• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW LITERATUR: POLIMER ALAM DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK BERDASARKAN TEORI DAN PRAKTEK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "REVIEW LITERATUR: POLIMER ALAM DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK BERDASARKAN TEORI DAN PRAKTEK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

286

REVIEW LITERATUR: POLIMER ALAM DALAM PEMBUATAN BIOPLASTIK BERDASARKAN TEORI DAN PRAKTEK

Mega Legi Vela* dan Sri Mulyanti

Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Walisongo, Semarang, Indonesia

*Email: mega1_1908076018@student.walisongo.ac.id

Abstrak

Kimia adalah salah satu mata pelajaran pada jenjang SMA/MA yang sebagian besar merupakan ilmu percobaan di laboratorium. Makromolekul merupakan polimer yang terdiri dari molekul-molekul besar yang terbagi menjadi polimer alam dan sintesis. Plastik merupakan polimer sintesis yang sangat berbahaya bagi lingkungan dan ekosistem. Diperlukan polimer alam yang lebih ramah lingkungan dan mudah terurai dengan menerapkan konsep green chemistry. Bioplastik ialah polimer yang mudah terdegradasi dengan baik melalui mikroorganisme atau pun cuaca. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi polimer alam yang bisa digunakan dalam pembuatan bioplastik dengan menggunakan metode review literatur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pati dari biji alpukat, biji cempedak, biji durian, jagung, aren, kolang-kaling, bonggol pisang, kulit pisang, kulit singkong, ubi negara, ubi talas, rumput laut dan singkong dapat digunakan sebagai polimer alami dalam pembuatan bioplastik. Setelah dilakukan telaah berbagai penelitian dalam pembuatan bioplastik dengan bahan polimer alami, dapat disimpulkan bahwa pembuatan bioplastik membutuhkan alat, bahan, dan waktu yang lama, sehingga diperlukan media pembelajaran yang efektif dan inovatif dalam membelajarkan siswa tentang pembuatan bioplastik dari bahan polimer alam dan memahamkan bagaimana reaksi pembentukannya.

Kata kunci: makromolekul; green chemistry; polimer alam; bioplastik.

Abstract

Chemistry is one of the subjects at the SMA/MA level, most of which are experimental sciences in the laboratory.

Macromolecules are polymers consisting of large molecules which are divided into natural and synthetic polymers.

Plastic is an synthetic polymer that is very harmful to the environment and ecosystem. Natural polymers that are more environmentally friendly and easily biodegradable are needed by applying the concept of green chemistry.

Bioplastics are polymers that are easily degraded either through microorganisms or the weather. This study aims to identify natural polymers that can be used in the manufacture of bioplastics using the literature review method. The results showed that starch from avocado seeds, chempedak seeds, durian seeds, corn, the fruit of the sugar palm, kolang-kaling, banana weevil, banana peel, cassava peel, sweet potato, taro sweet potato, seaweed and cassava can be used. as a natural polymer in the manufacture of bioplastics. After examining various studies in the manufacture of bioplastics with natural polymer materials, it can be concluded that the manufacture of bioplastics requires tools, materials and a long time, so that effective and innovative learning media are needed in teaching students about making bioplastics from natural polymer materials and understanding how the reactions of their formation are needed.

Keywords: macromolecule; green chemistry; natural polymer: bioplastic.

(2)

287

PENDAHULUAN

Kimia merupakan salah satu mata pelajaran di tingkat SMA/MA yang sebagian besar merupakan ilmu eksperimen di laboratorium. Makromolekul merupakan pembelajaran kimia yang sifatnya deskriptif (teoritis), siswa dituntut untuk menghafal dan mengingat materi saja sehingga materi tampak abstrak (Nurjayadi & Kartika, 2012). Tidak kurang dari 63,64% siswa mengalami kesulitan mempelajari makromolekul karena kesulitan dalam memahami materi dan kurangnya bahan ajar (Winarti & Sartika, 2014). Bahkan, guru cenderung kurang memperhatikan karakteristik mata pelajran yang diajarkan dan sering diajarkan secara tekstual (Sudarisman, 2015).

Makromolekul adalah polimer yang terdiri dari molekul besar yang dibagi menjadi polimer alam dan sintesis. Polimer sintetis sangat umum digunakan dalam kehidupan manusia dan telah menjadi kebutuhan dalam jumlah yang tidak terduga. Polimer sintetis banyak digunakan dalam berbagai bidang karena sifat-sifat polimer yang mudah divariasikan. Misalnya, plastik lebih banyak digunakan dan dipasarkan dengan penggabungan zat aditif (Hahladakis et al., 2018).

Plastik adalah polimer sintesis yang sangat berbahaya bagi ekosistem dan lingkungan. Sampah plastik bersifat non- biodegradable, artinya hampir tidak mengalami dekomposisi di dalam tanah (Yousif & Haddad, 2013). Pencemaran plastik kini sudah menjadi masalah yang serius.

Asia adalah produsen plastik terbesar yang menyumbang 49,5% dari total produksi dunia, dan China menyumbang 28% pada tahun 2015 (Okunola A et al., 2019). Indonesia merupakan penghasil polutan plastik terbesar kedua setelah China, dengan 0,48-1,29 ton plastik per tahun (Jambeck et al., 2015). Para peneliti memprediksi bahwa setiap tahun hingga tahun 2050, keberadaan ikan diperkirakan sebanding dengan keberadaan plastik di laut. Sekitar 500 miliar kantong plastik digunakan setiap tahun, dan akhirnya sekitar 13 juta ton jatuh ke laut, menewaskan sekitar 1 miliar orang dan 100.000 kehidupan laut (Okunola A et al., 2019).

Persistensi plastik di lingkungan selalu meningkat selama 10 tahun terakhir, karena ada 50% plastik yang beredar merupakan plastik sekali pakai (Pivnenko et al., 2015).

Kemasan plastik, yang dibuang baik di darat ataupun di laut, tidak mengalami perubahan dalam komposisinya, tetapi dapat dipecah menjadi potongan-potongan kecil dengan bantuan panas mikroorganisme, kemudian berubah menjadi karbon dioksida dan air (Gasde et al., 2021). Makroplastik adalah sumber utama sampah plastik, makroplastik yang dilepaskan ke lingkungan dapat mengalami perubahan ukuran dan akan dimakan oleh konsumen di tingkat pertama dari rantai makanan, dan kemudian pada puncak konsumen tingkat tinggi dari rantai makanan akan mengalami proses biomagnifikasi (Cole et al., 2013). Plastik terkandung dalam ukuran mikro dan nano di

(3)

288

lingkungan seperti makanan, sistem pembuangan limbah, air bersih, dan air minum. Kehadiran plastik dan bahayanya bagi kesehatan manusia dapat menyebabkan kanker karena terdapat di dalam sel sebagai unit terkecil dari tubuh manusia (Firmansyah et al., 2021). Sampah plastik yang dibuang ke sungai dapat menyebabkan banjir dan beberapa penyakit, seperti: diare, demam berdarah, leptospirosis, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, penyakit saluran cerna lain seperti demam tifoid dan penurunan kondisi penderita penyakit kronik (Baihaqi, 2021). Oleh karena itu, masalah rendahnya kesadaran lingkungan dapat diselesaikan dengan baik melalui pendidikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran, meskipun membutuhkan waktu yang cukup lama (Simsekli, 2015).

Salah satu cara untuk mengatasi masalah sampah sintetik ini adalah dengan membuat bioplastik dengan bahan polimer alam. Bioplastik ialah polimer yang mudah terdegradasi dengan baik melalui mikroorganisme atau pun cuaca. Polimer alam lebih ramah lingkungan dan mudah terurai dengan menerapkan konsep green chemistry.

Green chemistry dapat diartikan sebagai konsep teknologi kimia inovatif yang

dipergunakan buat mengurangi penggunaan serta produksi bahan kimia berbahaya (Lancaster, 2002).

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi polimer alam yang bisa digunakan dalam pembuatan bioplastik.

Dimana hal ini dapat mempermudah guru atau pengajar dalam membuat desain praktikum pada pembelajaran kimia dengan materi makromolekul. Harapan adanya pengajaran pembuatan plastik menggunakan bahan alam dapat menumbuhkan karakter kepedulian lingkungan siswa di Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan studi literatur yang digunakan untuk memberikan gambaran tentang polimer alam yang dapat digunakan sebagai bahan utama bioplastik di sekitar lingkungan. Metode ini merupakan metode yang digunakan untuk memverifikasi hasil penelitian yang telah peneliti lakukan selama ini. Penelitian ini dilakukan dengan analisis deskriptif yang mendeskripsikan data yang selanjutnya diolah.

Artikel dari database jurnal ilmiah yang digunakan untuk studi literatur, yaitu:

Crossref, Google Scholar, OpenAlex, Scopus, dan Semantic Scholar. Proses skrining artikel tersaji pada Gambar 1.

(4)

289

Gambar 1: Bagan Skrining Artikel

HASIL DAN PENELITIAN

Gambar 2: Diagram Identifikasi Makromolekul 3.1 Macam-Macam Polimer Alam

3.1.1 Polimer Alam Pati Biji Alpukat Pembuatan plastik berbahan dasar pati biji alpukat telah diteliti oleh Muhammad, Rina Ridara, dan Masrullitame pada tahun 2020 dan diperoleh plastik biodegradable berupa lembaran plastik berwarna coklat. Warna coklat yang diperoleh pada sampel bioplastik terjadi karena irisan biji alpukat berubah dari putih menjadi coklat kemerahan bila terkena udara, karena biji alpukat mengandung senyawa fenolik dopa (3,4 dihidroksi fenilalanin). Senyawa

fenolik ini dapat menginduksi pencoklatan enzimatis melalui reaksi oksigen dan substrat fenol dengan katalis polifenol oksidase (Muhammad et al., 2021).

Hasil analisis bioplastik menunjukkan bahwa sampel uji tarik terbaik adalah BPS-10, dengan kitosan 2,5g dan gliserol 10mL, memiliki nilai tarik 4 MPa.

Persentase elongasi terbaik yang diperoleh pada sampel BPS-6 adalah 54,5 dengan komposisi 0,5 g kitosan dan 10mL gliserol. Hasil penyerapan air (swelling) terbaik diperoleh dari sampel BPS-6 pada

(5)

290

suhu 30°C, karena semakin kecil laju pengembangan pada bioplastik maka semakin besar pula laju ketahanan plastik dan plastik terdegradasi 100% dalam waktu 16 hari (Muhammad et al., 2021).

3.1.2 Polimer Alam Pati Biji Cempedak Hasil pencampuran kitosan dan pati biji cempedak dengan gliserol serta asam asetat menghasilkan plastik bening yang berwarna terang (cenderung kuning). Penambahan asam asetat menghasilkan bioplastik yang fleksibel, transparan, dan sesuai sebagai bahan pengemas. Hasil uji daya serap air terbaik dan ketahanan terhadap air terbaik ialah 2,69%

yang terdapat dapat sampel pati biji cempedak dan kitosan dengan perbandingan 1:1. Tingkat biodegradasi tertinggi terjadi pada rasio 1:3 selama 15 hari yaitu 35,17%, rasio 1:2 selama 15 hari 34,73%, rasio 1:1 dalam 15 hari ialah 33,45% (Santoso et al., 2019).

3.1.3 Polimer Alam Pati Biji Durian Bioplastik dapat dibuat dengan bahan utama pati biji durian.

Bioplastik yang dihasilkan dengan penambahan pati biji durian berpengaruh terhadap ketebalan, ketahanan air dan biodegradabilitas.

Dimana nilai kekuatan air dan biodegradabilitas pada bioplastik

dengan polimer alam pati biji durian lebih tinggi daripada yang tidak menggunakan pati biji durian. Hasil analisis diperoleh saat pengujian sifat-sifat bioplastik yaitu uji ketebalan 0,63–0,84 mm, uji kekencangan berkisar 71,44–86,58, dan uji Biodegradabilitas berkisar 17,78–47,06% (Alfarisi et al., 2021).

3.1.4 Polimer Alam Pati Jagung

Berdasarkan penelitian Purnavita & Dewi (2021), didapatkan bahwa bioplastik dengan penambahan pati jagung dan PVA dengan suhu disolusi berpengaruh terhadap sifat-sifat bioplastik yang terbentuk, meliputi ketahanan air, biodegradabilitas, dan bentuk bioplastik pati jagung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan 2 gram PVA pada setiap suhu pelarutan memberikan nilai ketahanan air 30-50%, laju biodegradasi 3-5 hari dan morfologi bioplastik yang baik (Purnavita & Dewi, 2021).

3.1.5 Polimer Alam Pati Pohon Aren Penelitian menunjukkan bahwa perbedaan rasio glukomanan dan pati aren dengan penambahan gliserol mempengaruhi sifat bioplastik. Dengan penambahan 0 mL gliserol (tanpa gliserol), campuran bioplastik dengan rasio

(6)

291

glukomanan dan pati aren (1:1), memberikan nilai ketahanan air tertinggi. Morfologi plastik cukup baik dan nilai kekuatan tarik cukup tinggi, tetapi perpanjangan rendah.

Sedangkan pada pengujian dengan penambahan 10 mL gliserol, dengan perbandingan 1:1 antara glukomanan dan pati aren memberikan nilai elongasi tertinggi dan hasil morfologi yang baik, tetapi daya tarik dan ketahanan air rendah. Bioplastik yang direkomendasikan adalah glukomanan dan pati aren dengan perbandingan 1:1 dengan penambahan gliserol kurang dari 10 mL (Purnavita et al., 2020).

3.1.6 Polimer Alam Pati Kolang-Kaling Pada penelitian Sutanti &

Dewi (2018), dikatakan bahwa penambahan pati kolang-kaling dan monogliserida dapat mempengaruhi sifat-sifat bioplastik yang dihasilkan. Penambahan pati kolang-kaling dan monogliserida dapat meningkatkan ketebalan, densitas dan pemanjangan bioplastik, namun penambahan monogliserida dapat mengurangi ketangguhan (rigidity) bioplastik.

3.1.7 Polimer Alam Pati Bonggol Pisang

Bioplastik dapat dibuat dari pati bonggol pisang yang

mengandung gliserin sebagai plasticizer dari minyak goreng bekas dan komposit kitosan dari cangkang bekicot. Hasil uji tarik tertinggi sebesar 3,7321 MPa pada variabilitas kitosan diperoleh dengan 5 gram pati kumbang pisang kepok komposisi A2. 0,2 g kitosan dan 5 mL gliserin. Hasil uji elongasi tertinggi adalah 9,4243%

untuk variasi kitosan yang diperoleh dengan A1 yang mengandung 5 g komposisi pati bonggol pisang kepok dan 0,1 g kitosan dan 5 mL gliserin. Hasil uji tarik tertinggi adalah 3,7321 MPa dengan variasi gliserol diperoleh pada B2 dengan komposisi pati bonggol pisang kepok 5 g dan 0,2 g kitosan dan 5 mL gliserin. Hasil uji elongasi maksimum sebesar 8,7321% pada variabilitas gliserol diperoleh dengan B2 pada komposisi 5 g pati bonggol pisang kepok. Kitosan 0,2 g dan gliserin 5 mL (Nafiayanto, 2019).

Peningkatan komposisi kitosan mengurangi laju % swelling, tetapi semakin tinggi jumlah gliserin yang ditambahkan, semakin besar laju % swelling. Seiring dengan perubahan komposisi kitosan dan gliserol, nilai WVTR menurun seiring dengan peningkatan komposisi kitosan dan gliserol.

(7)

292

Semakin tinggi konsentrasi kitosan, semakin sulit untuk menguraikan zat bioplastik, dan semakin tinggi konsentrasi gliserin, semakin mudah dan cepat dekomposisi sampel bioplastik. Hasil FTIR menunjukkan bahwa bioplastik yang disintesis memiliki nilai panjang gelombang yang sama dengan bahan bakunya, yaitu 3425,58 (OH), 2931,8 (CH), 1635,64 (NH) (Nafiayanto, 2019).

3.1.8 Polimer Alam Pati Kulit Pisang Bioplastik dapat disintesis dari pati kulit pisang kepok dengan penambahan selulosa serbuk gergaji sebagai bahan pengisi.

Biodegradabilitas bioplastik yang ditambahkan selulosa lebih tinggi daripada bioplastik tanpa selulosa.

Penambahan selulosa optimum ialah 2% dengan dekomposisi sampai 100%, dan terurai pada hari ke-15 proses penguburan. Fakta ini dibuktikan dengan spektrum FTIR sampel bioplastik yang menunjukkan penurunan intensitas yang sangat tajam pada beberapa puncak serapan (Illing et al., 2019).

3.1.9 Polimer Alam Pati Kulit Singkong Pada penelitian Dwi Pradana Putra, et al (2019), pembuatan bioplastik dapat menggunakan pati kulit singkong, dimana hasil terbaik ditemukan pada temperatur 75°C dan pH 5 dengan degradasi

tertinggi pada pengujian sampel ialah S1P3 dengan sifat daya tarik sebesar 1,181 MPa, daya perpanjangan saat putus sebesar 13,591%, elastisitas sebesar 8,744 MPa, dan degradasi selama 2 hari.

3.1.10 Polimer Alam Pati Ubi Negara Pada penelitian Sunardi, et al (2020), menunjukkan bahwa pati ubi Negara dapat dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam pembuatan bioplastik. Semakin banyak kaolin yang ditambahkan maka kadar air, permeabilitas uap air, penyerapan air, kelarutan, dan elongasi bioplastik semakin rendah.

Peningkatan jumlah kaolin juga meningkatkan kekuatan tarik dan ketebalan bioplastik yang dihasilkan. Berdasarkan data kekuatan daya tarik, penambahan kaolin yang optimal dalam produksi bioplastik ialah sebesar 30% (b/b) dan nilai daya kekuatan tariknya ialah 2,194 N/mm2. Berdasarkan standar kekuatan daya tarik, bioplastik pati kulit singkong dengan penambahan kaolin dapat digunakan sebagai tempat kemasan makanan (Sunardi, Ph.D. et al., 2020).

3.1.11 Polimer Alam Pati Ubi Talas Konsentrasi pati dan jenis plasticizer berpengaruh sangat besar terhadap kekuatan tarik,

(8)

293

perpanjangan saat putus, elastisitas dan pengembangan tebal, tetapi jenis plasticizer tidak berpengaruh

nyata terhadap nilai

biodegradabilitas. Sifat-sifat terbaik dari bioplastik pati ubi talas ialah dengan konsentrasi pati sebesar 6%

dengan memiliki nilai kekuatan daya tarik 2,270 ± 0,057 MPa, perpanjangan saat putus sebesar 14,50 ± 0,01%, elastisitas sebesar 15,683 ± 1,155 MPa, dan uji pengembangan ketebalan sebesar 29,89 ± 1,02% dengan kemampuan penguraian selama 67 hari (Situmorang et al., 2019).

3.1.12 Polimer Alam Pati Rumput Laut Pada penelitian Putri (2019), menunjukkan bahwa film komposit yang terbuat dari campuran rumput laut, pati singkong dan pati biji alpukat dapat dikembangkan menjadi bioplastik ramah lingkungan. Berdasarkan sifat, mekanik dan biodegradabilitas gugus fungsinya, komposit film bioplastik yang dicampur dengan biji alpukat menunjukkan sifat yang sangat baik. Penambahan pati rumput laut, pati singkong, dan pati biji alpukat membuat bioplastik memiliki kemampuan mengurai dalam tanah sebesar 53,54% selama 14 hari, kekuatan daya tariknya adalah 1,01 mPA dan hasil

perpanjangannya ialah 0.93% serta perpanjangan saat putusnya sebesar 0,5% (Putri, 2019).

3.2 Kelebihan dan Kekurangan Polimer Alam

Kelebihan penggunaan polimer dari alam adalah ramah lingkungan dan ketersediaannya melimpah di alam (Zunairah et al., 2022). Polimer alam juga mudah ditemukan tergantung dari letak geografis wilayah yang ada di Indonesia dan harganya terjangkau bahkan bisa dikatakan sebagai limbah buangan.

Kekurangan penggunaan polimer dari alam ialah butuh waktu dan proses yang cukup lama untuk mempersiapkannya.

SIMPULAN

Pada Studi literatur ini didapatkan polimer alam: biji alpukat, biji cempedak, biji durian, jagung, aren, kolang-kaling, bonggol pisang, kulit pisang, kulit singkong, ubi Negara, ubi talas, dan rumput laut. Pembuatan bioplastik menggunakan polimer alam memerlukan alat, bahan, dan waktu yang lama.

Diperlukan media pembelajaran yang efektif dan inovatif dalam membelajarkan siswa tentang pembuatan bioplastik dari bahan polimer alam dan memahamkan bagaimana reaksi pembentukannya.

DAFTAR PUSTAKA

Alfarisi, C. D., Fitri, Y., & Nisa, D. K. (2021).

Pengaruh Penambahan Tepung Biji Durian pada Pembuatan Bioplastik.

Biosaintropis (Bioscience-Tropic), 7(1),

(9)

294

44–55. https://doi.org/10.33474/e- jbst.v7i1.385

Baihaqi, M. F. (2021). Sampah Pembawa Penyakit Bagi Masyarakat. 2–6.

http://dx.doi.org/10.31219/osf.io/bzxs3 Cole, M., Lindeque, P., Fileman, E., Halsband,

C., Goodhead, R., Moger, J., &

Galloway, T. S. (2013). Microplastic ingestion by zooplankton. Environmental Science and Technology, 47(12), 6646–

6655. https://doi.org/10.1021/es400663f Dwi Pradana Putra, D. M., Harsojuwono, B.

A., & Hartiati, A. (2019). Studi Suhu dan pH Gelatinisasi pada Pembuatan Bioplastik dari Pati Kulit Singkong.

Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri, 7(3), 441.

https://doi.org/10.24843/jrma.2019.v07.i 03.p11

Firmansyah, Y. W., Fuadi, M. F., Ramadhansyah, M. F., Sugiester S, F., Widyantoro, W., Lewinsca, M. Y., Diyana, S., Marliana, N. I. V., Arumdani, I. S., Pratama, A. Y., Azhari, D., Sukaningtyas, R., & Hardiyanto, A.

(2021). Keberadaan Plastik di Lingkungan, Bahaya terhadap Kesehatan Manusia, dan Upaya Mitigasi: Studi Literatur. Jurnal Serambi Engineering,

6(4), 2279–2285.

https://doi.org/10.32672/jse.v6i4.3471 Gasde, J., Woidasky, J., Moesslein, J., &

Lang-Koetz, C. (2021). Plastics recycling with tracer-based-sorting: Challenges of a potential radical technology.

Sustainability (Switzerland), 13(1), 1–16.

https://doi.org/10.3390/su13010258 Hahladakis, J. N., Velis, C. A., Weber, R.,

Iacovidou, E., & Purnell, P. (2018). An overview of chemical additives present in plastics: Migration, release, fate and environmental impact during their use, disposal and recycling. Journal of Hazardous Materials, 344, 179–199.

https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2017.10 .014

Illing, I., Alam, M. N., & Elisusanti. (2019).

Pembuatan Bioplastik Berbahan Dasar Pati Kulit Pisang Kepok / Selulosa Serbuk Kayu Gergaji. Cokroaminoto Journal of Chemical Science, 1(1), 14–

19.

Jambeck, J. R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T. R., Perryman, M., Andrady, A., Narayan, R., & Law, K. L. (2015).

Plastic waste inputs from land into the ocean. Science, 347(6223), 768–771.

https://doi.org/10.1126/science.1260352 Lancaster, M. (2002). Green Chemistry: an

Introductory Text. The Royal Society of Chemistry.

Muhammad, M., Ridara, R., & Masrullita, M.

(2021). Sintesis Bioplastik Dari Pati Biji Alpukat Dengan Bahan Pengisi Kitosan.

Jurnal Teknologi Kimia Unimal, 9(2), 1.

https://doi.org/10.29103/jtku.v9i2.3340 Nafiayanto, I. (2019). Pembuatan Plastik

Biodegradable Dari Limbah Bonggol Pisang Kepok Dengan Plasticizer Gliserol Dari Minyak Jelantah Dan

(10)

295

Komposit Kitosan Dari Limbah Cangkang Bekicot (Achatina Fullica).

Integrated Lab Journal , 07(01), 75–89.

Nurjayadi, M., & Kartika, I. R. (2012). Upaya Peningkatan Aktivitas Mahasiswa Pada Pembelajaran Bilingual Biokimia I Dengan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Team Achievement Division (Stad) Di Jurusan Kimia Fmipa Unj. JRPK: Jurnal Riset Pendidikan Kimia, 2(1), 107–118.

https://doi.org/10.21009/jrpk.021.03 Okunola A, A., Kehinde I, O., Oluwaseun, A.,

& Olufiropo E, A. (2019). Public and Environmental Health Effects of Plastic Wastes Disposal: A Review. Journal of Toxicology and Risk Assessment, 5(2).

https://doi.org/10.23937/2572- 4061.1510021

Pivnenko, K., Jakobsen, L. G., Eriksen, M. K., Damgaard, A., & Astrup, T. F. (2015).

Challenges in plastics recycling.

Proceedings of the Fifteenth Waste Management and Landfill Symposium, Sardinia 2015.

Purnavita, S., & Dewi, V. C. (2021). Kajian ketahanan bioplastik pati jagung dengan variasi berat dan suhu pelarutan polivinil alkohol. Journal of Chemical Engineering, 2(1), 14–22.

Purnavita, S., Subandriyo, D. Y., &

Anggraeni, A. (2020). Penambahan Gliserol terhadap Karakteristik Bioplastik dari Komposit Pati Aren dan Glukomanan. Metana, 16(1), 19–25.

https://doi.org/10.14710/metana.v16i1.29 977

Putri, G. R. (2019). Karakterisasi Bioplastik Dari Rumput Laut (Eucheuma Cottonii) Dan Pati Singkong Dengan Penambahan Pati Biji Alpukat. Risenologi : Jurnal Sains, Teknologi, Sosial, Pendidikan, Dan Bahasa, 4(2), 59–64.

https://doi.org/10.47028/j.risenologi.2019 .42.52

Santoso, A., Ambalinggi, W., & Niawanti, H.

(2019). Pengaruh Rasio Pati dan Kitosan Terhadap Sifat Fisik Bioplastik dari Pati Biji Cempedak (Artocarpus champeden).

Jurnal Chemurgy, 3(2), 8.

https://doi.org/10.30872/cmg.v3i2.3577 Simsekli, Y. (2015). An Implementation To

Raise Environmental Awareness Of Elementary Education Students.

Procedia - Social and Behavioral Sciences, 191, 222–226.

https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.

449

Situmorang, F. U., Hartiati, A., &

Harsojuwono, B. A. (2019). Pengaruh Konsentrasi Pati Ubi Talas (Colocasia esculenta) dan Jenis Plasticizer Terhadap Karakteristik Bioplastik. Jurnal Rekayasa Dan Manajemen Agroindustri,

7(3), 457.

https://doi.org/10.24843/jrma.2019.v07.i 03.p13

Sudarisman, S. (2015). Memahami Hakikat Dan Karakteristik Pembelajaran Biologi Dalam Upaya Menjawab Tantangan

(11)

296

Abad 21 Serta Optimalisasi Implementasi Kurikulum 2013. Florea : Jurnal Biologi Dan Pembelajarannya, 2(1), 29–35.

https://doi.org/10.25273/florea.v2i1.403 Sunardi, Ph.D., S., Susanti, Y., & Mustikasari,

K. (2020). Sintesis Dan Karakterisasi Bioplastik Dari Pati Ubi Nagara Dengan Kaolin Sebagai Penguat. Jurnal Riset Industri Hasil Hutan, 11(2), 65.

https://doi.org/10.24111/jrihh.v11i2.5084 Sutanti, S., & Dewi, C. K. (n.d.). Teknik Kimia , Politeknik Katolik Mangunwijaya dan NaOH diperoleh dari laboratorium Akademi Kimia Industri St . Paulus Semarang . Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : reaktor berupa labu leher tiga yang dilengkapi dengan kondensor ( pe.

Winarti, R., & Sartika, R. P. (2014).

Pengembangan modul biokimia ii pada materi metabolisme karbohidrat untuk mahasiswa pendidikan kimia universitas tanjungpura. 1–11.

Yousif, E., & Haddad, R. (2013).

Photodegradation and photostabilization of polymers, especially polystyrene:

Review. SpringerPlus, 2(1), 1–32.

https://doi.org/10.1186/2193-1801-2-398 Zunairah, R. F., Farmasi, P. S., Farmasi, F., &

Surakarta, U. M. (2022). Polimer Biodegradable Sebagai Biomaterial Pada Sediaan.

Referensi

Dokumen terkait

Jadi pada perlakuan skarafikasi biji saga hasil praktikum tidak sesuai dengan literatur karena saga tidak tumbuh semua disebabkan pemotongan kulit biji terlalu kedalam hingga merusak,

In January 2016, the Northern Territory Government submitted an Expression of Interest under the National Water Infrastructure Development Fund – Feasibility Component for the Northern