terhadap penghindaran pajak dengan menjaga kualitas keuangan, meskipun ada pandangan yang berbeda mengenai hal ini.
Peran vital komite audit dalam perusahaan adalah memastikan kualitas laporan keuangan, mencegah kecurangan pelaporan, dan menghubungkan investor, dewan direksi, serta manajemen untuk meninjau kebijakan keuangan dan pengendalian internal. Fungsi efektif komite audit dapat mengurangi inkonsistensi informasi antara direksi dan dewan komisaris.
Dalam konteks penghindaran pajak, beberapa pandangan menyatakan bahwa komite audit memiliki dampak positif dalam mengurangi praktik penghindaran pajak perusahaan, dengan peningkatan jumlah komite audit. Namun, ada pandangan berbeda mengenai pengaruh komite audit terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan hal ini, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian lebih lanjut dengan judul "Pengaruh Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit Terhadap Tax Avoidance pada Perusahaan Sektor Barang Konsumen Primer yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2019-2021".
3
III.TINJAUAN PUSTAKA
Tax Avoidance (Penghindaran Pajak)
Perencanaan perpajakan, yang melibatkan pemanfaatan instrumen hukum untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kewajiban perpajakan, sering dihubungkan dengan praktik penghindaran pajak. Baik dengan mengikuti regulasi atau melanggarnya, ada berbagai cara untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayar. Dari perspektif hukum, penghindaran pajak merupakan kegiatan yang legal dan sah, dimana peraturan perundang-undangan perpajakan yang ada dimanfaatkan berdasarkan kelemahan yang ada.
Berbagai pandangan telah diajukan mengenai penghindaran pajak, seperti yang diungkapkan oleh (Parjiono et al., 2018):
"Penghindaran pajak merujuk pada penggunaan kerangka hukum perpajakan untuk kepentingan pribadi, dengan tujuan mengurangi jumlah pajak yang diwajibkan secara sah berdasarkan hukum."
Sedangkan menurut (Pohan, 2016), ditegaskan bahwa:
"Penghindaran pajak adalah tindakan yang sah dan aman bagi Wajib Pajak, di mana teknik dan strategi yang diterapkan bertujuan memanfaatkan celah atau kelemahan (area abu-abu) yang ada dalam Undang-Undang dan peraturan perpajakan guna mengurangi jumlah pajak yang seharusnya dibayar."
Dengan demikian, konsep penghindaran pajak mengarah pada simpulan bahwa para pembayar pajak memiliki kemampuan untuk mengurangi beban pajaknya secara sah dan sah melalui pemanfaatan celah dalam peraturan perpajakan, mirip dengan praktik yang diterapkan oleh perusahaan.
Kepemilikan Institusional
Andil saham yang dimiliki oleh pemerintah, lembaga keuangan, entitas asing, dan badan lain disebut sebagai kepemilikan institusional. Distribusi saham yang beredar di akhir tahun digunakan untuk menilai kepemilikan institusional. Tingkat kepemilikan institusional yang lebih besar berdampak pada ketergantungan eksternal yang meningkat, pengurangan biaya agensi di perusahaan, serta peningkatan nilai perusahaan.
4
Terdapat pandangan-pandangan mengenai kepemilikan institusional, seperti yang diutarakan oleh (Setyawan et al., 2022):
"Diharapkan bahwa peningkatan kepemilikan institusional akan menghasilkan pengawasan yang lebih efektif, sehingga mengurangi praktik penghindaran pajak yang biasa dilakukan oleh perusahaan."
Menurut (Supriadi, 2020),
"Kepemilikan institusional diukur dengan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki oleh institusi dengan total jumlah lembar saham yang diterbitkan oleh perusahaan."
Oleh karena itu, dapat dinyatakan bahwa kepemilikan institusional yang signifikan, sebagai pemegang saham mayoritas, memiliki peran penting dalam mengendalikan manajemen perusahaan. Semakin tinggi tingkat kepemilikan institusional, semakin besar pengaruh institusi atas manajer. Hal ini dapat mengurangi potensi keterlibatan manajer dalam penghindaran pajak dengan mengurangi konflik kepentingan.
Dewan Komisaris Independen
Badan usaha yang memiliki tugas untuk memberikan nasihat dan mengawasi dewan direksi adalah dewan komisaris independen. Dewan komisaris bertugas mengawasi perilaku dan manajemen dewan direksi. Tanggung jawab mereka melibatkan pengelolaan sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan perusahaan.
Terdapat pandangan mengenai Dewan Komisaris Independen seperti yang dinyatakan oleh (Komite Nasional Kebijakan Governance, 2016):
"Dewan komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki keterkaitan dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya, atau pemegang saham mayoritas. Mereka juga bebas dari hubungan bisnis yang dapat mempengaruhi kemampuan mereka untuk bertindak secara independen atau hanya untuk kepentingan perusahaan."
Menurut (Undang-undang No. 40 Pasal 114, 2007) mengenai perseroan terbatas atau UUPT, fungsi dan tugas utama seorang komisaris adalah:
"Dapat mengikuti kebijakan perusahaan, mengawasi kegiatan administrasi umum, memberikan nasihat kepada dewan direksi, memberikan saran dan pengawasan untuk kepentingan perusahaan sesuai dengan tujuan perusahaan, menjalankan tugas dengan penuh perhatian,
5
maksud baik, dan tanggung jawab terhadap kepentingan perusahaan, serta bertanggung jawab jika perusahaan mengalami kerugian akibat kelalaian dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya."
Dapat diambil kesimpulan bahwa dewan komisaris independen adalah perwakilan dari luar perusahaan yang memiliki tugas untuk memberikan penilaian komprehensif dan luas terhadap kinerja perusahaan. Dewan komisaris merupakan komponen penting dalam manajemen perusahaan dan bertanggung jawab atas kinerja manajemen perusahaan.
Komite Audit
Komite Audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk memberikan bantuan dalam menjalankan tanggung jawab mereka. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Komite Audit bertindak secara independen. Fungsi komite audit adalah untuk menjembatani kesenjangan antara auditor internal dan auditor eksternal. Oleh karena itu, komite audit harus menjaga independensinya dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun.
Ada beberapa pandangan yang mengenai Komite Audit, sebagaimana dinyatakan oleh (BAPEPAM-LK PERATURAN Nomor: SE/03PM/2000, 2004):
"Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dengan peran membantu dewan komisaris melalui memberikan pendapat profesional yang independen untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dan mengurangi penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan."
Menurut (Harahap, 2016):
"Kewenangan untuk membentuk komite audit terletak pada Dewan Komisaris, dimana keberadaannya bersifat opsional. Artinya, komite audit dapat atau tidak dibentuk tergantung pada keputusan dewan komisaris."
Kesimpulannya, kebijakan untuk menghadapi penghindaran pajak menjadi kurang efektif dengan peningkatan jumlah anggota komite audit, sementara risiko penghindaran pajak cenderung meningkat dengan jumlah anggota komite audit yang lebih sedikit. Diantisipasi bahwa keberadaan komite audit akan meningkatkan tingkat pengendalian internal yang dirancang untuk melindungi pemegang saham dan berbagai kelompok kepentingan lainnya.
6 Komite Audit
Komite Audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk memberikan bantuan dalam menjalankan tanggung jawab mereka. Dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, Komite Audit bertindak secara independen. Fungsi komite audit adalah untuk menjembatani kesenjangan antara auditor internal dan auditor eksternal. Oleh karena itu, komite audit harus menjaga independensinya dan tidak dapat dipengaruhi oleh pihak manapun.
Ada beberapa pandangan yang mengenai Komite Audit, sebagaimana dinyatakan oleh (BAPEPAM-LK PERATURAN Nomor: SE/03PM/2000, 2004):
"Komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris dengan peran membantu dewan komisaris melalui memberikan pendapat profesional yang independen untuk meningkatkan kualitas pekerjaan dan mengurangi penyimpangan dalam pengelolaan perusahaan."
Menurut (Harahap, 2016):
"Kewenangan untuk membentuk komite audit terletak pada Dewan Komisaris, dimana keberadaannya bersifat opsional. Artinya, komite audit dapat atau tidak dibentuk tergantung pada keputusan dewan komisaris."
Kesimpulannya, kebijakan untuk menghadapi penghindaran pajak menjadi kurang efektif dengan peningkatan jumlah anggota komite audit, sementara risiko penghindaran pajak cenderung meningkat dengan jumlah anggota komite audit yang lebih sedikit. Diantisipasi bahwa keberadaan komite audit akan meningkatkan tingkat pengendalian internal yang dirancang untuk melindungi pemegang saham dan berbagai kelompok kepentingan lainnya.
Penelitian Sebelumnya
No. Judul, Nama, dan Tahun Penelitian
Variabel Penelitian
Hasil Penelitian
1. Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Pada Perusahaan properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI Periode 2015- 2018) (Oktavia et al., 2020)
Komisaris Independen Komite Audit Ukuran
Perusahaan
Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh.
7 2. Pengaruh Good Corporate
Governance, Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Sarasati, 2018)
Komisaris Independen Komite Audit Likuiditas
Profitabilitas Ukuran Perusahaan
Komisaris Independen, Komite Audit, dan Likuiditas berpengaruh negatif dan signifikan. Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh signifikan.
3. Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Studi Empiris Perusahaan sektor Perbankan yang terdaftar di BEI Tahun 2012- 2016 (Putri, 2018)
Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Persentase
Komisaris Komite Audit
Kepemilikan Institusional dan Komite Audit tidak berpengaruh signifikan.
Kepemilikan Manajerial dan Persentase Komisaris berpengaruh signifikan.
4. Pengaruh Praktik Manajemen Laba Terhadap Penghindaran Pajak (Esa Hariseno Pujiono, 2021)
Manajemen Laba Status Perusahaan
Manajemen Laba dan Status Perusahaan berpengaruh positif
5. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) (Purbowati, 2021)
Dewan Komisaris Independen Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Komite Audit
Dewan Komisaris Independen,
Kepemilikan Manajerial, Komite Audit tidak berpengaruh.
Kepemilikan
Institusional berpengaruh negatif signifikan.
6. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Susanti, 2019)
Kepemilikan Institusional Kualitas Audit Komisaris
Independen Komite Audit
Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit berpengaruh positif. Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh.
7. Kepemilikan Institusional dan Kualitas Audit berpengaruh positif.
Komisaris Independen dan Komite Audit tidak berpengaruh.
Kepemilikan Institusional Komite Audit Ukuran
Perusahaan
Kepemilikan Institusional, Komite Audit, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh negatif. Leverage dan Profitabilitas tidak
8 Leverage Profitabilitas
berpengaruh
8. Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Ressponsibility Terhadap Tax Avoidance (Penghindaran Pajak) (Ratu & Hermanto, 2020)
Kualitas Audit Kepemilikan Manajerial Komisaris Independen Kepemilikan Institusional Corporate Social Responsibility
Kualitas Audit dan Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif. Komisaris Independen dan Kepemilikan Institusional berpengaruh negatif. Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh
9. Pengaruh Financial Distress dan Good Corporate Governance pada Praktik Tax Avoidance (Cita &
Supadmi, 2019)
Financial Distress Kepemilikan Institusional Komisaris Independen Komite Audit
Financial Distress berpengaruh negatif.
Kepemilikan Institusional, Komisaris Independen, dan Komite Audit berpengaruh positif.
10. Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Survey Emiten Peserta CGPI yang terdaftar di BEI) (Ridwan & Pekerti, 2022)
Kepemilikan Institusional Kepemilikan Manajerial Komisaris Independen
Kepemilikan Institusional dan Komisaris Independen tidak berpengaruh signifikan.
Kepemilikan Manajerial berpengaruh positif signifikan
Kerangka Konseptual dan Pengembangan Hipotesis Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Kepemilikan institusional berperan dalam memantau kinerja operasional perusahaan untuk mencapai tujuan laba. Ini dapat mengakibatkan pengurangan nilai pajak perusahaan. Studi sebelumnya (Shafer, 2006) menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh pada pengawasan, disiplin, dan pengaruh terhadap manajemen pajak. Penelitian lain (Zahira, 2017) juga menyatakan bahwa kepemilikan institusional berhubungan positif dengan penghindaran pajak. pajak. Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengajukan
hipotesis sebagai berikut:
H1: Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap tax avoidance
9
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Dewan Komisaris Independen dalam peraturan BEI didefinisikan sebagai individu yang tidak memiliki keterkaitan dengan perusahaan pemilik, pemegang saham pengendali, atau direksi.
Dalam kerangka teori keagenan (Jensen, 1976), pentingnya komisaris independen untuk mengawasi perilaku manajer terkait kepentingan pribadi menjadi jelas. Penelitian sebelumnya oleh Prakosa (2014) menyatakan bahwa keberadaan dewan komisaris independen memiliki dampak negatif terhadap penghindaran pajak. Berdasarkan penjelasan di atas,
maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H2: Dewan komisaris independen berpengaruh negatif terhadap tax avoidance.
Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Anggota Komite Audit dalam tim manajemen perusahaan memiliki pengaruh penting terhadap kebijakan dan keputusan. Anggota yang memiliki keahlian akuntansi, seperti yang dijelaskan oleh Puspita (2014), memiliki pengetahuan yang lebih mendalam tentang celah hukum perpajakan, memungkinkan mereka untuk menghindari risiko dan memberikan saran tentang penghindaran pajak. Studi sebelumnya, seperti yang dilakukan oleh Annisa (2012), mengindikasikan bahwa Komite Audit memiliki dampak positif terhadap penghindaran pajak.
Namun, pandangan berbeda muncul dalam penelitian Maharani (2014), yang menunjukkan bahwa Komite Audit justru memiliki dampak negatif terhadap penghindaran pajak.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H3: Komite audit berpengaruh positif terhadap tax avoidance
10
IV.METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dan menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan pada perusahaan sektor barang konsumen primer yang terdaftar diBursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-2021.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor barang konsumen primer yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2019-2021. Purposive sampling adalah metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini. Untuk mendapatkan sampel yang representatif, metode yang dikenal sebagai "purposive sampling" menggunakan evaluasi diri untuk memilih populasi. Kriteria sampel yang digunakan sebagai berikut:
1. Perusahaan Sektor Barang Konsumen Primer yang terdaftar di BEI secara konsisten yang mempunyai laporan keuangan lengkap dan menggunakan mata uang rupiah periode 2019- 2021.
2. Perusahaan Sektor Barang Konsumen Primer yang sudah IPO selama periode 2019-2021.
3. Perusahaan Sektor Barang Konsumen Primer yang konsisten mendapatkan laba selama periode 2019-2021.
4. Perusahaan Sektor Barang Konsumen Primer yang menyediakan data-data variabelsecara lengkap dan konsisten pada periode 2019-2021.
Model Penelitian
Berdasarkan jenis, populasi, dan sampel di atas maka dibuat model penelitian sebagai berikut:
TA = α + β1KI + β 2DKI- β 3KA + e Keterangan:
TA : Tax Avoidance
β 1, β 2, β 3 : Koefisien Variabel Bebas KI : Kepemilikan Institusional (KI)
DKI : Dewan Komisaris Independen (DKI) KA :Komite Audit (KA)
α : Konstan e : Error
11 Operasionalisasi Variabel
No Variabel Dimensi Rumus Skala
1 Tax Avoidance Cash
Effective Tax rate (CETR)
CETR :
Pembayaran pajak Laba sebelum pajak
Ratio
2 Variabel Eksogen (X1) : Kepemilikan Institusional
Kepimilikan Institusional
Kepmilikan Institusional : Jumlah saham institusional x 100
Total saham yang beredar
Ratio
3 Variabel Eksogen (X2) : Dewan Komisaris Independen
Komisaris Independen
Dewan Komisaris Independen Jumlah komisaris independen Jumlah anggota dewan komisaris
Ratio
4 Variabel Eksogen (X3) : Komite Audit
Komite Audit Jumlah Seluruh Komite Audit Ratio
Teks di atas membahas beberapa uji statistik dalam konteks analisis regresi. Berikut adalah ringkasannya:
1. Uji Statistik Deskriptif
Berbagai metrik seperti standar deviasi, mean, sum, range, kurtosis, variance, maximum, dan skeweness memberikan gambaran tentang data.
2. Uji Asumsi Klasik
-Uji Normalitas: Menggunakan One-Sample Kolmogorov Smirnov Test untuk menguji distribusi normal dari variabel. Nilai Asymp. Sig. < 0,05 menandakan data tidak berdistribusi normal, dan > 0,05 menandakan distribusi normal.
- Uji Multikolinearitas: Menggunakan toleransi dan faktor inflasi varian (VIF) untuk mengidentifikasi korelasi antar variabel independen.
- Uji Heteroskedastisitas: Melakukan tes untuk memeriksa apakah terjadi heteroskedastisitas dalam model regresi. Nilai signifikan < 0,05 mengindikasikan heteroskedastisitas.
- Uji Autokorelasi: Menggunakan tes Durbin-Watson (DW) untuk mendeteksi korelasi dalam
12 residual model regresi.
3. Pengujian Hipotesis:
- Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R2): Adjusted R2 mengukur sejauh mana variabel independen menjelaskan variasi dalam variabel dependen.
- Uji Statistik Menguji apakah variabel independen secara simultan berpengaruh pada variabel dependen. Model regresi dianggap layak jika taraf signifikan < 0,05.
- Uji Statistik : Mengukur pengaruh masing-masing variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen. Hipotesis diterima jika signifikansi t < 0,05.
Teks tersebut membahas berbagai metode pengujian dalam analisis regresi untuk mengidentifikasi asumsi-asumsi dan hubungan antara variabel-variabel dalam model.
13
V. HASIL PENELITIAN
Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian antara variabel Kepemilikan Institusional dan Tax Avoidance menunjukkan bahwa nilai probabilitas adalah 0,1232, melebihi ambang batas 0,05. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance. Temuan ini berbeda dengan penelitian (Ratu & Hermanto, 2020), namun sejalan dengan penelitian lain (Ridwan & Pekerti, 2022) yang menemukan bahwa ukuran kepemilikan institusional tidak menghentikan praktik penghindaran pajak. Ada kemungkinan bahwa peran pengawasan kepemilikan institusional tidak membatasi keputusan manajerial, karena pengawasan lebih ditekankan pada dewan direksi di bawah kepemilikan institusional.
Sehingga, meskipun kepemilikan institusional ada, praktik penghindaran pajak tetap berlanjut.
Pengaruh Dewan Komisaris Independen terhadap Tax Avoidance
Hasil menunjukkan bahwa Kepemilikan Institusional tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap Tax Avoidance, dengan nilai probabilitas di atas ambang batas 0,05. Temuan ini bertentangan dengan penelitian tertentu, tetapi konsisten dengan penelitian lain yang mengindikasikan bahwa ukuran kepemilikan institusional tidak mencegah praktik penghindaran pajak. Penjelasan kemungkinan adalah fokus pengawasan lebih pada dewan direksi di bawah kepemilikan institusional, yang berimplikasi bahwa pengawasan ini tidak sepenuhnya mengendalikan keputusan manajerial terkait pajak. Oleh karena itu, praktik penghindaran pajak tetap berlangsung tanpa menghiraukan keberadaan kepemilikan institusional.
Pengaruh Komite Audit terhadap Tax Avoidance
Hasil pengujian antara variabel Komite Audit dan Tax Avoidance menunjukkan bahwa nilai probabilitasnya adalah 0,0222, yang lebih rendah dari ambang batas 0,05, dengan koefisien sebesar 0,334923. Temuan ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh negatif dari Komite Audit terhadap Tax Avoidance, sesuai dengan penelitian Cita & Supadmi (2019), namun berbeda dengan penelitian lain (Oktavia et al., 2020). Pengaruh negatif ini mengindikasikan bahwa tindakan manajemen yang melibatkan penghindaran pajak dapat ditekan dengan meningkatkan pengawasan dari komite audit terhadap pengukuran dan pengungkapan akuntansi yang akurat.
Dengan pengawasan yang lebih kuat, aktivitas perusahaan terkait penghindaran pajak dan pengaturan laporan keuangan cenderung menurun seiring dengan pertumbuhan ukuran komite audit.
14
VI.KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian mengenai dampak Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris Independen, dan Komite Audit terhadap Tax Avoidance pada perusahaan sektor Barang Konsumen Primer selama periode 2019-2021 adalah sebagai berikut:
1. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Tax Avoidance tidak terbukti signifikan, menunjukkan bahwa besarnya kepemilikan institusional tidak memengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghindari pembayaran pajak.
2. Tidak ada pengaruh yang berarti antara Dewan Komisaris Independen dan Tax Avoidance, mungkin karena peran mereka lebih bersifat eksternal dan tidak memiliki ikatan kuat dengan keputusan internal perusahaan.
3. Terdapat dampak negatif antara variabel Komite Audit dan Tax Avoidance, yang mengindikasikan bahwa tindakan perusahaan dalam menghindari pajak dapat dikurangi dengan meningkatkan peran pengawasan oleh komite audit terhadap penyusunan laporan keuangan.
Saran
Dengan adanya keterbatasan dalam penelitian ini, maka berikut saran yang dapat diberikan:
1. Bagi Perusahaan agar pelaku usaha tidak melakukan kecurangan atau menghindari pembayaran pajak yang keduanya dapat merugikan negara dan nama perusahaan serta citra masyarakat, serta agar pelaku usaha menjadi bahan untuk memperluas pengetahuan dan pemahaman tentang penghindaran pajak.
2. Data yang telah disajikan dapat terpakai untuk penelitian selanjutnya dan lebih mendalam untuk pihak yang membutuhkan dan berkepentingan, serta yang terlibat langsung dalam meneliti khususnya dalam hal penghindaran pajak.
3. Bagi peneliti selanjutnya, dapat menambahkan variabel-variabel lainnya yang dapat mempengaruhi Tax Avoidance yang tidak terdapat dalam penelitian ini, dan juga dapat menambahkan sektor lainnya dalam penelitian selanjutnya agar dapat dibandingkan.
4. Pada penelitian selanjutnya, pengambilan periode yang akan di teliti tidak hanya tiga tahun saja. Periode pengamatan dapat ditambahkan menjadi lima tahun sehingga jumlah sampel penelitian dapat bertambah.
15
DAFTAR PUSTAKA
Annisa, N. A. , & K. L. (2012). Pengaruh Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance.
Jurnal Akuntansi &Auditing, 8(2), 95–189.
BAPEPAM-LK PERATURAN Nomor: SE/03PM/2000. (2004). PEMBENTUKAN DAN PEDOMAN PELAKSANAAN KERJA KOMITE AUDIT.
Cita, I. G. A., & Supadmi, N. L. (2019). Pengaruh Financial Distress dan Good Corporate Governance pada Praktik Tax Avoidance. E-Jurnal Akuntansi, 29(3), 912.
https://doi.org/10.24843/eja.2019.v29.i03.p01
Esa Hariseno Pujiono, P. (2021). PENGARUH PRAKTIK MANAJEMEN LABA
TERHADAP PENGHINDARAN PAJAK. Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Keuangan.
Fadhila. Rahmi. (2014). Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Tax Avoidance (StudiEmpiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar diBEI 2009-2011).
Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang.
Ghozali, I. (2011). Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 25.
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Harahap, M. Yahya. (2016). Hukum Perseroan Terbatas. Sinar Grafika.
Jensen, M. C. , & M. W. H. (1976). Theory Of The Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, 3(4), 305–360.
Komite Nasional Kebijakan Governance. (2016). Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. EnergySolution PT. Krakatau Daya Listrik.
Maharani, I. G. A. C. , & S. K. A. (2014). Pengaruh Corporate Governance, Profitabilitas, dan Karakteristik Eksekutif Pada Tax Avoidance Perusahaan Manufaktur. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 9(2), 525–539.
Oktavia, V., Jefri, U., & Kusuma, J. W. (2020). Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan Terhadap Tax Avoidance (Pada Perusahaan properti dan Real Estate yang Terdaftar diBEI Periode 2015-2018). Jurnal Revenue, 01(02).
https://doi.org/10.46306/rev.v1i2
Parjiono, F., Faisal Hastiadi, Irwanda Wisnu Wardhana, & Mahpud Sujai. (2018).
Kebijakan Multilateral Dan Pembangunan Ekonomi Indonesia. PT Gramedia Pustaka Utama.
Pohan, C. A. (2016). Manajemen Perpajakan Strategi Perencanaan Pajak Dan Bisnis.
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Praditasari, N. K. A., & Setiawan, P. E. (2017). PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN
16
PROFITABILITAS PADA TAX AVOIDANCE.
Prakosa, K. B. (2014). Pengaruh Profitabilitas, Kepemilikan Keluarga dan Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak di Indonesia. Imposium Nasional Akuntansi XVII Lombok.
Purbowati, R. (2021). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Penghindaran Pajak).
Puspita, S. R. , & H. P. (2014). Pengaruh Tata Kelola Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Akuntansi Diponegoro,Volume 3, Nomor 2, 1–13.
Putri, R. D. (2018). PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP TAX AVOIDANCE (STUDI EMPIRIS PERUSAHAAN SEKTOR PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN 2012-2016).
Ratu, B., & Hermanto, S. B. (2020). PENGARUH GOOD CORPORATE GOVERNANCE DAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY TERHADAP TAX AVOIDANCE Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya.
Ridwan, R., & Pekerti, R. D. (2022). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Tax Avoidance (Survey Emiten Peserta CGPI yang terdaftar di BEI). Jurnal Ekonomi Perjuangan ( JUMPER, 1, 1–10. www.nasional.konten.co.id
Shafer, W. , R. S. (2006). Social Responsibility, Machiavellianism, and Tax Avoidance: A Study of Hong kong Tax Professionals.
Supriadi, I. (2020). Metode Riset Akuntansi. DEEPUBLISH.
Undang-undang No. 40 Pasal 114. (2007). Penerapan praktik good corporate governance pada BUMN .
Wilopo, A. W., & Abdillah, Y. (2016). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Penghindaran Pajak. Jurnal Perpajakan (JEJAK) 11(1).
Zahira, A. (2017). Pengaruh Leverage, Kepemilikan Institusional, Kepemilikan
Manajerial, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Penghindaran Pajak. JOM Fekon 4(1).