• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sari Kepustakaan - perpustakaan rs mata cicendo

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Sari Kepustakaan - perpustakaan rs mata cicendo"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Sari Kepustakaan : Akomodasi dan Pemeriksaan Akomodasi Penyaji : Al Farizi Adhi Sunjaya

Pembimbing : dr. Ine Renata Musa, Sp.M(K)

Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh:

Pembimbing

dr. Ine Renata Musa, Sp.M(K)

Rabu, 05 Oktober 2022

(2)

I. Pendahuluan

Penglihatan adalah salah satu indra terpenting karena lebih dari 80% input sensori datang melalui penglihatan baik jarak jauh maupun jarak dekat. Penglihatan jarak dekat yang baik salah satunya dipengaruhi oleh kemampuan mata dalam berakomodasi. Akomodasi membantu mempertahankan cahaya yang masuk ke dalam mata tetap jatuh tepat di retina untuk memberikan gambar yang fokus dan jelas.1–3

Akomodasi merupakan salah satu dari tiga komponen untuk melihat objek dalam jarak dekat atau disebut respon dekat. Komponen respon dekat meliputi akomodasi, konvergensi, dan miosis pupil yang normalnya bekerja bersamaan, namun masing – masing dapat diuji secara terpisah. Kemampuan akomodasi mata dapat diketahui dari amplitudo akomodasi, accomodative facility, akomodasi relatif, dan respon akomodasi.3–5

Pemeriksaan penglihatan dekat adalah pemeriksaan dasar pada kesehatan mata.

Pemahaman mengenai akomodasi dan macam-macam pemeriksaan akomodasi dapat membantu klinisi menegakan diagnosis gangguan akomodasi pada pasien.

Sari kepustakaan ini bertujuan untuk membahas mengenai akomodasi dan jenis- jenis pemeriksaannya.

II. Akomodasi

Akomodasi adalah kemampuan mata mengubah kekuatan refraksi dengan mengubah ukuran dan bentuk lensa kristalin. Titik fokus saat penglihatan dekat pada mata emetropia tanpa akomodasi berada di belakang retina. Akomodasi membuat titik fokus tetap jatuh di retina, sehingga memberikan gambar yang fokus dan jernih.3,6,7

Struktur anatomis yang berperan dalam proses akomodasi adalah badan siliaris, otot siliaris, serabut zonula, dan lensa. Badan siliaris terletak diantara scleral spur dan retina sebagai jembatan segmen anterior dan posterior bola mata. Otot siliaris terdapat di dalam area triangular badan siliar, terdiri dari tiga serabut yaitu serabut longitudinal, serabut radial, dan serabut sirkuler. Kontraksi dari otot siliar terjadi pada ketiga serabut otot tersebut secara simultan. Badan siliar bergerak ke arah

(3)

depan dan dalam saat kontraksi sehingga menurunkan tegangan pada serabut zonula.1,5,7

Gambar 2.1 Perubahan optik saat akomodasi. Lensa dalam kondisi akomodasi memungkinkan titik fokus objek dekat terbentuk di retina

Dikutip dari: Levin, dkk1

Serabut zonula adalah serat elastin, berasal dari pars plana dan pars plikata badan siliaris. Lokasi insersi serabut zonula adalah pada kapsul lensa bagian superfisial area anterior, ekuator dan posterior. Serabut zonular anterior menginsersi dan mengelilingi ekuator lensa, sedangkan serabut zonular posterior memanjang dari ujung badan silier hingga pars plana dari badan siliaris posterior dekat ora serata.

Tegangan serabut zonula merubah bentuk lensa untuk proses akomodasi.2,5,8 Lensa merupakan struktur bikonveks yang terletak di belakang pupil dan bilik mata belakang. Lensa dikelilingi oleh kapsul yang elastis dan penuh kolagen. Lensa kristalin terdiri dari sebuah nukleus di sentral dan korteks disekelilingnya. Kekuatan lensa kurang lebih sebesar 20 Dioptri (D) dengan diameter ekuatorial saat lahir 6,5 mm, bertambah dalam dua hingga tidak dekade pertama kehidupan dan menetap

(4)

pada ukuran 9-10 mm. Daya akomodasi lensa menurun seiring dengan peningkatan usia hingga hanya 1.00 D di usia 60 tahun dan 0.00 D di usia 75 tahun. Penurunan daya akomodasi disebabkan oleh perubahan protein lensa. Perubahan tersebut mengakibatkan peningkatan ukuran lensa, perubahan komponen mekanis, dan peningkatan kekakuan inti lensa akibat perubahan protein kristalin.1,2,8

Gambar 2.2 Potongan sagital struktur anatomis yang berperan dalam akomodasi Dikutip dari: Levin, dkk1

2.1 Mekanisme Akomodasi

Hipotesis mengenai mekanisme akomodasi sudah berkembang sejak abad ke-17.

Peneliti pertama yang mengemukakan bahwa akomodasi terjadi melalui perubahan kurvatur lensa adalah Thomas Young pada tahun 1801. Teori Akomodasi yang menjadi dasar hingga saat ini adalah teori Helmholtz pada tahun 1855. Helmholtz menjelaskan ketika berakomodasi, otot siliar berkontraksi dan zonula relaksasi.

Relaksasi dari zonula menyebabkan peningkatan kurvatur, diameter, dan ketebalan lensa. Teori lain diantaranya oleh Cramer menjelaskan keterlibatan vitreous untuk akomodasi, teori Tscherning menjelaskan kontraksi pada zonula, dan teori-teori lainnya.5,8,9

Jaras aferen dimulai ketika terdapat stimulus yang memicu akomodasi, diantaranya gambar buram, adanya objek dekat mata, kontras, gambar pada retina

(5)

yang berbeda, pencahayaan, dan aberasi kromatik. Sel fotoreseptor akan mengirim sinyal melalui nukleus gineculate lateral lapisan magnoselular ke korteks visual.

Sinyal sensoris dari korteks visual diteruskan ke nukleus Edinger-Westphal dimana perintah motorik dirumuskan. Jaras eferen dimulai dari transmisi sinyal ke ganglion siliar melalui saraf okulomotor, ke saraf siliar pendek, lalu berakhir di otot siliar.1,2,10

Gambar 2.3 Proses akomodasi Dikutip dari: Levin, dkk1

Proses aktif hanya terjadi pada otot siliar, sedangkan struktur lainnya bekerja secara pasif. Otot siliar berkontraksi dan bergerak ke arah dalam dan depan. Otot siliaris terhubung ke lensa melalui jaringan kompleks ligamen suspensorium yang disebut zonula. Kontraksi dari otot silliaris menyebabkan berkurangnya tegangan pada serabut zonula anterior dan zonula akan relaksasi. Relaksasi pada serabut zonula memungkinkan kapsul lensa untuk merubah bentuk lensa kristalin ke dalam bentuk yang cembung. Bentuk lensa kristalin menjadi lebih sferis, diameter ekuator, radius kurvatur anterior dan posterior berkurang, dan ketebalan dan kekuatan lensa meningkat sehingga akhirnya mendapatkan kembali gambar yang fokus dan jernih.3,5,7

(6)

2.2 Komponen Akomodasi

Akomodasi memiliki empat komponen, yaitu akomodasi refleks, vergensi, proksimal, dan tonik. Seluruh komponen unit fungsional tersebut bersama-sama membentuk kerangka konseptual untuk hubungan antara rangsangan akomodatif, efek motoriknya, dan respons sistem dalam keadaan stabil.5,11

Akomodasi refleks merupakan respon involunter normal ketika terdapat gambar buram. Mata akan menyesuaikan keadaan refraksi secara otomatis untuk selalu mendapatkan dan mempertahankan gambar yang jelas. Akomodasi refleks merupakan komponen yang paling besar dan paling penting dari akomodasi.

Akomodasi vergensi adalah akomodasi yang diinduksi oleh disparitas (fusional) vergensi. Setiap 1 D akomodasi secara normal disertai dengan konvergensi 1 meter angle. Akomodasi vergensi dapat diperhitungkan dari rasio konvergensi akomodasi konvergensi / konvergensi (AC/C).5,11

Akomodasi proksimal merupakan pengaruh atau kesadaran melihat objek pada jarak dekat atau distimulasi oleh objek yang tampak dalam jarak tiga meter.

Akomodasi tonik merupakan batas dasar kekuatan akomodasi tanpa adanya stimulus untuk akomodasi seperti gambar buram, objek yang dekat mata, atau akomodasi volunter lainnya. Rerata akomodasi tonik pada dewasa muda adalah 1.00 D dengan rentang 0 sampai 2.00 D dan berkurang dengan usia.5

2.3 Pemeriksaan Akomodasi

Sinar sejajar dari jarak tak terhingga memiliki titik fokus tepat di retina dalam kondisi tanpa akomodasi. Mata membutuhkan kekuatan refraksi yang dapat diatur untuk memfokuskan bayangan objek jarak dekat tepat di retina. Mekanisme akomodasi memodifikasi kurvatur lensa menyebabkan kekuatan refraksi dapat diatur. Kekuatan akomodasi dapat diketahui dari amplitudo akomodasi, accomodative facility, akomodasi relatif, dan respon akomodasi.3–5

2.3.1 Amplitudo Akomodasi

Amplitudo akomodasi menunjukan tingkat maksimal mata dapat berakomodasi.

Diukur dari kekuatan diopter antara titik dekat dengan titik jauh (A=P-R).

(7)

Elastisitas lensa berkurang seiring dengan penuaan, sehingga amplitudo akomodasi dapat diprediksi berdasarkan usia untuk membantu pemeriksaan dengan formula Hofstetter dan tabel Donders. Formula Hofstetter dapat dihitung seperti berikut:3,5,12

a. Amplitudo maksimal = 25 – 0,4 (usia) b. Amplitudo rerata = 18,5 – 0,3 (usia) c. Amlitudo minimal = 15 – 0,25 (usia)

Tabel 2.1 Rerata amplitudi akomodasi berdasarkan usia Usia Rata-rata Amplitudo Akomodasi

8 12 16 20 24 28 32 36 40 44 48 52 56 60 64 68

14 (± 2 D) 13 (± 2 D) 12 (± 2 D) 11 (± 2 D) 10 (± 2 D) 9 (± 2 D) 8 (± 2 D) 7 (± 2 D) 6 (± 2 D) 4,5 (± 2 D)

3 (± 2 D) 2,5 (± 2 D)

2 (± 2 D) 1,5 (± 2 D)

1 (± 2 D) 0,5 (± 2 D) Dikutip dari: Brodie, dkk3

Pemeriksaan amplitudo akomodasi dapat dilakukan secara objektif dan subjektif. Autorefraktor, refraktometer atau aberrometer adalah instrumen yang dapat digunakan untuk pengukuran akomodasi secara objektif. Instrumen ini memberikan ukuran pembiasan mata saat mengubah fokus antara target yang jauh dan dekat. Amplitudo akomodasi kemudian ditentukan sebagai perbedaan antara pembiasan saat melihat target jauh dan dekat.1,13,14

Pemeriksaan secara objektif tersedia untuk pengukuran akomodasi, namun secara klinis pengukuran subjektif paling sering digunakan. Beberapa cara pengukuran amplitudo akomodasi secara subjektif yaitu near point of accommodation (NPA), accommodative rule dan metode Sheard.3,12,15

Metode praktis untuk mengukur NPA yaitu dengan metode push-up dan pull- away. Pengukuran NPA dilakukan pada satu mata secara bergantian. Prosedur

(8)

pengukuran NPA dengan metode push-up dimulai dengan meminta pasien melihat pada target sejauh 40 cm lalu pindahkan target semakin mendekati mata pasien hingga target tampak buram dan sebaliknya pada metode pull-away. Jarak terdekat mata dapat mempertahankan fokus kemudian digunakan sebagai ukuran amplitudo akomodasi dalam dioptri. Beberapa praktisi mengambil rata-rata nilai push-up dan pull-away sebagai nilai amplitudo akomodasi. Syarat jarak objek dapat dikonversi menjadi diopter adalah memiliki titik jauh penglihatan pada jarak tak hingga, yaitu pada mata emetropia atau ametropia dengan koreksi terbaik.4,12,16

Pengukuran amplitudo akomodasi dapat dibantu dengan alat seperti Prince Rule atau Royal Air Force (RAF) Rule. Alat tersebut menggabungkan kartu baca dengan penggaris yang terkalibrasi dalam sentimeter dan dioptri. Titik jauh akomodasi ditentukan pada 50cm, lalu didekatkan ke arah mata pasien hingga menemukan nilai NPA sebagai amplitudo akomodasi.1,3,15

Gambar 2.4 Accommodative rule. (a) RAF rule, (b) Krimsky-Prince rule. (c) Berens Rule.

Dikutip dari: Jung16

Pengukuran amplitudo akomodatif juga dapat dilakukan dengan metode Sheard.

Pemeriksaan dilakukan pada satu mata terlebih dahulu lalu kedua mata denga koreksi terbaik. Pertama meminta pasien untuk melihat kepada chart yang diletakkan pada jarak 40 cm. Lensa negatif diberikan pada mata untuk menstimulasi akomodasi. Kekuatan lensa minus ditingkatkan hingga fokus pada chart tidak lagi dapat dipertahankan. Akomodasi kemudian dibuat relaks dengan memberikan lensa plus secara bertahap hingga mulai menjadi buram. Selisih antara dua kekuatan lensa tersebut adalah nilai amplitudo akomodasi. Sebagai contoh didapatkan gambar

(9)

yang buram ketika diberikan lensa -3.00 D dan ketika diberikan lensa +1.50D, maka nilai amplitudo akomodasi sebesar 4.50 D.1,12,16

Pengukuran amplitudo akomodasi secara subjektif memiliki beberapa kekurangan, diantaranya kedalaman fokus, waktu reaksi, desain instrumen, spesifikasi titik akhir pengukuran, spesifikasi titik referensi pengukuran, kondisi pengukuran, pertimbangan kelainan refraksi, dan faktor psikologis. Amplitudo akomodasi juga dapat tampak meningkat karena perbesaran dari huruf saat mendekati mata menghasilkan peningkatan ukuran gambar retina dan karenanya meningkatkan keterbacaan huruf saat didekatkan. Kedua, jika mata subjek ametropia dan tidak dikoreksi, maka NPA tidak dapat dikonversikan menjadi diopter amplitudo. Sebagai contoh, bila diketahui setiap mata memiliki amplitudo akomodasi sebesar 3 D, maka:3,13,15

a. Seseorang dengan emetropia akan memiliki titik dekat sejauh 33 cm dan titik jauh tak terhingga.

b. Seseorang dengan miopia 3.00 D tidak dikoreksi akan memiliki titik dekat sejauh 16,7 cm karena pada jarak 33 cm, tidak memerlukan akomodasi.

c. Seseorang dengan hiperopia 3.00 D tidak dikoreksi akan memiliki tiitk dekat tak terhingga karena semua akomodasi yang tersedia diperlukan untuk mengatasi hiperopia.

2.3.2 Accommodative Facility

Accommodactive facility adalah pengukuran kemampuan mata untuk secara akurat dan berulang kali mengubah keadaan akomodatifnya ketika terjadi perubahan fokus selama periode waktu tertentu. Diukur dalam satuan siklus per menit. Accommodative facility terdiri dari dua metode pemeriksaaan yaitu tes dekat- jauh dan tes flipper lens.5,17,18

Tes dekat-jauh untuk mengukur fleksibilitas sistem akomodasi dengan mengubah jarak baca secara cepat. Pemeriksaan menggunakan chart pada jarak enam meter dan pasien memegang chart sejauh tidak lebih dari dua per tiga amplitudo akomodasi pasien. Pastikan pasien menggunakan lensa dengan koreksi maksimal. Prosedur dilakukan dengan satu mata secara bergantian, dimulai dengan

(10)

meminta pasien untuk merubah fokus dekat dan jauh antara chart di jarak enam meter dan yang dipegang oleh pasien selama 30 detik. Tes flipper lens memiliki prosedur yang mirip dengan tes dekat-jauh, namun menggunakan flipper lens untuk melihat chart baris ke-20/25 pada jarak 40cm. Pertama menggunakan lensa negatif hingga mendapatkan gambar yang jernih lalu ubah dengan lensa positif hingga mendapatkan gambar yang jernih, dilakukan selama 30 detik.17,18

Hitung jumlah siklus per menit. Rerata accommodative facility untuk tes dekat- jauh pada monokular adalah 20 siklus per menit dengan minimal 15 siklus per menit, sedangkan pada binokular rerata 16 siklus per menit dengan minimal 12 siklus per menit. Rerata accommodative facility untuk tes flipper lens pada monokular adalah 17 siklus per menit dengan minimal 12 siklus per menit, sedangkan pada binokular rerata 13 siklus per menit dengan minimal 10 siklus per menit.5,18

2.3.3 Akomodasi Relatif

Akomodasi relatif adalah jumlah kekuatan akomodasi yang dikerahkan untuk mempertahankan konvergensi, terdiri dari akomodasi relatif negatif dan positif.

Snellen chart ukuran 20/20 yang diperkecil disiapkan pada jarak 40 cm, pasien menggunakan lensa koreksi terbaik. Pemeriksaan akomodasi relatif menguji kemampuan mata mempertahankan konvergensi pada 40 cm ketika akomodasi dikurangi ataupun ditambahkan.16,19

Lensa berkekuatan plus ditambahkan pada pemeriksaan akomodasi relatif negatif sedangkan pada pemeriksaan akomodasi relatif posisif menambahkan lensa berkekuatan minus. Tambahkan kekuatan sebesar 0.25 setiap dua detik hingga gambar menjadi buram. Nilai normal untuk akomodasi relatif negatif adalah +1.75 D hingga +2.00 D, sedangkan nilai normal untuk akomodasi relatif positif adalah - 2.25 D hingga -2.50 D.11,16,19

2.3.3 Respon Akomodasi

Upaya akomodasi terjadi ketika otot siliar berkontraksi sebagai respon dari stimulasi saraf parasimpatis, sehingga serabut zonular menjadi rileks, tegangan

(11)

pada kapsul lensa berkurang, dan lensa menjadi lebih cembung. Respon akomodasi merupakan hasil dari meningkatnya kecembungan lensa, dapat dinyatakan dengan daya akomodasi. Daya akomodasi adalah jarak antara titik terjauh mata atau punctum remotum dan titik terdekat atau punctum proximum di mana mata dapat mempertahankan fokus.3,13,16

Respon akomodasi dapat dikukur dengan retinoskopi dinamis dan tes binokular cross cylinder. Retinoskopi dinamis secara objektif menentukan titik jatuh di retina ketika pasien melihat target pada jarak tertentu, salah satunya dengan menggunakan retinoskopi metode estimasi monokular (MEM). Chart dipasangkan pada retinoskopi. Pemeriksaan retinoskopi dilakukan seperti pada umumnya namun dengan pasien melihat kepada chart yang terpasang pada retinoskopi. Refleks retinoskopik diobservasi, secara cepat tambahkan lensa +0.25 dan bertingkat secara bertahap hingga menemukan refleks netral.12,16

Nilai normal respon akomodasi adalah +0.50 sampai +0.75 D. Kelainan pada respon akomodasi dikenal sebagai akomodasi lag dan akomodasi lead. Lag terjadi ketika jarak stimulus dekat namun mata fokus lebih jauh dari stimulus atau amplitudo akomodasi lebih kecil dari yang dibutuhkan (< +0.50 D). Lead terjadi ketika jarak stimulus jauh namun mata fokus lebih dekat daripada stimulus atau amplitudo akomodasi lebih besar dari yang dibutuhkan (> +1.00 D).12,14

III. Kesimpulan

Akomodasi adalah kemampuan mata mengubah kekuatan refraksi dengan mengubah ukuran dan bentuk lensa kristalin. Mekanisme akomodasi yaitu kontraksi dari otot siliar menyebabkan zonula relaksasi, sehingga terjadi peningkatan kurvatur, diameter, dan ketebalan lensa. Kemampuan akomodasi mata dapat diketahui dari amplitudo akomodasi, accomodative facility, akomodasi relatif, dan respon akomodasi.

(12)

11

DAFTAR PUSTAKA

1. Levin LA, Nilsson SFE, Hoeve J ver, Wu SM. Adler’s Physiology of the Eye. Edisi ke-11. Phi; 2011.

2. Brar VS, Law SK, Lindsey JL, Mackey DA, Schuitze RL, Silverstein E, et al. Fundamentals and Principles of Ophthalmology. Dalam: Rapuano CJ, Stout JT, CmCannel CA, editor. Basic and Clinical Science Course.

American Academy of Ophthalmology; 2020. hal. 50–5.

3. Brodie SE, Gupta PE, Irsch K, Jackson M lou, Mauger TF, Strauss L, et al.

Clinical Optics. Dalam: Rapuano CJ, Stout JT, CmCannel CA, editor. Basic and Clinical Science Course. American Academy of Ophthalmology; 2021.

4. Wati R. Akomodasi dalam Refraksi. Jurnal Kesehatan Andalas. 2018;7:13–

8.

5. Benjamin WJ, Borish IM. Borish’s Clinical Refraction. Edisi ke-2. Missouri:

Butterworth Heinemann; 2006.

6. Eva PR, Augsburger JJ. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. Edisi ke-7. McGraw-Hill; 2017.

7. Knaus KR, Hipsley AM, Blemker SS. The action of ciliary muscle contraction on accommodation of the lens explored with a 3D model.

Biomech Model Mechanobiol. 2021;20(3):879–94.

8. Cabeza-Gil I, Grasa J, Calvo B. A validated finite element model to reproduce Helmholtz’s theory of accommodation: a powerful tool to investigate presbyopia. Ophthalmic and Physiological Optics.

2021;41(6):1241–53.

9. de Jong PTVM. The quest for the human ocular accommodation mechanism.

Acta Ophthalmol. 2020;98(1):98–104.

10. Motlagh M, Geetha R. Physiology, Accommodation [Internet]. StatPearls.

2022 [disitasi 2022 Sep 14]. Tersedia dari:

ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK542189/

11. Fenton R, Fogt N, Mcdaniel C, Mutti ODD. Role of Accommodation in Clinical Measures of Proximal Vergence [Thesis]. The Ohio State University; 2019.

12. Burns D, Allen PM, Burns DH, Evans BJ. Clinical measurement of amplitude of accommodation: a review. Optometry in Practice. 2017;15:75–

86.

13. del Águila-Carrasco AJ, Kruger PB, Lara F, López-Gil N. Aberrations and accommodation. Clinical and Experimental Optometry. Blackwell Publishing Ltd; 2020. hal. 95–103.

14. Labhishetty V, Cholewiak SA, Roorda A, Banks MS. Lags and leads of accommodation in humans: Fact or fiction? J Vis. 2018;21(3):1–18.

15. Burns DH, Allen PM, Edgar DF, Evans BJW. Sources of error in clinical measurement of the amplitude of accommodation. J Optom. 2020;13(1):3–

14.

16. Jung JH. Accommodation and Convergence. Dalam: Primary Eye Examination (A Comprehensive Guide to Diagnosis). Singapore: Springer;

2019. hal. 31–6.

(13)

12

17. Vera J, Redondo B, Molina R, Koulieris GA, Jiménez R. Validation of an Objective Method for the Qualitative and Quantitative Assessment of Binocular Accommodative Facility. Curr Eye Res. 2020;45(5):636–44.

18. Otero C, Aldaba M, López S, Díaz-Doutón F, Vera-Díaz FA, Pujol J.

Random Changes of Accommodation Stimuli: An Automated Extension of the Flippers Accommodative Facility Test. Curr Eye Res. 2018;43(6):788–

95.

19. Yekta AA, Hashemi H, Khabazkhoob M, Ostadimoghaddam H, Ghasemi- moghaddam S, Jafarzadehpur E, et al. The distribution of negative and positive relative accommodation and their relationship with binocular and refractive indices in a young population. J Curr Ophthalmol.

2017;29(3):204–9.

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit pada mata yang disebabkan karena lensa mata terlalu cembung sehingga bayangan benda yang dilihat jatuh di depan retina adalah ...A. Udara yang masuk ke rongga hidung

Kapsula tenon mulai terbentuk di dekat insersi muskulus rektus pada usia janin 12 minggu dan selesai terbentuk saat usia 5 bulan.1,2 Gambar 3.2 Perkembangan Otot Ekstraokular Sumber