• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANIRI - fh unpatti

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "SANIRI - fh unpatti"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

Penerimaan toleransi ini berlaku bagi seluruh pemeluk agama tertentu yang diakui pemerintah, maupun pemeluk keyakinan agama yang ada di Indonesia. Penting untuk diingat bahwa negara harus mengakui hubungan antara jaminan dan kebutuhan untuk menegakkan hak-hak orang yang beriman. Pokok-pokok putusan MK adalah diberikannya hak konstitusional pemeluk agama untuk menyatakan keberagamannya.

Pemeluk agama yang beragama juga merupakan bagian dari negara Indonesia.Hak-hak yang terdapat dalam UUD 1945 memuat berbagai hak yang diperoleh warga negara. Pasca putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XIV/2016 hingga saat ini belum ada perubahan yang signifikan, hak-hak yang diperoleh umat beriman masih belum sesuai dengan konstitusi Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih terdapat diskriminasi terhadap penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bahkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU-XI/2016 telah dilaksanakan.

Fenomena inilah yang membuat Putusan Mahkamah Konstitusi 97/PUU-XI/2016 hanya bisa dikatakan sebagai bentuk pengakuan terhadap penganut suatu aliran agama. Penganut keyakinan agama kembali diakui pada masa Reformasi melalui dokumen hukum negara yang memuat hak asasi manusia.

PAKARTI

MANEGES

HIMUWIS RAPRA

MARAPU

KALKIKAN*

Seperti diketahui, tabel tersebut memberikan penjelasan mengenai sebaran organisasi kepercayaan agama.Adapun kepercayaan tambahan yang tidak masuk dalam daftar, aliran kepercayaan yang ada di provinsi maluku yaitu suku nuaulu merupakan salah satu agama asli nusantara. yang masih hidup yaitu kepercayaan etnis Manusela dan Nualu di Pulau Seram Provinsi Maluku.

Hak-Hak Penganut Aliran Kepercayaan

Hak untuk berkeyakinan merupakan salah satu hak asasi manusia yang diakui, dijamin dan dilindungi oleh negara dalam UUD 1945 yang menjamin bahwa setiap orang mempunyai kebebasan untuk beriman dan mengamalkan agamanya sesuai dengan keyakinan agamanya, hal ini diperlukan oleh pemerintah dan negara. masyarakat bertanggung jawab untuk merespons dengan cara yang menghormati semua orang dengan menjunjung tinggi hak untuk mengamalkan agama. Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, yang diadopsi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1966 dan diratifikasi atau dimasukkan ke dalam Undang-undang No. 12 tentang Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik pada tahun 2005, mengakui hak untuk mempunyai keyakinan sebagai bagian dari Hak-Hak Sipil dan Politik. manusia. manusia hak asasi manusia. Secara normatif konsep hak asasi manusia menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugerah-Nya yang harus dihormati, dijunjung tinggi. dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan semua orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia.

Contoh hak asasi manusia adalah hak untuk diakui sebagai manusia oleh hukum, dimanapun kita berada. Penganut kepercayaan agama di Indonesia adalah warga negara Indonesia yang merupakan penduduk negara, yang keberadaannya memungkinkan keberadaannya, dan warga negara dalam negara demokrasi mempunyai hak untuk turut serta menentukan nasib dan masa depan negara. Hak konstitusional adalah hak yang dimiliki setiap warga negara sesuai dengan konstitusi yang berlaku di negaranya.

Keberadaan hak konstitusional merupakan bagian dari hak asasi manusia yang pemenuhan dan perlindungannya dijamin dalam konstitusi negara. Landasan pemikiran mengenai hak konstitusional adalah adanya hak asasi manusia sebagai hakikat paling mendasar dalam pembentukan konstitusi. Hak konstitusional warga negara yang meliputi hak asasi manusia dan hak sipil yang dijamin dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berlaku bagi setiap warga negara Indonesia.

Hal ini terlihat dari susunan katanya yang menggunakan ungkapan “semua”, “semua warga negara”, “semua”. Akibatnya, setiap undang-undang atau kebijakan lain yang mendiskriminasikan orang tertentu melanggar hak asasi manusia dan konstitusinya serta bertentangan langsung dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Oleh karena itu, umat beriman yang juga warga negara Indonesia mempunyai hak konstitusional yang sama dengan warga negara. . Indonesia berstatus agama resmi.

Penganut suatu keyakinan agama juga berhak untuk tidak diperlakukan secara diskriminatif berdasarkan statusnya sebagai penganut suatu keyakinan agama yang berbeda dengan agama yang diakui secara resmi.

Jaminan Pemenuhan Hak-Hak Penganut Aliran Kepercayaan

Ketentuan ini terdapat pada Pasal 28E ayat jaminan eksistensi kepercayaan yang dianut masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala upaya untuk membatasi hak-hak dasar warga negara untuk menganut dan mengamalkan keyakinan agamanya tidak dapat dibenarkan. Negara atau dalam hal ini pemerintah mempunyai tugas mewujudkan pemenuhan hak asasi manusia melalui tiga cara yang berbeda, yaitu penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan (to pemenuhan).

Oleh karena itu, hak asasi manusia tidak bisa didasarkan pada kekhususan yang hanya bersifat lokal atau regional. Ketentuan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada Pasal 28D ayat (1) tentang pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum patut ditinjau kembali mengingat banyaknya peraturan perundang-undangan yang mengatur kebebasan beragama dan berkeyakinan sebagai hak asasi manusia. Oleh karena itu, sangat penting bagi pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menjunjung standar hak-hak sipil agar setiap orang dapat menjalankan agama atau kepercayaannya dengan bebas dan tanpa hambatan.

Didik Suhardi, Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Kerohanian, Kemajuan Kebudayaan dan Prestasi Olahraga Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), menegaskan masyarakat adat dan penganut agama memiliki hak yang sama dengan masyarakat lainnya. Menurutnya, masih kurangnya koordinasi antar banyak kementerian/lembaga dan unit terkait sehingga menyulitkan penyelesaian permasalahan pendukung pandangan masyarakat adat di bidang hukum. -Isu kebijakan yang tidak konsisten dan konvergen menjadi permasalahan utama yang dihadapi umat beriman dalam analisis sejarah perkembangan komunitas penganut Setara Institute, dimulai dari cara agama dan keyakinan dideskripsikan, kemudian dikategorikan, kemudian dikendalikan atau bahkan ditindas.

Setara Institute mengkategorikan prasangka yang menimpa umat beriman ke dalam dua kelompok: isu eksternal dan isu internal. Selain permasalahan eksternal, Setara Institute juga mengidentifikasi sejumlah permasalahan internal umat beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penganut agama yang berorganisasi namun bukan anggota perkumpulan MLKI menilai MLKI penuh dengan pihak luar dan memiliki pendukung yang tidak dapat diandalkan.

Berdasarkan evaluasi terhadap peraturan yang ada saat ini, akan lebih mudah untuk meningkatkan pelayanan publik bagi umat beriman.

Akibat Hukum Tidak Dijaminnya Pemenuhan Hak Penganut Aliran Kepercayaan

Ketiga, negara melakukan pelanggaran dengan membuat produk-produk yang membatasi atau bahkan melanggar hak asasi manusia (judicial Violence). Pendirian tegas dalam putusan Mahkamah Konstitusi adalah bahwa pengujian hukum UUD 1945 merupakan keputusan negatif lembaga legislatif yang mempunyai kekuatan mengikat sama dengan kekuatan mengikat undang-undang. Lebih lanjut, karena Mahkamah Konstitusi merupakan penafsir UUD (UUD 1945), maka putusan-putusannya (putusan dalam perkara pengujian undang-undang terhadap UUD 1945) pada hakekatnya memuat penafsiran konstitusional Mahkamah Konstitusi terhadap norma hukum yang dimintakan pengujiannya. .

Oleh karena itu, mengabaikan putusan Mahkamah Konstitusi juga dapat dikategorikan sebagai pembangkangan yang disengaja terhadap Konstitusi (UUD 1945). Oleh karena itu, sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, pencantuman hak asasi manusia, dalam hal ini termasuk hak untuk menganut suatu agama atau kepercayaan, dalam UUD 1945 berarti bahwa hak-hak tersebut diberi status hak konstitusional. Berdasarkan seluruh penjelasan pada subbab ini dan dalam rangka perlindungan hak konstitusional umat beriman pasca Putusan Mahkamah Konstitusi 97/PUU-XIV/2016, maka hal yang paling penting untuk digarisbawahi adalah adanya dua kewajiban hukum yang harus digarisbawahi oleh hakim. negara harus memenuhinya.

Kedua, kewajiban hukum yang timbul dari ketentuan UUD (UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945) yang diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi melalui putusannya yang bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap. Pertama, warga negara Indonesia yang menganut keyakinan agamanya dapat mengajukan gugatan perdata (civil suit atau citizen suit) yang menuntut pengadilan memerintahkan pemerintah untuk melaksanakan dengan baik putusan Mahkamah Konstitusi; Misalnya, keharusan untuk tidak lagi mengosongkan kolom agama pada KTP WNI yang menganut agama tersebut, melainkan mencantumkan “penganut agama” pada kolom yang bersangkutan. Meskipun gugatan perdata ini awalnya diperkenalkan dalam hukum lingkungan hidup, namun jika mengacu pada praktik atau kenyataan empiris di Indonesia, selama ini banyak gugatan perdata yang diterima oleh pengadilan di Indonesia, apapun putusannya.

Gugatan perdata (citizen suit atau civil suit) adalah gugatan yang memungkinkan warga negara untuk menuntut atau menggugat pemerintah atas pelanggaran dalam pemenuhan hak-hak warga negara. Tujuannya adalah untuk melindungi warga negara dari kerugian yang disebabkan oleh tindakan atau kelalaian pejabat negara atau pemerintah. Mengadu secara resmi kepada Presiden untuk menuntut Presiden menegur kepala daerah yang terus menentang keputusan Mahkamah Konstitusi.

Oleh karena itu, Presiden tidak hanya berwenang memberikan teguran, tetapi juga memberikan sanksi administratif tertentu kepada pemerintah daerah, baik pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota, yang tidak menaati putusan Mahkamah Konstitusi yang bersangkutan.

PENUTUP

Presiden yang menurut UUD sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 adalah pemegang kekuasaan pemerintahan, merupakan penanggung jawab tertinggi pelaksanaan kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Apalagi Negara, khususnya pemerintah, secara tegas diamanatkan untuk bertanggung jawab atas pelestarian, pemajuan, pelaksanaan dan realisasi hak asasi manusia berdasarkan Pasal 28I ayat 4 UUD 1945.8. Secara sederhana tanggung jawab negara muncul ketika negara mengingkari kewajibannya yaitu penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak asasi manusia.

Warga negara dapat mengajukan gugatan, yang memungkinkan warga negara untuk menuntut atau menggugat pemerintah atas pelanggaran dalam pemenuhan hak warga negara. Dan penganut agama serta warga negara Indonesia dapat menyampaikan pengaduan secara resmi kepada Presiden, yang menurut syarat-syarat yang diatur dalam Pasal 4 ayat (1) UUD 1945 adalah pemegang kekuasaan pemerintahan, merupakan penanggung jawab tertinggi atas penyelenggaraan pemerintahan. kekuasaan pemerintahan di Indonesia. Oleh karena itu, Presiden mempunyai kewenangan untuk menegur dan juga memberikan sanksi administratif tertentu kepada pemerintah daerah yang tidak memperhatikan putusan Mahkamah Konstitusi yang bersangkutan.

“Pengaruh Undang-Undang Pemisahan Hak Beragama dan Hak Berkeyakinan pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.” Jurnal Konstitusi, 2019. Nuansa Maqashid Al-Syari'ah dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.' Jurnal Istinbath, 2017. Dinamika Perlindungan Hak Konstitusional Warga Negara: Mahkamah Konstitusi Sebagai Mekanisme Nasional Baru Pemajuan dan Perlindungan Hak Asasi Manusia.

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan perang terhadap narkoba war on drugs yang dilakukan presiden Filipina Rodrigo Duterte yang menewaskan lebih dari 5000 lima ribu orang warga negara yang diduga sebagai