• Tidak ada hasil yang ditemukan

RK3 WORKSHOP, S2 & S3

N/A
N/A
Yusril Fahri

Academic year: 2025

Membagikan "RK3 WORKSHOP, S2 & S3"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Setiap adanya penggunaan teknologi dan perkembangan industri yang semakin lama semakin canggih dan maju dimana hal tersebut ditandai dengan adanya proses mekanisasi, elektrifikasi dan modernisasi serta transformasi globalisasi. Dengan keadaan demikian penggunaan mesin-mesin, pesawat, instalasi dan bahan- bahan berbahaya akan terus meningkat sesuai dengan kebutuhan industrialisasi. Hal tersebut tentunya akan membawa dampak tidak hanya dapat mengancam manusia tetapi juga pada lingkungan kerja, proses kerja dan juga pada sistem kerja itu sendiri.

Penggunaan peralatan-peralatan kerja yang canggih dapat memberi dampak terhadap resiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja. Risiko kecelakaan, kerugian dan penyakit akibat kerja tersebut disebabkan karena adanya sumber-sumber bahaya akibat dari aktifitas kerja di tempat kerja. Umumnya di semua tempat kerja selalu terdapat sumber-sumber bahaya. Hampir tidak ada tempat kerja yang sama sekali bebas dari sumber bahaya (Syukri Sahab, 1997).

Sumber-sumber bahaya perlu dikendalikan untuk

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Selain

adanya sumber bahaya yang dapat menyebabkan

(2)

kecelakaan dan penyakit akibat kerja terdapat juga potensi bahaya tertentu yang bila tidak mendapat perhatian khusus akan dapat menimbulkan kecelakaan kerja.

Potensi bahaya yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja dapat berasal dari berbagai kegiatan atau aktivitas dalam pelaksanaan operasi atau juga berasal dari luar proses kerja (Tarwaka, 2008). Untuk mengendalikan sumber-sumber bahaya dan potensi bahaya yang ada di tempat kerja, maka sumber dan potensi bahaya tersebut harus ditemukan. Untuk menemukan dan menentukan lokasi bahaya potensial yang dapat mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja, maka perlu diadakan identifikasi sumber bahaya potensial yang ada di tempat kerja.

Setelah sumber dan potensi bahaya teridentifikasi, maka dilakukan evaluasi tingkat risiko sumber bahaya terhadap tenaga kerja. Dari kegiatan tersebut maka diusahakan suatu pengendalian sampai tingkat yang aman untuk tenaga kerja terhadap keselamatan dan kesehatan kerja dan lingkungan.

Pengendalian terhadap sumber dan potensi bahaya bertujuan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan dan penyakit akibat kerja (Syukri Sahab, 1997), kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan ada dua macam, yaitu kerugian ekonomi dan kerugian non ekonomi.

Kerugian ekonomi berupa kerugian yang langsung dapat

ditaksir dengan menggunakan uang, kerugian non ekonomi

(3)

antara lain adalah rusaknya lingkungan dan citra perusahaan.

Dalam memperhatikan sumber dan potensi bahaya yang ada dalam setiap tempat kerja perusahaan wajib memberikan jaminan Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada setiap tenaga kerjanya. Menurut Undang-undang No.

13 tahun 2003 pasal 87 tentang Ketenagakerjaan

menyatakan bahwa setiap perusahaan wajib menerapkan

sistem manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang

terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

(4)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

Keselamatan dan kesehatan kerja secara filosofis adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keadaan, keutuhan, dan kesempurnaan baik jasmani ataupun rohani manusia serta karya dan budayanya tertuju pada kesejahteraan manusia pada umumnya dan tenaga kerja pada khususnya (Suma’mur, 1996).

2.1.1 PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaannya (Suma’mur, 1996).

Pengertian lain dari keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/ cidera, cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan/ mesin dan lingkungan secara luas (Tarwaka, 2008).

Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang

yang berada di perusahaan. Dengan demikian, keselamatan

kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan

orang lain yang berada di perusahaan serta masyarakat

sekitar perusahaan yang mungkin terkena dampak akibat

suatu proses produksi industri (Suma’mur, 1996).

(5)

Sasaran keselamatan kerja adalah segala tempat kerja baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air maupun di udara (Suma’mur, 1996).

Tempat-tempat kerja demikian tersebar pada segenap kegiatan ekonomi, seperti pertanian, industri, pertambangan, perhubungan, pekerjaan umum, jasa dan lain-lain (Suma’mur, 1996).

2.1.2 PENGERTIAN KESELAMATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau mental, maupun sosial dengan usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit/gangguan- gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja, serta terhadap penyakit-penyakit umum (Suma’mur, 1996).

2.2 BAHAYA

Bahaya merupakan suatu kondisi baik yang ada maupun yang berpotensi, yang dengan sendirinya atau berinteraksi dengan kondisi lainnya, dapat menimbulkan kejadian yang tidak diinginkan atau diharapkan seperti kematian, cidera manusia, kerusakan fasilitas dan hilangnya fasilitas (Budi Santoso, 1999).

2.2.1 POTENSI BAHAYA

Menurut Depnaker RI (1996), potensi bahaya adalah

suatu keadaan yang memungkinkan atau dapat

menimbulkan kecelakaan atau kerugian berupa cidera,

(6)

penyakit, kerusakan atau kemampuan untuk melaksanakan fungsi yang telah ditetapkan.

Pengertian lain dari potensi bahaya (hazard) adalah sesuatu yang berpotensi menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cedera, sakit, kecelakaan atau bahkan dapat mengakibatkan kerusakan dan kerugian (Tarwaka, 2008).

2.2.2 SUMBER BAHAYA

Kecelakaan dan penyakit akibat kerja dapat menimbulkan kerugian, baik kerugian langsung maupun kerugian tidak langsung. Kerugian ini bisa dikurangi jika kecelakaan dan penyakit akibat kerja dicegah dengan cara dideteksi sumber sumber bahaya yang mengakibatkan kecelakaan dan penyakit akibat kerja tersebut. Menurut Syukri Sahab (1997), sumber bahaya ini bisa berasal dari :

1. MANUSIA

Termasuk pekerja dan manajemen. Kesalahan utama sebagian besar kecelakaan, kerugian, dan kerusakan terletak pada karyawan yang kurang bergairah, kurang terampil, kurang tepat, terganggu emosinya yang pada umunya menyebabkan kecelakaan dan kerugian (Bennet N.B Silalahi dan Rumondang B. Silalahi, 1995). Selain itu apa yang diterima atau gagal diterima melalui pendidikan, motivasi, serta penggunaan peralatan kerja berkaitan langsung dengan sikap pimpinan (Freeport, 1995).

2. MANUSIA

Peralatan yang digunakan dalam suatu proses dapat

menimbulkan bahaya jika tidak digunakan sesuai dengan

fungsinya, tidak adanya latihan penggunaan alat tersebut,

tidak dilengkapi dengan pelindung dan pengaman serta

(7)

tidak ada parawatan dan pemeriksaan. Perawatan atau pemeriksaan dilakukan agar bagian dari mesin atau alat yang berbahaya dapat dideteksi sedini mungkin (Syukri Sahab, 1997).

3. BAHAN

Bahaya dari bahan meliputi berbagai resiko sesuai dengan sifat bahan antara lain mudah terbakar, mudah meledak, menimbulkan alergi, menimbulkan kerusakan pada kulit dan jaringan tubuh, menyebabkan kanker, mengakibatkan kelainan pada janin, bersifat racun dan radio aktif.

4. PROSES

Bahaya dari proses sangat bervariasi tergantung teknologi yang digunakan. Industri kimia biasanya menggunakan proses yang berbahaya, dalam prosesnya digunakan suhu, tekanan yang tinggi dan bahan kimia berbahaya yang memperbesar resiko bahayanya. Dari proses ini kadang–

kadang timbul asap, debu, panas, bising, dan bahaya mekanis seperti terjepit, terpotong, atau tertimpa bahan.

Hal ini dapat mengakibatkan kecelakaan atau penyakit akibat kerja. Tingkat bahaya dari proses ini tergantung pada teknologi yang digunakan (Syukri Sahab, 1997).

5. CARA KERJA

Bahaya dari cara kerja dapat membahayakan karyawan itu

sendiri dan orang lain disekitarnya. Cara kerja yang

demikian antara lain: cara kerja yang mengakibatkan

hamburan debu dan serbuk logam, percikan api serta

tumpahan bahan berbahaya. Cara mengangkat dan

mengangkut yang salah mengakibatkan cedera, memakai

alat pelindung diri yang tidak semestinya dan cara memakai

yang salah.

(8)

6. BANGUNAN PERALATAN DAN INSTALASI

Bahaya dari bangunan, peralatan dan instalasi perlu mendapat perhatian. Konstruksi bangunan harus kokoh dan memenuhi syarat. Desain ruangan dan tempat kerja harus menjamin keselamatan dan kesehatan pekerja.

Pencahayaan dan ventilasi harus baik, tersedia penerangan darurat, marka dan rambu yang jelas dan tersedia jalan penyelamatan diri. Instalasi harus memenuhi persaratan keselamatan kerja baik dalam disain maupun konstruksinya.

Dalam industri juga digunakan berbagai peralatan yang mengandung bahaya, yang bila tidak dilengkapi dengan alat pelindung dan pengaman bisa menimbulkan bahaya seperti kebakaran, sengatan listrik, ledakan, luka – luka atau cidera.

2.3 IDENTIFIKASI BAHAYA

Identifikasi bahaya merupakan suatu proses yang dapat dilakukan untuk mengenali seluruh situasi atau kejadian yang berpotensi sebagai penyebab terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja yang mungkin timbul di tempat kerja (Tarwaka, 2008).

Tindakan awal dari suatu sistem manajemen

pengendalian resiko yang merupakan suatu cara untuk

mencari dan mengenali terhadap semua jenis kegiatan,

alat, produk dan jasa yang dapat menimbulkan potensi

cidera atau sakit yang bertujuan dalam upaya mengurangi

dampak negatif resiko yang dapat mengakibatkan kerugian

aset perusahaan, baik berupa manusia sebagai tenaga

kerja, material, mesin, hasil produksi, maupun financial

(Slamet Ichsan, 2004).

(9)

Proses identifikasi hazard atau potensi bahaya antara lain yaitu :

1. Membuat daftar semua objek (mesin, peralatan kerja, bahan, proses kerja, sistem kerja, kondisi kerja, dll) yang ada di tempat kerja.

2. Memeriksa semua objek yang ada di tempat kerja dan sekitarnya

3. Melakukan wawancara dengan tenaga kerja yang bekerja di tempat kerja yang berhubungan dengan objek-objek tersebut.

4. Mereview kecelakaan, catatan P3K dan informasi lainnya 5. Mencatat seluruh hazard yang telah diidentifikasi (Tarwaka,

2008)

2.4 PENILAIAN RESIKO

Menurut Tarwaka (2008), resiko adalah suatu kemungkinan terjadinya kecelakaan atau kerugian pada periode waktu tertentu atau siklus operasi tertentu.

Sedangkan tingkat resiko merupakan perkalian antara tingkat kekerapan (probability) dan keparahan (consequence/ severity) dari suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian, kecelakaan atau cedera sakit yang mungkin timbul dari pemaparan suatu hazard di tempat kerja. Menurut Widodo Siswowardodjo (2007), tingkat resiko adalah perhitungan antara konsekuensi atau dampak yang mungkin timbul dan probabilitas.

Menurut Permenaker PER 05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Lampiran I mengenai Pedoman Penerapan sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja bahwa

(10)

penilaian resiko adalah proses untuk menentukan prioritas pengendalian terhadap tingkat resiko kecelakaaan atau penyakit akibat kerja.

Penilaian resiko adalah pelaksanaan metode-metode

untuk menganalisa tingkat resiko, mempertimbangkan

resiko tersebut dalam tingkat bahaya (danger) dan

mengevaluasi apakah sumber bahaya itu dapat dikendalikan

secara memadai serta mengambil langkah-langkah yang

tepat (Widodo Siswowardodjo, 2007).

(11)

BAB III

IDENTIFIKASI BAHAYA DAN RESIKO PEKERJAAN

RENOVASI RUANG KULIAH DAN WORSHOP UNTUK PROGRAM PROFESI, S2 & S3

NO JENIS/TIPE PEKERJAAN IDENTIFIKASI BAHAYA PENGENDALIAN RESIKO K3 I PEKERJAAN PERSIAPAN

1. Direksikit/Bangsal Kerja 2. Pembersihan Awal dan

Akhir

3. Mobilisasi dan Demobilisasi 4. Administrasi Dan

Dokumentasi

5. Shop Drawing & As Build Drawing

6. keselamatan Kerja (k3) dan Rambu- rambu 7. papan nama Proyek

1. Kecelakaan dan gangguan kesehatan tenaga kerja akibat tempat kerja kurang memenuhi syarat.

2. Keinjak Paku saat Pembuatan Papan nama Proyek.

3. Gangguan pernapasan (debu) saat pekerjaan pembersihan awal dan akhir.

4. Kecelakaan akibat penyimpanan peralatan dan bahan atau

1. Tempat kerja harus sesuai dengan persyaratan K3

2. Pekerja harus memakai peralatan k3 sesuai dengan persyaratan k3 contohnya Memakai sepatu boots, helm keselamatan, sarung tangan dan masker (APD).

3. Berhati-hati dalam bekerja, sesuai dengan persyaratan k3.

(12)

8. Pek. Bowplank material kurang memenuhi syarat pada saat pelaksanaan pekerjaan persiapan.

5. Pekerja tergores dan terpotong saat pemasangan dan pembongkaran material bekisting (kayu dan paku).

II PEKERJAAN PEMBONGKARAN 1. Pembongkaran dinding

dinding dan beton.

2. Pembongkaran sekat dinding.

3. Pembongkaran Plafond.

4. Pembongkaran atap.

1. Risiko tertimpa runtuhan dinding.

2. Risiko gangguan pernapasan akibat debu.

3. Risiko cedera dari penggunaan alat berat.

4. Risiko luka dari material tajam dan serpihan.

5. Risiko tertimpa bagian sekat.

6. Risiko gangguan pernapasan dan mata akibat serpihan.

7. Risiko cedera dari penggunaan gergaji atau alat potong lainnya.

1. Gunakan penopang sementara dan metode pembongkaran bertahap.

Pastikan area kerja aman dari personel yang tidak berkepentingan.

2. Gunakan masker pelindung dan semprotkan air untuk mengurangi debu.

3. Berikan pelatihan penggunaan alat berat dan gunakan APD seperti helm, sarung tangan, dan sepatu safety.

4. Kenakan sarung tangan tebal dan peralatan pelindung lainnya.

(13)

8. Risiko tertimpa beton runtuh.

9. Risiko gangguan pernapasan dari debu beton.

10.Risiko cedera dari alat berat dan peralatan hidrolik.

11.Risiko gangguan pendengaran dari kebisingan alat berat.

12.Risiko tertimpa bagian plafon.

13.Risiko gangguan pernapasan dari debu dan serat.

14.Risiko sengatan listrik dari kabel tersembunyi.

15.Risiko jatuh dari tangga.

16.Risiko jatuh dari atap atau tertimpa material atap.

17.Risiko dari cuaca buruk seperti angin kencang atau hujan.

18.Risiko kesehatan dari paparan serat asbes.

19.Risiko cedera dari alat berat.

5. Bongkar secara bertahap dan pastikan area di sekitar aman.

6. Gunakan alat potong dengan pelindung, dan berikan pelatihan penggunaan alat potong.

7. Gunakan pelindung telinga dan batasi durasi paparan.

8. Gunakan penopang dan metode pembongkaran yang hati-hati.

9. Matikan aliran listrik dan gunakan detektor listrik.

10.Pastikan tangga stabil dan gunakan pengaman seperti harness.

11.Gunakan harness dan pengaman jatuh. Pastikan area di bawah atap aman.

12.Pantau cuaca dan hentikan pekerjaan jika cuaca buruk.

13.Berikan pelatihan dan gunakan APD.

Periksa alat sebelum digunakan.

(14)

III PEKERJAAN GALIAN DAN URUGAN TANAH 1. Pekerjaan galian tanah

pondasi telapak dan pondasi batu kali.

2. Pekerjaan urugan tanah kembali pondasi.

3. Pekerjaan urugan tanah di bawah lantai.

A. Identifikasi Bahaya Pekerjaan Galian Tanah:

1. Tanah yang digali dapat runtuh dan menimpa pekerja di dalam galian.

2. Pekerja dapat terjebak dalam lubang galian jika tidak ada akses keluar yang memadai.

3. Penggunaan alat berat seperti ekskavator dapat menyebabkan kecelakaan jika tidak digunakan dengan benar.

4. Struktur sementara seperti dinding penahan galian yang tidak kokoh dapat runtuh.

B. Identifikasi Bahaya pada Pekerjaan Urugan Tanah:

1. Jika tanah urug tidak dipadatkan

A. Pengendalian Resiko Pekerjaan Galian Tanah:

1. Pemasangan shoring (penahan dinding) yang kokoh.

2. Menggali dengan kemiringan yang aman (sloping).

3. Inspeksi rutin terhadap stabilitas dinding galian.

4. Sediakan tangga atau akses keluar yang mudah dijangkau dan aman.

5. Latih pekerja tentang prosedur evakuasi darurat.

6. Berikan pelatihan yang memadai kepada operator alat berat.

7. Tandai dan batasi area kerja alat berat.

8. Lakukan pemeliharaan rutin terhadap alat berat.

(15)

dengan baik, dapat menyebabkan penurunan tanah di masa depan yang membahayakan struktur bangunan.

2. Penggunaan alat pemadat dapat menyebabkan cedera jika operator tidak terlatih atau tidak menggunakan APD yang tepat.

3. Pengurugan tanah dapat menghasilkan debu yang berbahaya bagi pernapasan pekerja.

9. Pastikan dinding penahan sementara didesain oleh ahli.

10.Lakukan inspeksi rutin terhadap kekokohan dinding penahan.

11.Gunakan bahan tambahan seperti balok penahan jika diperlukan.

B. Pengendalian Resiko Pekerjaan Urugan Tanah:

1. Lakukan pemadatan tanah urug secara bertahap dan sesuai spesifikasi teknis.

2. Lakukan uji kepadatan tanah secara berkala.

3. Gunakan material urug yang sesuai dengan spesifikasi teknis.

4. Berikan pelatihan dan sertifikasi bagi operator alat pemadat.

5. Lakukan pengawasan rutin terhadap penggunaan alat pemadat.

6. Wajibkan penggunaan alat pelindung diri seperti sepatu keselamatan, sarung tangan, dan pelindung telinga.

7. Lakukan penyiraman tanah secara berkala untuk mengurangi debu.

(16)

8. Wajibkan penggunaan masker untuk melindungi saluran pernapasan pekerja.

9. Batasi area kerja yang berdebu dan beri tanda peringatan.

IV PEKERJAAN PONDASI TELAPAK 1. Pekerjaan Beton

2. Pekerjaan Pembesian 3. Pekerjaan Bekisting

1. Tanah di sekitar area pondasi dapat runtuh dan menimpa pekerja yang berada di lubang pondasi.

2. Pekerja dapat terjebak dalam lubang pondasi jika tidak ada akses keluar yang memadai.

3. Bahan bangunan seperti beton atau batu bisa jatuh dan menimpa pekerja.

4. Proses pengerjaan pondasi dapat menghasilkan debu yang berbahaya bagi pernapasan pekerja.

1. Gunakan teknik shoring atau penahan tanah.

2. Gali dengan kemiringan yang aman (sloping).

3. Inspeksi rutin terhadap stabilitas dinding galian.

4. Sediakan tangga atau akses keluar yang aman dan mudah dijangkau.

5. Latih pekerja tentang prosedur evakuasi darurat.

6. Gunakan alat angkut yang aman dan teratur.

7. Pasang penghalang dan tanda peringatan di sekitar area kerja.

(17)

5. Alat tajam dan berat yang digunakan dalam pekerjaan pondasi dapat menyebabkan cedera fisik.

8. Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti helm keselamatan.

9. Lakukan penyiraman area kerja secara berkala untuk mengurangi debu.

10.Wajibkan penggunaan masker debu bagi pekerja.

11.Pasang penghalang debu di sekitar area kerja.

12.Wajibkan penggunaan APD seperti sarung tangan, sepatu keselamatan, dan pelindung mata.

13.Latih pekerja tentang penggunaan alat yang benar dan aman.

14.Pastikan area kerja bebas dari benda yang tidak teratur.

V PEKERJAAN PONDASI BATU KALI 1. Pekerjaan Pondasi Batu

Kali/batu belah

1. Pekerja dapat jatuh saat bekerja di ketinggian, terutama saat

1. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata saat bekerja.

(18)

membangun fondasi di area yang tidak rata.

2. Batu atau peralatan bisa jatuh dan mengenai pekerja.

3. Penggunaan alat seperti palu, gergaji, dan sekop bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

4. Mengangkat dan memindahkan batu kali bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

5. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

6. Semen bisa menyebabkan iritasi kulit dan masalah pernapasan jika terhirup.

2. Gunakan derek atau katrol untuk mengangkat batu yang berat.

3. Berikan pelatihan rutin kepada pekerja tentang penggunaan alat yang benar dan prosedur keselamatan.

4. Tetapkan dan terapkan SOP untuk setiap tahap pekerjaan.

5. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

6. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu.

7. Gunakan masker dan pakaian pelindung saat bekerja dengan semen.

8. Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin.

(19)

VI PEKERJAAN SLOOF 1. Pekerjaan Beton 2. Pekerjaan Pembesian 3. Pekerjaan Bekisting

1. Pekerja bisa jatuh saat bekerja di ketinggian, terutama saat memasang slof di bangunan bertingkat.

2. Alat atau material konstruksi bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

3. Penggunaan alat seperti palu, gergaji, dan mesin bor bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

4. Balok beton yang berat bisa menyebabkan cedera serius jika jatuh atau tidak ditangani dengan benar.

5. Mengangkat dan memindahkan campuran beton yang berat bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, dan pelindung mata untuk melindungi dari cedera.

3. Gunakan alat angkat seperti crane atau katrol untuk mengangkat slof yang berat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya

6. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

(20)

6. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

7. Bahan kimia dalam beton bisa menyebabkan iritasi kulit dan masalah pernapasan jika terhirup.

7. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu.

8. Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan bahan kimia atau semen.

9. Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin.

VII PEKERJAAN KOLOM 1. Pekerjaan Beton 2. Pekerjaan Pembesian 3. Pekerjaan Bekisting

1. Risiko jatuh saat memasang kolom, terutama pada bangunan bertingkat.

2. Alat atau material konstruksi seperti batang baja, cetakan (bekisting), atau beton bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

3. Penggunaan alat berat seperti crane, palu, dan bor listrik bisa menyebabkan cedera.

4. Pekerja bisa terjepit di antara kolom dan alat berat atau struktur lainnya.

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, pelindung mata, dan sabuk pengaman untuk melindungi dari cedera.

3. Gunakan crane atau alat angkat lainnya untuk mengangkat material berat seperti cetakan beton dan batang baja.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja

(21)

5. Mengangkat dan memindahkan bahan bangunan seperti batang baja dan cetakan beton bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

6. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

7. Cuaca ekstrem seperti panas terik atau hujan deras bisa menyebabkan dehidrasi, sengatan matahari, atau kecelakaan karena permukaan licin.

8. Permukaan kerja yang tidak rata atau berlumpur bisa menyebabkan tergelincir atau tersandung.

9. Bahan kimia dalam beton dan perekat bisa menyebabkan iritasi kulit dan masalah pernapasan jika terhirup.

yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10. Pastikan permukaan kerja stabil dan rata untuk mencegah kecelakaan.

11. Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan bahan kimia atau semen.

12. Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin.

VIII PEKERJAAN BALOK

1. Pekerjaan Beton 1. Risiko jatuh saat memasang 1. Pasang perancah yang kokoh dan

(22)

2. Pekerjaan Pembesian 3. Pekerjaan Bekisting

balok, terutama pada bangunan bertingkat.

2. Alat atau material konstruksi seperti balok beton atau baja, bekisting, atau alat kerja bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

3. Penggunaan alat berat seperti crane, palu, bor listrik, dan gergaji bisa menyebabkan cedera.

4. Pekerja bisa terjepit di antara balok dan alat berat atau struktur lainnya.

5. Mengangkat dan memindahkan bahan bangunan seperti balok beton atau baja bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

6. Postur yang salah saat bekerja

sesuai standar untuk bekerja di ketinggian.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, pelindung mata, dan sabuk pengaman untuk melindungi dari cedera.

3. Gunakan crane atau alat angkat lainnya untuk mengangkat material berat seperti balok beton atau baja.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera

(23)

bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

7. Cuaca ekstrem seperti panas terik atau hujan deras bisa menyebabkan dehidrasi, sengatan matahari, atau kecelakaan karena permukaan licin.

8. Permukaan kerja yang tidak rata atau berlumpur bisa menyebabkan tergelincir atau tersandung.

9.

punggung.

8. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10.Pastikan permukaan kerja stabil dan rata untuk mencegah kecelakaan.

11.Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan bahan kimia atau semen.

12.Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin.

IX PEKERJAAN PELAT LANTAI DAN KANOPI 1. Pekerjaan Beton

2. Pekerjaan Pembesian 3. Pekerjaan Bekisting

1. Risiko jatuh saat bekerja di ketinggian, terutama saat memasang pelat lantai di bangunan bertingkat.

2. Alat atau material konstruksi

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, pelindung mata, dan sabuk

(24)

seperti beton, cetakan (bekisting), atau alat kerja bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

3. Penggunaan alat berat seperti crane, vibrator beton, dan bor listrik bisa menyebabkan cedera.

4. Pekerja bisa terjepit di antara cetakan pelat lantai dan alat berat atau struktur lainnya.

5. Mengangkat dan memindahkan bahan bangunan seperti cetakan beton bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

6. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

7. Cuaca ekstrem seperti panas terik atau hujan deras bisa menyebabkan dehidrasi,

pengaman untuk melindungi dari cedera.

3. Gunakan crane atau alat angkat lainnya untuk mengangkat material berat seperti cetakan beton dan beton basah.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu.

(25)

sengatan matahari, atau kecelakaan karena permukaan licin.

8. Permukaan kerja yang tidak rata atau berlumpur bisa menyebabkan tergelincir atau tersandung.

9. Bahan kimia dalam beton dan perekat bisa menyebabkan iritasi kulit dan masalah pernapasan jika terhirup.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10.Pastikan permukaan kerja stabil dan rata untuk mencegah kecelakaan.

11.Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan bahan kimia atau semen.

12.Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin.

X PEKERJAAN DINDING BATA 1. Pekerjaan Dinding Bata

2. Pekerjaan Plesteran 3. Pekerjaan Acian

1. Risiko jatuh saat bekerja di ketinggian, terutama jika menggunakan perancah.

2. Alat atau material konstruksi seperti batu bata, ember mortar, atau alat kerja bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

3. Penggunaan alat seperti palu,

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian. Pastikan perancah dilengkapi dengan pagar pengaman dan papan pijakan yang kuat.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, pelindung mata, dan harness untuk melindungi dari cedera.

(26)

cetok, dan pemotong bata bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

4. Pekerja bisa terjepit di antara dinding bata yang sedang dibangun dan alat berat atau struktur lainnya.

5. Mengangkat dan memindahkan batu bata serta ember mortar bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

6. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

7. Cuaca ekstrem seperti panas terik atau hujan deras bisa menyebabkan dehidrasi, sengatan matahari, atau kecelakaan karena permukaan licin.

3. Gunakan alat angkat atau mekanisme bantu lainnya untuk mengangkat dan memindahkan batu bata dan ember mortar yang berat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu dan mencegah kelelahan.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari

(27)

8. Permukaan kerja yang tidak rata atau berlumpur bisa menyebabkan tergelincir atau tersandung.

9. Bahan kimia dalam semen dan mortar bisa menyebabkan iritasi kulit dan masalah pernapasan jika terhirup.

cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10.Pastikan permukaan kerja stabil dan rata untuk mencegah kecelakaan.

11.Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan semen dan mortar.

12.Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin untuk menghindari iritasi kulit akibat paparan bahan kimia.

XI PEKERJAAN PLAFOND

1. Pekerjaan Rangka Plafon Hollow 4x4 mm

2. Penutup Plafond Gypsum 9mm

3. Risiko jatuh saat bekerja di ketinggian, terutama jika menggunakan tangga atau perancah.

4. Alat atau material konstruksi seperti lembaran gypsum atau alat kerja bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian. Pastikan perancah dilengkapi dengan pagar pengaman dan papan pijakan yang kuat.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu bot, pelindung mata, masker debu, dan sabuk pengaman untuk

(28)

5. Penggunaan alat seperti bor listrik, gergaji, dan obeng bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

6. Pekerja bisa terjepit di antara rangka plafon dan alat berat atau struktur lainnya.

7. Mengangkat dan memindahkan lembaran gypsum yang berat bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

8. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

9. Di lokasi terbuka atau bangunan yang belum tertutup, cuaca ekstrem seperti panas terik atau hujan deras bisa menyebabkan dehidrasi, sengatan matahari, atau kecelakaan karena

melindungi dari cedera.

3. Gunakan alat bantu angkat atau mekanisme bantu lainnya untuk mengangkat dan memindahkan lembaran gypsum yang berat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Rotasi tugas untuk mengurangi beban berulang pada bagian tubuh tertentu dan mencegah kelelahan.

(29)

permukaan licin.

10.Permukaan kerja yang tidak rata atau berlumpur bisa menyebabkan tergelincir atau tersandung.

11.Debu yang dihasilkan saat memotong atau mengamplas lembaran gypsum bisa menyebabkan iritasi mata, kulit, dan masalah pernapasan jika terhirup.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10.Pastikan permukaan kerja stabil dan rata untuk mencegah kecelakaan.

11.Gunakan masker debu, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat memotong atau mengamplas lembaran gypsum.

12.Sediakan fasilitas cuci tangan dan dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin untuk menghindari iritasi kulit akibat paparan debu gypsum.

XII PEKERJAAN PENGECATAN 1. Pekerjaan pengecata

dinding

2. Pekerjaan Pengecatan Plafond

1. Risiko jatuh saat mengecat di tempat tinggi menggunakan tangga atau perancah.

2. Alat atau material seperti ember cat atau kuas bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian. Pastikan perancah dilengkapi dengan pagar pengaman dan papan pijakan yang kuat.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu

(30)

3. Penggunaan alat seperti kuas, roller, dan sprayer bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

4. Risiko luka bakar jika kontak dengan permukaan panas seperti pipa uap atau mesin.

5. Mengangkat dan memindahkan ember cat yang berat bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

6. Postur yang salah saat mengecat bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

7. Di lokasi luar ruangan, cuaca ekstrem seperti panas terik atau hujan deras bisa menyebabkan dehidrasi, sengatan matahari, atau kecelakaan karena permukaan licin.

bot, pelindung mata, masker pernapasan, dan harness untuk melindungi dari cedera dan paparan bahan kimia.

3. Pastikan ada ventilasi yang cukup di area kerja dalam ruangan untuk mengurangi paparan uap cat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan bahan kimia yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi, seperti bekerja di ketinggian atau menggunakan bahan kimia berbahaya.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar

(31)

8. Di lokasi dalam ruangan, ventilasi yang buruk bisa menyebabkan akumulasi uap cat yang berbahaya.

9. Bahan kimia dalam cat, pelarut, dan thinners bisa menyebabkan iritasi kulit, mata, dan masalah pernapasan jika terhirup.

10.Cat berbasis pelarut mudah terbakar dan bisa menimbulkan risiko kebakaran dan ledakan jika tidak ditangani dengan benar.

untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Gunakan alat bantu seperti roller dengan pegangan panjang untuk mengurangi beban fisik dan memungkinkan postur kerja yang lebih baik.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10.Gunakan kipas angin atau exhaust fan untuk meningkatkan sirkulasi udara di area kerja dalam ruangan.

11.Gunakan masker pernapasan, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan cat dan pelarut.

12.Simpan bahan kimia dalam wadah yang sesuai dan di tempat yang aman untuk menghindari risiko kebakaran.

13.Sediakan fasilitas cuci tangan dan

(32)

dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin untuk menghindari iritasi kulit akibat paparan bahan kimia.

XIII PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA ALUMINIUM 1. Pekerjaan Kusen Pintu dan

Jendela Aluminium

2. Pekerjaan Daun Pintu Aluminium

3. Pekerjaan Daun Jendela Aluminium

4. Pekerjaan Kaca Jendela

1. Risiko jatuh saat memasang pintu dan jendela di lantai atas atau pada area yang tinggi menggunakan tangga atau perancah.

2. Alat atau material seperti kaca, bingkai aluminium, dan peralatan bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

3. Penggunaan alat seperti bor listrik, gergaji, dan pemotong aluminium bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

4. Tepi tajam pada bingkai aluminium atau kaca dapat

1. Pasang perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian. Pastikan perancah dilengkapi dengan pagar pengaman dan papan pijakan yang kuat.

2. Gunakan helm, sarung tangan anti sayat, sepatu bot, pelindung mata, dan harness untuk melindungi dari cedera.

3. Gunakan alat bantu angkat atau mekanisme bantu lainnya untuk mengangkat dan memindahkan pintu dan jendela aluminium yang berat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja

(33)

menyebabkan luka sayat pada tangan atau bagian tubuh lainnya.

5. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung dan leher.

yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi, seperti bekerja di ketinggian atau menggunakan bahan kimia berbahaya.

7. Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan bahan kimia.

XIV PEKERJAAN ATAP

1. Pekerjaan Rangka Atap Kayu Kls I dan II

2. Pekerjaan Atap Spandek

1. Risiko terbesar dalam pekerjaan atap adalah jatuh, baik dari tepi atap, melalui lubang atau penutup atap yang rapuh.

2. Atap yang basah atau licin, terutama saat hujan atau ada embun, meningkatkan risiko

1. Gunakan perancah, tali pengaman, dan harness yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian.

2. Gunakan helm, sarung tangan, sepatu anti-slip, pelindung mata, dan harness untuk melindungi dari cedera dan paparan bahan kimia.

(34)

terpeleset.

3. Alat atau material konstruksi seperti genteng, papan, atau alat kerja bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

4. Penggunaan alat seperti palu, gergaji, dan bor listrik bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

5. Tepi tajam dari lembaran atap atau alat bisa menyebabkan luka sayat.

6. Mengangkat dan memindahkan material atap yang berat bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

7. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung, leher, dan lutut.

8. Cuaca ekstrem seperti panas

3. Gunakan alat bantu angkat atau mekanisme bantu lainnya untuk mengangkat dan memindahkan material atap yang berat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi, seperti bekerja di ketinggian atau menggunakan bahan kimia berbahaya.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Gunakan alat bantu seperti hoist atau

(35)

terik, hujan deras, atau angin kencang bisa menyebabkan dehidrasi, sengatan matahari, atau kecelakaan karena tergelincir.

9. Permukaan atap yang tidak stabil atau rusak bisa menyebabkan tergelincir atau terjatuh.

crane untuk mengurangi beban fisik dan memungkinkan postur kerja yang lebih baik.

9. Atur jadwal kerja untuk menghindari cuaca ekstrem dan pastikan area kerja kering dan tidak licin.

10.Pastikan permukaan atap stabil dan kuat untuk mencegah kecelakaan.

XV PEKERJAAN ELEKTRIKAL 1. Pekerjaan Pemasangan

Titik Lampu

2. Pekerjaan Pemasanagan Kabel

3. Pekerjaan Pemasangan Lampu Donwlight

4. Pekerjaan Pemasangan Lampu Selang

5. Pekerjaan Pemasangan Stop Kontak

6. Pekerjaan Pemasangan Saklar

1. Kontak langsung atau tidak langsung dengan arus listrik dapat menyebabkan cedera atau kematian.

2. Kontak dengan arus listrik atau percikan api dapat menyebabkan luka bakar serius.

3. Ledakan listrik yang disebabkan oleh loncatan listrik antara dua konduktor dapat menyebabkan

1. Pastikan semua peralatan listrik yang sedang diperbaiki diisolasi dari sumber listrik dan diberi tanda peringatan yang jelas.

2. Gunakan peralatan pengaman seperti sarung tangan isolasi, sepatu isolasi, dan peralatan berinsulasi lainnya.

3. Gunakan APD yang sesuai seperti helm, sarung tangan, sepatu anti-slip, pelindung mata, dan pakaian

(36)

luka bakar, kebutaan, atau cedera serius lainnya.

4. Tekanan tinggi dan panas dari ledakan listrik dapat menyebabkan cedera fisik,

termasuk kerusakan

pendengaran dan trauma akibat tekanan.

5. Risiko jatuh saat bekerja pada instalasi listrik di ketinggian menggunakan tangga, scaffolding, atau lift kerja.

6. Permukaan kerja yang licin atau tidak rata dapat menyebabkan pekerja tergelincir dan jatuh.

7. Alat atau material konstruksi bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

pelindung.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai prosedur kerja yang aman dan penggunaan alat pelindung diri.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi, seperti bekerja pada sistem listrik tegangan tinggi.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Gunakan alat bantu seperti pengangkat mekanis untuk mengurangi beban fisik dan memungkinkan postur kerja yang lebih baik.

(37)

XVI PEKERJAAN HPL

1. Pekerjaan Dinding HPL 2. Pekerjaan Panggung HPL 3. Pekerjaan Pintu HPL

1. Risiko jatuh saat memasang panel HPL di dinding tinggi menggunakan tangga atau perancah.

2. Lantai yang licin atau area kerja yang berantakan dapat menyebabkan pekerja terpeleset dan jatuh.

3. Alat atau material seperti panel HPL, lem, dan alat kerja bisa jatuh dan melukai pekerja di bawahnya.

4. Penggunaan alat seperti gergaji, bor listrik, dan pemotong HPL bisa menyebabkan cedera jika tidak digunakan dengan benar.

5. Tepi tajam dari lembaran HPL atau alat dapat menyebabkan luka sayat pada tangan atau

1. Gunakan perancah yang kokoh dan sesuai standar untuk bekerja di ketinggian, serta pastikan perancah dilengkapi dengan pagar pengaman dan papan pijakan yang kuat.

2. Gunakan helm, sarung tangan anti sayat, sepatu bot, pelindung mata, dan harness untuk melindungi dari cedera.

3. Gunakan alat bantu angkat atau mekanisme bantu lainnya untuk mengangkat dan memindahkan panel HPL yang berat.

4. Berikan pelatihan keselamatan kepada pekerja mengenai penggunaan alat dan prosedur kerja yang aman.

5. Tetapkan SOP yang jelas untuk setiap tahap pekerjaan dan pastikan pekerja

(38)

bagian tubuh lainnya.

6. Mengangkat dan memindahkan panel HPL yang besar dan berat bisa menyebabkan cedera otot dan sendi.

7. Postur yang salah saat bekerja bisa menyebabkan masalah punggung, leher, dan lutut.

8. Lem atau perekat yang digunakan dalam pemasangan HPL dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, dan masalah pernapasan jika terhirup.

mengikutinya.

6. Terapkan sistem izin kerja untuk pekerjaan berisiko tinggi, seperti bekerja di ketinggian atau menggunakan bahan kimia berbahaya.

7. Ajarkan teknik angkat yang benar untuk mengurangi risiko cedera punggung.

8. Gunakan alat bantu seperti pengangkat panel untuk mengurangi beban fisik dan memungkinkan postur kerja yang lebih baik.

9. Gunakan masker, sarung tangan, dan pakaian pelindung saat bekerja dengan lem atau bahan kimia lainnya.

10.Pastikan ada ventilasi yang cukup di area kerja untuk mengurangi paparan uap bahan kimia.

11.Sediakan fasilitas cuci tangan dan

(39)

dorong pekerja untuk mencuci tangan secara rutin untuk menghindari iritasi kulit akibat paparan bahan kimia.

Referensi

Dokumen terkait