PENDHULUAN
Fokus Penelitian
Apakah persamaan dan perbezaan antara tafsiran Imam al-Qurtubi dan Sayyid Qutub tentang riddah dalam QS.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Definisi Istilah
Penelitian komparatif mampu menemukan persamaan dan perbedaan tentang objek, orang, proses kerja, gagasan, kritik terhadap orang, kelompok, ide atau proses kerja dan juga dapat membandingkan persamaan dan perubahan pandangan orang, kelompok atau negara terhadap suatu kasus, orang. , peristiwa atau ide.9.
Sistematika Penulisan
Bab kedua menjelaskan tinjauan pustaka yang menguraikan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian dan kerangka teori yang akan digunakan dalam penelitian ini. Bab kelima, bab terakhir, memuat kesimpulan dari hasil penelitian dan saran yang dapat penulis sampaikan mengenai penelitian ini.
KAJIAN PUSTAKA
Penelitian Terdahulu
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian hukum normatif dan penelitian kepustakaan dengan menggunakan metode analisis isi. Dan penelitian ini lebih fokus pada hukum fiqh, sedangkan penelitian penulis fokus pada konsep riddah dalam Al-Quran. Penelitian ini menggunakan sudut pandang Imam Syafi’i dan kompilasi hukum Islam, sedangkan penelitian penulis menggunakan pemikiran Imam al-Qurtubi dan Sayyid Qutub 4.
Kajian Teori
Sedangkan menurut Zakaria al-Ansari, murtad adalah seorang muslim yang dengan sengaja meninggalkan Islam karena kekafirannya dengan maksud mencela atau membangkang terhadap Islam.18. Kata riddah digunakan dalam Islam dan orang yang melakukan hal tersebut disebut murtad dan berarti meninggalkan Islam. 18 Roro Fatikhin, Riddah Dari Perspektif Bahasa, Al-Qur'an dan Hadits (Kajian Akibat Hukum Riddah).
Ada beberapa ayat dalam Al-Qur'an yang membahas tentang makna ridha, sebagaimana tercantum dalam QS. Sehingga kata ini sering diterjemahkan hanya sebagai murtad, seperti yang ditafsirkan oleh Quraish Shihab dengan kata riddah, yaitu keluarnya seseorang dari agama Islam, padahal orang tersebut tidak pernah menjadi musyrik atau memeluk agama selain Islam. 19. Ayat ini menunjukkan bahwa barang siapa yang murtad dari agamanya (kafir), maka matilah sebagai orang kafir.
Hadits tersebut menjelaskan bahwa orang yang keluar Islam atau murtad karena darah diperbolehkan untuk dibunuh, dan hal ini sudah menjadi kesepakatan bersama yang ditetapkan oleh para ulama, dan tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam penerapan hukum ini, meskipun hadits ini menyebutkan kata rajul (manusia). Dikisahkan ada seorang wanita bernama Ummu Rummah yang meninggalkan Islam. Seseorang dapat dikatakan murtad karena perbuatannya apabila ia melakukan perbuatan haram dengan sengaja dengan maksud menghina, meremehkan, dan menentang agama Islam, seperti berzina, meminum minuman beralkohol, dan membunuh sebagai perbuatan yang halal dan bukan atas dasar suatu perbuatan yang halal. pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalil yang telah ditetapkan dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Selain itu, dengan menyatakan diri keluar dari Islam atau menyatakan diri sebagai Nabi, otomatis berarti orang tersebut telah meninggalkan Islam.
METODE PENLITIAN
- Pendekatan dan Jenis Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulan Data
- Teknis Analisis Data
Perbandingan ini dibuat apabila terdapat ayat-ayat al-Quran yang seolah-olah bercanggah dengan hadis sahih. Langkah-langkah yang diambil beliau dalam pentafsiran al-Quran adalah seperti berikut: 32. Pentafsiran Imam al-Qurtubi dalam tafsir Al-Ja>mi'i Li Ahkam al-Qur'an Menurut Imam al-Qurtubi, pengertian riddah dalam QS.
Tafsiran Imam al-Qurtubi dalam tafsir Al-Ja>mi'i Li Ahkam al-Qur'an. Tafsiran Imam Al-Qurtubi dalam tafsir Al-Ja>mi'i Li Ahkam Al-Qur'an terbahagi kepada empat perbincangan. Dalam tafsir Al-Ja>mi'i Li Ahkam Al-Quran dijelaskan tentang firman Allah SWT.
Tafsir al-Qurtubi, tajuk asal Al Ja>mi' li Ahka>m Al-Koran, terj. Pengertian as-Asyr dalam Al-Qur'an (ulasan Ibnu Katsir dan tafsir Sayyid Quthb terhadap Surat Al-Ashr). Belajar Al-Quran, temui khazanah ilmu Al-Quran melalui pendekatan sejarah-metodologi.
Tafsiran perkataan Jahiliyah menurut Sayyid Qutub dalam tafsir Fi>Zila>l Al-Qur'an.
PEMBAHASAN
Gambaran Objek Penelitian
Metode yang digunakan Imam al-Qurtubi dalam menafsirkan Al-Qur'an adalah tafsir bil-ma'tsur, dengan mengutip ayat-ayat Al-Qur'an yang lain, hadis Nabi dan pendapat para ulama dalam menjelaskan ayat-ayat tersebut. Alquran. Ia tumbuh dalam keluarga yang mendalami ajaran Islam dan sangat mencintai Al-Qur'an. Sayyid Qutub dididik dalam lingkungan keagamaan sejak kecil dan berhasil belajar Alquran pada usia sepuluh tahun.
Pengetahuannya yang mendalam dan luas terhadap Al-Qur'an dalam konteks pendidikan agama rupanya memberikan pengaruh yang kuat dalam kehidupannya. 35 MuhdHambali Bin Zulkifli, Tafsir Kata Jahiliyya Menurut Sayyid Qutb dalam Tafsir Fi>Zila>l Al-Qur'an, Skripsi Tafsir Hadits UIN SUSKA Riau. Dari berbagai informasi yang dapat dihimpun, diantaranya dari buku Fi>Zila>l Al-Qur'an dan informasi penerbitan lainnya.
Berdasarkan asumsi tersebut, Sayyid Qutb mencoba melakukan pendekatan baru dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an untuk menjawab segala macam permasalahan. Apabila diperlukan, Sayyid Qutb dari waktu ke waktu juga menyebut karya tafsir bi al-ra'yi sebagai pembanding dalam penafsiran Al-Qur'an. Tafsir Fi>Zila>l al-Qur'an karya Sayyid Qutb merupakan kitab tafsir yang mempunyai terobosan baru dalam penafsiran Al-Qur'an.
40 Agus Ainul Amin, “Makna as-Ashr dalam Al-Quran (kajian Tafsir Ibnu Katsir dan Sayyid Qutb terhadap Surat Al-ashr)” (Disertasi Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir UIN Sunan Ampel Surabaja : 2016), 38 .
Penafsiran Imam al-Qurtubi dan Sayyid Qutub tentang riddah dalam
Allah SWT berfirman: ىَﻠَع ُءاَّذِﺷَأ ْﻢُﻬَﻨْﻴَﺑ ُءبَﻤَحُر ِربَّﻔُﻜْﻟا “Sungguh berat bagi orang-orang kafir, tetapi mereka saling menjaga antara satu sama lain. Ini kerana mereka berperang kerana Allah ketika Nabi masih hidup, dan memerangi orang-orang murtad selepas baginda wafat. Menurut satu pandangan, ayat ini berlaku secara umum kepada sesiapa yang memerangi orang-orang kafir sehingga hari kiamat.
Hal ini memberikan pemahaman bahwa menjadikan para pengikut kitab sebagai pemimpin sama dengan menjadikan orang-orang kafir (ateis) sebagai pemimpin. Tuhan memberikan pilihan-Nya kepada mereka yang Dia tahu layak menerima anugerah besar ini. Jadi mukmin bersikap lemah lembut terhadap mukmin lainnya, tidak kasar atau menyulitkan.
Sebaliknya, kesombongan mereka terletak pada syahadat mereka dan ketinggian mereka adalah pada panji-panji yang mereka kibarkan di hadapan orang-orang kafir. Mereka adalah orang yang berpangkat tinggi, walaupun pernah kalah dalam peperangan, di tengah perjalanan yang jauh. Semua ini adalah ciri-ciri orang mukmin yang Allah pilih untuk dijadikan alat untuk melakukan apa yang Dia kehendaki.
Dari sinilah kelompok mukmin melaksanakan Jihad fi sabilillah tanpa takut mendapat teguran dari pihak yang mengkritiknya.
Penafsiran Imam al-Qurtubi Dan Sayyid Qutub Tentang Riddah
Dalam hal ini, terdapat perbezaan pendapat di kalangan ulama sama ada orang yang murtad itu diperintahkan untuk bertaubat atau tidak, adakah amalannya menjadi sia-sia kerana murtadnya, dan adakah amalannya menjadi sia-sia kerana murtadnya. Manakala menurut al-Hasan orang yang murtad wajib diperintahkan bertaubat seratus kali, terdapat riwayat daripada al-Hasan bahawa dia pernah membunuh orang yang murtad tanpa disuruh bertaubat. Abu Hanifah dan para sahabatnya berpendapat bahawa orang yang murtad tidak boleh dibunuh sebelum dia bertaubat.
Imam Malik, Al Auza'i, Asy-Syafi'i dan Laits bin Sa'd berpendapat bahwa sebaiknya ia dibunuh sebagaimana orang murtad harus dibunuh, tanpa. Namun Ats-Tsauri dan Abu Hanifah berpendapat bahwa wanita murtad tersebut tidak boleh dibunuh. Mereka berargumentasi dengan menyatakan bahwa Ibnu Abbas meriwayatkan dari Nabi SAW, beliau bersabda: “Barangsiapa berpindah agama, maka bunuhlah dia.” Namun, Ibnu Abbas tidak membunuh wanita murtad tersebut.
Menurut Imam Syafi'i, orang yang murtad kembali kepada Islam, maka amal shaleh dan haji yang telah ia kerjakan. Sedangkan mengenai harta benda orang murtad, tetap menjadi hak ulama untuk memutuskan apakah harta tersebut tetap menjadi miliknya atau dialihkan kepada ahli warisnya. Sedangkan menurut Imam Malik, Rabi'ah, Ibnu Abi Laila, Asy-Syafi'i dan Abu Tsaur berpendapat bahwa harta warisan orang murtad diberikan kepada Baitul Mal.
Abu Hanifa percaya bahawa apa yang diperoleh oleh orang yang murtad semasa murtad adalah harta kekayaan (seperti rampasan perang tanpa perang), manakala apa yang diperolehnya semasa masih dalam Islam dan kemudiannya murtad diwarisi oleh warisnya yang beragama Islam.
Persamaan dan Perbedaan Penafsiran Imam al-Qurtubi Dan Sayyid
Adapun perbezaan pandangan Imam al-Qurtubi, jika seseorang itu kembali kepada Islam, maka amalannya tidak terhapus. Selanjutnya Imam al-Qurtubi menjelaskan bahawa orang yang murtad, kemudian orang itu masuk Islam, maka amalannya tidak terhapus. Dalam Tafsir Fi> Zhila>lil Qur'an dijelaskan ancaman terhadap orang-orang mukmin yang murtad, dalam bentuk dan situasi seperti ini, yang pada dasarnya berbalik kepada hubungan antara tindakan meletakkan Yahudi dan Nasrani sebagai pemimpin dengan masalah murtad dari Islam.
Penafsiran Sayyid Qutub dalam Tafsir Fi> Zhila>lil Qur'an menjelaskan tentang kata "hubuth" sia-sia/jatuh diambil dari kata Habithat an-naaqah idza ra'at mar'an khabitsan fa-instafakhat tsumma bukan sahaja. Al-Baqarah 217, Imam Al-Qurtubi dan Sayyid Qutub berpendapat bahawa orang yang murtad, iaitu orang yang keluar dari Islam kerana kekufuran, kemudian mati, maka sia-sialah amalan yang dilakukan semasa hidupnya. Adapun perbezaan pandangan Imam al-Qurtubi, jika orang itu kembali kepada Islam, maka amalannya tidak.
Namun dari sekian banyak ayat yang membahas tentang riddah dalam al-Qur’an, penulis dalam penelitian ini hanya memfokuskan pada ayat riddah dalam QS. Pemikiran tentang agama yang berbeza menurut Sayyid Qutub (semakan tafsir ayat-ayat perkahwinan oleh agama yang berbeza dalam tafsir Fi> Zilal Al-Qur'an). Fenomena murtad dalam perspektif Al-Quran (Desa Durian Banggal, Keccamatan Raya Kahean, Kabupaten Simalungun.
Dengan ini saya menyatakan bahwa isi skripsi yang berjudul “RIDDAH DALAM AL-QUR'AN (Analisis QS.. Baqarah 217 Perspektif Imam Al-Qurtubi dan Sayyid Qutub)” adalah penelitian/karya saya sendiri, kecuali bagian-bagian yang disebutkan untuk dirujuk. ke sumbernya.
PENUTUP
Kesimpulan
Kedua mufassir ini juga mengaitkan ayat ini dengan ayat sebelumnya yaitu tentang pengangkatan pemimpin Yahudi dan Nasrani, sehingga kedua mufassir sepakat bahwa orang-orang tersebut termasuk kafir. Sedangkan perbedaannya, Imam al-Qurtubi dalam penafsirannya terhadap ayat ini lebih condong pada fiqihnya yang mengatakan bahwa murtad terbagi menjadi dua, yaitu murtad karena meninggalkan syariat Islam secara keseluruhan dan murtad karena tidak beriman pada kewajiban. untuk berzakat atau bisa dikatakan tidak membayar zakat meskipun orang tersebut menjalankan rukun Islam lainnya seperti puasa dan shalat. Sedangkan menurut Sayyid Qutub, orang yang murtad dari Islam, namun ia telah mengalami dan mengenal Islam, maka sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, serta kekal di Neraka.
Saran