• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repository UNPAR - Universitas Katolik Parahyangan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repository UNPAR - Universitas Katolik Parahyangan"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN FAKULTAS HUKUM

Terakreditasi Berdasarkan Keputusan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi

Nomor : 429/SK/BAN-PT/Akred/S/XI/2014

Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan Anak Pengungsi Di Tempat Penampungan DKI Jakarta

OLEH Nama : Nico Putra Prawira NPM : 2014200221

PEMBIMBING Agustinus Pohan, S.H., M.S.

Penulisan Hukum

Disusun Sebagai Salah Satu Kelengkapan Untuk Menyelesaikan Program Pendidikan Sarjana

Program Studi Ilmu Hukum

2019

(2)
(3)

PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK

Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai ideal dan standar mutu akademik yang setinggi- tingginya, maka Saya, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik Parahyangan yang beranda tangan di bawah ini :

Nama : Nico Putra Prawira NPM : 2014200221

Dengan ini menyatakan dengan penuh kejujuran dan dengan kesungguhan hati dan pikiran, bahwa karya ilmiah / karya penulisan hukum yang berjudul:

“Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan Anak Pengungsi Di Tempat Penampungan DKI Jakarta”

Adalah sungguh-sungguh merupakan karya ilmiah /Karya Penulisan Hukum yang telah saya susun dan selesaikan atas dasar upaya, kemampuan dan pengetahuan akademik Saya pribadi, dan sekurang-kurangnya tidak dibuat melalui dan atau mengandung hasil dari tindakan-tindakan yang:

a. Secara tidak jujur dan secara langsung atau tidak langsung melanggar hak-hak atas kekayaan intelektual orang lain, dan atau

b. Dari segi akademik dapat dianggap tidak jujur dan melanggar nilai-nilai integritas akademik dan itikad baik;

Seandainya di kemudian hari ternyata bahwa Saya telah menyalahi dan atau melanggar pernyataan Saya di atas, maka Saya sanggup untuk menerima akibat-akibat dan atau sanksi-sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku di lingkungan Universitas Katolik Parahyangan dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pernyataan ini Saya buat dengan penuh kesadaran dan kesukarelaan, tanpa paksaan dalam bentuk apapun juga.

Bandung, 19 Desember 2019

Mahasiswa penyusun Karya Ilmiah/ Karya Penulisan Hukum

Nico Putra Prawira 2014200221

(4)

i ABSTRAK

Penelitian ini menganalisis bentuk perlindungan anak pengungsi yang berada di tempat penampungan DKI Jakarta yang berpotensi tidak terlindunginya anak pengungsi. Potensi tidak terlindunginya anak pengungsi karena lambatnya Pemerintah dan organisasi yang berwenang dalam menangani pengungsi serta karena banyaknya jumlah pengungsi.

Penelitian ini dilakukan dengan melakukan kajian terhadap hukum Internsional atau Nasional sebagai dasar bentuk perlindungan anak pengungsi. Standar perlakuan pengungsi berserta anaknya perlu dilakukan secara humanis dan memberikan perhatian khusus untuk anak pengungsi.

Penelitian ini juga menganalisis apakah hukum Internasional yang diberlakukan ataukah hukum Nasional mengingat Indonesia belum menandatangani dan meratifikasi Konvensi Mengenai Status Pengungsi (Convention Relating to the Status of Refugees) Tahun 1951 dan Protokol Mengenai Status Pengungsi (Protocol Relating to the Status of Refugees) Tahun 1967. Hal ini menjadi penting terhadap perilaku yang akan diberikan kepada pengungsi khususnya kepada anak pengungsi yang paling rentan.

Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode penelitian yuridis sosiologis yaitu dengan penelitian terhadap pengungsi berserta anaknya di tempat penampungan DKI Jakarta dengan peraturan-peraturan yang berkaitan dengan Hak Asasi Manusia khususnya yang berkaitan dengan anak, wawancara kepada pengungsi, petugas tempat penampungan, masyarakat yang tinggal sekitar tempat penampungan, instansi yang menurut penulis berhubungan dengan pengungsi berserta anak pengungsi, observasi terhadap situasi yang terjadi di tempat penampungan DKI Jakarta.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah tidak terpenuhinya perlindungan pengungsi khususnya hak anak pengungsi di tempat penampungan DKI Jakarta. Perlunya kerjasama antara pemerintah, instansi yang berkaitan dengan anak dan organisasi Internasional dalam pemenuhan hak anak pengungsi, sehingga pengungsi beserta anak pengungsi dapat hidup dan beraktivitas selayaknya.

Kata Kunci: Pengungsi, Anak Pengungsi, Tempat Penampungan DKI Jakarta, Hak Asasi Manusia, Hak Anak.

(5)

ii KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala berkat dan pengharapannya penulisan hukum (skripsi) yang berjudul “Tinjauan Yuridis Sosiologis Perlindungan Anak Pengungsi Di Tempat Penampungan DKI Jakarta” dapat selesai tepat waktu.

Adapun penulisan hukum yang penulis buat ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan dari penulis sendiri. Maka dari itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran terhadap penulisan hukum ini yang dapat membantu penulis dalam menyempurnakan penulisan hukum ini.

Terselesaikannya penulisan hukum ini pun tidak lepas dari pihak-pihak yang dari awal hingga selesainya penulisan hukum ini telah mendukung dan membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan hukum ini. Maka dari itu, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:

1. Semua keluarga dari penulis, terutama papi (Danny Asaputra), mami (Leisli Flowerensia), abang (Harry Pramana Asaputra) dan adik (Willy Richardo Asaputra dan Dionna Flowerensia) yang dari awal penulis memasuki dunia perkuliahan, membuat skripsi hingga selesainya skripsi ini terus-menerus memberi dukungan yang tiada henti kepada penulis.

2. Ibu Effy Mariana Kosasih, S.H. selaku teman dari papi yang telah membantu penulis memberikan informasi dan membantu dari awal pendaftaran masuk UNPAR sampai selesai menjalankan kewajibanya sebagai mahasiswa.

(6)

iii 3. Ibu Dyan Franciska Dumaris Sitanggang, S.H., M.H. selaku dosen

pembimbing proposal penulis yang telah banyak membantu penulis dalam membuat proposal dengan memberikan masukan terhadap penulis mengenai materi.

4. Ibu Dr. Niken Savitri, S.H., MCL. selaku dosen penguji I sidang proposal skripsi penulis yang selama proses sidang memberikan masukan-masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

5. Bapak Adrianus Adityo Vito Ramon, S.H., LL.M. selaku dosen penguji II sidang proposal skripsi penulis yang selama proses sidang memberikan masukan-masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

6. Bapak Agustinus Pohan, S.H., M.S. selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang dari awal pembuatan skripsi sampai selesainya skripsi ini terus memberikan masukan dan kritikan yang bermanfaat kepada penulis dan telah sabar membimbing penulis serta juga mau berdiskusi dengan penulis saat proses pembuatan skripsi tersebut.

7. Bapak Dr. Iur. Liona Nanang Supriatna, S.H., M.Hum selaku selaku dosen penguji I sidang skripsi penulis yang selama proses sidang memberikan masukan-masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

8. Ibu Nefa Claudia Meliala, S.H., M.H. selaku selaku dosen penguji II sidang skripsi penulis yang selama proses sidang memberikan masukan-masukan kepada penulis sehingga skripsi ini menjadi lebih baik lagi.

9. Bapak John Lumbantobing, S.H., LL.M, MCIArb. selaku dosen yang telah membantu penulis dalam mempelancar proses wawancara kepada salah satu organisasi internasional (UNHCR) demi kebutuhan penyelesaian skripsi.

(7)

iv 10. Ibu Prof. Dr. C. Dewi Wulansari, S.H., M.H. selaku dosen wali dari penulis yang telah memberikan banyak sekali masukan dan motivasi sehingga penulis dapat menjadi lebih baik dari semester ke semester.

11. Teman-teman penulis, yaitu Arthur, Sandy, Adit, Ernes, Keni, Erwin, Jopur, Pernando, Iyosh, Colin, Mard, Hiram, Maga, Fikri, Tigor, Ica, Zahra, Desi, Fresca, David, Ricky, Reza, Rian dan Anak Bawah Jembatan dan teman- teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang telah menemani hari-hari penulis selama masa perkuliahan, memberi kritik, dan motivasi sehingga penulis dapat terus memperbaiki diri ke arah yang lebih baik lagi.

12. Bapak Aluisius Dwi Rachmanto, S.H., M.Hum. dan seluruh keluarga besar Forward 198 yang telah menjadi teman, sahabat bahkan keluarga bagi penulis. Terkhusus kepada Alvin, Evan, Azzaki, Ghariza, Arifin, Yanti, Adam, Nindy, Cornelia, Marco, Joy dan Glenn. Terima kasih atas kerja sama dalam proses perlombaan yang diikuti oleh penulis serta kritik dan motivasi yang membangun sehingga penulis dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Semoga di lain waktu kita dapat berkerja sama lagi. Salam Forward 198.

13. Bapak Dadang, selaku tata usaha yang telah membantu penulis dari awal perkuliahan sampai akhir perkuliahan memberikan informasi tentang perkuliahan, membantu penulis terkait jadwal perkuliahan yang saling berbenturan, ujian tengah semester serta ujian akhir semerter yang juga saling berbenturan dan pegawai tata usaha yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang juga turut membantu penulis selama sama perkuliahan.

(8)

v 14. Seluruh Bapak Pekarya dan seluruh pegawai lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu, yang turut menjaga lingkungan perkuliahan dan membantu perkuliahan menjadi lancar.

Akhir kata, semoga penulisan hukum ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan berguna untuk perkembagan dunia hukum di Indonesia.

Bandung, 19 Desember 2019

Nico Putra Prawira 2014200221

(9)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I ... 1

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERLINDUNGAN ANAK PENGUNGSI DI TEMPAT PENAMPUNGAN DKI JAKARTA ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 10

C. TUJUAN PENELITIAN ... 10

D. MANFAAT PENELITIAN ... 10

E. METODE PENELITIAN ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

TINJAUAN UMUM TERHADAP PENGUNGSI BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN NASIONAL ... 12

A. PENGERTIAN PENCARI SUAKA (ASYLUM SEEKER) ... 12

B. PENGERTIAN PENGUNGSI (REFUGEE) ... 13

1. Pengungsi Perang (War Refugees) ... 14

2. Pengungsi Sur Place (Refugees Sur Place) ... 14

3. Pengungsi Mandat dan Pengungsi Konvensi (Mandat Refugees and Convention Refugees) ... 15

C. PERLINDUNGAN HUKUM INTERNASIONAL TERHADAP PENGUNGSI ... 20

1. Hak Asasi Manusia yang Dimiliki Pengungsi ... 20

2. Kewajiban yang Dimiliki Pengungsi... 21

D. DASAR HUKUM INDONESIA YANG MEMBERIKAN PERLINDUNGAN TERHADAP PENGUNGSI... 22

1. Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) ... 22

2. Undang-Undang tentang Hubungan Luar Negeri Nomor 37 Tahun 1999 ... 22

3. Peraturan Direktur Jendral Imigrasi Nomor: IMI-0352.GR.02.07 tentang Penanganan Imigran Ilegal yang Menyatakan Diri Sebagai Pencari Suaka atau Pengungsi. ... 23

4. Peraturan Direktur Jendral Imigrasi Nomor IMI. 1917-OT.02.01 Tahun 2013 Tentang Standar Operasional Prosedur Rumah Detensi Imigrasi. ... 23

(10)

vii 5. Surat Edaran Direktorat Jendral Imigrasi Nomor: IMI-UM.01.01-2827 Tentang

Pengembalian Fungsi Rumah Detensi Imigrasi ... 24

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi Dari Luar Negeri ... 24

E. SEJARAH PERISTIWA PENGUNGSI YANG DIALAMI DI INDONESIA ... 25

1. Kasus Kapal Norwegia (Kapal Tampa) ... 25

2. Pengungsi Vietnam di Indonesia ... 27

3. Pengungsi Asasl Sri Langka ... 29

4. Pengungsi Rohingya di Indonesia ... 30

5. Pengungsi Dua Benua (Afganistan, Sudan dan Somalia) ... 31

F. TEMPAT PENAMPUNGAN PENGUNGSI ... 32

BAB III ... 33

TINJAUAN UMUM PERLINDUNGAN ANAK PENGUNGSI BERDASARKAN HUKUM INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL ... 33

A. Kesadaran Masyarakat Internasional Terhadap Kerentanan Anak ... 33

1. Sejarah Konvensi Hak Anak ... 33

B. Perlindungan Anak Menurut Convention On The Right of Child (CRC) ... 35

C. Perlindungan Anak Pengungsi Menurut Convention On The Right of Child (CRC) . 43 D. Perlindungan Anak Menurut Hukum Nasional Dan Internasional ... 44

E. Perlindungan Anak Pengungsi Menurut Hukum Nasional ... 47

F. Organisasi Internasional yang Melindungi Hak Anak ... 52

1. United Nations High Commissioner For Refugees (UNHCR) ... 52

2. Internasional Organization For Migration (IOM) ... 54

3. United Nations Children’s Fund (UNICEF) ... 55

G. Organisasi Nasional yang Melindungi Hak Anak ... 56

1. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) ... 56

BAB IV ... 58

ANALISIS PEMBERLAKUAN UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN ANAK TERHADAP ANAK PENGUNGSI DAN PEMENUHAN HAK ANAK PENGUNGSI OLEH TEMPAT PENAMPUNGAN PENGUNGSI DKI JAKARTA ... 58

A. Hukum Yang Berlaku Dalam Melindungi Hak Anak Pengungsi Di Tempat Pengungsian DKI Jakarta ... 58

B. Analisis apakah Tempat Pengungsian DKI Jakarta (Gedung Bekas Komando Distrik Militer (Kodim) Jalan Begudul, Kalideres, Jakarta Barat), Telah menjamin Fasilitas Dasar Pengungsi berdasarkan Hukum Nasional ... 61

(11)

viii 1. Apakah Penyediaan Air Bersih di tempat penampungan Kalideres telah terpenuhi

sesuai dengan Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 ? ... 62

2. Apakah Penyediaan kebutuhan Makanan, Minuman dan Pakaian telah terpenuhi sesuai dengan Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 ? ... 63

3. Apakah Pelayanan Kesehatan dan Kebersihan telah terpenuhi sesuai dengan Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 ? ... 66

4. Apakah fasilitas ibadah telah terpenuhi sesuai dengan Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 ? ... 67

5. Apakah tempat penampungan Kalideres memberikan perlindungan terhadap anak pengungsi sesuai dengan UU Perlindungan Anak? ... 68

6. Apakah tempat penampungan Kalideres memberikan anak pengungsi pendidikan sesuai dengan UU Perlindungan Anak? ... 68

7. Apakah tempat penampungan Kalideres mengakomodasi pemberian informasi untuk anak, bermain dan rekreasi sesuai dengan UU Perlindungan Anak ? ... 69

8. Apakah tempat penampungan Kalideres memberikan perlakuan khusus kepada Pengungsi yang sedang mengandung ? ... 70

9. Apakah terpenuhinya Hak Anak pengungsi di Tebet, Jakarta sesuai dengan UU Perlindungan Anak ? ... 72

10. Apakah terpenuhinnya Fasilitas Dasar dan Hak Anak Pengungsi di tempat penampungan Kalideres setelah izin gedung telah berakhir, telah sesuai dengan Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 dan UU Perlindungan Anak? ... 73

11. Apakah Komisi Perlindungan Anak Indonesia berkewajiban memenuhi Hak Anak Pengungsi yang berada di Indonesia? ... 74

C. Kesimpulan Mengenai Pemenuhan Hukum Nasional Terhadap Anak Pengungsi Di Tempat Penampungan Pengungsi DKI Jakarta ... 75

1. Masih Berlakunya Izin Tempat Pengungsian Kalideres ... 75

2. Berakhirnya Izin Tempat Pengungsian Kalideres ... 78

3. Tempat Pengungsian Kalideres Daerah Tebet, Jakarta ... 79

BAB V ... 81

KESIMPULAN DAN SARAN ... 81

A. KESIMPULAN ... 81

1. Perlindungan Pengungsi Dan Anak Pengungsi Berdasarkan Hukum Nasional Yang Bersumber Pada Hukum Internasional ... 81

2. Pemenuhan Hukum Nasional Kepada Anak Pengungsi Di Tempat Penampungan DKI Jakarta ... 82

B. SARAN ... 83

1. Pelaksanaan Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 Tentang Penanganan Pengungsi Dari Luar Negeri ... 83

(12)

ix 2. Meratifikasi Dan Menandatangani Konvensi Mengenai Status Pengungsi

(Convention Relating to the Status of Refugees) Tahun 1951 dan Protokol Mengenai Status Pengungsi (Protocol Relating to the Status of Refugees) Tahun 1967 ... 84 LAMPIRAN ... 86 DAFTAR PUSTAKA ... 89

(13)

1 BAB I

TINJAUAN YURIDIS SOSIOLOGIS PERLINDUNGAN ANAK PENGUNGSI DI TEMPAT PENAMPUNGAN DKI JAKARTA

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap negara memiliki tujuan masing-masing, sebab tujuan yang ingin dicapai inilah yang menjadi pedoman betapa negara disusun dan dikendalikan serta bagaimana kehidupan rakyatnya diatur sesuai dengan tujuan itu.1 Tujuan negara dapat berupa visi negara, yang secara umum ditujukan untuk menciptakan kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya (bonum publicum, common good, common wealth).2 Dente Alighieri berpendapat bahwa, “Tujuan negara adalah untuk menyelenggarakan perdamaian dunia dengan jalan mengadakan undang-undang yang sama bagi semua umat”.3 Di sisi lain, Epicurus berpandangan bahwa4 tujuan negara adalah menyelenggarakan ketertiban, keamanan dan kepentingan perseorangan, yaitu kesenangan pribadi baik bersifat materialistis maupun kesenangan yang bersifat kejiwaan dan kerohanian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap negara memiliki suatu tujuan yang dapat berupa penciptaan kesejahteraan, kemakmuran, dan kebahagiaan bagi rakyatnya, menyelenggarakan perdamaian dunia, ketertiban, dan keamanan yang menjadi pedoman disusunnya suatu negara serta pedoman pengaturan rakyatnya.

Indonesia sendiri merupakan negara berdaulat yang memiliki tujuan negaranya, yaitu tercantum pada pembukaan alinea ke-4 (empat) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang berbunyi :

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia

1 I Gde Pantja Astawa dan Suprin Na`a, Memahami Ilmu Negara & Teori Negara, Bandung: PT. Refika Aditama, 2015, hlm.45.

2 Deddy Ismatullah dan Asep A. Sahid Gatara, Ilmu Negara Mutakhir; Kekuasaan, Masyarakat, Hukum, dan Agama, Bandung: Pustaka Attadbir, 2006, hlm. 79.

3 Sjacharan Basah, Ilmu Negara (Pengantar, Metode dan Sejarah Perkembangan), Bandung: Citra Aditya Bakti , 1997, hlm. 149.

4 Soehino, Ilmu Negara, Yogyakarta: Liberty, Cet III, 2002, hlm. 31.

(14)

2 dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”

Pada pembukaan alinea ke-4 (empat) Undang-Undang Dasar 1945 ( UUD 1945) dapat ditafsirkan bahwa adanya peran negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia yang merupakan tujuan kemanusian universal, hal ini Indonesia tidak hanya melindungi warga Indonesia tetap juga seluruh penduduk asing yang berada dalam wilayah Indonesia.5 Hal tersebut dipertegas dengan tujuan Indonesia yang lain, yaitu melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa tujuan UUD 1945 Indonesia tidak hanya sebatas nasional melainkan juga internasional. Dengan adanya tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia maka sudah sepantasnya Indonesia melakukan tindakan-tindakan yang mendukung hal-hal di atas. Hal tersebut muncul dikarenakan adanya konflik antara negara yang mengakibatkan peperangan. Indonesia sebagai negara yang merdeka yang pernah mengalami masa penjajahan maupun peperangan mestinya sangat sadar akan buruknya peperangan, oleh sebab itu Indonesia memiliki peran di dunia internasional maupun nasional seperti yang dicantumkan dalam pembukaan UUD 1945.

Di sisi lain, walaupun dampak peperangan sudah banyak disadari oleh negara-negara dan masyarakat internasional yang memiliki pengaruh buruk bagi negara maupun masyarakatnya, namun pada zaman modern sekarang masih ada negara yang terlibat dalam perang maupun konflik internal negaranya. Contoh negara yang masih terlibat dalam perperangan dan konflik internal pada tahun yaitu Korea Utara, persaingan Amerika Serikat-

5 Maleha Soemarsono, Negara Hukum Indonesia Ditinjau Dari Sudut Teori Tujuan Negara, Volume 37, Nomor 2, 2007, hlm. 308, diunduh pada 7 November 2018, http://jhp.ui.ac.id/index.php/home/article/view/1480/1395.

(15)

3 Saudi- Iran, Myanmar dan Bangladesh yaitu krisis Rohingnya, Yaman, Afganistan, Suriah, Sahel, Republik Demokratik Kongo, Ukraina, dan Venezuela.6

Di dalam negara yang sedang mengalami peperangan atau konflik internal, negara (pemerintah) tidak dapat menjamin tujuan negara yang telah dipaparkan sebelumnya. Oleh karena itu adanya masyarakat dari negara yang mengalami peperangan atau konflik internal memilih untuk pergi dari negaranya untuk mencari kehidupan yang lebih layak serta keamanan untuk dirinya dan keluarganya. Pengaturan bagi mereka yang meninggalkan negaranya demi keselamatan nyawa diatur dalam Convention Relating to the Status of Refugees 1951 (Konvensi 1951) tentang Status Pengungsi dan Protocol Relating to the Status of Refugees 1967 (Protokol 1967) tentang Status Pengungsi. Konvensi tersebut mendefinisikan pengungsi sebagai orang yang dikarenakan oleh ketakutan beralasan akan penganiayaan yang disebabkan oleh alasan ras, agama, kebangsaan, keanggotaan dalam kelompok sosial dalam partai potilik tertentu, berada di luar negara kebangsaannya dan tidak menginginkan perlindungan dari negara tersebut.7 Namun sebelum seseorang diakui statusnya sebagai pengungsi maka orang tersebut disebut dengan pencari suaka, seorang pencari suaka belum tentu merupakan pengungsi, ia baru menjadi pengungsi setelah diakui statusnya oleh instrumen internasional dan/atau nasional.8 Di Indonesia sendiri United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR) mencatat masuknya pengungsi yang berkewarganegaraan Afganistan, Myanmar dan Somalia ke Indonesia, salah satunya adalah pengungsi Rohingya sebanyak 1.819 (seribu delapan ratus sembilan belas) di Aceh, 435 (empat ratus tiga puluh lima) di Medan, 13 (tiga belas) di Sidoarjo dan 220 (dua ratus dua puluh) di Makassar.9

6 Robert Malley, 10 Konflik yang Dihadapi Dunia Tahun 2018, https://www.matamatapolitik.com/10-konflik-yang- dihadapi-dunia-tahun-2018/, diakses pada 12 September 2018, Pukul 21.00.

7 UNHCR Indonesia, Pengungsi, http://www.unhcr.org/id/pengungsi, diakses pada 29 September 2018, Pukul 12.10.

8 Rosmawati, Perlindungan Terhadap Pengungsi/Pencari Suaka Di Indonesia (Sebagai Negara Transit) Menurut Konvensi 1951 dan Protokol 1967, Th XVII, No. 67, 2015, hlm. 461-462, diunduh pada 7 November 2018, http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/viewFile/6081/5011

9 Diyah Naelufar, Catatan Pengungsi Asing di Indonesia, https://www.liputan6.com/news/read/3096021/catatan- pengungsi-asing-di-indonesia , diakses pada 12 September 2018, Pukul 22.00.

(16)

4 Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967 tentang Status Pengungsi. Tetapi dengan dikeluarkanya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri (Perpres 125/2016) Pemerintah Indonesia diapresiasi oleh UNHCR karena sikap cepat dari Pemerintah Indonesia untuk menangani pengungsi atau pencari suaka.10 Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Indonesia sudah mulai melakukan upaya untuk menangani pengungsi dengan menggunakan instrumen hukum. Berdasarkan Perpres 125/2016 Pasal 18 dan Pasal 19, dengan masuknya pengungsi ke dalam wilayah Indonesia, instasi terkait berkewajiban untuk berkoordinasi kepada Kepolisian Republik Indonesia untuk melakukan pengamanan dan Kepolisian Republik Indonesia menyerahkan pengungsi ke Rumah Detensi Imigrasi.

Masyarakat juga berperan aktif apabila masyarakat menemukan pengungsi maka masyarakat dapat melaporkanya kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melakukan pengamanan dan Kepolisian Republik Indonesia menyerahkan pengungsi ke Rumah Detensi Imigrasi. Selanjutnya adalah peran Rumah Detensi Imigrasi melakukan pendataan melalui pemeriksaan dokumen perjalanan, status keimigrasian dan identitas serta berkoordinasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) berdasarkan Pasal 20. Selanjutnya berdasarkan Pasal 21 setelah melakukan pendataan, Rumah Detensi Imigrasi berkoordinasi dengan pemerintah daerah kabupaten atau kota untuk membawa dan menempatkan pengungsi ke tempat penampungan.

Direktur Jendral Imigrasi mengeluarkan Instruksi pada tahun 2010 (No: IMI- 1489.UM.08.05) yang menyatakan bahwa pencari suaka atau pengungsi harus dirujuk kepada UNHCR untuk mengikuti proses penentuan status sebagai pengungsi dan bahwa “status dan kehadiran orang asing yang memegang attestation letters atau kartu identitas yang dikeluarkan oleh UNHCR harus dihormati”, orang yang tidak memiliki dokumen tersebut akan terancam untuk dimasukan ke dalam Rumah Detensi Imigarasi, terkena denda dan/atau dideportasi.11 Para pencari suaka yang telah terdaftar mengajukan pengakuan status sebagai

10 Rizki Akbar Hasan, Peran RI Bantu Pengungsi Asing Dipuji UHCR, https://www.liputan6.com/global/read/3490771/peran-ri-bantu-pengungsi-asing-dipuji-unhcr, diakses pada 14 September 2018, Pukul 01.55.

11 Yuliana Primawardani, Arief Rianto Kurniawan, Penanganan Pengungsi Dari Luar Negeri Oleh Petugas Rumah Detensi Imigrasi Di Provinsi Sulawesi Selatan, JIKH Volume 12, No. 2, 2018, Hlm. 187, diunduh, pada 7 November 2018, http://ejournal.balitbangham.go.id/index.php/kebijakan/article/download/482/pdf

(17)

5 pengungsi yang dinilai oleh UNHCR melalui proses yang disebut prosedur Penentuan Status sebagai Pengungsi (Refugee Status Determination/RSD), para pencari suaka diwawancarai oleh petugas RSD yang dibantu oleh penerjemah, ketika pengajuan untuk mendapatkan perlindungan ditolak prosedur RSD masih memberikan satu kesempatan lagi untuk mengajukan banding atas keputusan negatif itu.12 Dalam kedua peraturan, dapat disimpulkan bahwa pengungsi dapat ditempatkan di tempat penampungan dan Rumah Detensi Imigrasi.

Berdasarkan definisi Undang-Undang Imigrasi Nomor 6 tahun 2011 (UU 6/2011), Rumah Detensi Imigrasi adalah unit pelaksana teknis yang menjalankan fungsi keimigrasian sebagai tempat penampungan sementara bagi orang asing yang dikenai tindakan administratif keimigrasian dan berdasarkan Perpres 125/2016 Rumah Detensi Imigrasi adalah unit kerja di lingkungan kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang hukum dan hak asasi manusia yang melaksanakan urusan pendetensian orang asing. Dapat disimpulkan dari kedua peraturan diatas bahwa Rumah Detensi Imigrasi dibuat untuk menempatkan orang asing yang masuk ke wilayah Indonesia tanpa izin, tidak memiliki izin yang lengkap dan melanggar peraturan perundang-undangan di Indonesia.

Indonesia memiliki Rumah Detensi Imigrasi yang berlokasi di Tanjung Pinang, Balikpapan, Denpasar, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Kupang, Makassar, Manado, Medan, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Surabaya dan Jayapura, yang memiliki total tiga belas Rumah Detensi Imigrasi tersebar di wilayah Indonesia.13 Setiap pengungsi memiliki harapan yang lebih baik untuk kehidupan keluarganya khususnya anak dari pengungsi. Seorang anak pengungsi dalam menjalankan kehidupan sehari-hari sangat bergantung pada orang tuanya, sehingga anak dikategorikan sebagai individu yang berkebutuhan khusus. Oleh sebab tersebut Indonesia membedakan anak pengungsi dan pengungsi berdasarkan Pasal 83 ayat (2) UU 6/2011 dan Pasal 27 ayat (3) Perpres 125/2016 dimana anak dari pengungsi atau pencari suaka dapat ditempatkan di tempat lain atau ditempatkan di Rumah Detensi Imigrasi, tempat penampungan dan tempat luar penampungan.

UNHCR yang memiliki akses ke dalam Rumah Detensi Imigrasi menyatakan bahwa pada tanggal 30 Juni 2014 terdapat 358 anak-anak dengan 157 anak merupakan anak-anak tanpa

12 Ibid

13 Direktorat Jendral Imigrasi, Rumah Detensi Imigrasi, http://www.imigrasi.go.id/index.php/hubungi-kami/rumah- detensi-imigrasi, diakses pada 13 September 2018, Pukul 2.05.

(18)

6 pendamping, jumlah anak-anak yang berada di dalam Rumah Detensi Imigrasi bukanlah jumlah yang kecil.14 Penulis mempertanyakan bagaimana pihak Rumah Detensi Imigrasi dapat memberikan perlindungan kepada anak yang lebih rentan dianiaya dan dieksploitasi.

Hal ini dikarenakan menurut CRC 1989 yang merupakan hukum internsional yang diakui dan dihormati oleh Indonesia dengan meratifikasinya menjadi hukum nasional. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (UU 39/1999) menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang. Dengan adanya UU 39/1999 maka sebagai bentuk keseriusan pemerintah dalam melindungi anak dibentuknya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak (UU 35/2014). Penulis akan meneliti beberapa hak-hak anak yang penulis anggap merupakan hak-hak yang bersifat primer atau utama yang tidak dapat dikesampingkan dengan alasan apapun, yaitu hak untuk memperoleh layanan kesehatan, hak mendapatkan jaminan sosial dan hak untuk mendapatkan pendidikan. Hak tersebut sangat vital keberadaannya bagi seorang anak yang akan tumbuh dan berkembang karena di dalam masa awal pertumbuhan ini anak-anak membutuhkan kebutuhan-kebutuhan yang sangat penting yang dapat dikatatakan menjadi penentu baik atau tidaknya pertumbuhan anak-anak tersebut. Artinya, hak di atas harus didapatkan oleh anak-anak tersebut. Hal ini pun didukung oleh fakta bahwa pemerintah Indonesia melalui peraturan perundang-undangan telah menjamin hak-hak di atas agar didapatkan/terpenuhi oleh anak-anak.

Berdasarkan pembahasan diatas Rumah Detensi Imigrasi memiliki hubungan erat dalam menangani pengungsi dan anak pengungsi, tetapi dengan dikeluarkanya Surat Edaran Direktorat Jendral Imigrasi Nomor: IMI-UM.01.01-2827 Tentang Pengembalian Fungsi Rumah Detensi Imigrasi pada Juli 2018, maka pengungsi dan anak pengungsi tidak dapat ditampung lagi di Rumah Detensi Imigrasi serta dialihkan ke tempat penampungan berdasarkan Perpres 125/2016, pemerintah memiliki kewajiban untuk membuat tempat penampungan untuk menampung pengungsi berserta anak pengungsi sesuai dengan standar yang ditentukan oleh Perpres 125/2016.

14 Suaka Sekretariat, Perkembangan Isu Pengungsi dan Pencari Suaka di Indonesia, https://suaka.or.id/2014/07/23/perkembangan-isu-pengungsi-dan-pencari-suaka-di-indonesia/#more-298, diakses pada 29 Oktober 2018, pukul 10.30.

(19)

7 Tidak terpenuhinya hak-hak dari anak tersebut juga dapat diakibatkan karena hak-hak dari orang tua anak tidak terpenuhi atau dengan kata lain anak tersebut merasakan dampaknya karena orang tuanya tidak terpenuhi haknya. Berikut adalah hak-hak anak yang dijamin oleh UU 35/2014 yang berhubungan dengan Rumah Detensi Imigrasi:

1. Pasal 4: Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Dalam Pasal ini penulis melihat kerentanan anak dalam mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi sebab dengan adanya kasus penganiayaan pengungsi oleh petugas Rumah Detensi Imigrasi. Hubungan Rumah Detensi Imigrasi dengan tempat penampungan adalah dalam perlindungan perbuatan dari oknum petugas yang merugikan pengungsi, dengan adanya kasus penganiayaan yang terjadi di Rumah Detensi Imigrasi maka kerentanan pengungsi dan anaknya dapat tejadi lagi di tempat penampungan yang diakomodasi oleh Perpres 125/2016.

2. Pasal 6: Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berpikir, dan berekspresi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya, dalam bimbingan orang tua atau wali.

Dalam Pasal ini penulis melihat kemungkinan tidak terpenuhinya fasilitas ibadah (ruang ibadah masing-masing agama yang diakui oleh Indonesia dan pembimbing agama setiap agama yang diakui oleh Indonesia) di tempat penampungan pengungsi.

3. Pasal 8: Setiap anak berhak memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual, dan sosial.

Dalam Pasal ini penulis melihat adanya permasalahan karena apabila berbicara tentang kesehatan penulis juga memikirkan faktor eksternal dan internal dari anak pengungsi. Sedangkan jaminan sosial penulis melihat kebutuhan yang paling mendasar dari anak pengungsi yaitu makanan.

(20)

8 4. Pasal 9: (1) Setiap Anak berhak memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakat. (1a) Setiap Anak berhak mendapatkan perlindungan di satuan pendidikan dari kejahatan seksual dan Kekerasan yang dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, sesama peserta didik, dan/atau pihak lain. (2) Selain mendapatkan Hak Anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (1a), Anak Penyandang Disabilitas berhak memperoleh pendidikan luar biasa dan Anak yang memiliki keunggulan berhak mendapatkan pendidikan khusus.

Dalam pasal ini penulis melihat adanya permasalahan terhadap pendidikan untuk anak yang diberikan oleh tempat penampungan pengungsi, mengingat bahwa usia anak berbeda-beda, begitu juga untuk anak penyandang disabilitas.

5. Pasal 10: Setiap anak berhak menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari, dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.

Dalam Pasal ini penulis melihat adanya permasalahan untuk anak mengakses informasi dan informasi apa yang layak untuk anak pengungsi sehingga dengan mengakses informasi tersebut anak pengungsi akan berkembang kecerdasannya maupun pengembangan untuk dirinya.

6. Pasal 11: Setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi, dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri.

Dalam Pasal ini penulis melihat bagaimana tempat penampungan pengungsi memberikan tempat istirahat yang layak untuk anak karena tempat penampungan pengungsi memiliki kapasitas yang terbatas. Disamping itu apakah tempat penampungan pengungsi dapat dijadikan tempat anak bermain, berekreasi dan berkreasi.

(21)

9 Dengan adanya UU 35/2014 yang memberikan perlindungan hak anak maka pemerintah Indonesia berkewajiban untuk melindungi segala bentuk ancaman yang dapat dialami oleh anak. Tetapi apakah anak pengungsi juga dilindungi oleh UU 35/2014, hal ini masih sangat kabur dikarenakan pada Perpres 125/2016 belum secara spesifik memberikan perlakuan khusus apa saja yang harus diberikan untuk anak pengungsi.

Sebagai contoh dari anak-anak pengungsi yang tidak terpenuhi haknya yang sedang hangat ialah yang terjadi pada awal September 2018. Permasalahannya adalah banyaknya pengungsi termasuk anak-anak yang datang dari Afganistan dan Sudan sehingga para pengungsi tersebut “ditempatkan” di trotoar depan Rumah Detensi Kalideres, Jakarta Barat. Alasan yang dikemukakan oleh Kepala Rumah Detensi Imigrasi Kalideres Jakarta Barat, Morina Harahap, mengapa para pengungsi tersebut berada di trotoar adalah karena rumah penampungan saat ini telah kelebihan kapasitas. Morina juga mengatakan bahwa banyak pengungsi yang membawa anak bayi dan balita, sementara Rumah Detensi Imigrasi tidak dirancang untuk anak kecil.15 Keadaan seperti itu tidak akan menjamin kehidupan yang layak bagi anak-anak. Dengan adanya fakta yang terjadi di DKI Jakarta dan pernyataan bahwa Rumah Detensi Imigrasi tdak dirancang untuk anak kecil maka penulis akan mengangkat persoalan fundamental yang seharusnya dilakukan oleh pihak Indonesia. Tindakan yang harus dilakukan oleh pemerintah Indonesia pertama kali adalah memeriksa kesehatan anak- anak pengungsi yang selanjutnya diikuti dengan kebutuhan sandang, pangan dan papan serta pemenuhan hak anak serta menjamin tempat penampungan pengungsi dirancang untuk anak pengungsi.

Dalam hal ini Penulis melihat permasalahan dalam UU 6/2011 dan Perpres 125/2016 pengaturan khusus menjamin keseharian Hak-Hak Anak di tempat penampungan pengungsi, sehingga dapat menimbulkan pola pikir bahwa anak pengungsi tidak dilindungi oleh UU 35/2014. Dengan kata lain, terdapat indikasi kuat bahwa pemerintah belum dapat melaksanakan tugasnya dalam menjamin adanya perlindungan pengungsi khususnya anak yang berhak atas perlindungan yang lebih di tempat penampungan pengungsi

15 Fahdi Fahlevi, Kelebihan Kapasitas Jadi Alasan Rumah Detensi Kalideres Tidak Tampung Pengungsi Afganistan, http://www.tribunnews.com/metropolitan/2018/01/20/kelebihan-kapasitas-jadi-alasan-rumah-detensi-kalideres- tidak-tampung-pengungsi-afghanistan, diakses pada 13 September, Pukul 03.10

(22)

10 B. RUMUSAN MASALAH

1. Hukum manakah yang berlaku dalam melindungi Hak Anak Pengungsi di Tempat Penampungan DKI Jakarta ?

2. Apakah Tempat Penampungan DKI Jakarta telah memjamin Hak Anak pengungsi berdasarkan Hukum Nasional maupun Hukum Internasional ?

C. TUJUAN PENELITIAN

Untuk mengetahui hambatan dilaksanakannya perlindungan terhadap anak di Tempat Penampungan dari segi sosiologis dan yuridis dan mencari solusi demi terwujudnya pemenuhan Hak Anak Pengungsi di Tempat Penampungan DKI Jakarta.

D. MANFAAT PENELITIAN

Memberikan pengetahuan kepada pemerintah bahwa perlu adanya keperdulian lebih untuk menjamin anak pengungsi dan pemerintah dibidang eksekutif untuk mewujudkan perlindungan anak pengungsi menurut peraturan hukum Indonesia. Serta memberikan solusi yang tepat untuk menangani permasalahan pengungsi yang terjadi di tempat penampungan DKI Jakarta.

E. METODE PENELITIAN

Untuk melakukan penelitian hukum ini, penulis akan menggunakan metode penelitian yuridis sosiologis. Metode yuridis sosiologis merupakan suatu penelitian hukum yang menggunakan data sekunder yaitu Undang-Undang Nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Peraturan Presiden Nomor 125 tentang Penanganan Pengungsi di Luar Negeri, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa yaitu Convention Relating to the Status of Refugees 1951 (Konvensi 1951) tentang Status Pengungsi dan Protocol Relating to the Status of Refugees 1967 (Protokol 1967) tentang Status Pengungsi serta buku, jurnal dan bahan-bahan lainnya yang relevan sebagai data awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan yaitu observasi dengan melihat fasilitas tempat penampungan pengungsi di DKI Jakarta.

Selanjutnya adalah wawancara yang akan dituju kepada petugas tempat penampungan pengungsi di DKI Jakarta, Organisasi Internsional yaitu UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees), International Organization for Migration (IOM) dan KPAI

(23)

11 (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) yang merupakan badan hukum Nasional, Pengungsi yang berada di tempat penampungan DKI Jakarta, Warga sekitar tempat penampungan pengungsi di DKI Jakarta. Bahwa penelitian yang dilakukan penulis tidak mewakili pemenuhan hak anak pengungsi secara keseluruhan, penelitian ini hanya sebatas di tempat penampungan di DKI Jakarta karena pengungsi dan anak pengungsi dapat ditempatkan di tempat penampungan lainnnya.

Setelah melakukan penelitian tempat penampungan pengungsi di DKI Jakarta, Penulis tidak dapat melakukan wawancara kepada International Organization for Migration (IOM) karena tidak direspon oleh pihak IOM. Sedangkan Penulis mengalami beberapa penolakan dari pengungsi yang berada di Tebet, Jakarta, Penulis mengalami kesulitan dalam mencari pengungsi karena tidak ada tempat penampungan di Tebet, Jakarta seperti di tempat pengungsian Kalideres. Hal tersebut membuat pengungsi dari berbagai Negara berpencar untuk mencari tempat tinggal. Penulis menemukan lima pengungsi yang bertempat tinggal di Tebet, Jakarta, tetapi dari kelima pengungsi tersebut tidak bersedia melakukan wawancara, Penulis sudah menjelaskan bahwa pertanyaan akan mengenai anak pengungsi dan Penulis merupakan Mahasiswa yang sedang mengerjakan Tugas Akhir, tetapi pengungsi tersebut tetap saja menolak dengan alasan tidak mengenali Penulis. Sedangkan penolakan terjadi lagi oleh Penulis, yaitu ditolak oleh pemilik kost dengan sebelumnya juga memperkenalkan diri kepada pemilik kost bahwa tujuan wawancara pengungsi adalah untuk Tugas akhir Penulis.

Berdasarkan penelitian yang akan dilakukan dapat disimpulkan dengan meneliti efektivitas suatu produk hukum dan dengan tujuan penelitian yang ingin mencari hubungan antara berbagai gejala atau variabel sebagai alat pengumpul datanya terdiri dari studi dokumen, pengamatan (observasi), dan wawancara (interview).16 Penulis berpendapat bahwa juga perlu adanya penelitian sosiologis untuk mengharmonisasikan hukum dengan masyarakat, hal ini diperkuat dengan pendapat Bambang Sungono yakni, para sarjana dan praktisi hukum mencari fakta temuan penelitian sosial untuk membuat penilaian hukum yang lebih nyata, tidak hanya dengan penemuan hukum in abstracto tetapi juga dengan penemuan hukum in concreto.17

16 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung: Alumni, 2006, hlm.11.

17 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2013, hlm. 79

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya permasalahan tersebut, penulis merasa perlu dan tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pertanggungjawaban anak perusahaan atas kewajiban perusahaan induk dan prinsip

4 asuhan pada bayi baru lahir dan anak.4 Bidan harus berkeyakinan bahwa setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan sesuai dengan kebutuhan manusia

Pada awalnya sistem pelayanan perizinan secara elektronik terdapat dalam Peraturan Presiden Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu selanjutnya

iii PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai ideal dan standar mutu yang setinggi-tingginya, maka Saya, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Katolik

PERNYATAAN INTEGRITAS AKADEMIK Dalam rangka mewujudkan nilai-nilai ideal dan standar mutu akademik yang setingi-tingginya, maka Saya, Mahasiswa FakultasHukum Universitas Katolik

Penelitian yuridis normatif adalah langkah-langkah sistematis dalam melakukan penelitian dengan berfokus pada pengkajian tentang penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum.9

Bagi Perusahaan : Diharapkan penelitian ini dapat membantu perusahaan untuk dapat mengetahui seberapa besar hubungan antara iklim organisasi dan kepuasan kerja karyawan di café Hi Brew

Dengan menggunakan teori tersebut, maka fokus penelitian ini sendiri adalah evaluasi dampak kegiatan program pelatihan bagi warga binaan yang mengikuti program tersebut yang