• Tidak ada hasil yang ditemukan

SANTRI PONDOK PESANTREN JOLO SUTRO ADIJAYA TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SANTRI PONDOK PESANTREN JOLO SUTRO ADIJAYA TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH "

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

SANTRI PONDOK PESANTREN JOLO SUTRO ADIJAYA TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

Oleh

SANTI SITI FATIMAH NPM 1503060051

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

1440 H/ 2019 M

(2)

ii

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam

Oleh

SANTI SITI FATIMAH 1503060051

Pembimbing I : Dra. Khotijah, M.Pd.

Pembimbing II : Dra. Yerni, M.Pd.

Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas : Ushuluddin Adab dan Dakwah

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO LAMPUNG

1440 H / 2019 M

(3)

iii

Jl. Ki Hajar Dewantara 15 AIringmulyo Metro Timur Kota Metro Telp. (0725) 41507 Faxsimile (0725) 47296 Website: www.fuad.metrouniv.ac.id. E-mail: fuad.iain@metrouniv.ac.id

NOTA DINAS Nomor : -

Lampiran : 1 (Satu) Berkas

Perihal : Pengajuan Skripsi untuk dimunaqasyahkan Kepada Yth,

Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri Metro

di-

Tempat

Assalamu’alaikum Wr.Wb

Setelah kami mengadakan pemeriksaan dan bimbingan seperlunya, maka Skripsi penelitian yang telah disusun oleh:

Nama : Santi Siti Fatimah NPM : 1503060051

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

Yang berjudul : METODE RUQYAH TERHADAP KESEHATAN MENTAL SANTRI PONDOK PESANTREN JOLO SUTRO ADIJAYA TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

Sudah kami setujui dan dapat dimunaqasyahkan. Demikian harapan kami dan atau penerimaannya, kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Metro, 21 Maret 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Khotijah, M.Pd. Dra. Yerni, M.Pd.

NIP 19670815 199603 200 1 NIP 19610930 199303 2 00 1

(4)

iv

Jl. Ki Hajar Dewantara 15 AIringmulyo Metro Timur Kota Metro Telp. (0725) 41507 Faxsimile (0725) 47296 Website: www.fuad.metrouniv.ac.id. E-mail: fuad.iain@metrouniv.ac.id

PERSETUJUAN

Judul Skripsi : METODE RUQYAH TERHADAP KESEHATAN MENTAL SANTRI PONDOK PESANTREN JOLO SUTRO ADIJAYA TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH

Nama : Santi Siti Fatimah NPM : 1503060051

Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah Jurusan : Komunikasi Penyiaran Islam

MENYETUJUI

Untuk dimunaqasyahkan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro.

Metro, 21 Maret 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Khotijah, M.Pd. Dra. Yerni, M.Pd.

NIP 19670815 199603 200 1 NIP 19610930 199303 2 00 1 Mengetahui,

Ketua Jurusan KPI

Nurkholis, M.Pd NIP 1978 07142011 01 1005

(5)

v

Jl. Ki Hajar Dewantara Kampus 15 A Iringmulyo, Metro Timur Kota Metro Telp. (0725) 41507 Fax. (0725) 47296

HALAMAN PENGESAHAN

No:

Skripsi dengan judul: METODE RUQYAH TERHADAP KESEHATAN MENTAL SANTRI PONDOK PESANTREN JOLO SUTRO ADIJAYA TERBANGGI BESAR LAMPUNG TENGAH, disusun oleh: Santi Siti Fatimah, NPM 1503060051, Jurusan: Komunikasi dan Penyiaran Islam telah diujikan dalam sidang Munaqosah Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah pada hari/

tanggal: Senin/ 24 Juni 2019 di Gedung Ibnu Rusyd, Lokal E5.I. I (N1)

TIM PENGUJI:

Ketua : Dra. Khotijah, M.Pd (………..)

Penguji I : Romli, M.Pd (………..)

Penguji II : Dra, Yerni,M.Pd (………..)

Sekertaris : Akhmad Syahid, M.Kom.I (………..) Mengetahui,

Dekan FakultasUshuluddin, Adab dan Dakwah,

Dr. Mat Jalil, M.Hum.

NIP 19620812 199803 1 001

(6)

vi Oleh

Santi Siti Fatimah

Ruqyah adalah bacaan atau doa yang dibacakan untuk memohon kesembuhan. Sedangkan menurut syariat Islam ruqyah adalah bacaan yang terdiri dari ayat-ayat Al-Quran dan Sunah untuk memohon kesembuhan kepada Allah SWT bagi setiap orang yang sakit. Masalah yang sering dihadapi oleh kebanyakan manusia datang secara silih berganti dan terkadang dari mereka sendiri yang tidak kuat menerimanya. Metode penyembuhan dengan menggunakan ruqyah yang dilakukan di pondok pesantren Jolo Sutro sebenarnya sudah lama diterapkan, hanya saja belum banyak masyarakat yang mengetahuinya. Membuat masyarakat sekitar masih takut untuk membawa anggota keluarganya untuk berobat di pondok tersebut.Kebanyakan santri yang berada di Pondok Pesantren Jolosutro adalah pasien penderita gangguan mental yang disebabkan oleh faktor ekonomi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan ruqyah yang dilakukan di Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya,pengaruh yang ditimbulkan setelah dilakukannya ruqyah serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya.

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dan sifat penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Penjamin keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi data. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis data induktif.

Hasil penelitian ini yang dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan ruqyah yang dilakukan oleh kyai Maksum dan bapak Faizin berdasarkan nilai-nilai ke Islaman, bacaannya terdiri dari Kalam Allah (Al-Quran) atau dengan doa-doa Rasullah, serta bacaannya dari bahasa Arab. Bahkan tidak hanya sebagai amal ibadah, metode ruqyah juga menjadi obat dan penawar bagi seseorang yang gelisah jiwanya dan tidak sehat secara mental. Pengobatan dengan menggunakan metode ruqyah ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental santri pondok pesantren Jolo Sutro. Adapun yang menjadi faktor pendukung dalam pelaksanaan ruqyahadalah adanya kemauan serta motivasi yang kuat untuk sembuh, serta adanya dukunganyang besar dari keluarga. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat pelaksanaan ruqyah disebabkan karena Lemahnya iman yang dimiliki sehingga sering melupakan Tuhannya, tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah, Kurang Dzikrullah menjadikan hatinya keras dan jauh dari Tuhannya, Tidak percaya diri dengan kemampuan yang di miliki, Malas Beraktivitas, Lebih Suka Menyendiri dan Murung, Tidak Mau Mengikuti Kegiatan yang diadakan di Pesantren.

(7)

vii Nama : Santi Siti Fatimah NPM : 1503060051

Jurusan : Komunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas : Ushuluddin, Adab dan Dakwah

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi ini secara keseluruhan adalah asli penelitian saya, kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Metro, 28 Mei 2019 Yang Menyatakan

Santi Siti Fatimah NPM 1503060051

(8)

viii





ءارسلإا ) ٨٢ :

(

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian1”.































Artinya:“Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman2”.

1QS. Al-Isra’: 82

2QS. Yunus: 57

(9)

ix

yang telah memberikan ilmu kepada peneliti, peneliti mempersembahkan Skripsi ini sebagai ungkapan rasa hormat dan cinta kasih yang tulus kepada :

1. Ibunda dan Ayahanda tercinta (Bapak Muhni dan Ibu Sri Wahyuti) atas jerih payahnya yang telah membesarkan, mencurahkan kasih sayang, memberikan bimbingan serta mendoakan setiap keberhasilan anak- anaknya.

2. Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah terkhusus Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Terimakasih peneliti ucapkan atas keikhlasan dan ketulusannya dalam mencurahkan cinta kasih sayang dan do’anya untuk peneliti. Terima kasih untuk perjuangan dan pengorbanan kalian semua. Semoga kita semua termasuk orang- orang yang dapat meraih kesuksesan dan kebahagiaan dunia akhirat.

(10)

x

“Metode Ruqyah Terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah”.

Penulisan Skripsi ini merupakan bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan program Strata Satu (S1) Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro, guna memperoleh gelar S.Sos.

Dalam upaya penyelesaian Skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Karenanya penulis mengucapkan

terima kasih kepada Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah Dr. Mat Jalil, M.Hum, Wakil Dekan I Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Hemlan Elhany, S.Ag. M.Ag, Wakil Dekan II Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Dr. Wahyudin, M.Phil, Ketua Jurusan Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah Nurkholis, M.Pd, Pembimbing I Dra. Khotijah, M.Pd, Pembimbing II Dra. Yerni, M.Pd, dan Seluruh Dosen serta Karyawan IAIN Metro.

Kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini sangat diharapkan dan akan diterima dengan kelapang dada. Semoga hasil penelitian yang akan dilakukan kirannya dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu Komunikasi dan Penyiaran Islam.

Metro, 28 Mei 2019 Penulis,

Santi Siti Fatimah NPM 1503060051

(11)

xi

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN NOTA DINAS ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

HALAMAN ORISINILITAS ... vii

HALAMAN MOTO ... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pertanyaan Penelitian ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Penelitian Relevan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Metode Ruqyah ... 8

1. Pengertian Metode Ruqyah ... 8

2. Landasan Syar’i Ruqyah Syar’iyyah ... 11

3. Bacaan-bacaan Ruqyah ... 12

4. Manfaat Pengobatan dengan Ruqyah ... 15

5. Macam-macam Ruqyah... 15

6. Syarat-syarat Ruqyah ... 17

7. Tata Cara Meruqyah Menurut Kaidah Syar’i ... 18

B. Kesehatan Mental ... 20

(12)

xii

5. Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental ... 25

C. Santri Pondok Pesantren... 26

1. Pengertian Santri Pondok Pesantren ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sifat Penelitian... 29

B. Sumber Data ... 30

C. Teknik Pengumpulan Data ... 31

D. Teknik Penjamin Keabsahan Data ... 34

E. Teknik Analisa Data ... 35

BAB IV PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Pondok Pesantren Jolo SutroAdijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah ... 36

1. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah ... 36

2. Struktur Kepengurusan Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah ... 38

3. Visi, Misi dan Tujuan Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah ... 39

4. Data Ustadz/Ustadzah dan Jumlah Santri Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah... 40

5. Sumber Dana ... 40

6. Pelayanan ... 41

7. Sarana dan Prasarana... 41

B. Deskripsi Pelaksanaan Metode Ruqyah terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Jolo Sutro ... 42

(13)

xiii

E. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Metode Ruqyah Terhadap Kesehatan Mental Santri Pondok Pesantren Jolo Sutro ... 52 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 55 B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(14)

xiv

Tabel 1.Data Ustadz/ Ustadzah ... 38 Tabel 2. Jumlah Santri Pondok Pesantren Jolo Sutro ... 38

(15)

xv 3. Alat Pengumpul Data (APD) 4. Surat Tugas

5. Surat Izin Research

6. Surat Keterangan Persetujuan Research 7. Kartu Bimbingan Konsultasi Skripsi 8. Surat Keterangan Bebas Pustaka 9. Transkip Hasil Wawancara

10. Foto Kegiatan Wawancara dan Dokumentasi

(16)

1 A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah dengan penuh anugerah dan kerahmatan. Hal ini dibuktikan bahwa manusia itu sangat unik dan memiliki ciri khas masing-masing. Selain itu manusia juga merupakan makhluk yang yang sempurna jika dibandingkan dengan makhuk yang lainnya. Manusia diberi kelebihan oleh Allah yang berupa akal, nafsu dan jiwa atau roh. Ketiga unsur tersebut yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya.

Manusia yang sehat jiwanya dalam pandangan Islam, adalah manusia yang sanggup mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi tersebut secara optimal menurut garis-garis yang telah ditentukan dalam syari’at. Sebaliknya berhentinya manusia dari pengembangan dan pemanfaatan potensi-potensi tersebut, mengindikasikan bahwa mereka adalah manusia yang sakit, baik jasmani maupun rohani3. Ketenangan jiwa akan diberikan kepada orang yang mau membaca Al-Quran dengan penuh keikhlasan dan berpasrah diri kepada Allah SWT. Seperti firman Allah:



























ءارسلإا ) ٨٢ :

(

3 Ramayulis, Psikologi Agama, ( Jakarta: Kalam Mulia, 2002), Edisi Revisi, h.173.

(17)

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian4” .

Metode ruqyah merupakan metode penyembuhan dalam Islam yang berhubungan dengan hati dan jiwa seseorang. Metode tersebut biasanya digunakan peruqyah dengan membacakan ayat-ayat suci Al- Quran dan beberapa doa-doa yang menenagkan hati dan jiwa5. Metode ruqyah selain digunakan untuk media penyembuhan, bisa juga digunakan untuk motivasi dan sebagai sarana dakwah Islam. Hal tersebut secara teoritik merupakan ajakan kepada orang-orang (individu, kelompok, masyarakat dan bangsa) menuju jalan Allah. Seperti firman Allah:













































)

لحنلا

١٢٥ :

(

Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk6.

4Q.S Al-Israa’: 82

5Zainurrofieq, Al-Ma’tsurat, (Jakarta Timur: Spirit Media, 2014), cet. 3, h.94.

6QS. an-Nahl(16): 125.

(18)

Masalah yang sering terjadi di masyarakat adalah masih banyaknya orang-orang yang beranggapan bahwa penderita gangguan mental hanya bisa sembuh dengan bantuan obat-obatan saja. Sehingga kebanyakan para penderita gangguan mental hanya dibawa kerumah sakit jiwa atau dipasung dirumah. Padahal kenyataannya ketika mereka merasa aman, damai dan mendapatkan perhatian serta bimbingan keagamaan yang cukup mereka bisa sembuh walaupun tidak bisa 100%.

Masalah yang sering dihadapi oleh kebanyakan manusia datang secara silih berganti dan terkadang mereka sendiri yang tidak kuat menerimanya. Hal itu tidak menutup kemungkinan akan mengganggu kestabilan mental seseorang. Sehingga diperlukan pemulihan kesehatan mentalnya. Salah satunya adalah dengan metode ruqyah. Metode ruqyah yang merupakan metode penyembuhan dalam Islam yang berhubungan dengan hati dan jiwa seseorang.

Metode penyembuhan dengan menggunakan ruqyah yang dilakukan di pondok pesantren Jolo Sutro sebenarnya sudah lama diterapkan, hanya saja belum banyak masyarakat yang mengetahuinya.

Membuat masyarakat sekitar masih takut untuk membawa anggota keluarganya berobat di pondok tersebut. Padahal, kehadiran pesantren ini sangat membantu mereka yang mempunyai keluarga dengan kondisi mental yang terganggu. Adanya pondok pesantren ini para penderita

(19)

gangguan mental bisa mendapatkan bimbingan rohani yang cukup dengan diarahkan dan dituntun langsung oleh Kyai Maksum7.

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh peneliti bahwa kebanyakan santri yang berada di Pondok Pesantren Jolo Sutro ini adalah pasien penderita gangguan mental yang disebabkan oleh faktor ekonomi.

Beban ekonomi yang semakin meningkat membuat mereka menjadi depresi dan tertekan8. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai metode ruqyah terhadap kesehatan mental santri.

Penelitian kali ini, peneliti akan melakukannya di pondok pesantren Jolo Sutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah, karena peneliti menganggap permasalahan ini layak untuk diteliti.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut peneliti mengemukakan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya?

2. Apakah metode ruqyah yang diterapkan di Pondok Pesantren Jolosutro berpengaruh terhadap kesehatan mental santri?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksaan ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya?

Fokus pada penelitian ini adalah pengaruh yang ditimbulkan setelah santri melaksanakan ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro.

7Agus Maksum Saifuddin, Pimpinan Pondok Pesantren Jolosutro, Desa Adijaya Kecamatan Terbanggi Besar Lampung Tengah, Hasil Wawancara 25 November 2018

8Zainal Abidin, Ketua Yayasan Pondok Pesantren Jolosutro Adijaya Terbanggi Besar Lampung Tengah, Hasil Wawancara 25 November 2018.

(20)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya.

b. Untuk mengetahui pengaruh yang ditimbulkan setelah dilakukannya ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro terhadap santri.

c. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksaan ruqyah di Pondok Pesantren Jolo Sutro Adijaya.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain:

a. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai panduan dalam konsep kesehatan mental santri.

2. Bagi pondok pesantren Jolosutro, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pijakan dan panduan bahwa metode ruqyah yang digunakan oleh kyai Maksum sangat berpengaruh terhadap kesehatan mental santri.

3. Bagi peneliti sebagai pengalaman dan pendorong bekal untuk mengadakan penelitian lebih lanjut.

(21)

b. Manfaat Praktis

1. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman terhadap penulis maupun pembaca mengenai metode ruqyah sebagai alternatif penyembuhan bagi mereka yang memiliki gangguan mental.

2. Dapat memberikan wawasan baru tentang adanya dampak metode ruqyah terhadap kesehatan mental santri.

3. Sebagai bahan evalusi untuk Pondok Pesantren Jolo Sutro dalam proses pelaksanaan ruqyah yang diterapkan.

D. Penelitian Relevan

Penelitian relevan ini berisikan tentang uraian secara sistematis mengenai hasil penelitian yang terdahulu mengenai persoalan yang akan dikaji. Bagian ini memuat daftar hasil penelitian sebelumnya. Bahwasanya untuk membedakan dengan peneliti lain, maka peneliti mencantumkan peneliti terdahulu agar menunjukkan keaslian dalam penelitian ini:

1. Aditya Akbar Naufal, 090910302033, Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Jember tahun 2014. Berjudul “Proses Interaksi Sosial Dalam Merehabilitasi Pasien Gangguan Jiwa”. Hasil dari skripsi ini adalah untuk mengetahui, mendreskripsikan dan menganilsis terhadap proses interaksi sosial antara penderita gangguan jiwa dengan keluarga dan masyarakat serta mendeskripsikan interaksi sosial dalam proses rehabilitasi di pondok Al-Ghafur. Hasil temuan dalam penelitian ini menunjukkan proses interaksi sosial dalam merehabilitasi

(22)

pasien gangguan jiwa, yaitu sebelum dirawat dan sedang dirawat di pondok Al-Ghafur. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik penentuan informan dengan menggunakan purposive sampling dengan pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi9. Sedangkan penelitian yang penulis teliti menjelaskan tentang metode ruqyah terhadap kesehan mental santri. dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengaruh yang ditimbulkan setelah dilakukannya ruqyah.

2. Ana Noviana, 106052001949, Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2010. Berjudul “Pelaksanaan Terapi Ruqyah Syari’iyyah Bagi Penderita Gangguan Emodi di Bengkel Rohani Ciputat”. Hasil dalam penelitian ini adalah membahas tenang proses pelaksanaan terapi ruqyah syar’iyyah dalam menangani pasien yang menderita gangguan emosi di Bengkel Rohasni. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Teknik pengumpulan datanya menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif10. Sedangkan penelitian yang penulis teliti menjelaskan tentang metode ruqyah terhadap kesehan mental santri dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah pengaruh yang ditimbulkan setelah dilakukannya ruqyah.

9 Aditya Akbar Naufal, Proses Interaksi Sosial Dalam Merehabilitasi Pasien Gangguan

Jiwa, Universitas Jember tahun 2014.

10 Ana Noviana, Pelaksanaan Terapi Ruqyah Syari’iyyah Bagi Penderita Gangguan

Emodi di Bengkel Rohani Ciputat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.2010.

(23)

8 A. Metode Ruqyah

1. Pengertian Metode Ruqyah

Metode secara etimologi berasal dari dua kata yaitu

meta” (memulai) dan “hados” (jalan atau cara). Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa metode adalah cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai tujuan. Sumber yang lain menyebutkan bahwa metode berasal dari bahasa Jerman methodica artinya ajaran tentang metode. Dalam bahasa Yunani metode berasal dari kata methodos artinya jalan yang dalam bahasa Arab disebut thariq11.

Berdasarkan pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang telah diatur dan melalui proses pemikiran untuk mencapai suatu tujuan.

Ruqyah secara etimologi berarti permohonan perlindungan atau ayat-ayat, dzikir-dzikir dan doa-doa yang dibacakan kepada orang yang sakit. Adapun menurut terminologi syariat, ruqyah berarti bacan-bacaan untuk pengobatan yang syar’i (berdasarkan nash-nash yang pasti dan shahih yang terdapat dalam Al-Quran dan Sunah) sesuai dengan ketentuan-ketentuan serta tata cara yang telah disepakati oleh ulama12.

Menurut bahasa Arab, ruqyah berasal dari kata roqo-yarqi-ruqyah (

ةً وَ قْ رُ وَ , اةً ِ رُ , اةً قْ وَ , ىوَ ٙ

), artinya jampi atau mantra. Ahmad Warson Munawwir, dalam Kamus Arab-Indonesia menerjemahkannya dengan mantra (sihir). Ibrahim Anis dalam Kamus al-Mu’jam al-Wasit mengartikan ruqyah sebagai perlindungan, sedangkan Ibn Taymiyah

11 M. Munir, Metode Dakwah, (Jakarta: Kencana, 2003), cet.1, h.6-7.

12 Zainurrofieq, Al-Ma’tsurat, (Jakarta Timur: Spirit Media, 2014), cet. 3, h.94.

(24)

memasukkannya dalam kategori doa atau permohonan. Pendapat bahwa ruqyah itu termasuk doa juga dikemukakan oleh Ibn al-Qayyim al- Jawziah.

Al-Fayumi dalam kitab “al-Mishbah al-Munir” dan al- Fairuz Abadi dalam kamus “al-Muhith” mengatakan bahwa ruqyah artinya berlindung diri kepada Allah SWT. dalam kitab

Lisan al-Arabi” dijelaskan bahwa ruqyah artinya berlindung dengan cara meniupkan. menurut Ibnu Atsir dalam “an-Nihayah fii Ghariibi al-Hadits”, ruqyah artinya berlindung diri melalui bacaan atau mantra yang dibacakan untuk orang yang terkena gangguan seperti demam dan kesurupan, serta gangguan- gangguan lainnya13.

Sedangkan menurut bahasa lain, ruqyah artinya bacaan untuk pengobatan yang sesuai syariat (berdasarkan riwayat yang shahih atau sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati oleh ulama) untuk melindungi diri dan untuk mengobati orang sakit atau untuk memohon kesembuhan kepada Allah darigangguan-gangguan yang ada, atau memohon perlindungan kepada-Nya dari kejahatan yang akan datang atau yang dikhawatirkan.

Makna ruqyah secara terminologi adalah berlindung diri kepada Allah SWT dengan ayat-ayat Al-Quran dan zikir-zikir serta doa-doa yang diajarkan oleh Nabi Saw14. Sedangkan, menurut Saad Muhammad Shadiq dalam “Shira’bainal haq wal bathil” sebagaimana yang dikutip oleh Kholilul Rohim bahwa “Ruqyah pada hakekatnya adalah berdoa dan tawassul memohon kepada Allah kesembuhan bagi orang yang sakit dan hilangnya gangguan dari badannya”. Ruqyah menurut para ulama adalah

13 Jajang Aisyul Muzakki, Kekuatan Ruqyah, (Jakarta:Belanoor, 2011), h.8.

14 Ibid., h.8.

(25)

suatu bacaan dan doa yang dibacakan dan ditiupkan untuk mencari kesembuhan15.

Menurut Ibnu Tin, ruqyah adalah kalimat perlindungan atau asma Allah merupakan obat rohaniah. Kalau diucapkan melalui lisan orang saleh, niscaya akan mendatangkan kesembuhan dengan izin Allah.

Sedangkan menurut Ibnu Mas’ud ruqyah adalah tindakan membaca mantera-mantera, dan tindakan tersebut diperbolehkan apabila tidak memiliki jejak syirik.

Ruqyah juga dinamakan dengan Azaa’im, yang dikenal dalam istilah bahasa Indonesia dengan azimat-azimat. Ruqyah seperti inlah yang tidak disyariatkan dalam Islam, bahkan diharamkan. Karena praktek- praktek seperti ini dapat membawa kita syirik kepada Allah16.

Abdullah Abdul Aziz Al-Aidan mengatakan bahwa ruqyah adalah kumpulan ayat-ayat Al-Quran, dzikir-dzikir perlindungan dan doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi Saw yang dibaca seorang muslim pada dirinya, anaknya, keluarganya guna mengobati gangguan kejiwaan yang menimpa, atau kejahatan mata manusia dan jin, kesurupan, sihir, atau berbagai penyakit fisik yang menyerang17.

Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa ruqyah adalah bacaan atau doa yang dibacakan untuk memohon kesembuhan. Sedangkan menurut syariat Islam ruqyah adalah bacaan yang terdiri dari ayat-ayat Al-Quran dan Sunah untuk memohon kesembuhan kepada Allah SWT bagi setiap orang yang sakit.

15 M. Izudin Taufiq, Panduan Lengkap dan Psikologi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press

Cet. I, 2006), h.397.

16 Ibid., h.94.

17 Abdullah Abdul Aziz Al-Aidan, Obati Sakitmu dengan Al-Quran, (Solo: Zamzam,

2015), h.27.

(26)

2. Landasan Syar’i Ruqyah Syar’iyyah

Di dalam Al-Quran maupun As-Sunnah terdapat landasan syar;i tentang ruqyah syar’iyyah antara lain:



























ءارسلإا ) ٨٢ :

(

Artinya: “Dan kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian18”.

وَسقْأب وَلَ قْمرُكاوَ رُ َّيَّلوَعاورُضِرقْعا كٌ قْرِ ِي ِ قْ رُ وَ قْموَلاوَ ىوَ رُّرلاِب

( ملس ها )

Artinya: bacakanlah ruqyah-ruqyah kalian kepadaku, tidak apa- apa dengan ruqyah yang tidak mengandung kesyirikan didalamnya.”

(H.R. Muslim)

وَلاوَ ِبِلاوَط ِ قْب يِلوَع قْ وَع لع الله ىَّلوَص الله رُل قْورُسوَ وَلاوَ :

رُنٓا قْررُقلاِءاوَ َّدلارُرقْ وَخ ملس ي

( يجا با ها )

Artinya: Dari Ali bin Abi Thalib, ia berkata: Rasulullah Saw.

Bersabda:” sebaik-baik pengobatan adalah (dengan) Al-Quran.” (H.R.

Ibnu Majah).

18 Q.S Al-Israa’: 82

(27)

وَلاوَ يِّ ِ قْدرُللادٍدقْ ِ وَس يِبوَ قْ وَع ي لع وَلقْ ِرقْبِج َّنوَ :

لاق َّيِبَّنلا ىوَتوَ ملاسلا لا ؟ وَتقْ وَ وَتقْ وَ كٌدَّموَحرُ اوَ :

موَ وَن : :

رُاللهدٍدِساوَ الله ِمقْساِب دٍ قْ وَع قْ وَ دٍ قْ وَن يِّلرُكيِّروَ قْ ِ وَ وَ قْ ِ قْ رُ دٍءاوَ يِّلرُك قْ ِ وَ قْ ِ قْ وَ ملس ي لع رُلقْ ِرقْبِج وَلاوَقوَ

وَ قْ ِ قْ وَ ِالله ِمقْساِب وَ قْ ِ قْشوَ

( ملس ها

)

Artinya: Dari Abi Sa’id Al Khudri, ia berkata: Bahwasannya Jibril datang kepada Nabi Saw, lalu berkata: “Ya Muhammad! Sakitkah engkau?” Nabi berkata: “ya” maka Jibril berkata: dengan nama Allah, aku mohonkan ruqyah untukmu dari setiap jiwa maupun mata orang yang dengki. Allah akan menyembuhkan engkau. Dengan nama Allah, aku akan melakukan ruqyah untukmu.” (H.R. Muslim).

3. Bacaan-bacaan Ruqyah a. Surat Al-Fatihah







































































( 

حت ا لا :

٧ - ١ )

b. Surat Al-Ikhlas





































( 

صلاخلَا :

٤

-

١

)

(28)

c. Surat Al-Falaq























































) 

قل لا : ٥ - ( ١

d. Surat An-Nas











































) 

سا نلا : ٥ - ١ (

e. Surat Ali-Imran ayat 1-9





























































































































































































































(29)



































































( 

نارم لا :

٩ - ١ )

f. Surat Yasin ayat 1-12





























































































































































































( 

ٓ : ١٢ - ١ )

g. Ayat Kursi





















































(30)

















































( ةرقبلا : ٢٢٥ )

4. Manfaat Pengobatan dengan Ruqyah

Terdapat tiga manfaat pengobatan dengan menggunakan ruqyah sebagaimana dinyatakan oleh Perdana Akhmad dalam bukunya yang berjudul Quranic Healing Technologi Penyembuhan Qur’ani yaitu:

a. Ruqyah dapat membantu memberikan jalan keluar yang Islami kepada orang-orang yang sedang mengalami permasalahan hidup, baik berupa penyakit alamiah maupun penyakit akibat sihir agar terhindar dan terlepas dari tipu daya jin dan setan.

b. Mengajak orang-orang yang belum mengetahui syariat Islam agar menyelesaikan masalahnya secara cerdas dengan kembali kepada Al- Quran dan dapat melindunginya dari hal-hal negatif yang mengancam.

c. Menyelesaikan masalah dengan tidak menimbulkan masalah baru, berupa fitnah yang menimpa hati, fitnah syahwat dan syubhat, fitnah kesalahan dan kesehatan, fitnah maksiat dan bid’ah, fitnah kedzaliman dan kebodohan yang mengakibatkan rusaknya ilmu, perdagangan, pengetahuan dan keyakinan kepada Allah SWT19.

5. Macam-macam Ruqyah

Menurut Dr. Khalid bin Abdurrahman al-Juraisyi dalam bukunya

“Irqi nafsak wa ahlik binafsik(a)” ruqyah terbagi menjadi 4 macam:

a. Ruqyah yang berlandaskan Kalamullah yaitu Al-Quran, Asmaul Husna dan Sifat-sifat-Nya. Hukumnya adalah dibolehkan, bahkan sangat dianjurkan.

b. Ruqyah yang berlandaskan dengan zikir dan doa-doa yang ma’tsur.

Adapun hukumnya juga diperbolehkan.

19 Perdana Akmal, Quranic Healing Technology (Teknologi Penyembuhan Qur’ani),

(Jakarta” Pustaka Tarbiyah Semesta, 2014), h.4.

(31)

c. Ruqyah yang berlandaskan dengan zikir dan doa-doa yang bukan ma’tsur, akan tetapi masih berhubungan dengan ma’tsur. Hukumnya boleh.

d. Ruqyah dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami maknanya, seperti ruqyah yang dilakukan pada masa Jahiliyyah.

Perbuatan ini wajib di jauhkan agar tidak jatuh ke dalam syirik20. Secara umum Ruqyah terbagi menjadi 2 macam yaitu:

1. Ruqyah Syar’iyyah yang di perbolehkan oleh syariat Islam yaitu terapi ruqyah yang seperti diajarkan oleh Rasulullah Saw.

2. Ruqyah Syirkiyyah yang tidak diperbolehkan oleh syariat Islam. Yaitu ruqyah dengan menggunakan bahasa-bahasa yang tidak dipahami maknanya atau ruqyah ynag mengandung unsur-unsur kesyirikan21.

Rasulullah Saw bersabda: “Perlihatkan pada ku ruqyah kalian, dan tidak mengapa melakukan ruqyah selama tidak mengandung unsur syirik”. (H.R. Muslim).

Islam membolehkan penggunaan ruqyah hanya sebagai pengobatan. Seluruh ulama sepakat bahwa jenis ruqyah yang menggunakan ayat Al-Quran, hadits, doa, dan zikir, maka mengamalkannya adalah sunah, bahkan dianjurkan. Adapun ruqyah yang berbau syirik, seperti meruqyah dengan bacaan yang tidak dipahaminya, atau dengan menyebut nama seseorang untuk menyembuhkan gangguan jin, atau dengan menggunakan hal-hal yang tak ada tuntunannya dalam syariat Islam adalah terlarang dan haram hukumnya.

20 Zainurrofieq, Al-Ma’tsurat., h.94-95.

21 Ibid.,

(32)

6. Syarat-syarat Ruqyah a. Syarat-syarat Ruqyah

Ada beberapa syarat yang harus terpenuhi dalam melakukan ruqyah yang diperbolehkan dalam Islam yaitu:

1) Ruqyah dilakukan dengan menggunakan Kalamullah (Al-Quran) atau atas nama-Nya atau sifat-sifat-Nya atau doa-doa shahih yang diriwayatkan dari Rasulullah Saw pada penyakit tersebut.

2) Harus dilakukan dengan bahasa Arab yang fasih atau ucapan yang diketahui maknanya.

3) Orang yang melakukan ruqyah yakin bahwa ruqyah tidak memberikan dampak kecuali dengan takdir dari Allah.

4) Ruqyah tidak dilakukan dengan tata cara yang haram atau bid’ah.

Misalnya meruqyah di kamar mandi, kuburan, juga memilih waktu tertentu untuk ruqyah seperti ketika melihat bintang, dan pelaku ruqyah dalam keadaan junub atau memerintahkan penderita (pasien) untuk diruqyah dalam keadaan junub.

5) Pihak yang meruqyah bukan penyihir, dukun, atau peramal.

6) Ruqyah tidak mengandung ungkapan atau tata cara yang diharamkan, karena sesungguhnya Allah tidak menjadikan perkara yang haram sebagai obat22.

b. Syarat-syarat Peruqyah

Syarat yang harus dimiliki seorang peruqyah atau muallij (orang yang meruqyah dengan cara syar’i yaitu:

1) Beraqidah yang lurus seperti salafus shalih (orang-orang terdahulu yang shalih) yang bersih, jernih, benar, dan terbebas dari syirik dan bid’ah.

2) Harus mewujudkan tauhid yang murni dalam perkataan dan perbuatan.

3) Harus yakin bahwa Al-Quran dan As-Sunnah punya pengaruh besar pada jin dan setan.

4) Mengetahui pintu-pintu masuknya setan pada manusia.

5) Dianjurkan dengan sangat sudah menikah, supaya bisa menjaga suasana hati.

6) Menjauhkan hal-hal yang diharamkan, dosa kecil maupun dosa besar.

22 Abdullah bin Abdul Aziz Al-Iedan, Ruqyah (Mengobati Jasmani & Rohani Menurut

Al-Quran dan as-synnah, (Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2006), h.65-66.

(33)

7) Senantiasa berzikir kepada Allah, intropeksi dan bertaubat, serta menjaga keikhlasan dan sabar.

8) Mengetahui ilmu-ilmu hati agar tidak mudah terperdaya oleh jin dan setan23.

7. Tata Cara Meruqyah menurut Kaidah Syar’i

Pentingnya penyembuhan dengan menggunakan metode ruqyah, maka setiap muslim semestinya mengetahui tata cara meruqyah yang benar yang sesuai dengan kaidah syar’i. Adapun tata cara meruqyah antara lain:

a. Keyakinan bahwa kesembuhan datang dari Allah.

b. Ruqyah harus dengan Al-Quran, hadist atau dengan nama dan sifat Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang mudah dipahami.

c. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca dan berdoa.

d. Membaca surat Al-Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit.

Demikian juga membaca surat Al-Falaq, An-Naas, Al-Ikhlas, Al- Kafirun.

e. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al-Quran dan doa yang sedang dibaca.

f. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik yang berupa ayat Al-Quran maupun doa-doa dari Nabi SAW. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang dibacakan sesuai dengan syariat.

g. Meniup dengan lembut tanpa keluar ludah pada anggota tubuh yang sakit ditengah-tengah pembacaan ruqyah.

h. Jika meniupkan ke dalam media yang berisikan air atau lainnya, tidak masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun.

Disebutkan dalam hadist Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah SAW bersabda:

وَكوَ اوَبرُ دٍةوَروَجوَ قْ ِ رُيوَنِإوَ ِيِباورُنِهَّ اوَ وَتقْ وَزلااقْورُلرُك

Artinya: “Makanlah minyak zaitun, dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal dari tumbuhan yang penuh berkah.

i. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Berdasarkan hadist Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala dihadapkan pada seseorang yang mengeluh kesakitan, beliau mengusapnya dengan tangan kanan...”. (H.R. Muslim, Syarah An-Nawawi: 14/180).

23 Zainurrofieq, Al-Ma’tsurat., h.100.

(34)

j. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat yang dikeluhkan seraya mengatakan bismillah sebanyak 3x.

رُ ورُعوَا رُ ِ اوَ وَ رُدِجوَااوَ روَ قْ ِ ِيِتوَ قْدرُ وَ ااِب

Artinya: “Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dan aku takuti”. (H.R. Muslim, Kitab As-Salam: 14/189).

Dalam riwayat lain disebutkan “Dalam setiap usapan”. Doa tersebut diulangi sampai tujuh kali. Atau membaca:

اوَذوَه يِ قْجوَ قْ ِ رُدِجوَ اوَ ِروَ قْ ِ ِيِتوَ قْدرُ وَ الله ِةَّز ِب رُ قْورُعوَ الله ِمقْسِب

Artinya: “Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaan-Nya dari setiap kejelekan yang aku jumpai dari rasa sakitku ini”. (Shahihul Jami’, no.346.

Apabila rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan meniup dua telapak tangan dan mengusapkan ke wajah si sakit dengan keduanya. (Fathul Bari (21/323)).

k. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Seraya membacakan doa:

ِفقْ اوَ ِساَّنلاَّبوَ وَسقْأوَبقْلا قْبِهقْ وَ

وَتقْنوَ

اةًموَقوَس رُ ِ اوَغرُ وَلَ ةً اوَ ِ وَلَ يِ اَّشلا

Artinya: “Hilangkan penyakit ini wahai penguasa manusia.

Sembuhkanlah, Engkau Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang tidak meninggalkan penyakit. (Al-Fathu Ar-Rabbani (17/182) dan Mawaridu Azh Zham-an, no.1415- 1416).

l. Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan penderita.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Nabi SAW meruqyah orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah, dari Ubay bin K’ab, ia berkata: “Dia bergegas untuk membawanya dan mendudukkannya di hadapan beliau SAW. Maka aku mendengar beliau membentengi (ta’widz) dengan surat Al-Fatihah24.

24 Perdana Akmal, Quranic Healing, h.10.

(35)

B. Kesehatan Mental

1. Pengertian Kesehatan Mental

Kesehatan mental pada zaman dulu diartikan secara sempit yaitu kesehatan mental adalah absennya seseorang dari gangguan dan penyakit jiwa25. Dengan pengertian ini kesehatan mental hanya diperuntukkan bagi mereka yang terganggu dan berpenyakit jiwa saja, dan tidak diperlukan bagi setiap orang pada umumnya.

Kesehatan mental berasal dari dua kata, yaitu kesehatan dan mental. Adapun kesehatan berasal dari kata “sehat” yang diberi awalan ke- dan –an, dalam keadaan baik segenap badan serta bagian-bagiannya (bebas dari sakit/waras). Sedangkan pengertian mentaal menurut “Kamus Besar Bahasa Indonesia” adalah yang menyangkut batin, watak manusia, yang bukan bersifat badan dan tenaga.

Kata mental berasal dari mens, mentis yang berarti nyaman, sukma, roh, semangat. Dengan demikian, pengertian mental ialah hal-hal yang berkaitan dengan psycho atau kejiwaan yang dapat mempengaruhi perilaku individu. Setiap perilaku dan ekspresi gerak gerik individu merupakan dorongan dan cerminan dari kondisi (suasana) mental26.

Istilah mental mempunyai arti ganda, ada yang mengartikannya sebagai jiwa, nyawa, sukma, roh tetapi ada pula yang mengartikannya semangat. Istilah mental bisa meliputi masalah pikiran, akal, ingatan, atau proses-proses yang berasosiasi dengan ketiganya.

25 Ramayulius, Psikologi Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.128.

26 Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju), 2000, h.3.

(36)

Kesehatan mental (mental hygene) adalah ilmu yang meliputi system tentang prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untuk mempertinggi kesehatan rohani (M.

Buchori, 1982: 12). Orang-orang yang sehat mentalnya ialah orang yanga dalam rohani atau dalam hatinya selalu merasa tenang, tentram dan aman27.

Kesehatan mental adalah suatu kondisi batin yang senatiasa berada dalam keadaan tenang, aman, dan tentram28. Upaya untuk menentukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan). Al-Quran sebagai dasar dan sumber ajaran Islam juga membahas ayat-ayat yang berhubungan dengan ketenangan dan kebahagiaan jiwa sebagai hal yang prinsipil dalam kesehatan mental. Seperti firman Allah yang menjelaskan tentang kebahagian:





















































صص لَا )

٧٧ : (

Artinya: Dan carilah pada apa yang Telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah Telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang- orang yang berbuat kerusakan29.

Ayat diatas menceritakan tentang orang Islam untuk merebut kebahagiaan akhirat dan kenikmatan dunia dengan jalan berbuat baik dan

27 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: Rajawali Pers. 2012), Cet, 16, h.166.

28 Ibid., h.177.

29 QS. Al-Qashas: 77

(37)

menjauhi perbuatan mungkar. Beberapa faktor penting dalam usaha pembinaan kesehatan mental antara lain keimanan, ketaqwaan, amal saleh, berbuat yang ma’ruf, dan menjauhi perbuatan yang keji dan mungkar. Berikut adalah ayat yang menjelaskan tentang ketenangan jiwa:























دعرلا ) ٢٨ : (

Artinya: (yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, Hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram30.

Kesehatan mental diperlukan dalam menjalani kehidupan, baik kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Keutuhan kepribadian atau kemantapan kepribadian merupakan kerja fungsi-fungsi yang harmonis atau aspek-aspek kejiwaan yang meliputi kehidupan jasmaniyah, psikologis, dan kehidupan sosial budaya. Keutuhan kepribadian dapat diukur melalui derajat keharmonisan kesehatan jasmani, psikologis, dan kehidupan ruhaniah. Keutuhan kepribadian yang menentukan kebahagiaan seseorang. Pengertian bahagia bersifat relatif, bergantung kepada konsep “manusia” dan “tujuan hidupnya”.

Kesehatan mental dalam bahasa latin disebutkan, man sana in corpere sano (dalam badan yang sehat terdapat jiwa yang sehat). Dalam bahasa Arab disebutkan al-aqlus salim fil jismi salim ( akal yang sehat terdapat dalam tubuh yang sehat).

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa antara keduannya hendaklah dipertahankan keutuhannya, artinya sehat jasmani

30QS. Al-Ra’d: 28.

(38)

dan ruhani atau sehat jiwa dan mental31.

Kesehatan mental menurut Yusak Burhanuddin ditinjau dari segi terminologis adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungannya.

Zakiah Daradjat mendefinisikan kesehatan mental adalah merupakan pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindarnya dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psikose).

Selain itu, di dalam buku Jalaludin yang berjudul

Pengantar Ilmu Jiwa Agama”, Zakiah Daradjat juga mengartikan kesehatan mental yaitu terhindarnya seseorang dari gangguan dan penyakit kejiwaan, dan sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan biasa, dilanjutkan dengan adanya keserasian antara fungsi-fungsi kejiwaan (tidak ada konflik) serta mampu menyesuaikan diri dan merasa dirinya berharga, serta dapat menggunakan potensi yang ada padanya seoptimal mungkin, dengan berlandaskan keimanan dan ketaqwaan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia maupun akhirat32.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah terhindarnya dari gejala-gejala gangguan jiwa dan penyakit jiwa serta terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiawaan dan terciptanya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan

31Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, (Jakarta: Amzah, 2015), cet 3, h.142-143.

32 Jalaluddin, Pengantar Ilmu jiwa Agama, (Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h.76.

(39)

dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.

2. Ciri-ciri Mental yang Tidak Sehat

Ciri dari mental yang tidak sehat ini ditandai dengan fenomena ketakutan, sedih berkelanjutan, mati rasa atau tak acuh, pahit hati, hambar hati, cemburu, iri hati, dengki, marah berlebihan yang eksplosif, merasa tak berdaya atau tanpa harapan, paranoia, atau halusinasi, perubahan mood yang drastis, ketegangan batin yang kronis33. Dengan demikian mental yang tidak sehat (sakit) merupakan bentuk gangguan- gangguan pada ketenangan batin dan ketengangan hatinya.

3. Ciri-ciri Mental yang Sehat

Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini, hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, berguna dan sanggup menghadapi rintangan atau kesulitan dalam hidup. Apabila kesehatan mentalnya terganggu, akan tampak gejalanya dalam aspek kehidupan, misalnya perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan.

Sedangkan orang yang memiliki mental yang sehat ditandai dengan sifat-sifat khas antara lain:

a. Mempunyai kemampuan-kemampuan untuk bertindak secara efisien.

b. Memiliki tujuan-tujuan hidup yangjelas.

c. Memiliki konsep diri yang sehat.

d. Adanya koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya.

e. Memiliki regulasi diri dan integrasi kepribadian.

f. Batin selalu tenang34.

33 Kartini Kartono, Hygiene Mental, (Bandung: Mandar Maju, 2000), h. 5.

34 Ibid., h. 6.

Gambar

FOTO KEGIATAN PON-PES JOLO SUTRO

Referensi

Dokumen terkait

Ellyana Pendekatan dan Metode Pembinaan Akhlak Santri pada Pondok. Pesantren di Kota Bengkulu (Studi pada