• Tidak ada hasil yang ditemukan

RESUME PEMODELAN SISTEM TRANSPORTASI

N/A
N/A
Ance Fungki Manik

Academic year: 2024

Membagikan "RESUME PEMODELAN SISTEM TRANSPORTASI "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

RESUME

PEMODELAN SISTEM TRANSPORTASI

Dosen Pengampu : Hamidun Batubara, Ir. Mt Ir. Dody Sibuea, S. T., M. T

Nama : Ance Fungki Manik NIM : 5203250026

Kelas : TS A 2020

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK SIPIL JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022

(2)

MODEL SEBARAN PERJALANAN

Perjalanan merupakan suatu kegiatan rutin yang selalu dilakukan setiap orang setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidup. Suatu perjalanan tersebut tidak lepas dari daerah atau zona asal dan tujuannya. Zona merupakan subdaerah dari daerah kajian, dimana daerah kajian adalah suatu daerah geografis yang didalamnya terletak zona asal dan tujuan yang diperhitungkan dalam model kebutuhan transportasi. Zona asal merupakan zona yang menghasilkan atau melakukan perjalanan ke zona tujuan karena suatu sebab yang penting dan menguntungkan bagi pelaku pergerakan.

Kebutuhan akan perjalanan ini akan menimbulkan permasalahan transportasi, khususnya saat manusia melakukan perjalanan pada saat waktu yang bersamaan untuk menuju daerah tujuan yang sama pada suatu daerah. Kemacetan adalah salah satu contoh kasus yang sering muncul akibat adanya perjalanan tersebut, yang salah satunya diakibatkan tidak meratanya sebaran dari suatu tempat ke tempat lain. Sebaran perjalanan merupakan suatu susunan pola perjalanan dari suatu daerah asal menuju daerah tujuan. Dalam perencanaan transportasi perkotaan, sebaran perjalanan merupakan tahap kedua dari 4 tahap perencanaan yang ada (bangkitan perjalanan, sebaran perjalanan, pilihan moda transportasi dan pilihan rute).

Menurut John Black (1981), tujuan dilakukannya tahap sebaran perjalanan (trip distribution) adalah untuk menemukan sebuah persamaan atau model yang dihasilkan dari pola perjalanan antara zona asal dan zona tujuan lalulintas, agar menemukan solusi sebaran perjalanan yang terpusat pada salah satu jalur lalulintas yang ada. Tidak meratanya sebaran perjalanan tersebut karena tingkat pertumbuhan yang terjadi pada suatu daerah pasti berbeda dengan daerah yang lainnya, sehingga tingkat aksesibilitas suatu daerah pasti berbeda pula.

Oleh karena itu perlu untuk memprediksi sebaran perjalanan dari zona asal ke zona tujuan untuk mendapatkan jumlah sebaran perjalanan dan pengaruh aksesibilitas (waktu,jarak dan biaya) terhadap model sebaran perjalanan.

Model sebaran perjalanan merupakan banyaknya jumlah perjalanan yang berasal dari suatu zona asal menuju ke zona tujuan (Tamin, 2000).

Pengertian Distribusi Perjalanan Pemodelan Distribusi atau Sebaran Perjalanan (Trip Distribustion Model) merupakan suatu tahapan pemodelan yang memperkirakan distribusi jumlah pergerakan yang berasal dari suatu zona asal (origin, i) menuju ke suatu zona tujuan (destination, j). Model sebaran perjalanan juga melibatkan proses kalibrasi persamaan-

(3)

persamaan yang akan menghasilkan seakurat mungkin hasil model terhadap hasil observasi lapangan dari pola pergerakan asal dan tujuan lalu lintas.

Skematik Pengertian Distribusi Perjalanan

Kebutuhan Data Untuk Model Distribusi Perjalanan

1. Data pola pergerakan/perjalanan asal-tujuan antar zona sebagai jumlah arus lalu lintas, yang dapat berupa kendaraan, penumpang atau barang.

2. Matriks interzonal transport impedance (jarak, waktu, atau biaya)

3. Distribusi frekuensi menunjukkan jumlah pergerakan untuk setiap kategori transport impedance.

Data Distribusi Perjalanan

1. Home interview survei dan survei lalu lintas lainnya (O-D survey dan traffic counting survey) akan menghasilkan pola lalu lintas (base year) antar zona-zona dalam daerah studi dimana survei-survei ini juga akan memberikan jumlah pergerakan inter-zona dan intrazona.

2. Jumlah pergerakan inter-zona tersebut dapat dijadikan data untuk menggambarkan pola sebaran perjalanan yang terjadi.

3. Jumlah arus pergerakan dinyatakan dalam matrik pergerakan atau matrik asal tujuan (MAT) atau O-D matrix.

(4)

Matriks Asal-Tujuan (MAT)

1. MAT disusun sebagai matrik dua dimensi dengan jumlah baris dan kolom disesuaikan dengan jumlah zona yang diamati.

2. Zona Asal (i) terlihat sebagai baris dari matriks yang menjelaskan darimana sejumlah berjalanan berasal, dan zona tujuan (j) terlihat sebagai kolom dari matriks yang menyatakan kemana sejumlah perjalanan didistribusikan.

3. Jumlah lalu lintas antara zona i dan zona j dinyatakan dengan Tij dan terlihat masing- masing kotak dalam MAT.

4. Total trip production dan trip attraction dapat dihasilkan dari informasi MAT. Untuk setiap zona asal, jumlah pergerakan dalam satu garis akan menghasilkan total trip production pada suatu zona tertentu dan jumlah kolom akan menghasilkan trip attraction untuk zona tersebut.

Sel Matriks Asal Tujuan

1. Jumlah arus lalu lintas (kendaraan, penumpang dan barang) diperoleh dari hasil survei.

2. Perkiraan jumlah perjalanan yang terjadi dihubungkan dengan data saat ini dengan faktor pertumbuhan arus lalu lintas.

3. Terdapat beberapa metode matematik-statistik untuk mendapatkan MAT yang akan datang.

Matrik Transport Impedance

Informasi lain yang perlu tersedia untuk pemodelan distribusi perjalanan adalah :

1. Matriks yang menunjukkan informasi mengenai spatial separation untuk masing- masing zona (dalam satuan jarak, waktu atau biaya). Nilai transport impedance biasanya diasumsikan sebagai rute terpendek, tercepat atau termurah dari suatu zona asal ke zona tujuan.

2. Dari suatu zona asal ke zona tujuan dalam suatu sistem, terdapat beberapa kemungkinan rute, yang disebut sebagai tree. Rute terpendek (dalam hal biaya, jarak atau waktu) dari suatu zona i ke j disebut sebagai skim tree. Rute tersebut digunakan untuk mengestimasi transport impedance.

Distribusi Frekuensi Transport Impedance

(5)

Distribusi Frekuensi Transport Impedance Informasi akhir yang penting (distribusi frekuensi dari transport impedance) didapat dua matriks (survei O-D dan survei transport impedance).

Contoh Pembentukan MAT :

Alternative modal sebaran perjalanan dibagi menjadi 3 yaitu : 1. Model langsung (Direct Model)

(6)

Pendekatan ini sudah digunakan sejak lama sehingga dapat diidentifikasi beberapa permasalahan yang timbul yang berkaitan dengan penggunaannya. Pendekatan ini sangat tergantung dari hasil pengumpulan data dan survey lapangan. Proses wawancara dapat mengganggu pengguna jalan dan menimbulkan kemacetan lalu lintas. Kendala waktu da biaya juga membatasi jumlah wawancara sehingga sering terjadi jumlah sampel tidak bisa mencapai 100%. Selain itu, pemilihan metode survey pengumpulan data juga sangat tergantung pada ketersediaan surveyor.

2. Model konvensional

Model ini dikelompokkan menjadi metode langsung dan metode tidak langsung. Model ini dikembangkan dengan menggunakan data hasil survey asal tujuan misalnya di tepi jalan, pencatatan nomor kendaraan dan lain-lain. Hasil survey (sampling) diolah menjadi MAT untuk wilayah studi. Model konvensional dibagi menjadi :

a. Model Analogi

Metode analogi ini merupakan hasil perkalian dari MAT saat ini dikalikan dengan faktor pertumbuhan sehingga menghasilkan MAT di masa yang akan datang.

Bentuk dasar dari model analog ini adalah persamaan matematis yang menghubungkan beberapa variabel dan parameter bentukan dari suatu MAT, yakni dengan mengekspansi MAT dasar (yang sebelumnya telah diketahui) dengan suatu faktor pertumbuhan zona yang berbeda.

b. Model Gravity

Model gravity didasari oleh prinsip pergerakan dari zona asal ke zona tujuan berbanding lurus dengan besarnya bangkitan lalu lintas zona asal dan juga tarikan lalu lintas di zona tujuan serta berbanding terbalik dengan jarak antar kedua zona tersebut. Model sitetis yang paling popular adalah model gravity yang menganalogikan bahwa fenomena sebaran perjalanan dengan hukum gravitasi newton. Model gravity terdiri dari empat macam :

1) Model UCGR (Tanpa-Batasan)

Batasan pada model ini adalah jumlah pergerakan yang dihasilkan harus dama dengan total pergerakan yang diperkirakan dari tahap bangkitan pergarakan dan memiliki persamaan yang sama dengan persamaaan pada model UCGR, jumlah bangkitan dan tarikan yang dihasilkan tidak harus sama dengan perkiraan hasil bangkitan pergerakan. Model ini digunakan untuk perjalanan yang berbasis bukan rumah. Model ini digunakan apabila jumlah data yang didapatkan tidak cukup, atau ketepatan hasil tidak begitu dipermasalahkan untuk kajian

(7)

perencanaan jangka panjang, misalnya untuk kota yang tumbuh dan berubah cepat.

2) Model PCGR (dengan Batasan – Bangkitan)

Pada modle PCGr ini total pergerakan global hasil bangkitan pergerakan yang dihasilkan dengan pemodelan; begitu juga bangkitan pergerakan yang dihasilkan model harus sama dengan hasil bangkitan pergerakan yang diinginkan. Akan tetapi tarikan tidak harus sama.

3) Model ACGR (dengan Batasan – Tarikan)

Pada model ACGR total pergerakan secara global harus sama dengan tarikan pergerakan yang didapat dengan pemodelan harus sama dengan hasil tarikan pergerakan yang diinginkan. Sebaliknya, bangkitan pergerakan yang didapat dengan pemodelan tidak harus sama.

4) Model DCGR (dengan Batasan bangkitan dan Tarikan)

Teori pada model ini adalah bahwa bangkitan dan tarikan pergerakan harus selalu sama dengan yang dihasilkan oleh tahap bangkitan pergerakan.

5) Kaliberasi Singly Constarained Model Gravity

Jika nilai Cij, Bj, dan Dj diketahui, parameter Gravity yang belum diketahui hanyalah parameter α dan β jika dipertimbangkan fungsi eksponensial, pangkat dan taneer. Jika diasumsikan hanya menggunakan parameter β (fungsi eksponensial dan pangkat), maka setelah nilai β diketahui.

KESIMPULAN

1. Model distribusi perjalanan pada intinya adalah membangun matriks asal tujuan (MAT) untuk memprediksi sebaran perjalanan di masa yang akan datang.

2. Model yang digunakan berupa model analogi dan model sintetik.

3. Model faktor pertumbuhan hanya memperhitungkan faktor pertambahana arus lalu lintasnya tanpa memperhitungkan faktor penghambat misalnya biaya maupun waktu perjalanan.

4. Model Furness terbukti yang terbaik (lebih mudah dan efisien) dibandingkan model analog lainnya. Meskipun demikian, dari perbandingan hasil antara model Fratar, Detroit dan Furness menghasilkan distribusi yang hampir sama.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengidenfifikasi daerah/zona asal dan tujuan, serta membangun model untuk memprediksi jumlah bangkitan perjalanan (trip generation) pelajar di

Hasil pemodelan sebaran suhu air pendingin PLTGU Pemaron mengikuti pergerakan massa air laut dengan jarak sebaran maksimum pada kondisi pasang ( flood ).. Sebaran maksimum

Analisa Model Sebaran Perjalanan Internal Masyarakat Kota Batu Dengan Menggunakan Metode Gravitasi.. Model Trip Distribution Penumpang Domestik Dan Internasional Di

Model sebaran pergerakan bertujuan untuk memperkirakan besarnya pergerakan dari setiap zona asal ke setiap zona tujuan, yang dipengaruhi oleh besarnya bangkitan setiap zona asal

Model Pemilihan Moda (Mode Choice models), yaitu pemodelan atau tahapan proses perencanaan angkutan yang berfungsi untuk menentukan pembebanan perjalanan atau mengetahui jumlah

Peramalan dengan model matematis terpilih ini dapat memperkirakan besarnya tarikan pergerakan dengan sepeda motor Dengan penambahan jumlah komponen sekolah dapat dihitung

Pada tulisan sebelumnya pemodelan dilakukan dengan melakukan pendekatan distribusi gabungan yaitu distribusi kontinu dan distribusi diskrit sehingga menghasilkan model

Penarikan perjalanan /perjalanan yang tertarik ( Trip Attraction ) Merupakan banyaknya ( jumlah ) perjalanan / pergerakan yang tertarik ke zona tujuan ( perjalanan yang