• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repository UNPAR - Universitas Katolik Parahyangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repository UNPAR - Universitas Katolik Parahyangan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Nomor: 2803/SK/BAN-PT/Ak-PPJ/S/V/2020

KLASIFIKASI KONFLIK BERSENJATA DENGAN POTENSI PERUBAHAN NON-INTERNATIONAL ARMED CONFLICT MENJADI

INTERNATIONAL ARMED CONFLICT (Studi Kasus Turki v Kurdi)

OLEH:

Kezia Albertine Naulita Lumban Tobing NPM : 2016200112

PEMBIMBING

Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H., M.H., LL.M.

PENULISAN HUKUM

DISUSUN SEBAGAI SALAH SATU KELENGKAPAN

UNTUK MENYELESAIKAN PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

2020

(2)

ii Disetujui Untuk Diajukan Dalam Sidang

Ujian Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan

Pembimbing

(Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H., M.H., LL.M.)

Dekan,

(Dr. Iur Liona Nanang Supriatna, S.H, M. Hum)

(3)

iii Telah disidangkan pada Ujian

Penulisan Hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan

Pembimbing

(Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H., M.H., LL.M.)

Dekan,

(Dr. Iur Liona Nanang Supriatna, S.H, M. Hum)

(4)

iv PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK

Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai ideal dan standar mutu akademik yang setinggi-tingginya, maka Saya, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan yang beranda tangan di bawah ini :

Nama : Kezia Albertine Naulita Lumban Tobing NPM : 2016200112

Dengan ini menyatakan dengan penuh kejujuran dan dengan kesungguhan hati dan pikiran, bahwa karya ilmiah / karya penulisan hukum yang berjudul:

“KLASIFIKASI KONFLIK BERSENJATA DENGAN POTENSI PERUBAHAN NON-INTERNATIONAL ARMED CONFLICT MENJADI INTERNATIONAL ARMED CONFLICT (Studi Kasus Turki v Kurdi)

Adalah sungguh-sungguh merupakan karya ilmiah /Karya Penulisan Hukum yang telah saya susun dan selesaikan atas dasar upaya, kemampuan dan pengetahuan akademik Saya pribadi, dan sekurang-kurangnya tidak dibuat melalui dan atau mengandung hasil dari tindakan-tindakan yang:

a. Secara tidak jujur dan secara langsung atau tidak langsung melanggar hak-hak atas kekayaan intelektual orang lain, dan atau

b. Dari segi akademik dapat dianggap tidak jujur dan melanggar nilai-nilai integritas akademik dan itikad baik;

Seandainya di kemudian hari ternyata bahwa Saya telah menyalahi dan atau melanggar pernyataan Saya di atas, maka Saya sanggup untuk menerima akibat- akibat dan atau sanksi-sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pernyataan ini Saya buat dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan, tanpa paksaan dalam bentuk apapun juga.

Bandung, 14 Juli 2020

Mahasiswa penyusun Karya Ilmiah/ Karya Penulisan Hukum

(Kezia Albertine Naulita Lumban Tobing) 2016200112

Materai 6000

(5)

v

ABSTRAK

Sejak Perang Dunia I berakhir konflik antara Turki dan Etnis Kurdi semakin memanas dengan adanya pemberontakan dari Kurdi demi memperjuangkan kemerdekaan yang berlangsung hingga saat ini. Tulisan ini menjelaskan keberadaan konflik tersebut dan menyertakan adanya keterkaitan antara konflik ini dengan beberapa negara lain, yaitu Irak, Suriah, Amerika Serikat, Rusia. Adanya keterkaitan dengan negara tersebut memicu dipertanyakannya klasifikasi konflik bersenjata antara Turki dan Kurdi berdasarkan Hukum Humaniter Internasional, apakah konflik bersenjata ini masuk dalam klasifikasi Non-International Armed Conflict, Non-International Armed Conflict, Internationalized Internal Armed Conflict atau gangguan keamanan nasional. Dengan menentukan klasifikasi dalam konflik bersenjata ini maka dapat ditentukan pula konsekuensi hukum bagi Turki dan Etnis Kurdi. Metode Penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian yuridis normatif dengan meneliti melalui peraturan, teori serta konsep yang terkait dengan konflik bersenjata. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa konflik bersenjata tersebut dikategorikan sebagai Internationalized Internal Armed Conflict.

Kata Kunci: Hukum Humaniter Internasional, Turki vs Kurdi ABSTRACT

Since World War I has ended, the conflict between Turkey and Kurdishtan intensified significantly with some uprisings from Kurdishtan for liberation. This research will explain the existence of the armed conflict between Turkey and Kurdishtan and inclose linkages the conflict with some other countries, which are Iraq, Syria, United States of America, and Russia. The linkages between these countries triggered the classification of this conflict to be questioned, either this conflict is a non-international armed conflict, an international armed conflict, an internationalized internal armed conflict, or national disturbances. By determining the classification, the legal consequences that must be applied on this conflict, for both Turkey and Kurdishtan will also be determined. The method for this research was juridical normative which means this research was done by analizing the rules, theories and concept than can be applied on armed conflicts. The result of this research resolves the conflict as internationalized internal armed conflict.

Key Words: International Humanitarian Law, Turkey v Kurdishtan

(6)

vi KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya, Penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penulisan hukum yang berjudul:

“Klasifikasi Konflik Bersenjata dengan Potensi Terjadinya Perubahan Non- International Armed Conflict Menjadi International Armed Conflict (Studi Kasus Turki v Kurdi)”

Dimana penulisan ini menjadi salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan sarjana program studi ilmu hukum Universitas Katolik Parahyangan.

Penulis berharap penulisan hukum ini dapat membantu pembaca untuk mengenal lebih dalam hukum humaniter internasional, serta memperluas wawasan pembaca tentang konflik bersenjata. Penulis menyadari bahwa penulis memiliki banyak sekali kekurangan dalam menyusun dan menyelesaikan tulisan hukum ini.

Sehubungan dengan itu, tulisan hukum ini tidak akan tersusun dan terselesaikan tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak tersebut, yaitu:

1. Kepada Tuhan Yesus Kristus, yang menjadi sumber kekuatan dan pengharapan bagi penulis dalam segala hal, khususnya dimana penulis dapat merasakan penyertaan-Nya selama proses penulisan hukum dari awal mula hingga penulisan ini selesai;

2. Kepada orang tua penulis, David Adiatmo dan Esther Novelina, yang tidak henti mendoakan penulis setiap saat dan selalu memberikan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan hukum ini, dan secara lebih lanjut menyelesaikan studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, serta Matthew Jeremy dan Marvel Timothy sebagai adik penulis terutama untuk memberikan semangat yang ekstra selama diadakannya pembelajaran dan bimbingan secara daring atau online, hingga penulis terus terpacu untuk segera menyelesaikan studi;

3. Kepada Bapak Dr. Tristam Pascal Moeliono, S.H., LL.M. selaku dosen pembimbing penulis, saya sangat berterimakasih atas bimbingan dan ilmu

(7)

vii yang telah Bapak berikan sejak saya mengajukan proposal hingga ke tahap penulisan hingga akhirnya sampai di tahap penyelesaian. Saya bersyukur bisa mengenal Bapak dan bertukar pikiran dengan Bapak selama masa penulisan hingga akhirnya tulisan ini dapat saya selesaikan meski situasi dan kondisi kurang maksimal akibat pandemi Covid-19. Penulis memohon maaf apabila banyak kekurangan dari penulis dalam masa penulisan dan penyelesaian penulisan hukum ini. Kiranya Bapak selalu sehat dan terus berkarya terutama di dalam bidang hukum;

4. Kepada Bapak Dr. Iur Liona Nanang Supriatna, S.H, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan dan Dosen Penguji I penulis dalam Sidang Penulisan Hukum, saya berterimakasih atas perhatian, kritik serta saran yang telah Bapak berikan. Kiranya Bapak sehat dan sukses selalu;

5. Kepada Ibu Grace Juanita, S.H., M.Kn., selaku Dosen Penguji II penulis dalam Sidang Penulisan Hukum, saya berterimakasih atas perhatian, kritik serta saran yang telah Bapak berikan. Kiranya Bapak sehat dan sukses selalu;

6. Kepada Ibu Wurianalya Maria Novenanty, S.H., LL. M, selaku dosen wali penulis, saya berterimakasih atas bimbingan dan atensi yang telah Ibu berikan terhadap penulis hingga penulis akhirnya sampai pada tahap akhir di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan dengan maksimal.

Kiranya Ibu sehat dan sukses selalu;

7. Kepada sahabat-sahabat penulis dan teman-teman penulis yang selalu setia menopang dan memberikan semangat, yaitu;

a. Valensia Prisilia, yang telah menjadi sahabat penulis dari hari pertama penulis menjadi mahasiswi hukum Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, yang selalu hadir dan menjadi pihak yang sangat atentif dalam hari-hari penulis termasuk selama penulisan ini berlangsung, terimakasih untuk selalu percaya kepada penulis;

b. Titania Devi Sugiharto dan Sari Agustina Girsang, yang telah menjadi sahabat penulis dari hari pertama penulis menjadi anak kost di Bandung,

(8)

viii yang selalu ada dan menjadi pihak yang mendengarkan keluh-kesah dan kegilaan penulis setiap harinya, terimakasih untuk selalu menerima penulis apa adanya dan tetap saling membantu meski terpisah jarak dalam masa penyelesaian skripsi akibat pandemi;

c. Aleksander Adven, Brigitta Naomi, Lintang Ganesha dan Josephine Aferyani, selaku sahabat penulis sejak kecil, yang selalu sabar mendengar keluh-kesah penulis, untuk selalu hadir dan menerima penulis serta terus menjadi pihak yang sangat penulis rindukan dalam masa-masa senang dan susah;

d. Lini Ocvenety, yang selalu mendukung penulis, menjadi sahabat yang baik sejak tahun 2014 dan menjadi inspirasi bagi penulis, juga menjadi pihak yang mendengarkan berbagai rintangan penulis hingga akhirnya dapat menyelesaikan tahap terakhir dalam penyelesaian studi penulis;

e. Marleen Hogiawati dan Puela Divina, selaku sahabat penulis yang juga selalu mendukung penulis, menjadi teman untuk bertukar pikiran dan juga menjadi orang yang mengisi hari-hari penulis selama berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan sehingga penulis sampai pada tahap ini;

f. Melati Ramadhani, Alda Maulidia, Farrah Fauziyyah, Maria Norbertha selaku sahabat penulis yang selalu hadir, memberikan dukungan, bertukar pikiran dan juga menyemangati penulis dalam masa-masa perkuliahan hingga tahap penyelesaian perkuliahan;

g. Anggia Glory, Felicia Evelyne, Jessica Natalya, Claresta Felim, Dea Christy, Cheryl Reviona, Christ Moudy, Khema Belinda, Cindy Idelia, Angeline, anak-anak kost C147A juga Cabrina Eigia yang selalu mengisi hari-hari penulis dan menjadi teman yang baik selama penulis berada di Bandung, saling membantu dan juga saling menyemangati satu sama lain, kiranya kita semua dapat menjadi lulusan yang baik dan menjadi orang- orang sukses ke depannya #BAMBANGBANGGA;

h. Najma Alayka, Eugene Gabriel, Veronica Astrid, Shanita Reginne, Shania Yiska, Gracia Sipahutar, Kinanti Kusumawardhani, Mikael Ananda, Maria

(9)

ix Patricia, Valerie Clairine, Vrischa Titania dan teman-teman lainnya di Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah mengisi hari-hari penulis dan menjadi teman yang suportif dan selalu membuat penulis senang berada di antara kalian semua;

i. Untuk Bezabel Euginia, Putrina Butar-Butar, Christina Butar-Butar, Nadine Virquita, Happy Canesha, Eko Chandra, Edi Nofebrianto, David Pardamean dan Mickhael Situmorang sebagai sahabat penulis yang selalu mendoakan penulis dari jauh dan selalu menyambut dan memberikan perhatian semasa penulis menulis hingga pada masa penyelesaian;

8. Kepada seluruh dosen pengajar Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan, yang sangat berperan dalam perkembangan ilmu penulis juga kehidupan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Hukum, kiranya seluruh jajaran dosen dan pengajar sehat dan sukses selalu;

9. Kepada bagian Tata Usaha dan Administrasi serta bagian Koperasi (Penjara) yang telah menunjang kebutuhan administrasi dan kebutuhan pembelajaran, termasuk kebutuhan snack dalam pembelajaran di Fakultas Hukum UNPAR

10. Kepada seluruh pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu oleh penulis, yang baik secara langsung maupun tidak langsung telah mendukung penulis dalam menyusun dan menyelesaikan tulisan hukum ini.

Akhir kata, semoga tulisan hukum ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi kepada seluruh pihak yang membacanya serta kepada pihak lainnya yang berkepentingan. Atas perhatiannya, penulis ucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya.

Bandung, Juni 2020

Penulis

(10)

x DAFTAR ISI

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.5. Metode Penelitian ... 7

1.6 Sistematika Penulisan Hukum ... 8

BAB II KONFLIK BERSENJATA TURKI DAN ETNIS KURDI ... 10

2.1. Latar Belakang Sejarah ... 10

2.1.1. Kurdi, Kurdistan Workers Party (PKK) dan Syrian Democratic Forces (SDF) ... 10

2.1.2. Perkembangan Konflik antara Turki dan Kurdi ... 14

2.2. Proxy War Suriah ... 21

2.3. Negara-Negara yang Terikat dengan Konflik Bersenjata antara Turki dan Kurdi ... 23

2.3.1. Turki, Kurdi dan Irak ... 23

2.3.2. Turki, Kurdi dan Amerika Serikat ... 25

2.3.3. Turki, Kurdi dan Rusia ... 26

BAB III ARMED CONFLICTS DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL ... 29

3.1. Konsep Armed Conflicts dalam Hukum Internasional ... 29

3.2. Klasifikasi Armed Conflict ... 32

3.2.1 Classical Type of Armed Conflict ... 32

3.2.2 Special Types of Armed Conflicts ... 38

3.3. Konsekuensi Hukum bagi International Armed Conflict dan Non- International Armed Conflict dalam Cakupan Hukum Internasional ... 43

BAB IV KLASIFIKASI KONFLIK BERSENJATA TURKI DENGAN KURDI ... 48

(11)

xi 4.1. Pandangan Pakar Hukum & Politik Internasional terhadap Konflik

Turki dan Kurdi ... 48

4.2. Penggunaan kriteria Non-International Armed Conflict dan International Armed Conflict terhadap situasi Turki-Kurdi ... 51

4.3. Konsekuensi Hukum dalam Pandangan Hukum Internasional bagi Turki dan Kurdi ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 66

5.1. Kesimpulan ... 66

5.2. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada bulan Maret 2019, ketika AS menyatakan kekalahan Islamic State (IS), Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, terdorong untuk menciptakan zona aman atau safe zone. Zona aman itu sendiri akan menjadi daerah yang bersih dari para pejuang Yekîneyên Parastina Gel atau People’s Protection Units (YPG). YPG sendiri adalah ekspansi dari Kurdistan Workers Party atau Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang merupakan organisasi teroris di negara Turki yang berdiri sejak 1974 dan dipimpin oleh Abdullah Ocalan.

Gagasan mengenai safe zone tersebut kemudian disetujui oleh Pemerintah AS pada bulan Agustus 2019. Safe zone yang direncanakan oleh Turki dan AS tersebut tepatnya berada di daerah Suriah bagian timur laut. Zona aman tersebut akan menjadi tempat para pengungsi dapat dimukimkan kembali.

Kesepakatan tersebut berawal dengan baik, bahkan YPG sendiri mematuhi mekanisme keamanan dari AS dan Turki. Saat itu AS dan Turki selalu melaksanakan patroli bersama hingga awal bulan Oktober 2019.

Tanggal 6 Oktober 2019, Erdogan mengatakan kepada Presiden AS, Donald Trump, bahwa Turki akan memulai operasi sepihak untuk membentuk safe zone akibat ketidakpuasannya akan kesepakatan tersebut. Menurut Turki, area yang dicakup harus diperluas. Selama berpatroli bersama pun, Turki mengajukan banyak tuntutan kepada Syrian Democratic Forces (SDF). SDF adalah sekutu Amerika dalam melawan ISIS, namun merupakan teroris bagi Turki, karena mereka merupakan pasukan bersenjata dari Rojava, North and East Syrian (NES) yang merupakan daerah yang dikuasai oleh Kurdi.

Keputusan tersebut membuat pasukan AS memutuskan untuk mundur dari perbatasan.

Melalui latar belakang tersebut, pada tahun 2019, tepatnya pada tanggal 9 Oktober 2019, Turki melaksanakan serangan lintas batas yang bernama

Operation Spring Peace” ke perbatasan Suriah. Serangan tersebut

(13)

2

bertujuan untuk menetralisir ancaman teror terhadap Turki yang mengarah pada pembentukan zona aman atau safe zone, yang sebelumnya direncanakan oleh Turki dengan AS, untuk memfasilitasi kembalinya pengungsi Suriah ke rumah mereka.

Serangan lintas-batas ini sendiri bukanlah serangan pertama yang dilakukan oleh Turki kepada suku Kurdi. Apabila melihat ke belakang, perseteruan mereka telah berlangsung lama. Kurdi adalah suku non-Arab dengan jumlah populasi antara 25 sampai 35 juta jiwa yang sebagian besar populasi tersebut suku tersebut berada di Turki, di daerah pegunungan sebelah selatan, yakni sebesar 20 persen. Hal tersebut membuat Kurdi memiliki peluang untuk membentuk negara sendiri.

Upaya pemerintah untuk mencapai penyelesaian masalah Turki Kurdi dimulai pada 2005 dengan proses perdamaian melalui Justice and Development Party (AKP) dipimpin oleh Emre Taner, mantan kepala Organisasi Intelijen Nasional Turki (MİT). Tujuan awal dari proses ini adalah untuk mencapai kesepakatan mengenai pelucutan senjata PKK dengan melibatkan kader-kader PKK yang berbasis di Eropa, Kurdistan Regional Government atau Pemerintah Daerah Kurdistan (KRG) di Irak, dan bahkan pemimpin PKK yang dipenjara, Abdullah Öcalan. Setelah 6 tahun berjalan dimana antara pejabat Turki dan kader PKK mengadakan pertemuan langsung di berbagai kota di Eropa, rekaman pertemuan- pertemuan tersebut dibocorkan ke publik melalui kantor berita resmi PKK pada 13 September 2011, saat pertemuan diadakan di Oslo. Akibat kebocoran hasil pertemuan tersebut, perwakilan Turki dan Kurdi menarik diri pada 2011 dan bentrokan bersenjata meletus lagi.1

Setelah runtuhnya pertemuan, pada bulan Desember 2011, jet tempur Turki secara keliru membom sekelompok penyelundup Kurdi, yang menyebabkan 35 orang tewas, sehingga setelah kejadian tersebut PKK mengintensifkan

1 Egemen B. Bezci, “Turkey’s Kurdish Peace Process and the Third Eye”, Turkish Policy Quarterly, Vol. 13 No. 4, 2015, hlm. 118.

(14)

3

serangannya terhadap institusi pemerintah seperti barak militer di daerah berpenduduk Kurdi, yang menyebabkan puluhan korban.

4 tahun kemudian, pada 20 Juli 2015, seorang pelaku bom bunuh diri yang berafiliasi dengan IS di Suruç, sebuah kota perbatasan Turki-Suriah, menewaskan 32 aktivis muda, yang dua hari kemudian, dibalas dengan pasukan PKK dan menewaskan dua petugas polisi Turki yang dituduh bekerja sama dengan IS2. Erdogan mengatakan mustahil bagi Turki untuk melanjutkan proses perdamaian,3 sehingga kemudian Turki segera memulai kembali serangan udara terhadap pejuang PKK di Pegunungan Qandil di Kurdistan Irak dan menangkap ratusan orang Kurdi di dalam Turki yang diduga menjadi anggota PKK. Setelah kejadian pada tahun 2015 tersebut keadaan menjadi runyam dan Turki dua kali melaksanakan serangan lintas- batas dilakukan oleh Turki pada tahun 2016 dan Januari 2018.4

Runtutan kejadian-kejadian tersebut membawa Turki dan Kurdi dalam kondisi dimana saat ini Erdogan dan Presiden Russia, Vladimir Putin, yang merupakan sekutu setia Suriah, mengumumkan untuk menghentikan penyerangan degan mengadakan kesepakatan. Kesepakatan tersebut antara lain bahwa pasukan Turki akan diizinkan untuk tetap berada di wilayah sepanjang 120 km yang mereka tangkap antara Ras al-Ain dan Tal Abyad, pasukan Rusia dan Suriah akan mengendalikan sisa wilayah perbatasan dan memastikan YPG mundur 30 km dari perbatasan, serta Pasukan Turki dan Rusia akan memulai patroli bersama di dalam zona sedalam 10 km di sepanjang perbatasan pada 29 Oktober.5 Namun apakah kesepakatan ini dapat berlangsung lama?

Munculnya hubungan yang tidak harmonis dalam hubungan internasional merupakan hal yang menarik untuk terus dipelajari sebagai bentuk interaksi antara aktor-aktor internasional. Yang menarik keadaan dari Turki dan suku

2 C. Letsch, 'The Turkish Kurds Who Want Peace - But Not at Any Price', The Guardian, 11 August 2015.

3 Ewen MacAskill, “Turkey says Kurdish peace process impossible as Nato meets”, the Guardian, 28 July 2015.

4 Egemen B. Bezci, Supra note 1, hlm. 124.

5 Id., hlm. 126.

(15)

4

Kurdi tersebut menyatakan bahwa hubungan politik dan konflik tidak semata-mata hanya hubungan antar negara tetapi juga antara negara dengan non state actors, dalam hal ini teroris atau organisasi teroris, sehingga kasus tersebut diklasifikasikan sebagai konflik bersenjata non- internasional atau non-international armed conflict (NIAC).

Yang menarik lagi perlu diketahui bahwa NIAC sendiri dapat menjadi IAC ketika konflik tersebut melibatkan dua negara atau lebih, dimana sangat dimungkinkan dalam kasus Turki v. Kurdi bahwa konflik bersenjata tersebut dapat berkembang menjadi International Armed Conflict (IAC).

NIAC dimungkinkan menjadi Internationalized Non-International Armed Conflict atau IAC, dalam hal aktor non-negara menjadi negara, aktor non- negara yang diakui sebagai negara sesuai dengan ketentuan dalam Additional Protocol I,6 atau jika suatu negara mendukung para pemberontak sampai menggunakan mereka sebagai proksi untuk perangnya sendiri melawan Negara lain karena dalam konflik ini negara Turki dan Suku Kurdi sendiri menjadi bergesekan dengan Irak, Suriah, serta Amerika Serikat dan juga Rusia.

Hal ini dikuatkan dimana Yoram Dinstein dalam bukunya menyatakan bahwa:

Armed conflicts conflicts may also be mixed vertically in the sense that what has started as an intra-state armed conflict evolves into an inter-state armed conflict. One potential development is that the intra-stated armed conflict would spawn an inter-state armed conflict through the military intervention of a foreign state on the side rebels against the central Government. Another possibility is the implosion of a state which has plunged into a civil war and has then fragmented into two or more independent states7.

Melalui ketegangan saat ini dengan beberapa serangan Turki di daerah- daerah Kurdi di Irak dan Suriah tentunya harus diperdebatkan untuk diinternasionalkan dengan partisipasi aktif pasukan AS dan Rusia dan

6 International Committee of the Red Cross (ICRC), Protocol Additional to the Geneva Conventions of 12 August 1949, and relating to the Protection of Victims of International Armed Conflicts (Protocol I), 8 June 1977, 1125 UNTS 3.

7 Yoram Dinstein, The Conduct of Hostilities under the Law of International Armed Conflict, (United Kingdom: Cambridge University Press, 2004), hlm. 15.

(16)

5

berbagai kelompok militan Suriah termasuk ISIS8. Namun, Kubo Mačák dalam bukunya menyatakan bahwa dapat dimungkinkan sebagian dari konflik bersenjata merupakan NIAC, sementara sebagian lainnya menjadi IAC.9 Apabila mengikuti pendapat Mačák beberapa bagian dari konflik ini mungkin merupakan NIAC dan yang lainnya merupakan IAC karena melalui fakta bahwa orang-orang Kurdi Suriah mendekati rezim Assad untuk bantuan dalam mempertahankan wilayah mereka yang diklaim dari serangan Turki yang menyebabkan militer Suriah terlibat ini kemudian dapat dijadikan konflik bersenjata internasional.

Jika perseturuan antara Turki dan Kurdi menjadi IAC maka permasalahan tersebut akan menjadi ranah dalam Hukum Humaniter Internasional (International Humanitarian Law atau IHL), Hukum Pidana Internasional (International Criminal Law) bahkan dapat menjadi ranah dari permasalahan Hak dan Asasi Manusia atau Human Rights. Apabila permasalahan tersebut menjadi IAC maka permasalahan tersebut akan menjadi semakin rumit dan tidak menjamin proses pendamaian Turki v.

Kurdi yang berkepanjangan tersebut semakin cepat diselesaikan, terutama apabila masuk dalam ranah International Criminal Court (ICC), sebab tidak seperti hukum pertanggungjawaban negara atau IHL, hukum pidana internasional berkaitan dengan menetapkan tanggung jawab individu atas kejahatan internasional berdasarkan hukum internasional.10 Sehingga menjadi penting untuk membahas apabila terdapat klasifikasi dari konflik bersenjata ini apakah termasuk Non-International Armed Conflict atau International Armed Conflict atau dapat pula menjadi Internationalized Internal Armed Conflict dalam kasus tersebut. Perubahan tersebut tentunya tidak semata-mata ditentukan oleh fakta-fakta yang ada sehingga penting

8 Laurie Blank, “Symposium: The Interplay Between IAC and NIAC–Questions and

Consequences”, http://opiniojuris.org/2019/01/16/symposium-the-interplay-between-iac-and-niac- questions-and-consequences/, diakses pada 10 November 2019.

9 Kubo Mačák, Internationalized Armed Conflicts in International Law, (Oxford: Oxford University Press, 2014)

10Crispin Smith, “Independent Without Independence: The Iraqi-Kurdish Peshmerga in International Law”, Harvard International Law Journal, Vol. 59, Number 1, Winter 2018.

(17)

6

untuk mengetahui cara untuk menentukan Kasus Turki dan Kurdi tersebut dapat menjadi International Armed Conflict..

1.2. Rumusan Masalah

Demi dilakukannya penelitian yang terarah dan sistematis, maka penulis merumuskan beberapa permasalahan yang perlu dibahas menurut hemat penulis. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan-permasalahan sebagai berikut:

1.2.1. Apakah konflik bersenjata antara negara pemerintah Turki dengan pejuang kemerdekaan Kurdi di wilayah Turki sekarang ini dapat dikualifikasikan sebagai International atau Non-International Armed Conflict?

1.2.2. Apa konsekuensi hukum internasional dari pilihan kualifikasi tersebut bagi hak dan kewajiban dari negara pemerintah Turki maupun pejuang kemerdekaan Kurdi?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengembangkan pemahaman mengenai klasifikasi konflik bersenjata dalam Hukum Humaniter Internasional serta konsekuensi dari klasifikasi tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari tujuan-tujuan tersebut di atas, maka diharapkan penulisan dan pembahasan penulisan hukum ini dapat memberikan kegunaan atau manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai bagian yang tak terpisahkan, bagi kalangan akademisi hukum, yaitu:

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya untuk memperluas pengetahuan dan menambah referensi dalam permasalahan hukum humaniter internasional.

(18)

7 1.4.2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang Hukum Humaniter Internasional khususnya dalam pengetahuan mengenai perubahan konflik bersenjata non-internasional menjadi konflik bersenjata inDapat memberikan sumbangan pemikiran dalam bidang Hukum Humaniter Internasional khususnya dalam pengetahuan mengenai perubahan konflik bersenjata non-internasional menjadi konflik bersenjata internasional.

1.5. Metode Penelitian

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan metode yang digunakan untuk melaksanakan penelitian tersebut agar hasil penelitian yang diperoleh menjadi optimal. Untuk itu, penulis akan menggunakan metode penelitian sebagai berikut:

1.5.1. Metode Penelitian Yuridis

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah yuridis normatif dengan pendekatan perundang-undangan. Metode penelitian yuridis normatif adalah penelitian hukum dari perspektif internal dengan objek penelitiannya adalah norma hukum.11 Sumber penelitian karya ilmiah ini menggunakan data yang diperoleh dengan cara menelaah bahan hukum primer yaitu peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder berupa doktrin atau teori yang diperoleh dari literatur hukum dan penelitian ilmiah. Bahan yang didapatkan dari hasil penelitian tersebut digolongkan menjadi:

a. Bahan Hukum Primer

Data primer dalam penelitian ini antara lain dari berbagai sumber hukum internasional seperti perjanjian-perjanjian internasional, keputusan dari Mahkamah Internasional serta instrumen hukum internasional lainnya.

11 I Made Pasek Diantha, Metodologi Penelitian Hukum Normatif dalam Justifikasi Teori Hukum, (Jakarta: Prenada Media Group, 2016), hlm. 12.

(19)

8

Dalam hal ini yang menjadi acuan adalah segala instrumen mengenai Hukum Humaniter Internasional, khususnya dalam hal IAC dan NIAC.

b. Bahan Hukum Sekunder

Data sekunder sendiri adalah data-data yang melengkapi data primer yang telah penulis jabarkan sebelumnya, yaitu artikel dan jurnal yang terkait dengan penelitian ini yang dapat membantu penulis untuk merumuskan jawaban atas masalah yang penulis kaji.

1.5.2. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan guna menganalisis dan menjawab masalah-masalah hukum yang telah dirumuskan sebelumnya. Pengumpulan data dilakukan melalui studi kepustakaan melalui pencarian literatur, termasuk dengan membaca literatur di berbagai perpustakaan, salah satunya Perpustakaan Universitas Katolik Parahyangan dan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, dengan dilengkapi pula data-data yang dikumpulkan melalui internet.

1.5.3. Metode Analisis Data

Penelitian yang digunakan oleh penyusun bersifat deskriptif analitis dengan sifat penelitian kualitatif, dimana penelitian ini mencoba mencari deskripsi yang tepat dan cukup dari suatu objek dengan melihat dan mengaitkannya dengan bahan yang ada dari materi-materi yang relevan dan kemudian dianalisis dengan dasar pengetahuan yuridis.12

1.6 Sistematika Penulisan Hukum BAB I PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan latar belakang penelitian, tujuan, manfaat serta metode penelitian yang akan diteliti dalam bab-bab berikutnya.

BAB II KONFLIK BERSENJATA TURKI V KURDI

12 Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta 2015), hlm. 29.

(20)

9

Bab ini akan menjelaskan latar belakang dari konflik bersenjata yang terjadi di Turki antara negara dengan Etnis Kurdi, serta memberikan rincian mengenai letak konflik dan pihak yang terkait dengan konflik bersenjata ini.

BAB III ARMED CONFLICTS DALAM HUKUM HUMANITER INTERNASIONAL

Memberikan gambaran, pengertian serta rincian mengenai klasifikasi konflik bersenjata serta konsekuensi hukum yang harus dipertanggung jawabkan oleh pihak dalam konflik bersenjata.

BAB IV KLASIFIKASI KONFLIK BERSENJATA TURKI V KURDI Dalam Bab ini akan menguraikan bagaimana klasifikasi dari Konflik Turki dengan Etnis Kurdi serta konsekuensi bagi kedua pihak.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini akan menguraikan kesimpulan dan saran dari penelitian hukum terhadap konflik bersenjata Turki v Kurdi.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Melihat dari sifat UNCLOS 1982 yang merupakan suatu induk dari pranata hukum laut internasional, membuat pembahasan teknis akan konvensi ini menjadi panjang dan komprehensif, pembahasan

4 asuhan pada bayi baru lahir dan anak.4 Bidan harus berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia

Oleh karena itu pada tahap ini saya tertarik untuk meneliti atau menganalisa apabila seseorang yang dirugikan oleh aplikasi Google Maps, maka apakah pihak pengguna aplikasi tersebut

Pada awalnya sistem pelayanan perizinan secara elektronik terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu selanjutnya

Berdasarkan pembahasan diatas Rumah Detensi Imigrasi memiliki hubungan erat dalam menangani pengungsi dan anak pengungsi, tetapi dengan dikeluarkanya Surat Edaran Direktorat Jendral

Bagi Perusahaan : Diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan untuk dapat mengetahui seberapa besar hubungan antara iklim organisasi dan kepuasan kerja karyawan di café Hi Brew

Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini meliputi latar belakang mengapa perlu adanya kajian mengenai pemenuhan prinsip

Dengan menggunakan teori tersebut, maka fokus penelitian ini sendiri adalah evaluasi dampak kegiatan program pelatihan bagi warga binaan yang mengikuti program tersebut yang