• Tidak ada hasil yang ditemukan

Reward , Punishment dan Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa: Apakah Saling Berkolerasi?

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Reward , Punishment dan Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa: Apakah Saling Berkolerasi?"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Proceeding NATHLA : al-Nadwah al-‘Alamiyyah fi Ta’lim al-Lughah al-‘Arabiyyah (International Conference on Arabic Languange Teaching)

e-ISSN: 2747-1616

Published by: Arabic Education Departement (PBA), the Faculty of Education and Teacher Training (FTIK), State Islamic Institut (IAIN) of Palangka Raya.

Reward

,

Punishment

dan Motivasi Belajar Bahasa Arab Siswa: Apakah Saling Berkolerasi?

Muhammad Dhurun Nafis1, Nurul Wahdah2, Marsiah3

1,2,3Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Indonesia

E-mail: [email protected] Abstract

The purpose of this study was to determine the relationship between reward and punishment with students' motivation to learn Arabic. This study uses a quantitative approach to the type of correlation research.

Participants in this study were 57 MTS students. Data were collected using a questionnaire and analyzed using the product moment correlation formula. The results of this study indicate that the results of calculating the average value of the variable student attitudes about giving rewards and punishments is 85.26%. Meanwhile, the average calculation of the motivation to learn Arabic is 87.69%. This means that the variable student attitudes about giving rewards and punishments and motivation to learn Arabic for grade VIII students are in the "very strong" category, because they are in the 75% - 100% interval value. The results of this study indicate that there is a relationship between reward and punishment with the motivation to learn Arabic in students as evidenced by the value of rcount 0.602> rtabel 0.260 with a significance level of 5%.

Keywords: Reward & Punishment; Learning Motivation; Arabic Language

صخللما

مدختست .ةيبرعلا ةغللا ملعتل بلاطلا عفادو باقعلاو باوثلا ينب ةقلاعلا ديدتح وه ةساردلا هذه نم ضرغلا ةساردلا هذه في نوكراشلما ناك .طابترلاا ثحبلا عونل ايمك اجنه ةساردلا هذه 57

نم اًبلاط

MTS

. تم

سا مادختسبا تناايبلا عجم ترا ةلداعم مادختسبا اهليلتحو نايبت

لا هذه جئاتن يرشت .جتنلما ةظلح طاب ةسارد

طسوتم باسح جئاتن نأ لىإ ةميق

تاهاتجا بلاطلا ةيرغتلما لوح ءاطعإ تآفاكلما

تباوقعلاو

85.26

٪ .

امنيب غلب طسوتم باستحا

عفادلا ملعتل ةغللا ةيبرعلا 87.69

٪ . اذهو نيعي نأ فقاوم بلاطلا تلما ةيرغ

او تباوقعلاو تآفاكلما حنم لوح ا بلاطل ةيبرعلا ةغللا ملعتل عفاودل

، "اًدج ةيوق" ةئف في عقت نماثلا فصل

نيمزلا لصافلا ةميق في نوعقي منهلأ 75

٪ - 100 ينب ةقلاع كانه نأ لىإ ةساردلا هذه جئاتن يرشت .٪

ي امك بلاطلا دنع ةيبرعلا ةغللا ملعتل عفادلا عم باقعلاو باوثلا ةميق نم حضت

rcount 0.602> rtabel

0.260

بم ىوتس ةللاد 5

٪

.

لا ك ل ام :ةيسيئرلا ت باقعلاو ةأفاكلما

، ملعتلا عفادلا

، ةيبرعلا ةغللا

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar bahasa Arab siswa. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan

(2)

jenis penelitian korelasi. Partisipan dalam penelitian ini adalah siswa MTS berjumlah 57 orang. Data dikumpulkan menggunakan angket dan dianalisis menggunakan rumus korelasi product moment. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hasil penghitungan nilai rata-rata variabel sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment sebesar 85,26%. Sedangkan perhitungan rata-rata motivasi belajar bahasa Arab adalah sebesar 87,69%. Hal ini berarti bahwa variabel sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment dan motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII dalam kategori “sangat kuat”, karena berada pada interval nilai 75% – 100%. Dari hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa yang dibuktikan dari nilai rhitung 0,602 > rtabel 0,260 dengan taraf signifikansi 5%.

Kata kunci: Reward dan Punishment, Motivasi Belahar, Bahasa Arab

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan proses belajar mengajar yang dapat menghasilkan perubahan tingkah laku yang diharapkan. (Hidayat 2015) Cara untuk membina dan mencapai hidup yang baik, berkualitas dan berbudaya yaitu harus menggunakan jalur pendidikan, sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Tujuan pendidikan merupakan arah bagi anak didik, akan dibawa ke arah mana anak didik tersebut. Oleh karena itu guru sebagai aktor utama dalam pelaksanaan pendidikan merupakan pihak yang sangat berpengaruh dalam proses pembelajaran, diharapkan bisa mengemban tugasnya dengan sebaik-baiknya serta dapat memperbaiki moral peserta didiknya. Namun, dalam mengemban tugasnya tersebut guru selalu dihadapkan dengan permasalahan yang sama, yakni adalah pengelolaan kelas, serta motivasi siswa yang rendah dalam kegiatan belajar di kelas. (Hasanah 2015, 2)

Rendahnya motivasi siswa di kelas bisa disebabkan oleh metode mengajar yang digunakan guru yang menonton seperti metode ceramah saja. Guru hanya menjelaskan materi sepanjang jam pelajaran, sedangkan siswa hanya duduk manis mendengarkan sehingga membuat siswa tambah bosan dan jenuh. Menurut Muhibbin Syah (2011:181) dalam buku psikologi belajarnya mengemukakan bahwasanya kejenuhan belajar dapat melanda siswa apabila ia telah kehilangan motivasi dan konsolidasi salah satu tingkat keterampilan tertentu sebelum siswa tertentu sampai pada tingkat keterampilan berikutnya.

Selain itu, kejenuhan juga dapat terjadi karena proses belajar siswa telah sampai pada batas kemampuan jasmaniahnya karena bosan dan keletihan. Sehingga sebagai seorang guru tidaklah hanya mampu menyampaikan materi pelajaran dengan baik, tetapi ia harus mampu memotivasi siswanya, sebab motivasi ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Dalam proses belajar mengajar kreatifitas guru dan memodifikasi pembelajaran sangat dibutuhkan.

Guru harus pandai memilih metode mengajar yang tepat sesuai dengan siswanya.

Metode merupakan suatu tindakan yang dipilih guru untuk menerapkan kaidah-kaidah ilmu pembelajaran untuk mendorong siswa belajar dan tertarik dengan pelajaran. Karena berhasil tidaknya suatu proses pembelajaran di dalam kelas tergantung pada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa. Maka disinilah pentingnya penggunaan metode yang

(3)

tepat dalam mengajar agar siswa bisa mengikuti pembelajaran dengan senang dan antusias.

Sehingga tujuan dari pembelajaran yang diharapkan dapat terlaksana dengan baik.

Reward dan punishment merupakan salah satu metode yang efektif untuk memotivasi siswa dan sudah banyak dimanfaatkan oleh guru di suatu lembaga pendidikan, pemberian hadiah dan hukuman sangat penting dalam rangka membangun motivasi belajar siswa (Winkel,1991:100). Reward ini biasa diberikan ketika siswa telah berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik dan dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi belajarnya siswa. Hal ini sesuai yang dikemukakan oleh Djmarah “hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan. Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi agar senantiasa mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar” (Djamarah, 2002:123). Sedangkan punishment adalah tindakan yang dijatuhkan kepada anak secara sadar dan disengaja sehingga menimbulkan nestapa. Dengan adanya nestapa itu anak akan menjadi sadar akan perbuatannya dan berjanji untuk tidak mengulanginya. Sejalan dengan itu, Arifin mengatakan bahwa hukuman yang edukatif adalah pemberian rasa nestapa pada diri siswa akibat dari kelalaian perbuatan atau tingkah laku yang tak sesuai dengan tata nilai yang diberlakukan dalam lingkugan hidupnya (Hasibuan 2017, 247). Punishment biasa diberikan kepada siswa karena melakukan suatu kesalahan, perlawanan atau pelanggaran. Reward dan punishment disamping sebagai metode pembelajaran juga berfungsi untuk memotivasi siswa dalam mencapai prestasi belajar sebaik mungkin.

MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang bersifat responsif untuk menerima pembaharuan, MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya letaknya memang diujung perkotaan. Namun, proses belajar mengajar cukup kondusif karena berbasis Pondok Pesantren. Seperti yang diketahui bahwa pendidikan pesantren banyak terdapat metode reward dan punishment yaitu mendapatkan hadiah jika berprestasi dan mendapatkan hukuman jika melanggar aturan. Untuk memotivasi peserta didik, setiap orang berhak mendapatkan reward jika melakukan hal-hal positif seperti berperan aktif di kelas, menyimak dengan baik di kelas, menghafal kosakata dengan cepat, menjawab pertanyaan dengan cepat dan tepat. Dan setiap orang juga berhak mendapatkan punishment jika melakukan hal-hal negatif seperti ribut ketika proses pembelajaran berlangsung, tidak menghafalkan kosakata yang telah diberikan, tidak mengerjakan soal.

Contoh reward yang diberikan seperti pemberian kamus, buku, pulpen, makanan ringan, dll. Contoh punishment yang diberikan seperti menghafal kosakata, menulis atau mengarang bahasa Arab, membersihkan kelas atau halaman sekolah, dll. Sekiranya dapat dilihat pada objek lokasi penelitian bahwa peserta didik kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya selama ini telah mencapai prestasi yang cukup menggembirakan, tak bisa dipungkiri bahwa keberhasilan MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya mencapai puncak prestasi tak lepas dari keberhasilan pendidik dalam memotivasi peserta didiknya dengan berbagai cara dan pendekatan. Dalam hal ini cara yang diterapkan dalam memberikan motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya salah satunya adalah memberikan reward dan punishment kepada peserta didiknya. Mengingat reward dan punishment merupakan cara yang efektif dan banyak dimanfaatkan oleh guru di suatu lembaga pendidikan dengan tujuan agar motivasi belajar siswa bertambah, dari latar belakang diatas sekiranya sangat menarik untuk dilakukan sebuah penelitian tentang sejauh mana hubungan pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar siswa dalam belajar bahasa Arab. Dan penilitan ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian reward and punishment terhadap motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2019/2020.

(4)

Pengertian Reward dan Punishment

Reward menurut istilah ada beberapa hal, diantaranya adalah menurut Ngalim Purwanto (2006:182) reward adalah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan. Hal ini sejalan seperti yang dikatakan Arsana dkk. (2014, 455) mengutip pendapat Indrakusuma bahwa reward merupakan hal yang menggembirakan bagi anak, dan dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi belajarnya murid. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Djamarah bahwa reward (hadiah) adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan.

Dalam dunia pendidikan hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi agar senantiasa mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar. Contoh reward yang diberikan adalah pemberian pujian secara verbal (kata-kata motivasi, seperti : bagus, betul, dll) maupun nonverbal (anggukan kepala, senyuman atau bertepuk bahu), hadiah dan memberikan tambahan nilai kepada siswa yang dapat menuntaskan tugas belajar, serta dapat menjadi contoh yang baik kepada siswa lainnya. (Wulandari and Hidayat 2014, 600)

Punishment merupakan salah satu alat yang digunakan dalam dunia pendidikan.

Meskipun punishment mengakibatkan suatu penderitaan bagi penerima hukuman, namun hal tersebut juga termasuk alat untuk memotivasi siswa untuk belajar. Siswa akan berusaha untuk mengerjakan semua tugas-tugasnya dengan baik agar terhindar dari hukuman.

(Latifah 2018, 25)

Dalam dunia pendidikan hukuman yang dimaksud adalah hukuman yang diberikan guru kepada siswanya (Purwanto, 2006, 185). Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Siti Mariam (2017, 11) bahwa hukuman adalah pemberian penderitaan atau penghilangan stimulus oleh pendidik sesudah terjadi pelanggaran, kejahatan, atau kesalahan yang dilakukan peserta didik. Hukuman juga dapat dikatakan sebagai penguat yang negatif, tetapi kalau hukuman itu diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.

Dalam pendidikan pemberian hukuman memiliki tujuan untuk memperbaiki akhlak dan perilaku anak dari negatif menuju positif. Hukuman secara umum dianggap positif dalam dunia pendidikan. Hal ini dikarenakan oleh hukuman yang mampu membuat anak yang melakukan kesalahan merasakan penyesalan dan penderitaan atas kesalahan yang dilakukan. Dengan metode ini diharapkan anak akan mengalami titik kesadaran untuk menjadi pribadi yang taat dan patuh terhadap setiap aturan. Secara kontekstual hukuman juga mampu menjadikan orang tua atau guru untuk semakin dewasa dengan meningkatkan rasa kasih sayang terhadap anak. (Setiawan 2018, 189)

Teori Pembelajaran Behavioristik

Teori belajar behavioristik melihat belajar merupakan perubahan tingkah laku.

Seseorang telah dianggap belajar apabila mampu menunjukkan perubahan tingkah laku.

Pandangan behavioristik mengakui pentingnya masukan atau input yang berupa stimulus, dan keluaran atau output yang berupa respons. Teori belajar behavioristik menekankan kajiannya pada pembentukan tingkah laku yang berdasarkan hubungan antara stimulus dengan respon yang biasa diamati dan tidak menghubungkan dengan kesadaran maupun konstruksimental. Dengan kata lain, mempelajari tingkah laku seseorang seharusnya dilakukan melalui pengujian dan pengamatan atas tingkah laku yang terlihat, bukan dengan mengamati kegiatan bagian-bagian dalam tubuh. Teori ini mengutamakan pengamatan, sebab pengamatan merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut. (Nahar 2016, 65)

Reward dan punishment merupakan suatu bentuk teori penguatan positif yang bersumber dari teori behavioristik. Menurut teori behavioristik belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Dengan kata lain, belajar merupakan bentuk perubahan yang dialami siswa dalam hal kemampuannya

(5)

untuk bertingkah laku dengan cara yang baru sebagai hasil interaksi antara stimulus dan respon (Budiningsih, 2005:20).

Hal ini sejalan seperti yang dikatakan I Made Irsana. (2014, 455) bahwa Reward dan punishment adalah salah satu teori belajar yang berusia paling muda. Penciptanya bernama Burrhus Fredric Skinner (1904) seorang psikolog terkemuka dari Harvard University seorang penganut paham behaviorisme yang dianggap kontroversial, karena jika direnungkan dan dibandingkan dengan teori dan juga temuan riset psikologi kognitif, karakteristik yang terdapat dalam teori-teori behaviorisme tersebut mengandung banyak kelemahan. Dalam teori ini diambil dari percobaannya yang kemudian dikenal dengan istilah Operant Conditioning (pembiasaan perilaku respon).

“Ia berpendapat bahwa tingkah laku pada dasarnya merupakan fungsi dari konsekuensi tingkah laku itu sendiri, apabila munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan (reward), maka tingkah laku tersebut cenderung untuk diulang. Sebaliknya, jika munculnya tingkah laku diikuti dengan sesuatu yang tidak meyenangkan (punishment), maka tingkah laku tersebut cenderung tidak akan diulang”

Peranan reward dan punishment dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa.

Dengan cara pemberian penghargaan dan penilaian yang bersifat positif inilah anak dapat mengembangkan self-actualization dan selfconcept yang positif. (Desmita 2011, 46)

Tujuan Reward dan Punishment a. Tujuan Reward

Suatu hal dilakukan pasti memiliki tujuan tersendiri, begitu pula dengan pemberian reward. Reward diberikan guru kepada siswa bertujuan untuk mengembangkan motivasi yang bersifat intristik maupun motivasi ekstrinsik. Dalam kata lain siswa melakukan suatu hal itu berdasarkan kesadaran siswa itu sendiri. Dengan adanya reward diharapkan terjalin interaksi yang positif antara siswa dan guru. (Latifah 2018, 23)

Reward dapat diberikan kepada semua siswa, kepada sebagian siswa, maupun kepada seorang siswa. Namun yang perlu diingat guru hasus mampu memilih waktu yang tepat kapan memberikan reward kepada semua siswa, sebagian siswa maupun seorang siswa. Reward yang diberikan tidak harus berupa uang. Pada dasarnya reward merupakan suatu hal yang diberikan kepada siswa yang memiliki tujuan untuk memnggairahkan belajar siswa. (Djamarah 2002, 150)

Jadi tujuan reward adalah untuk memotivasi dan menggairahkan semangat belajar siswa berdasarkan kemauan dan kesadaran siswa itu sendiri. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran dapat terjalin interaksi antara siswa dan guru yang membuat kegiatan pembelajaran menjadi menyenangkan.

b. Tujuan Punishment

Punishment diberikan guru kepada siswa memiliki tujuan yang jelas. Sehingga guru dalam memberikan punishment harus memilih cara dan mekanisme yang tepat untuk siswa. Tujuan pokok dari punishment adalah memeberikan perasaan tanggung jawab kepada siswa. Tujuan punishment dibedakan menjadi dua yaitu: (Latifah 2018, 28) 1. Teori Perbaikan

Berdasarkan teori ini, hukuman diberikan untuk memperbaiki perilaku maupun motivasi belajar siswa. Sehingga siswa dapat berperilaku dengan baik dan melakukan kegiatan belajar yang baik dan berprestasi.

(6)

2. Teori menakut-takuti

Berdasarkan teori ini, hukuman diberikan untuk menakutnakuti siswa yang melakukan kesalahan. Jadi siswa akan berusaha untuk menhidari melakukan kesalahan ataupun melakukan pelanggaran terhadap peraturan yang sudah ada supaya siswa terhindar dari hukuman.

Pengertian Motivasi Belajar

Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu tersebut bertindak atau berbuat.

Motif adalah daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Dengan demikian, motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. (Ernata 2017, 782).

Macam-macam motivasi belajar dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk.

Terdapat 2 bentuk yang membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:

1. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan

2. Motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

(Anggraini 2016, 102)

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa motivasi mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan. Jadi, fungsi motivasi itu meliputi berikut ini:

1. Mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi maka tidak akan timbul sesuatu perbuatan seperti belajar.

2. Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarahkan pebuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan.

3. Motivasi berfungsi sebagai penggerak, diibaratkan ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil.

Besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.

Motivasi itu berkaitan erat dengan suatu tujuan, suatu cita-cita. Semakin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan makin kuat pula motivasinya.

Reward dan Punishment dapat Meningkatkan Motivasi Belajar serta Pengaruhnya dalam Psikologi

Peranan reward dalam proses pengajaran cukup penting terutama sebagai faktor eksternal dalam mempengaruhi dan mengarahkan perilaku siswa. Hal ini berdasarkan atas berbagai pertimbangan logis, diantaranya reward ini dapat menimbulkan motivasi belajar siswa dan dapat mempengaruhi perilaku positif dalam kehidupan siswa. Dengan cara pemberian penghargaan dan penilaian yang bersifat positif inilah anak dapat mengembangkan self-actualization dan selfconcept yang positif. (Desmita 2011, 46)

Reward merupakan alat pendidikan yang mudah dilaksanakan dan dapat menyenangkan para siswa, untuk itu reward dalam suatu proses pendidikan dibutuhkan keberadaannya demi meningkatkan motivasi belajar siswa. Maksud dari pendidik memberi reward kepada siswa adalah supaya siswa menjadi lebih giat lagi usahanya untuk memperbaiki prestasi yang telah dicapainya, dengan kata lain siswa menjadi lebih keras kemauannya untuk belajar lebih baik. Reward akan berperan efektif sebagai sarana motivasi di ruang kelas, sejauh hal itu bersyarat, khusus dan terpercaya. (Aziz 2016, 335)

Berdasarkan penjelasan mengenai motivasi belajar maupun reward dan punishment dapat dilihat bahwa reward selalu berusaha untuk menghadirkan kepuasan atau kesenangan untuk memberikan suatu penghargaan dari tindakan siswa yang baik. Sedangkan punishment, selalu berusaha untuk menghadirkan ketidakpuasan atau ketidaksenangan

(7)

untuk menanggulangi tindakan siswa yang kurang baik. Salah satu hukum belajar menurut Thorndike (1913) yaitu hukum pengaruh (the Law of Effect) dalam Hamalik (2000: 44) berbunyi “Hubungan – hubungan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan penggunaannya” memiliki arti bahwa kegiatan belajar seorang siswa dipengaruhi oleh kepuasan atau ketidaksenangan siswa. Oleh karena itu, pemberian reward dan punishment mampu mempengaruhi motivasi belajar siswa. Pernyataan ini didukung oleh pendapat dari Hamalik (2000: 120) yang menyatakan bahwa reward memiliki pengaruh terhadap motivasi belajar siswa. sedangkan, Sardiman (2007: 94) menyatakan bahwa punishment (hukuman) merupakan alat motivasi jika diberikan secara tepat dan bijak sesuai dengan prinsip-prinsip pemberian hukuman.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi.

Menurut Arikunto (2006:4) penelitian korelasi adalah penelitian yang dilakukan oleh penliti untuk mengetahui tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih, tanpa melakukan perubahan, tambahan atau manipulasi terhadap data yang sudah ada. Dalam desain ini terdapat variabel independen X (reward dan punishment) dan variabel dependen Y (motivasi belajar bahasa Arab). (Sugiyono, 2017:42).

Tabel 1 Desain Penelitian

Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII di MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya yang berjumlah 57 siswa terdiri dari 2 kelas. Data yang dikumpulkan menggunakan angket. Angket pemberian reward dan punishment mengembangkan dan memvalidasi kembali dari kuesoner penelitian dari Feri Hasanudin (2015) sedangkan angket motivasi yang digunakan adalah kuesoner Gardener tahun 2004 tentang motivasi (AMTB).

Hasil uji coba validitas instrument pemberian reward dan punishment serta motivasi belajar bahasa arab yang dilakukan di kelas VIII SMP Al-Amin Palangka Raya dengan responden berjumlah 25 siswa, diketahui dari 40 item angket tentang pemberian reward dan punishment terdapat 11 item yang tidak valid. Sedangkan item angket motivasi belajar bahasa Arab terdapat 9 item yang tidak valid yaitu item. Item angket yang valid digunakan sebagai alat untuk memperoleh data dan yang tidak valid akan dibuang dan tidak digunakan.

Item angket pemberian reward dan punishment berjumlah 29 item sedangkan item angket motivasi belajar bahasa Arab berjumlah 21 item. Dan koefisien reliabilitas item angket uji coba memiliki kriteria pengujian yang reliabel. Sehingga item angket instrument pemberian reward dan punishment dan motivasi belajar bahasa Arab bisa digunakan. Data yang diperoleh melalui angket, kemudian dianalisa dengan bentuk angka dengan cara memberi nilai pada setiap item jawaban pada pertanyaan angket yang telah diberikan kepada responden dengan menggunakan skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

(Sugiyono, 2017:93). Menurut Sutrisno Hadi (1991:19), modifikasi skala Likert dimaksudkan untuk menghilangkan yang dikandung oleh skala lima tingkat menjadi skala empat tingkat, modifikasi skala Likert meniadakan kategori jawaban yang ditengah berdasarkan tiga alasan yaitu: (1) kategori tersebut memiliki makna ganda, biasanya diartikan belum dapat memutuskan atau memberikan jawaban, dapat diartikan netral, setuju tidak, tidak setuju pun tidak, atau bahkan ragu-ragu. (2) tersedianya jawaban ditengah itu

X Y

(8)

menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah. (3) maksud kategori empat tingkat adalah terutama untuk melihat kecenderungan pendapat responden ke arah setuju atau ke arah tidak setuju. Angket yang dibagikan dalam bentuk pernyataan merupakan angket semi tertutup, dimana dalam angket tersebut sudah disediakan jawaban sehingga responden tinggal memilih jawabannya. Jawaban setiap item pada angket memiliki bobot skor sangat setuju = 5; setuju = 4; tidak setuju = 2; sangat tidak setuju = 1.

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho : Tidak terdapat hubungan antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya.

Ha : Terdapat hubungan antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya.

Teknis analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis dengan rumus korelasi product moment untuk menganalisis hubungan pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2019/2020.

Keterangan:

N : jumlah subyek rxy : koefisiensi x dan y

X : skor pada masing-masing item Y : skor total

Hasil uji hipotesis dengan teknik korelasi product moment untuk menguji antara variabel terikat motivasi belajar bahasa Arab dan variabel bebas yaitu pemberian reward dan punishment dan dianalisis mengunakan program SPSS 21.0. Setelah mendapatkan nilai r, kemudian dikonsultasikan tabel interpretasi terhadap koefisien korelasi. Menurut Sugiyono (2017:184), pedoman untuk memberikan interpretasi koefisien korelasi sebagai berikut:

Tabel 2

Pedoman Interpretasi Koefisien Korelasi Menurut Sugiyono Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat Rendah

0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang

0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Madrasah Tsanawiyah Raudhatul Jannah berlokasi di Jalan Surung No. 1 Kelurahan Sabaru, Kecamatan Sabangau, Kota Palangka Raya dan sudah diakui oleh Kementerian Agama Palangka Raya dan mempunyai Ijazah negeri dan berakreditasi B. MTs Raudahtul Jannah memiliki karakteristik Islamic Boarding School yang menyelenggarakan program pendidikan dengan (1) Mengkombinasikan antara program pendidikan umum, pendidikan agamadan keterampilan (2) Mengkombinasikan pendidikan umum dengan penekanan pada keunggulan program dan prestasi di bidang tertentu, (3) Mengkombinasikan Pendidikan agama Islam dengan kemampuan pendidikan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab serta

(9)

keterampilan komputer. Lokasinya strategis cukup kondusif nyaman untuk kegiatan belajar karena lingkungannya yang asri. MTs Raudahtul Jannah memiliki banyak kegiatan semuanya dikemas dalam kegiatan yang disebut sebagai kegiatan pengembangan diri dimana kegiatan tersebut bertujuan memberikan kesempatan untuk mengembangkan dan mengekpresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat setiap peserta didik.

Analisis Deskriptif

Hasil dari setiap item pernyataan yang mewakili setiap indikator dalam angket penelitian kemudian dikonsultasikan dengan penafsiran menurut Riduwan (2013: 89) yang menggunakan kriteria antara lain sangat kuat, kuat, lemah, sangat lemah menggunakan rumus interval sebagai berikut.

I = 100 / Jumlah Skor Likert Maka = 100 / 4 = 25

Hasil I = 25

Berikut kriteria interpretasi skornya berdasarkan interval:

Tabel 3

Kriteria Skor Variabel Penelitian Skala Likert

Persentasi Kriteria

76% - 100% Sangat Kuat

51% -75% Kuat

26% - 50% Lemah

0% - 25% Sangat Lemah

Analisis deskriptif yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai variabel pemberian reward dan punishment (X) dan motivasi belajar bahasa Arab siswa (Y). Persentase skor pemberian reward dan punishment maupun skor motivasi belajar bahasa Arab siswa dihitung dengan menggunakan rumus persentase sebagai berikut.

Persentase (%) = Keterangan:

n = Jumlah skor yang diperoleh N = Jumlah sampel

Berdasarkan rekapitulasi skor jawaban siswa tentang pemberian reward dan punishment di atas, diketahui bahwa perolehan rata-rata nilai sebesar 85,26%. berada pada interval skor 76% – 100%, kriteria sangat kuat. Sedangkan berdasarkan rekapitulasi skor jawaban siswa tentang motivasi belajar bahasa Arab dengan nilai rata-rata sebesar 87,69%

berada pada interval skor 76% – 100%, kriteria sangat tinggi. Dengan demikian dapat disimpulkan sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment dan tentang motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2019/2020 termasuk kategori sangat kuat.

Uji Hipotesis

Hasil uji hipotesis menunjukkan diterima atau tidaknya hipotesis yang telah diajukan oleh penliti. Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan analisis korelasi product moment untuk mengetahui korelasi pemberian reward dan punishment (X) dengan motivasi belajar bahasa Arab (Y) siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah. Untuk memudahkan dalam analisis data dengan analisis perhitungan dan analisis menggunakan batuan perangkat lunak, yaitu Stastistical Package For Sosial Scince (SPSS) Versi 21,0 for Windows.

(10)

Tabel 4

Hasil Korelasi Product Moment antara Pemberian Reward dan Punishment dengan Motivasi Belajar Bahasa Arab

Correlations

X Y

X

Pearson Correlation 1 .602**

Sig. (2-tailed) .000

N 57 57

Y

Pearson Correlation .602** 1

Sig. (2-tailed) .000

N 57 57

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil analisis korelasi product moment, didapat korelasi antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar arab siswa sebesar 0,601. Kemudian dikonsultasikan pada tabel r product moment untuk menentukan diterima atau ditolaknya hipotesis. Pada tabel dilihat bahwa untuk n=57, taraf kesalahan 5% maka harga r tabel = 0,260. Ketentuan bila r hitung lebih kecil dari r tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak. Tetapi sebaliknya, bila r hitung lebih besar dari r tabel maka Ha diterima. Hasil yang diperoleh 0,602 > 0,206, dengan demikian koefisien korelasi 0,602 itu signifikansi sehingga Ha diterima, lalu nilai 0,602 dikonsultasikan pada tabel interpretasi koefisien korelasi. Hasilnya menunjukkan terjadi hubungan yang kuat antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar bahasa Arab siswa karena berada pada rentang 0,60 – 0,799. Sedangkan arah hubungan adalah positif karena nilai r yang dihasilkan positif, berarti semakin sering reward dan punishment diberikan semakin tinggi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Arab. Koefisien determinasi variable sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment (X) dengan variabel motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya (Y) adalah 0,602².100% = 0,3624.100% = 36,24%. Dengan demikian pengaruh variabel (X) terhadap variabel (Y) sebesar 36,24%, sedangkan 63,76% lainnya karena dipengaruhi oleh sebab-sebab yang lain. Sebab-sebab lain tersebut tidak dapat terindentifikasi secara rinci melalui proses penelitian ini karena bukan merupakan bagian dari tujuan penelitian.

Pembahasan

Berdasarkan dari hasil penghitungan nilai rata-rata variabel sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya sebesar 85,26%. Hal ini berarti bahwa pemberian reward dan punishment di kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Tahun Ajaran 2019/2020 dalam kategori “sangat kuat”, yaitu pada interval nilai 75% – 100%. Sedangkan perhitungan rata-rata motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya adalah sebesar 87,69%. Hal ini berarti bahwa motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII dalam kategori “sangat kuat”, karena berada pada interval nilai 75% – 100%. Dan berdasarkan hasil temuan data tentang hubungan pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar bahasa Arab pada siswa, didapatkan hasil bahwa ada hubungan sebesar 0,602 dan hubungan ini dapat dikatakan kuat karena berada pada rentang 0,60 – 0,799. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian reward dan punishment menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan respon motivasi belajar siswa salah satunya pada mata pelajaran bahasa Arab.

(11)

Dasar pemikiran yang mendukung temuan tersebut adalah jika guru memberian reward dan punishment yang tepat dan bijaak maka secara otomatis motivasi belajar siswa akan tinggi. Berdasarkan pembahasan teori pada bab sebelumnya bahwa menurut Purwanto

“reward (ganjaran) ialah alat untuk mendidik anak-anak supaya anak dapat merasa senang karena perbuatan atau pekerjaannya mendapat penghargaan”. Sedangkan mengenai definisi hukuman, menurut Malik Fadjar “punishment (hukuman) adalah usaha edukatif untuk memperbaiki dan mengarahkan siswa ke arah yang benar, bukan praktik hukuman dan siksaan yang memasung kreativitas. Penelitian ini sejalan juga dengan hasil temuan penelitian yang dilakukan oleh Faidy dan Arsana menunjukkan bahwa pemberian reward dan punishment menjadi salah satu sarana untuk meningkatkan respon motivasi belajar siswa salah satunya pada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa dan menunjukkan hasil korelasi rhitung sebesar 0,601 yang berarti memiliki hubungan yang kuat. Kemudian temuan penelitian yang dilakukan oleh Iffa Qori menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar IPA dengan hasil korelasi rhitung sebesar 0,292 yang berarti memiliki hubungan yang lemah berbeda penelitian ini yang menunjukkan hubungan yang kuat. Serta temuan penelitian yang dilakukan oleh Ali Taufiq menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan nilai korelasi rhitung 0,446 yang berarti memiliki hubungan yang cukup berbeda dengan penelitian ini yang menunjukkan hubungan yang kuat antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar siswa.

Teori diatas menjelaskan bahwa reward alat pendidikan yang menyenangkan, reward juga dapat menjadi pendorong atau motivasi bagi siswa untuk belajar lebih tekun, lebih baik. Tidak hanya reward saja yang dapat memberi dorongan belajar bagi siswa, punishment juga bertujuan untuk memperlancar jalannya proses pelaksanaan pendidikan, dapat pula menjadi alat pendorong bagi siswa untuk berbuat lebih baik, belajar lebih baik.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa reward dan punishment cukup berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2019/2020. Hal ini sesuai dengan teori tentang reward dan punishment dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar lebih baik, dengan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan ada kesesuaian antara teori dengan keadaan sebenarnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, serta hasil penelitian, maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun pelajaran 2019/2020 temasuk dalam kategori “sangat kuat”.

Hal ini dibuktikan dengan penghitungan rata-rata sikap siswa tentang pemberian reward dan punishment sebesar 85,26% yang terletak pada interval 75% -100%. (2) Motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun pelajaran 2019/2020 termasuk dalam kategori “sangat kuat”. Hal ini ditunjukkan dengan penghitungan rata-rata motivasi belajar siswa kelas VIII tersebut sebesar 87,69 yang terletak pada interval 75% - 100%. (3) Terdapat hubungan antara pemberian reward dan punishment terhadap motivasi belajar bahasa Arab siswa kelas VIII di MTs Raudhatul Jannah Palangka Raya tahun ajaran 2019/2020. Hal ini terbukti dengan diperolehnya harga rxy yang lebih besar dibanding dengan r pada tabel (N: 57) dengan signifikansi 5% sebesar 0,602. Kemudian dikonsultasikan dengan penafsiran menurut Sugiyono (2017: 184) yang menunjukan nilai r-hitung 0,602 termasuk dalam kategori tingkat hubungan “kuat” yang terletak pada interval 0,60 – 0,799.

(12)

Siswa membutuhkan motivasi untuk meningkatkan belajarnya. Sebagai seorang guru hendaknya harus pandai dalam memotivasi siswa. Mengingat adanya hubungan yang kuat antara pemberian reward dan punishment dengan motivasi belajar bahasa Arab, untuk itu pemberian reward dan punishment penting untuk diterapkan pada siswa supaya siswa semakin termotivasi dalam meningkatkan belajarnya dan mengurangi kesalahan- kesalahannya yang bisa menghambatnya dalam meraih prestasi

REFERENSI

Anggraini, Irmalia Susi. 2016. “MOTIVASI BELAJAR DAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH: SEBUAH KAJIAN PADA INTERAKSI PEMBELAJARAN MAHASISWA.” Premiere Educandum : Jurnal Pendidikan Dasar dan Pembelajaran 1(02).

http://e-journal.unipma.ac.id/index.php/PE/article/view/39 (May 28, 2019).

Arikanto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz, Aziz. 2016. “Reward-Punishment Sebagai Motivasi Pendidikan (Perspektif Barat Dan Islam).” Cendekia: Journal of Education and Society 14(2): 233.

Budiningsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Desmita. 2011. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Ernata, Yusvidha. 2017. “ANALISIS MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK MELALUI PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT DI SDN NGARINGAN 05 KEC.GANDUSARI KAB.BLITAR.” 5: 10.

Faidy, Ahmad Bahril. 2014. “HUBUNGAN PEMBERIAN REWARD DAN

PUNISHMENT DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN

KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 AMBUNTEN KABUPATEN SUMENEP.” 2: 15.

Feri Nasrudin. 2015. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHEMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VI SD BINAAN 02 KECAMATAN BUMIAYU KABUPATEN BREBES”, SKRIPSI, UNNES Semarang

Hadi, Sutrisno. 1991. Analisis Butir untuk Instrumen Angket, Tes, dan Skala Nilai. Yogyakarta:

FF UGM.

Hamalik, Oemar 2000. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Hamid, Hj Rusdiana. 2006. “REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM.” 4: 13.

Hasanah, Muammarotul. 2015. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS SISWA KELAS VII SMP NU PAKIS MALANG SKRIPSI.” : 173.

Hasibuan, Sutan Gembira. 2017. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP PENGUASAAN PELAJARAN QUR’AN HADITS SISWA MADRASAH TSANAWIYAH AL-MANAR MEDAN.” 01.

Hidayat, Ali Taufiq. 2015. “Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Ilmu Pendidikan Agama Islam.” : 81.

(13)

Ilmiyah, Nurul. 2016. “PENGARUH PENERAPAN REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP HASIL BELAJAR DRIBBLE BOLA BASKET.” 04: 7.

Indrawati, Rengga, and Ali Maksum. 2013. “PENINGKATAN PERILAKU DISIPLIN

SISWA MELALUIPEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT

DALAMPEMBELAJARAN PENJASORKES PADA SISWA KELAS XII IPS 1 SMA NEGERI 1 LAMONGAN.” 01: 3.

Kawuryan, Sekar Purbarini, and M Pd. 2015. “NIM 10108241043 ini telah disetujui oleh dosen pembimbing untuk dipublikasikan.” 2: 14.

Latifah, Fitria Naimatul. 2018. IMPLEMENTASI REWARD DAN PUNISHMENT DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS IV MI PERENG PEKEL ANDONG BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2017/2018, SKRIPSI, IAIN SURAKARTA

Mariam Siti. 2017. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHEMENT TERHADAP MINAT BELAJAR BAHASA ARAB SISWA KELAS XI DI MAN GODEAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2016/2017”, SKRIPSI, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Muhibbin Syah. 2011. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Muslim Mohammad. 2015. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP KEMAHIRAN BAHASA ARAB SISWA MTSN BABADAN BARU SLEMAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015”, TESIS, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Nahar, Novi Irwan. 2016. “PENERAPAN TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DALAM PROSES PEMBELAJARAN.” 1: 11.

Ningtiyas, Erna Marstiya. 2014. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SMP ISLAM PLUS BAITUL MAAL AL-PONDOK AREN TANGGERNG SELATAN”, SKRIPSI, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Purwanto, Ngalim. 2006. Ilmu Pendidikan Teoretis dan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya Riduwan. 2013. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru-Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung:

Alfabeta.

Sardiman. 2007. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.

Setiawan, Wahyudi. 2018. “Reward and Punishment dalam Perspektif Pendidikan Islam.”

4: 19.

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sujiantari, Ni Kadek. 2016. “PENGARUH REWARD DAN PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS (Studi Pada SMP Negeri 1 Singaraja Kelas VIII Tahun Ajaran 2015/2016).” 7: 10.

Tukiran, Taniredja. 2014. Model-model Pembelajaran Inovatif. Bandung: Alfabeta.

WS. Winkel. 1991. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.

(14)

Wulandari, Ika Suci, and Taufiq Hidayat. 2014. “PENGARUH PEMBERIAN REWARD AND PUNISHMENT TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PASSING BAWAH BOLAVOLI.” 02: 6.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa data yang diperoleh melalui observasi menunjukkan bahwa sebelum diterapkan teknik reward dan punishment , kondisi motivasi belajar siswa

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam mata pelajaran PKn siswa kelas IV SDN 02 Puntukrejo melalui pemberian reward.

Sehingga pelaksanaan reward and punishment di SDI Nurul Izzah Malang selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam dianggap telah berhasil untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

Pengaruh Motivasi Melalui Pemberian Reward Dan Punishment Terhadap Prestasi Belajar Al-Qur’an Hadits.... Penelitian

Skripsi yang berjudul “Metode Reward dan Punishment dan Pengaruhnya Terhadap Motivasi Belajar Siswa” telahh diujikan ddalam sidang Munaqosyah Fakultas Agama Islam

07140065, Penerapan Metode Reward And Punishment Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Matematika Siswa Kelas IV Madrasah Ibtidaiyah Nahdhatul Ulama (MI NU) Miftahul Huda

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan variabel reward, punishment dan kepuasan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja di PT Juragan 99 Trans Abdul

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan reward dan punishment meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII E SMP Islam Integral Luqman Al-Hakim