Penghormatan, Pemajuan,
Pemenuhan dan Perlindungan Hak Penyandang Disabilitas ( Konsep
Pemahaman Dasar & Perubahan Paradikma yang berpihak)
Oleh :
Rina Prasarani – Aktivitas Pembela HAM Disabilitas
Disajikan pada: Bimbingan Teknis Perlindungan Anak Penyandang Disabilitas
Kementrian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI
Jakarta 26 September 2023
Medical Model of Disability
• Medical model of disability adalah
sebuah model dimana disabilitas
dipandang sebagai akibat dari kondisi
kelainan fisik semata-mata, yang
merupakan hakikat dari kondisi
individu yang bersangkutan.
Oleh karena itu, atas dasar rasa belas kasihan atau rasa keadilan, masyarakat mengiventasikan sumber-sumber dalam bidang perawatan Kesehatan dan berbagai bentuk pelayanan terkait lainnya dalam upaya untuk “menyembuhkan”
disabilitas secara medis, mengembangkan fungsionalitas dan meningkatkan keberfungsian penyandang disabilitas sehingga memungkinkan mereka mempunyai kehidupan yang lebih
“normal” .
Social Model of Disability
• Social Model of Disability mengemukakan bahwa
hambatan sistematik, sikap negative dan eksklusi
oleh masyarakat (secara sengaja atau tidak
sengaja) merupakan faktor-faktor utama di dalam
masyarakat yang mendefinisikan siapa yang
menyandang disabilitas dan siapa yang tidak di
dalam masyarakat tertentu.
Model ini mengakui bahwa sementara orang-
orang tertentu ,mempunyai variasi fisik,
sensorik, intelektual atau psikologis yang
kadang-kadang dapat mengakibatkan
keterbatasan fungsi atau ketunaan pada
individu, ini tidak harus mengakibatkan
disabilitas, kalau masyarakat dapat menghargai
dan menginklusikan semua orang tanpa
memandang perbedaan individu.
Kebijakan Hukum Terkait
❑ UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
❑ UU No 35 tahun 2014 revisi UU no 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
❑ UU No 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas
➢ UU No 35 tahun 2014
❖Pasal 72 ayat 1
Peran serta masyarakat dalam rangka penyelenggaraan perlindungan anak,termasuk anak Penyandang Disabilitas.
❖Pasal 72 ayat 2
Disebutkan bahwa Peran masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan oleh orang perseorangan, Lembaga perlindungan anak, Lembaga kesejahteraan sosial,organisasi kemasyarakatan,Lembaga Pendidikan, media massa dan dunia usaha.
➢ UU no 8 Tahun 2016 Pasal 5 ayat 3
Anak Penyandang Disabilitas memiliki hak :
a. Mendapatkan perlindungan khusus dari diskriminasi,penelantaran,pelecehan, eksploitasi serta kekerasan dan kejahatan seksual.
b. Mendapatkan perawatan dan pengasuhan keluarga atau keluarga pengganti untuk tumbuh kembang secara optimal.
c. Dilindungi kepentingannya dalam pengambilan keputusan.
d. Perlakuan anak secara manusiawi sesuai dengan martabat dan hak anak e. Pemenuhan kebutuhan khusus
f. Perlakuan yang sama dengan anak lain untuk mencapai integrasi sosial dan pengembangan individu
g. Mendapatkan pendampingan sosial.
➢ Riwayat pendekatan penanganan Disabilitas
•
Sesuai UU No. 4/1997 secara Karitatif yaitu bergantung kepada belas kasihan orang ( stigma ketidakmampuan) dan pendekatan Medis yaitu penyelesaian permasalahan diarahkan kepada intervensi terhadap perbaikan fisik.
•
Dalam UU no 8/2016 Pendekatan Sosial yaitu memperbaiki lingkungan yang
menunjang serta perilaku cara pandang masyarakat dan Pendekatan Hak Asasi
yaitu kondisi disabilitas sebagai keberagaman umat manusia serta
pemenuhannya adalah kewajiban Negara .
➢ Konsep Disabilitas
• Disabilitas merupakan suatu konsep yang
terus berkembang dan disabilitas merupakan
hasil dari interaksi antara orang-orang dengan
keterbatasan kemampuan dan sikap serta
lingkungan yang menghambat partisipasi penuh
dan efektif berdasarkan kesetaraan dengan
yang lainnya.
Penyandang Disabilitas
Penyandang Disabilitas adalah……
• Orang dengan Keterbatasan Fisik = Gerak dan Mobilitas
• Intelektual = Mengingat dan berkonsentrasi
• Mental = Mengontrol emosi dan perilaku
• Sensorik = Fungsi Indera
• Yang terhambat partisipasinya karena faktor eksternal =
lingkungan (fisik dan system) serta cara pandang yang
menstigma.
Keanekaragaman manusia
• Disabilitas merupakan salah satu karakteristik individu.
Sama seperti karakteristik yang tak diinginkan oleh
individu lainnya ( seperti memiliki tinggi badan yang
terlalu tinggi atau pendek), dimana masing-masing
individu akan melakukan cara yang berbeda untuk
mengatasi tantangan lingkungannya terkait dengan
kondisi disabilitas yang dimilikinya.
Aksesibilitas
• Aksesibilitas adalah derajat kemudahan dicapai oleh
orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun
lingkungan.
Akomodasi yang layak
• Akomodasi yang layak adalah modifikasi
dan penyesuaian yang tepat dan
diperlukan untuk menjamin penikmatan
atau pelaksanaan semua hak asasi manusia
dan kebebasan fundamental untuk
Penyandang Disabilitas berdasarkan
kesetaraan.
Inklusi Disabilitas
• Inklusi Disabiltas adalah mengikutsertakan penyandang disabilitas dalam aktivitas sehari-hari agar mempunyai peran yang sama dengan rekan sebayanya yang bukan penyandang disabilitas dalam aspek social,ekonomi dan budaya.
• Mengikutsertakan adalah lebih berarti jika dibandingkan mengajak, karena hal tersebut membutuhkan kebijakan dan praktik yang memadai yang memberikan efek di
masyarakat.
Sikap dan Penerimaan Orangtua yang memiliki Anak Penyandang Disabilitas
Merangkul Keluarga Disabilitas
17
1. Tahap Penolakan 2. Tahap Marah
3. Tahap Tawar menawar 4. Tahap Depresi
5. Tahap Penerimaan
Penanganan Anak
Penyandang Disabilitas dalam Keluarga
18
1.
Deteksi dan intervensi dini
2.Memahami kebutuhan dasar
3.Penyuluhan dan penanganan
4.
Rujukan (yang mendukung pada kemandirian dan perlindungan anak yang akan menjadi solusi kebutuhan anak)
5.
Peer to peer Counselling
Point yang tidak kalah Penting
Presentation title 19
Sikap optimis untuk mendukung kemandirian dan harapan yang tinggi untuk pencapaian kemampuan selanjutnya bagi si Anak. Arti mandiri disini bukan berarti melkukan segala sesuatunya sendiri tanpa bantuan orang lain, tapi lebih kepada kemampuan untuk memutuskan apa yang ia ingin lakukan, dengan atau tanpa bantuan orang lain.
Apa itu
MENTAL BLOCKS??
• Mental Blocks adalah salah satu hasil akhir dari proses pemograman pikiran yang bersifat menghambat kita dalam mencapai impian atau tujuan kita, karena mental block menghalangi pikiran sadar seseorang dari Tindakan positif yang memberdayakan.
Bahaya Mental Blocks Terhadap Anak
Penyandang Disabilitas
Program Pikiran Anak
Program Pikiran terbentuk sejak dini melalui dua jalur utama, yaitu : a. Imprint
Imprint adalah apa yang terekam di pikiran bawah sadar saat terjadinya luapan emosi atau stress, mengakibatkan perubahan pada perilaku.
b. Misunderstanding
Misunderstanding adalah salah pengertian yang dialami seseorang saat memberikan makna kepada atau menarik kesimpulan dari suatu peristiwa atau pengalaman.
Presentation title 21
Proses Pembentukan Mental Blocks pada Anak Penyandang Disabilitas
Baik Imprint maupun misunderstanding, setelah terekam di pikiran bawah sadar, akan menjadi program pikiran yang selanjutnya mengendalikan hidup seseorang.
Anggapan/asumsi negative dan persepsi yang salah tentang disabilitas telah berkembang sejak dahulu dan hal ini secara alami berproses dan membunuh karakter penyandang disabilitas, merasuki pikiran kita dan masyarakat luas sehingga akhirnya mitos- mitos tentang penyandang disabilitas menjadi program pikiran bagi masyarakat luas, termasuk anak penyandang disabilitas itu sendiri dan tentunya berpotensi besar menghambat kemajuan anak penyandang disabilitas ke arah yang lebih baik.
Presentation title 22
Cara Mengenali Mental Blocks
• Abai atau bersikap negative pada hal yang sama.
• Memiliki perasaan/sikap yang menghambat ke arah perubahan.
• Percaya pada mitos-mitos yang tidak terbukti kebenarannya.
• Merasa tidak nyaman pada saat menentukan target yang lebih tinggi
• Memiliki pola kegagalan yang sama.
Presentation title 23
Cara Mengatasi Mental Blocks terhadap Anak Penyandang Disabilitas
• Kenali Mental Blocks Anda dan cari motivasi untuk memperbaikinya.
• Sikapi semua mitos-mitos yang keliru tentang disabilitas dengan perspektif yang positif.
• Bangun potensi kecil menjadi besar dan gunakan potensi baik untuk kebermanfaatan.
• Dorong emosi positif.
Presentation title 24