• Tidak ada hasil yang ditemukan

Research Method: This study used a research design experiment with pre-experimental design or pre-experimental two group pretest posttest designs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Research Method: This study used a research design experiment with pre-experimental design or pre-experimental two group pretest posttest designs"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

The Effect of Using Educational Game Tools (APE) Beams on Cognitive Enhancement of Children Aged 5-6 Years

at Carnation Kindergarten Ayelir in Kota Samarinda

Lilyani Rante 1), Supriadi B, S.Kp.,M.Kep 2), Rahmawati Wahyuni, M. Keb 3)

*corresponding author: Lilyani Rante,Departement of Midwifery Study Programme D-IV Obstetrics Samarinda Health Polytechnic Ministry of Health of East Kalimantan, Indonesia E-mail: [email protected]

Abstract

Background: Golden age is a phase when a child's brain develops very rapidly in its growth.

Approximately 80% of the brain at the age of 0-6 years. According to UNICEF in 2015 there were still high rates of growth and development disorders in children under five, especially motor development disorders (27%) or 3 million children. National Ministry of Health Republic of Indonesia data that in 2017, 17.1% of children under five in Indonesia experience growth and development abnormalities. Disorders of child growth and development in Indonesia reach 35.6%

and are classified as high public health problems because they are still above30%(WHO,2018).

Objective: This study aimed to determine the effect of educational equipment (APE) beams on

cognitive development of children aged 5-6 years.

Research Method: This study used a research design experiment with pre-experimental design or pre-experimental two group pretest posttest designs. The sample consisted of 16 students using total sampling technique. The instruments used were the rubric assessment questionnaire, then the data were analyzed by univariate and bivariate with the Wilcoxon test at a significance level of α 0.05.

Research Results: The results of the study showed that there was influence of the use of educational game tools (ape) in the beam of increased cognitive ability with p = 0.001 <α (0.05).

This shows that there is a significant difference from the use of beam educational game tools (ape)

to increase cognitive abilities.

Conclusion: Based on the results of the study, it is recommended that the school use beam games in learning to stimulate an increase in the cognitive abilities of students.

1. Student midwifery samarinda, Poltekkes Kemenkes East Kalimantan 2. Poltekkes Kemenkes East Kalimantan

3. Poltekkes Kemenkes East Kalimantan

(2)

ii

Pengaruh Penggunaan Alat Permainan Edukasi (APE) Balok Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun

di TK anyelir Kota Samarinda

Lilyani Rante 1), Supriadi B, S.Kp.,M.Kep 2), Rahmawati Wahyuni, M. Keb 3)

* Penulis Korespondensi: Lilyani Rante, Jurusan Kebidanan Prodi D-IV Kebidanan Samarinda, Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kalimantan Timur, Indonesia

E-mail: [email protected]

Intisari

Latar Belakang: Golden age adalah fase saat otak anak mengalami perkembangan yang sangat cepat dalam pertumbuhannya. Kurang lebih 80% otak pada usia 0-6 tahun. Menurut UNICEF tahun 2015 didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik (27 %) atau 3 juta anak. Data nasional Kemenkes RI bahwa pada tahun 2017, 17,1% anak balita di Indonesia mengalami kelainan pertumbuhan dan perkembangan.Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak di Indonesia mencapai 35,6% dan tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi karena masih diatas 30% (WHO, 2018).

Tujuan:Penelitian ini bertujuan untuk Mengetahui pengaruh alat perminan edukasi (APE) balok terhadap perekembangan kognitif anak usia 5-6 tahun.

Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian eksperimen dengan desain pra eksperimen atau two group pretest posttest. Sampel terdiri dari 16 anak murid dengan menggunakan teknik total sampling.Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner rubric penilaian, kemudian data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan uji wilcoxon pada taraf signifikan α 0,05.

Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh penggunaan alat permainan edukasi (ape) balok peningkatan kemmpuan kognitif dengan p= 0,001 <α ( 0,05). Ini menunjukkan ada perbedaan signifikan dari pengunaan alat permainan edukasi (ape) balok terhadap peningkatan kemampuan kognitif.

Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian, direkomendasikan kepada pihak sekolah untuk menggunakan permainan balok dalam pembelajaran sehingga merangsang peeningkatan kemampuan kognitif anak didik.

Kata Kunci: Kemampuan Kognitif, alat permainan edukasi, balok

1. Mahasiswa Kebidanan Samarinda, Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur 2. Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

3. Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

(3)

1 PENDAHULUAN

Pada usia 0-6 tahun kurang lebih 80%

otak anak mengalami perkembangan, inilah yang disebut fase emas (golden age), segala informasi mengenai kata- kata atau perilaku orang baik-buruk disekitar akan diserap seluruhnya dan akan menjadi dasar terbentuknya karakter, kepribadian, serta kemampuan kognitif (Febrianingsih, 2014).

Menurut UNICEF tahun 2011 didapat data masih tingginya angka kejadian gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia balita khususnya gangguan perkembangan motorik didapatkan (27,5%) atau 3 juta anak mengalami gangguan (Riskesdas, 2013).

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak di Indonesia mencapai 35,7% dan tergolong dalam masalah kesehatan masyarakat yang tinggi karena masih diatas 30%

(Riskesdas, 2013).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Esty Ratnasari tahun 2013 menunjukkan perkembangan motorik halus anak kelompok B RA Al Islam 27% dinyatakan tuntas atau mencapai indikator kinerja, 23% dinyatakan cukup dan 50% dinyatakan kurang.

Kegiatan stimulasi perkembangan motorik halus di PAUD Anyelir Kota Samarinda sudah didukung dengan permainan yang menunjang keterampilan motorik halus, namun anak-anak terlihat cepat bosan dan kurang tertarik jika menggunakan permainan tersebut. Hasil KPSP juga menunjukkan 3 dari 10 anak berusia 3-5 tahun di PAUD Anyelir Kota Samarinda mengalami keterlambatan motorik halus.

Diperlukan permainan yang inovatif yaitu pembaharuan dari alat permainan ataupun permainan yang sudah ada dan praktis, yaitu berbagai macam aktivitas yang dapat dikemas menjadi sebuah permainan untuk mengembangkan motorik halus serta dapat menarik perhatian anak. Salah satu permainan yang dapat mencakup beberapa stimulasi perkembangan motorik halus anak adalah busy book.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Experimental menggunakan model rancangan Non-equivalent Control Group Design yang menggunakan satu kelompok intervensi dan satu kelompok kontrol yang akan diberi

(4)

2 pretest dan posttest (Notiatmodjo,

2012). Pada penelitian ini yang mejadi variabel intervening adalah penggunaan busy book pada anak usia 3-5 tahundan yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan motorik halus pada anak usia 3-5 tahun. Teknis pengumpulan data dengan observasi menggunakan Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP). Teknik analisis data univariat menggunakan rumus tendensi sentral dan dan teknik analisa bivariat menggunakan ujiWilcoxon dan Mann Whitney.

(5)

3 HASIL PENELITIAN

Analisa Univariat

Tabel 1 Distribusi frekuensi kemampuan kognitif daya pikir pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (TK Anyelir Samarinda)

Sumber : Data Primer, Tahun 2019

Tabel 2 Distribusi frekuensi kemampuan kognitif pemecahan masalah padakelompok perlakuan dan kelompok kontrol (TK Anyelir Samarinda)

Sumber: Data Primer Tahun 2019 Analisa Bivariat

Tabel 3 Perbandingan kemampuan kognitif daya pikir pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (TK Anyelir Samarinda)

Sumber: Data Primer Tahun 2019

Tabel 4 Perbandingan kemampuan kognitif pemecahan masalah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol (TK Anyelir Samarinda)

Sumber: Data Primer Tahun 2019

Kategori Kelompok

Perlakuan

Kelompok Kontrol Nilai Pretest Postest Pretest Postest

Belum Berkembang (BB) 1-40 4 0 4 0

Mulai Brekembang (MB) 41-60 4 0 4 8

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 61-80 0 4 0 0

Berekembang Sangat Baik (BSB) 81-100 0 4 0 0

Total 16

Kategori Nilai

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol Pretest Postest Pretest Postest

Belum Berkembang (BB) 1-40 6 0 6 3

Mulai Brekembang (MB) 41-60 2 0 2 5

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 61-80 0 3 0 0

Berekembang Sangat Baik (BSB) 81-100 0 5 0 0

Total 16

Kemampuan kognitif Daya

pikir

APE balok Jumlah

Responden

Rata-rata Rangking

P-Value

Diberikan stimulus 8 12,50

0,001 Tidak diberikan

stimulus

8 4,50

Total 16

Kemampuan kognitif Pemecahan masalah

APE balok Jumlah

Responden

Rata-rata Rangking

P-Value

Diberikan stimulus 8 12,50

0,001 Tidak diberikan

stimulus

8 4,50

Total 16

(6)

4 Tabel 5 Analisis Peningkatan kemampuan kognitif daya pikir pada kelompok

perlakuan dan kelompok kontrol Sumber: Data Primer Tahun 2019

Tabel 6 Analisis Peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah pada kelompok perlakuan dan kontrol

Sumber: Data Primer Tahun 2019

Pada tabel 3 menunjukkan perbedaan rata-rata rangking peningkatan kemampuan kognitif daya pikir kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimana kelompok perlakuan sebesar 12,5 % lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan nilai sebesar 4,50% dengan P value = 0.001 (< α = 0.05) pada sampel yang memiliki karakteristik usia, wilayah tempat tinggal, latar belakang

pendidikan orangtua dan TK yang sama

Pada tabel 4 menunjukkan perbedaan rata-rata rangking peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dimana nilai kelompok perlakuan sebesar 12,5 % lebih tinggi dari kelompok kontrol dengan nilai sebesar 4,50% dengan P value = 0.001 (< α = 0.05) pada sampel yang memiliki karakteristik

Kemampuan kogniitf

Peningkatan kemampuan kognitif daya pikir

kelompok perlakuan dan

kontrol

Jumlah responden

Rata-rata rangking

P-value

P K P K P K

Postest < pretest Posttest > pretest Posttest = pretest

Total

0 8 0 8

0 6 2 8

0 4,50

0

0 3,50

0

0.012 0.027

Kemampuan kogniitf

Peningkatan kemampuan kognitif pemecahan kelompok perlakuan

dan kontrol

Jumlah responden

Rata-rata rangking

P-value

P K P K P K

Postest < pretest Posttest > pretest Posttest = pretest

Total

0 8 0 8

0 7 1 8

0 4,50

0

0 4,00

0

0.012 0.017

(7)

7 usia, wilayah tempat tinggal, latar

belakang pendidikan orangtua dan TK yang sama.

Pada table 5 menunjukkan kemampuan kognitif daya pikir pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol berdasarkan data tersebut pada kelompok perlakuan terdapat 8 anak yang mengalami peningkatan kemampuan kognitif daya pikir yang memiliki rata-rata ranking 4,50%

atau seluruh responden kelompok perlakuan mengalami peningkatan kemampuan kognitif daya pikir, serta hasil p value 0,027 (<α = 0,05).

Sedangkan berdasarkan data pada kelompok kontrol terdapat 6 anak yang mengalami peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah yang memiliki rata-rata ranking 3,50% dan terdapat 2 orang yang tidak mengalami peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah, serta hasil p value 0,027 (>α

= 0,05).

Pada table 6 menunjukkan Peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah pada kelompok perlakuan dan kontrol dimana pada kelompok perlakuan terdapat 8 anak yang mengalami peningkatan kemampuan kognitif pemecahan

masalah yang memiliki rata-rata ranking 4,50% atau seluruh responden 0.017 kelompok perlakuan mengalami peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah, serta hasil p value 0,012 (<α = 0,05).

Sedangkan berdasarkan data pada kelompok kontrol terdapat 7 anak yang mengalami peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah yang memiliki rata-rata ranking 4,00% dan terdapat 1 anak yang tidak mengalami peningkatan , serta hasil p value 0,012 (<α = 0,05).

PEMBAHASAN

1. Kemampuan Kognitif (Daya Pikir dan Pemecahan Masalah) Pada Anak Prasekolah Usia 5-6 Tahun Pada Kelompok Perlakuan

hasil penelitian yang diperoleh dari uji univariat mengenai kemampuan kognitif daya pikir anak pada kelompok perlakuan yang bersekolah di TK Anyelir samarinda sebelum diberikan stimulus APE balok diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 4 anak dengan nilai pretest 25-37

(8)

8 dan responden yang termasuk

dalam kategori mulai berkebang (MB) sebanyak 4 anak dengan nilai pretest 43-50. Dimana hasil prestes kognitif pemecahan masalah sebelum dilakukan stimulus APE balok diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori belum berkembang (BB) lebih dominan yaitu sebanyak 6 anak dengan nilai 25-31, dibandingkan dengan responden yang termasuk dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak dengan nilai 43- 50. Dengan perolehan tersebut mengindikasi anak yang diberikan rangsangan atau stimulus APE balok akan meningkatkan kemampuan kognitif anak, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh (Murhamah, 2018).

Stimulasi juga dapat berfungsi sebagai penguat yang bermanfaat bagi perkembangan anak (Hurlock, 2013). Keterampilan kognitif yang paling cenderung memperlihatkan perbaikan yang besar adalah keterampilan yang dipelajari di sekolah, dalam kelompok bermain yang

dibimbing. Keterampilan tersebut termasuk keterampilan bermain balok yang memberikan rangsangan atau stimulus yang baik untuk peningkatan kemampuan kognitif anak (Hurlock, 2013). Peniliti beranggapan bahwa rangsangan yang diberikan kepada kelompok perlakuan dapat berhasil karena diberikan dengan metode yang menyenangkan yaitu suatu kelompok bermain yang dibimbing dan dipelajari disekolah sehingga anak menjadi terbiasa dan begitu dapat memicu terjadinya peningkatan kemampuan kognitif anak.

Kegiatan bermain balok merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kognitif

anak, baik dalam

memperkenalkan bilangan, mengurutkan, mengelompokkan benda berdasarkan jenis, bentuk, warna dan lain-lain. Bermain balok juga dikatakan bermain

pembangunan. Main

pembangunan adalah main untuk merepresentasikan ide anak melalui media. Bermain balok di TK dilakukan secara menarik

(9)

9 dan bervariasi. Bermain

membangun balok-balok akan menghasilkan beberapa pengalaman bagi anak. Melalui kegiatan bermain balok anak akan mengenal balok yang sama, atau yang dua kali lebih panjang dari balok lain dan berbagai ukuran lain, dengan ini kemampuan ognitif anak meningkat. Balok dapat dimainkan secara individual, berpasangan, dalam kelompok kecil atau besar, tergantung situasi dan kebutuhannya (Wismiarti, 2011).

Peneliti berasumsi bahwa responden lebih aktif menjawab pertanyaan dari guru mengenai bentuk terutama ketika mereka menjawab pertanyaan tersebut dengan media balok yang ada, berbeda pada saat responden belum diperkenalkan balok, anak lebih banyak diam dan tidak begitu antusias untuk menjawab pertanyaan dari guru.

2. Kemampuan Kognitif (Daya Pikir dan Pemecahan Masalah) Pada Anak Prasekolah Usia 5-6 Tahun Pada Kelompok Kontrol Hasil uji univariat mengenai kemampuan kognitif daya pikir

anak pada kelompok kontrol yang bersekolah di TK Anyelir samarinda yang diukur menggunakan rubrik penilaian kognitif pada saat dilakukan pretes diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori belum berkembang (BB) sebanyak 4 anak dengan nilai pretest 25-37 dan responden yang termasuk dalam kategori mulai berkebang (MB) sebanyak 4 anak dengan nilai pretes 43-50. Dimana hasil prestest kognitif pemecahan masalah pada saat dilakukan pretest diketahui bahwa responden yang termasuk dalam kategori belum berkembang (BB) lebih dominan yaitu sebanyak 6 anak dengan nilai 25-31, dibandingkan dengan responden yang termasuk dalam kategori mulai berkembang (MB) sebanyak 2 anak dengan nilai 43- 50.Hal ini menunjukkan stimulasi dengan APE balok bereperan penting dalam proses peningkatan kemampuan kognitif anak.

Kemampuan anak tidak akan muncul apabila tidak merangsang sel-sel saraf otak anak sedini mungkin secara terus menerus.

(10)

10 Stimulasi yang dilakukan secara

terus menerus dapat memungkinkan sel otak membangung sambung an anatara neuron yang berperan pada kemampuan proses belajar dan kecerdasan anak. Semakin banyak sambungan antar neuron, semakin tinggi kecerdasan intelektual anak. Semakin sering pula sambungan antar neuron ini digunakan secara berulang-ulang, sambungannya akan semakin kuat. Saat anak beranjak dewasa, sambungan yang tidak digunakan akan hancur dengan sendirinya (Bobak, 2010).Responden pada kelompok kontrol lebih banyak diam apabila guru memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai bentuk-bantuk balok, responden menjadi pasif saat berada du kelas. Peneliti berasumsi bahwa stimulus APE balok sangat dibutuhkan pada kelompok kontrol tersebut untuk meningkatkan rasa antusias dan keaktifan anak saat belajar.

Kemampuan kognitif

mempengaruhi anak untuk beradaptasi dengan teman sebaya

dan juga meningkatkan motrik halus anak.

3. Pengaruh Alat Permainan Edukasi (APE) Balok Terhadap Peningkatan Kemampuan Kognitif Anak Usia 5-6 Tahun Hasil uji bivariat mengenai perbedaan rata-rata rangking peningkatan kemampuan kognitif daya pikir adalah kelompok perlakuan sebesar 12,50% lebih tinggi dari pada kelompok kontrol sebesar 4,80% dengan P value = 0, 001 < α = 0, 05 yang memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan mengenai pemberian stimulus APE balok terhadap peningkatan kemampuan kognitif daya pikir pada anak. Dan hasil uji bivariat mengenai perbedaan rata-rata rangking peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah adalah kelompok perlakuan sebesar 12,50% lebih tinggi dari pada kelompok kontrol sebesar 4,80% dengan P value = 0, 001 < α = 0, 05 yang memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan mengenai pemberian stimulus APE balok terhadap peningkatan

(11)

11 kemampuan kognitif pemecahan

masalah pada anak. Sementara itu hasil uji bivariat peningkatan kemampuan kognitif daya pikir anak pada kelompok perlakuan, terdapat 8 anak atau seluruh responden mengalami peningkatan kemampuan kognitif daya pikir dengan rata-rata rangking 4,50% dengan p value = 0,012 < α = 0,05 yang memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan mengenai pemberian stimulus APE balok terhadapt peningkatan kemampuan kognitif daya pikir pada anak. Dan hasil uji bivariat peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah anak pada kelompok perlakuan, terdapat 8 anak atau seluruh responden mengalami peningkatan kemampuan kognitif daya pikir dengan rata-rata rangking 4,50%

dengan p value = 0,012 < α = 0,05 yang memiliki arti bahwa terdapat pengaruh yang signifikan mengenai pemberian stimulus APE balok terhadapt peningkatan kemampuan kognitif pemecahan masalah pada anak.

SIMPULAN

1. Pada Kelompok perlakuan terjadi peningkatan kemampuan kognitif (daya pikir dan pemecahan masalah) yang sangat signifikan pada sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan sehingga APE balok ini sangat berpengaruh sebagai stimulus untuk dijadikan suatu media agar meningkatkan kemampuan kognitif anak usia 5- 6 tahun

2. Pada kelompok kontrol tidak tejadi peningkatan yang begitu signifikan seperti pada kelompok perlakuan. Untuk nilai pretest pada kelompok kontrol dan perlakuan memiliki rata-rata yang sama namun pada saat dilakukan postest untuk kelompok kontrol tidak terjadi peningkatan kemampuan kognitif.

3. Perbedaan rata-rata rangking perkembangan kognitif pada kelompok perlakuan sebesar (12,50%) lebih tinggi dari kelompok kontrol sebesar (4,50%) dengan p value 0,001.

Sehingga terdapat pengaruh yang signifikan antara pengunaan alat permainan edukasi (APE) balok terhadap peningkatan

(12)

12 kemampuan kognitif anak usia 5-

6 tahun.

DAFTAR PUSTAKA

Ariane Via, 2015, Pengaruh Metode Eksperimen Terhadap Keterampilan Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Sains pada Anak TamanKanak- kanak.Arsyad Azhar, 2013, Media Pembelajaran, Jakarta: Rajawali Pers.

.

_______, 2017. Perkembangan Fisik-Motorik Anak 4-5 Tahun pada Permendikbud No. 137 Tahun 2014. Jurnal Pendidikan Anak, Volume II, pp. 12-26.

Anita, dkk, 2010. Peningkatan Motorik Haluspada Anak Usia 5-6 Tahun di TK Negeri 1 Matan Hilir Selatan Ketapang. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, Volume III, pp. 1-14.

Arikunto, 2011. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ayu Nyoman, Sukreni, 2014, Penerapan Metode

Pemberian Tugas

Berbantuan Media Balok Untuk Meningkatkan Perkembangan

KognitifAnak

Kelompok B, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, No.1 Vol 2.

Ayu Putu Puriani, 2014, Penerapan Model Pembelajaran Picture And Picture Melalui Kegiatan Bermain Balok

Istimewa Untuk

Meningkatkan

Perkembangan Kognitif, Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini Vol 2, No 1.

Bahri Syaiful Djamarah, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta. Djali,

2013, Psikologi

Perkembangan, Jakarta:

Bumi Aksara..

(13)

13 Dahlan, M. S., 2011. Statistik

Untuk Kedokteran dan Kesehatan. 5 penyunt.

Jakarta: Salemba Medika.

Dimyanti Johni, 2013, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasiya pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Jakarta: Kencana

Daryanto, 2013. Inovasi Pembelajaran Efektif.

Bandung: Yrama Media.

Esty Ratnasari tahun 2013 , t.thn.

Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Melalui Bermain Membatik pada Kelompok B RA Al-Islam Mangunsari 02 Gunungpati Semarang Tahun Ajaran 2013/2014.

Febrianingsih, 2014. Tingkat Penerapan Perkembangan Motorik Halus Anak TK ABA Kelompok B Se- Kecamatan Minggir Sleman Yogyakarta. Jurnal

Pendidikan, IV(1), pp. 36- 43.

Hidayat, 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:

Salemba Medika.

Indriana, D., 2011. Ragam Alat Bantu Media Pengajaran.

Jogjakarta: Diva.

Ismafuri, dkk, 2016. Peningkatan Kemampuan Motorik Halus Melalui Teknik Mozaik pada Anak Kelompok B1 TK PKK51 Terong, Dlingo, Bantul, DIY. Jurnal Pendidikan, IV(2), pp. 30- 51.

Kemenkes RI, 2016. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Detekti dan Intervensi Dini Tumbuh Kembang Anak, s.l.: s.n.

Mufliharsi, R., 2017. Pemanfaatan Busy Book pada Kosakata Anak Usia Dini di PAUD Swadaya PKK. Jurnal

(14)

14 Pemanfaatan Busy Book,

II(2), pp. 23-42.

Notoatmodjo, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Papalia, D. E., dkk, 2008. Human Development (terjemahan A.

K. Anwar). Jakarta: Prenada Media Group.

Permendikbud, 2014. Peraturan Rahman, S. A., 2010. Alat

Permainan Edukatif untuk PAUD. Palu: Tandulako University Press.

Rahyubi, 2016. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Jakarta: Nusa Media.

Riskesdas, 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013, s.l.: s.n.

Ristianti, E., 2010. Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta.

Skripsi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Samsudin, 2008. Pembelajaran Motorik di Taman Kanak- kanak. Jakarta: Prenada Media Group.

Sujiono, 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak.

Jakarta: PT Indeks.

Sumiyati, dkk, 2016. Hubungan Stimulasi dengan Perkembangan Anak Usia 4- 5 Tahun di Desa Karangtengah Kecamatan Batarraden Kabupaten Banyumas. Jurnal LINK, Volume 1.

Zaman, B., 2008. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta:

Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.S

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 137 Tahun 2014 Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini, s.l.: s.n.

Presiden RI, 2003. Undang- undang Nomor 20 Tahun

(15)

15 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional.

s.l.:s.n.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) mampu meningkatkan kemampuan awal membaca anak usia 5-6 tahun dengan nilai rata- rata pada