• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon imun merupakan tanggapan sistem imun terhadap konfigurasi asing, dimana telah terjadi proses pengenalan oleh sel– sel pengenal (limfosit)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Respon imun merupakan tanggapan sistem imun terhadap konfigurasi asing, dimana telah terjadi proses pengenalan oleh sel– sel pengenal (limfosit)"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tanaman

1. Sistematika tumbuhan

Berdasarkan pustaka, berikut klasifikasi secara umum dari tumbuhan Lamtoro (Leucaena leucocephala) :

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Fabales

Family : Fabaceae Genus : Leucaena

Spesies : Leucaena leucocephala (Lamk.) de Wit.

2. Nama lain

Lamtoro (Leucaena glauca, Benth, Leucaena leucocephda) memiliki nama daerah diantaranya: pete cina (Sumatra), kemlandingan, lamtoro, petet (Jawa), Pelanding, peuteuy selong (Sunda), kalandingan (Madura), peteh selang, peteh cina (Jawa) (Arisandi, 2006).

3. Kegunaan bagi masyarakat

Secara empiris lamtoro digunakan untuk mengobati penyakit antara lain diabetes militus, cacingan, gairah seks, luka baru dan bengkak, tlusuben (kasura) (Arisandi, 2006).

4. Kandungan kimia

Petai cina mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, tanin, mimosin, leukanin, protein, asam lemak dan serat (Skerman cit, Sartinah 2010). Biji lamtoro yang sudah tua setiap 100 g mempunyai nilai kandungan kimia berupa zat kalori sebesar 148 kalori, protein 10,6 g, lemak 0,5 g, hidrat arang 26,2 g, kalsium 155 mg, besi 2,2 mg, vitamin A, Vitamin BI 0,23 mg, vitamin C 20 mg (Arisandi, 2006).

(2)

B. Sistem Imun

Sitem imun dalam tubuh adalah semua mekanisme pertahanan yang digunakan tubuh untuk mempertahankan keutuhan tubuh dari bahaya yang menyerang tubuh, mekanisme yang memperantarainya terbagi atas sistem imun bawaan dan sistem imun didapat. Mekanisme adaptif terbentuk setelah mekanisme bawaan dimana melakukan banyak fungsi dengan interaksi dan mekanisme (Playfire, 2009). Respon imun merupakan tanggapan sistem imun terhadap konfigurasi asing, dimana telah terjadi proses pengenalan oleh sel–

sel pengenal (limfosit). Proses ini akan melibatkan interaksi antar sel dan substansi berupa sitokin, reseptor, molekul ko-reseptor, dan molekul penyaji (molekul MHC). Sistem imunologik dapat diaktifkan oleh benda asing yang timbul dari lingkungan eksternal, tetapi juga oleh benda asing yang ada dalam lingkungan internal (Bellanti, 1993).

Sel yang terlibat dalam imunitas berasal dari prekusor disum-sum tulang dan bersikulasi dalam darah atau ke jaringan. Sel-sel darah yang berpengaruh pada sistem imun yaitu: Leukosit (sel darah putih) merupakan komponen darah yang berkaitan dengan sistem imun. Leukosit terdiri dari granulosit dan agranulosit yang berperan melawan antigen dan mikroorganisme. Leukosit berperan dalam sistem imun spesifik baik humoral maupun seluler dan non spesifik (Neutrofil, Makrofag, sel dendrit, sel NK).

Neutrofil merupakan salah satu dari jenis sel granulosit yang paling umum dalam darah manusia, sel fagosit dengan masa hidup singkat dengan granul yang mengandung substansi pembunuh bakteri (bakterisidal). Sel-sel limfoid meliputi sel plasma dan limfosit. Sel-sel ini sekali tersensitisasi menjadi siap dan dinamakan imunosit yang dapat bereaksi dengan antigen dan menghasilkan antibodi (Limfosit B) imunitas humoral atau menghasilkan peristiwa seluler (Limfosit T). Setelah distimulasi baik limfosit B dan limfosit T, jalur diferensiasi yang berganti-ganti menghasilkan suatu sub populasi sel

(3)

melakukan upaya perlindungan terhadap tubuh baik pada imunitas humoral maupun seluler (Playfire, 2009; Bellanti, 1993).

Makrofag merupakan sel fagosit di dalam sistem imun, baik berperan fungsional dalam fagositosis maupun perannya sebagai antigen presenting cells (APC). Sel makrofag yang belum berkembang masuk ke peredaran darah berbentuk monosit, apabila sel ini keluar dari sirkulasi dan sampai jaringan maka akan menetap sebagai makrofag (Abbas et al, 2004).

Makrofag bertempat di jaringan dan rongga serosa seperti pleura dan peritoneum (Playfire, 2009). Makrofag merupakan mononuklear sel fagosit yang berasal dari monosit dalam darah yang dihasilkan dari sel-sel induk dalam sum-sum tulang. Sel-sel ini memiliki peran tidak spesifik, peran dalam pertahanan kekebalan tubuh. Sel ini mengandung lisosom dan mengerahkan aksi mikrobisida terhadap mikroba, dapat juga memiliki aktivitas tumorisidal yang efektif ( Cruse dan Robert, 1937).

Fagositosis adalah salah satu jenis endositosis, istilah umum untuk penyerapan oleh sel bahan dari lingkungannya, membran plasma sel mengembang sekitar bahan partikel, yang dapat mencakup seluruh patogen mikroorganisme, untuk membentuk vesikel besar yang disebut phagosom.

Kebanyakan fagositosis dilakukan dengan sel khusus, seperti monosit darah, neutrofil, dan makrofag. Kebanyakan jenis sel ini mampu bentuk lain dari endositosis, seperti endositosis reseptor-mediated, di mana molekul ekstraseluler diinternalisasikan setelah mengikat oleh reseptor seluler spesifik, dan pinositosis, dimana sel-sel mengambil cairan dari sekitarnya media bersama dengan molekul yang terkandung di dalamnya (Goldsby, 2002).

Pada manusia, fagositosis dilakukan terutama oleh fagosit mononuklear, neutrofil, dan dalam jumlah sedikit dilakukan oleh eosinofil.

Sel-sel tersebut biasanya dinamakan sebagai sel-sel fagositik (Bellanti, 1993).

(4)

C. Imunomodulator

Imunomodulator merupakan subtansi atau obat yang dapat memodulasi fungsi dan aktivitas sistem imun. Imunomodulator dibagi menjadi tiga kelompok yaitu imunostimulator, imunoregulator, dan imunosupresor. Kebanyakan imunomodulator yang berasal dari tumbuhan telah banyak diteliti dan imunostimulator dimaksudkan untuk menekan atau mengurangi infeksi bakteri ataupun virus, mengatasi imunodefisiensi dan menstimulus sistem imun disebut biological respone modifiers (BRM).

Imunomodulator yang dikenal ada dua golongan yaitu imunomodulator biologis dan sintetik (Wiedosari,2007). Contoh dari imunomodulator biologi adalah sitokin, antibodi monoklonal, jamur, hewan dan tanaman obat.

Imunomodulator sintetik yaitu levamisol, isoprinosin dan muranil peptidase (Prasetyo,2012).

Cara kerja imunomodulator meliputi : 1) mengembalikan fungsi sistem imun yang terganggu (imunrestorasi), 2) memperbaiki fungsi sitem imun (imunostimulasi) dan 3) menekan respons imun (imunosupresi).

Imunomodulator digunakan terutama pada penyakit imunodefisiensi, infeksi kronis dan kanker. Pemberian imunostimulan atau imunomodulator sangat diperlukan untuk mencegah penghancuran sel penolong CD4+ pada pasien AIDS dan kanker (Katzung, 1995). Mekanisme imun bawaan umumnya bekerja dengan cara melawan respon yang diberikan. Namun ada saatnya imun tersebut tampak berhasil dan mengubah keseimbangan dengan imunostimulasi nonspesifik ( aktivitas makrofag, sitokin dll) (Playfire, 2009).

Penekanan terhadap respon imun biasanya terjadi dalam penanganan transplantasi organ, hipersensitifitas berat dan autoimun. Dan sebagian besar metode yang tersedia saat ini kurang atau bersifat nonspesifik juga efek samping yang berbahaya maka penggunaannya dibatasi (Playfire, 2009).

(5)

anggur koloni berwarna abu-abu hingga kuning tua, koagulase positif (Jawets et al, 1996) dan sifatnya sebagai bakteri komensal dalam tubuh manusia yang jumlahnya berimbang dengan flora normal lain. S.aureus pada manusia diantaranya ditemukan pada hidung dan tenggorokan (50%), kulit (20%), dan tangan (5-30%) (Jawets et al, 1996).

Staphylococcus aureus dianggap sebagai patogen dari genusnya yang secara asimtomatik sering ditemukan, dan organisme ini ditemukan pada 40%

orang sehat pada bagian hidung, kulit, ketiak, atau perineum. Reseptor SA yang terdapat dipermukaan sel pejamu dan protein matriks yang membantu organism ini untuk melekat. Dan memproduksi enzim litik ekstraseluler (misalnya lipase) yang memecah jaringan pejamu dan membantu saat invasi (Gillespie dan Kathleen, 2007). Hal ini dikarenakan S.aureus mempunyai bagian-bagian dan produk yang mendukungnya sebagai salah satu bakteri patogen diantaranya adalah dinding sel Staphylococcus sp sebagian besar terdiri dari peptidoglikan yang mempunyai aktifitas seperti endotoksin, menstimulasi keluarnya sitokin dari makrofag yaitu interleukin-1 dan aktifasi komplemen dan mencegah fagositosis PMN, adanya toxin dan enzim yang dihasilkan untuk merusak sel inang (Jawets et al, 1996; lowy, 1998).

Referensi

Dokumen terkait

Tidur adalah mekanisme istirahat bagi tubuh, otak dan organ-organ tubuh untuk mengalami pemulihan. Selain untuk kesehatan, tidur yang cukup membuat tubuh segar untuk

Although our study focused on the negative impact of electronic devices on body mass index, we do agree that they may also be of some benefit wearable electronic devices may be helpful