• Tidak ada hasil yang ditemukan

RUMPON LAUT DALAM DENGAN ATRAKTOR LIMBAH JARING PAYANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "RUMPON LAUT DALAM DENGAN ATRAKTOR LIMBAH JARING PAYANG"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menyelesaikan penulisan buku ajar Rumpon Laut Dalam dengan Penarik Sampah Jaring Payang. Rumpon Laut Dalam dengan Penarik Limbah Jaring Payang merupakan salah satu topik yang menunjang pemahaman materi alat penangkapan ikan, metode penangkapan ikan dan topik terkait lainnya. Dengan dibuatnya buku ajar ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang bahan dan alat penangkapan ikan, serta cara penangkapan ikan, khususnya topik rumpon laut dalam dengan penarik limbah jaring payang.

Rumpon laut dalam dengan penarik limbah jaring payang merupakan salah satu topik yang menunjang pemahaman materi dan peralatan penangkapan ikan serta cara penangkapan ikan. Dengan dibuatnya buku ajar ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang cara penangkapan ikan serta bahan dan peralatan penangkapan ikan khususnya mata kuliah Rumpon laut dalam dengan penarik jaring payang tumpah, dan dapat digunakan untuk menemani perkuliahan lainnya. bahan.

PENDAHULUAN

Rumpon laut dalam telah berkembang di Indonesia bagian timur seperti di Sorong, Fakfak, Maluku Utara, Teluk Tomini, Laut Sulawesi, Selawesi Tenggara dan Sulawesi Selatan dengan alat tangkap huhate (tiang) dan handline (Baskoro Dalam).Gunarso, 2005). Ketika penggunaan rumpon laut dalam dimulai di Sorong antara tahun 1985 dan 1986, ditemukan bahwa hal tersebut dapat meningkatkan total tangkapan sebesar 105% dibandingkan dengan tangkapan per unit usaha sebesar 142%, dan pendapatan pemilik rumpon sebesar 367% menjadi meningkatkan. mengurangi penggunaan bahan bakar minyak laut sebesar 64,3% dan mengurangi penggunaan umpan hidup sebesar 50% (Naamin dan Kee-Cahi Chong, 1987). Penggunaan rumpon sebagai alat bantu penangkapan ikan belum tersebar luas di perairan Indonesia, khususnya pada rumpon laut dalam.

Pemanfaatan rumpon laut dalam di Indonesia Bagian Barat dan Samudera Indonesia dapat dikatakan masih belum dikembangkan sesuai dengan kondisi perairan. Hal ini terus berlanjut hingga ikan tuna juga berada di rumpon dalam jarak tertentu di sekitar laut.

RUMPON / FISH AGGREGATING DEVICE (FAD)

  • Ditinjau dari segi bahan, rumpon dibagi menjadi tiga kelompok yaitu
  • Rumpon Buatan dari Bahan Tumbuhan
  • Rumpon Buatan dari Bahan Bukan Tumbuhan
  • Rumpon yang Terbuat dari Gabungan Bagian Tumbuhan dan Bukan Tumbuhan
    • Fungsi dan manfaat rumpon
    • Penempatan Posisi Rumpon

Menurut Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (2011), rumpon alami yang terbuat dari bahan buatan menciptakan kondisi lingkungan dimana ikan besar memakan ikan kecil. Sekaligus memberikan perlindungan bagi ikan-ikan kecil agar tidak dimakan langsung oleh ikan-ikan besar. Sifat pelindung rumpon terhadap ikan kecil dimaksudkan untuk memperpanjang waktu sehingga ikan dari berbagai spesies dan ukuran dapat berkumpul dalam jumlah besar.

Proses pengumpulan ikan di rumpon sama dengan yang telah dijelaskan di atas, hanya saja terdapat perbedaan pada proses yang dilakukan pada rumpon yang terbuat dari bahan non tumbuhan. Banyak ikan-ikan kecil dan plankton berkumpul di sekitar rumpon dimana ikan-ikan dan plankton tersebut menjadi sumber makanan bagi ikan-ikan besar.

Gambar 2.2 Komponen Rumpon Buatan dari Bahan Bukan Tumbuhan Persyaratan:
Gambar 2.2 Komponen Rumpon Buatan dari Bahan Bukan Tumbuhan Persyaratan:

KONSTRUKSI RUMPON LAUT DALAM

Selain itu pelampung juga harus mempunyai ketahanan yang kuat terhadap gesekan terhadap benda keras dan tahan terhadap korosi atau karat, oleh karena itu pelampung tersebut harus Buku Pedoman Rumpon Laut Dalam dengan Penarik Limbah Jaring Payang. Komponen pendukung lainnya pada pelampung ini adalah bendera sebagai tanda kepemilikan yang dipasang pada pipa besi setinggi 0,5 m, penopang ban (ban bekas) untuk menopang daya apung pelampung, bahan baja berbentuk setengah lingkaran sebagai tempat tambatan. untuk kapal dan untuk tempat tali angkut dan bukit ban. Tali utama pada penelitian ini adalah polietilen merk DN dengan diameter 22 mm.

Penopang Utama Tali Dipilihnya bahan polietilen sebagai bahan utama tali karena tali ini mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai elastisitas yang tinggi, harga relatif murah, mudah diperoleh di pasaran, kuat dan tahan busuk, memiliki ketahanan yang kuat terhadap kerusakan. , tidak bersifat hidroskopis (menyerap air), seratnya tidak putus. Alat penarik rumpon di laut dalam terbuat dari bahan daun kelapa, tali polietilen merk DN dan tali rafia. Penariknya juga diberi beban oleh bukit karet yang dituang semen seberat 15 kg.

Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat rumpon pemberat laut dalam terdiri dari semen, pasir, batu-batu kecil (karang) dan gundukan ban. Di atas pemberat terdapat tanjakan ban berbentuk setengah lingkaran yang ditempelkan pada semen cor yang berfungsi sebagai tempat mengikat tali. Peranan pemberat dalam pembangunan rumpon laut dalam adalah untuk memastikan posisi rumpon tidak berubah atau bergerak apabila terkena arus atau gelombang laut, sehingga berat pemberat minimal dua kali gaya yang diterima dari rumpon. garis utama.

Dalam pembuatan rumpon ini digunakan pemberat sebanyak 21 buah pada tali utama dan tali penariknya juga menggunakan pemberat, pemberat ini berbeda dengan pemberat utama. Anak timbangan ini terbuat dari ban bukit yang telah dituang semen dan masing-masing berbobot 15 kg. Buku Ajar Rumpon Laut Dalam dengan Penarik Sampah Jaring Payang Pembangunan Rumpon Laut Dalam di Puger Jember.

Gambar 3.1 Rumpon Laut Dalam I
Gambar 3.1 Rumpon Laut Dalam I

PERALATAN DAN PERLENGKAPAN DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN

  • Perahu Sekoci
  • Mesin Perahu Sekoci
  • Lampu
  • Alat Navigasi (GPS)
  • Boks
  • Pancing
  • Pancing Uncalan
  • Pancing Prawean
  • Pancing Eretan
  • Pancing Rapala'an

Joran prawean ini merupakan joran yang terdiri dari tali panjang (tali utama) yang disusun secara vertikal, kemudian tali pendek (tali cabang) digantungkan pada tali secara berjajar dengan jarak tertentu yang ujungnya diikatkan. Pada alat tangkap ini jumlah pancing cabang dan kailnya berbeda-beda tergantung kegunaannya, ada yang menggunakan 10-7 kail dan ada pula yang menggunakan sekitar 40 kail. Panjang joran ini kurang lebih 3 reel atau 21 m untuk 10-7 kail dan 4 reel atau 28 m untuk 40 kail.

Operasi penangkapan ikan ini dilakukan pada siang hari saat gerombolan ikan tuna terlihat di permukaan air laut dan kapal langsung mengitari kawasan tersebut sambil menarik joran yang mendapat umpan buatan. Masukkan joran ke dalam lubang yang ukurannya sudah disesuaikan dengan Rapala, Rapala'an kecil untuk menangkap tuna kecil, sedangkan umpan Rapala besar untuk menangkap tuna besar dengan berat mencapai 90 kg, berat 1 kuintal . Layang-layang ini biasanya tidak dibuat sendiri, nelayan membeli layang-layang dengan harga sekitar Rp.

Cara penangkapan ikan ini adalah ketika ada angin dan nelayan hanya mengangkat satu layang-layang berdasarkan arah mata angin dan jika menggunakan dua layang-layang dikhawatirkan akan bertabrakan dan mengganggu proses penangkapan ikan. Saat melaut, nelayan sekoci biasanya menyediakan 150 layang-layang cadangan untuk melaut, layang-layang tersebut tidak memiliki ekor. Penggunaan alat tangkap ini sangat efektif untuk membantu nelayan menangkap ikan pada saat bahan bakar mesin hampir habis dalam mengejar ikan tuna (Thunus albacares) dengan menggunakan alat tangkap rip, alternatif penggantinya adalah alat tangkap layang-layang.

Kegiatan pementasan dan pengangkutan dilakukan pada pukul 05:00 WIB sampai dengan pukul 06:00 WIB dengan menggunakan 40 buah joran prawean kemudian dilanjutkan pada siang hari dengan menggunakan pemancingan layang-layang atau pemancingan ondel-ondel dengan menggunakan umpan palsu (rapala) atau umpan hidup hingga sore hari. Kemudian dilanjutkan pada malam hari pukul 18.00 WIB hingga 03.00 WIB dengan menggunakan alat pancing ringan dan menggunakan joran sebanyak 10-7 kail. Sebutkan dan jelaskan jenis perahu yang digunakan sebagai alat bantu penangkapan ikan untuk mencapai rumpon di laut dalam.

Gambar 4.1 Perahu Sekoci
Gambar 4.1 Perahu Sekoci

PEMBUATAN DAN PEMASANGAN ATRAKTOR LIMBAH JARING PAYANG

  • Limbah Jaring Payang
  • Pembuatan Atraktor Dari Limbah Jaring Payang
  • Pemotongan Jaring
  • Penggabungan Dan Pengikatan Rumbai Jaring
  • Penggabungan Bagian Rumbai Jaring Pada Tali Utama Atraktor Setelah bagian-bagian jaring yang menyerupai daun kelapa terbentuk
  • Model Atraktor Dari Limbah Jaring Payang

Konstruksi model penarik dari limbah jaring payang dibuat sebagai penarik alami yang berasal dari daun kelapa, karena diharapkan bentuk jaring yang dapat bergerak di dalam air akan mirip dengan gerakan daun kelapa. sehingga dapat menarik ikan untuk berada di sekitar rumpon. Bahan dari jaring limbah digunakan dengan tujuan agar dapat bertahan lebih lama di dalam air dibandingkan dengan atraktan alami yang selama ini digunakan oleh nelayan setempat. Menurut Rosana N dan Sofijanto (2014), alat penarik sampah jaring payang dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut: 1.

Bahan yang digunakan dalam pembuatan atraktan adalah limbah jaring payang (Gambar 5.3), tali utama lure (Gambar 5.4), tali pengikat lure (Gambar 5.5) dan pemberat lure (Gambar 5.6). Untuk menjadikan limbah jaring payang menjadi atraktan yang menyerupai bentuk daun kelapa, jaring payang dipotong persegi, dengan panjang setiap sisinya 4 m (Gambar 5.8). Setelah penyambungan dilakukan pengikatan dengan cara mengambil bagian tengahnya sehingga panjangnya menjadi 2 meter dan pengikatan menggunakan tali monofilamen diameter 5 mm dan panjang 1 meter (Gambar 5.11).

Merakit bagian jaring yang bentuknya seperti daun kelapa (jaring rumbai) Setelah terbentuk bagian jaring yang bentuknya seperti daun kelapa. Setelah bagian jaring yang bentuknya seperti daun kelapa (jaring rumbai) sudah terbentuk, selanjutnya dilanjutkan dengan memasang tali utama yang menarik dari kejauhan. masing-masing 1,5 meter.sehingga. Panjang keseluruhan tali utama adalah 50 meter dan jumlah jaring yang digunakan untuk membuat pinggiran jaring adalah 30 pinggiran jaring (gambar 5.12). Kapal tunda tersebut akan dipasang di rumpon laut dalam di perairan Puger, Jember, Jawa Timur.

Pemasangan atraktor ini akan mendampingi atraktor alami yang akan terus digunakan untuk menambah unsur hara di perairan agar perairan sekitar rumpon menjadi subur, sedangkan atraktor buatan dari jaring limbah paang akan berfungsi agar ikan-ikan tetap ada. rumpon untuk tempat berteduh atau dijadikan rumah ikan, baik ikan dewasa maupun ikan juvenil. Pemasangan rumpon laut dalam di Perairan Sendang Biru Malang Selatan berada pada perairan yang mempunyai kedalaman m di bawah permukaan laut dan terletak pada jarak 15 sampai 200 mil laut dari daratan (Rosana dan Prasita, 2008). Pengujian model trawl dari jaring puing paang dipasang pada rumpon laut dalam di perairan Puger Jember (Rosana N dan Sofijanto, 2015).

Gambar 5.3. Limbah jaring payang
Gambar 5.3. Limbah jaring payang

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN DI SEKITAR RUMPON LAUT DALAM

ASPEK EKONOMI USAHA PENANGKAPAN DENGAN RUMPON LAUT DALAM

Setelah mempelajari bab ini, diharapkan pembaca mampu memahami aspek ekonomi penangkapan ikan dengan rumpon laut secara kompetensi dasar. Setelah membaca bab ini, pembaca diharapkan mampu menjelaskan aspek ekonomi penangkapan ikan dengan rumpon laut dalam hingga 90% dengan benar. Contoh analisis aspek usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon laut dalam dapat dilihat dari biaya investasi, biaya operasional, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja dan biaya tetap.

Pada tabel di bawah ini diketahui besarnya biaya investasi yang diperlukan pada usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap dan alat bantu pengumpulan ikan berupa rumpon laut dalam dengan menggunakan umpan alam adalah sebesar Rp. sedangkan biaya investasi usaha penangkapan ikan dengan menggunakan alat tangkap menggunakan rumpon laut dalam dengan kombinasi umpan alam dan buatan sebesar Rp. Biaya operasional usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon laut dalam dengan menggunakan umpan alami dan umpan gabungan adalah Rp.

Besarnya biaya pemeliharaan yang harus dikeluarkan pada usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon laut dalam dengan menggunakan penarik alami dan kombinasi penarik adalah sebesar Rp. Pendapatan nakhoda yang dihasilkan dari usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon dengan daya tarik alam sebesar Rp. per tahun, sedangkan pendapatan nakhoda yang dihasilkan dari usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon dengan kombinasi atraktor sebesar Rp.

Biaya tenaga kerja usaha penangkapan ikan bagi awak kapal yang menggunakan rumpon dengan umpan alam adalah Rp. Biaya tenaga kerja usaha penangkapan ikan bagi awak kapal yang menggunakan rumpon dengan kombinasi penarik adalah Rp. Biaya tetap untuk usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon dengan umpan alami dan kombinasi umpan alami dan buatan adalah Rp.

Perhitungan nilai BEP didasarkan pada harga usaha penangkapan ikan dengan menggunakan rumpon penarik alam mulai dari Rp. di perusahaan perikanan yang menggunakan rumpon dengan umpan alami, pendapatan penjualan akan menjadi 0,77 kali lipat dari jumlah investasi.

Tabel 3. Spesifikasi dan rincian rumpon laut dalam
Tabel 3. Spesifikasi dan rincian rumpon laut dalam

Gambar

Gambar 2.2 Komponen Rumpon Buatan dari Bahan Bukan Tumbuhan Persyaratan:
Gambar 2.3 Rumpon Buatan dari Bahan Tumbuhan dan Bukan Tumbuhan
Gambar 3.2. Konstruksi Rumpon Laut Dalam II
Gambar 3.2. Konstruksi Rumpon Laut Dalam II
+7

Referensi

Dokumen terkait

The Kalinga State University will hold a Pre-Bid Conference on August 12, 2021 Thursday, 10 am at the BAC Conference Room, Procurement Management Office, Administration Building,