• Tidak ada hasil yang ditemukan

“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain”

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” "

Copied!
133
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Permasalahan

Tujuan Penelitian

Kegunaan Penelitian

Memperdalam dan memperluas jumlah ilmu dan ilmu yang berorientasi pada pengembangan fikih Islam, khususnya yang berkaitan dengan dasar pertimbangan putusan hakim dengan peraturan perundang-undangan, maqasid syariah dan realitas masyarakat yang ada. Dapat dijadikan sebagai sumbangsih bagi pembaca dan instansi yang berwenang untuk melakukan nasehat hukum Islam dan hukum positif yang menjadi dasar musyawarah hakim, serta sebagai acuan bagi hakim dalam memutus perkara yang sama (isbat nikah).

Metode Penelitian

Sumber data primer diperoleh melalui penelitian lapangan (Field Research), yaitu penelitian yang bertujuan untuk menyelidiki perkara Isbat Nikah (Studi Penetapan Hakim Pengadilan Agama Arga Makmur Tahun 2016 dalam Penetapan Perkara Nomor 0110/Pdt.P/2016/ PA.AGM dan untuk menetapkan perkara nomor 0128 /Pdt.P/2016/PA.AGM). Sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada 2 jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Sedangkan bahan hukum sekunder terdiri dari literatur, baik buku maupun tulisan ilmiah yang berkaitan dengan akta nikah dan pencatatan nikah; serta literatur terkait maqasid syariah.

Sumber data dalam penelitian ini berkaitan dengan sumber hukum substantif perkawinan yang terdiri dari dua kelompok utama, yaitu hukum syariah dan hukum negara. Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Agama Arga Makmur Kabupaten Bengkulu Utara Provinsi Bengkulu dalam kasus-kasus pengesahan nikah. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah penetapan perkara retensi perkawinan tahun 2016 yaitu perkara nomor 0110/Pdt.P/2016/PA.AGM dan nomor 0128/Pdt.P/2016/PA.AGM.

Dengan teknik ini, penulis berharap dapat memperoleh dokumen data tertulis yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengumpulan data dengan cara wawancara dalam penelitian ini digunakan untuk lebih melengkapi data yang diperoleh melalui teknik dokumentasi.

Penelitian Yang Relevan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan deskriptif analitis, dalam arti penjelasan secara jelas dan sistematis tentang apa dan bagaimana dasar pertimbangan hakim dalam perkara akta nikah no. Pola berpikir deduktif dalam penelitian ini berarti berangkat dari berbagai teori umum dan selanjutnya penerapannya pada kasus khusus yaitu berangkat dari berbagai peraturan hukum mengenai pengukuhan perkawinan, jika digunakan dalam putusan perkara pencatatan perkawinan, dalam hal ini tidak ada . Pada akhirnya beliau menyatakan bahwa peran hakim dalam penelitian penemuan hukum dan penciptaan hukum mutlak diperlukan dengan memperhatikan nilai-nilai hukum yang tidak tertulis dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat.

Skripsi ini membahas kasus rukun poligami yang pada dasarnya tidak tercantum dalam undang-undang dan KHI yang menyebutkan bahwa konstitusi perkawinan poligami adalah salah satu alasan yang dapat diajukan ke pengadilan agama, tetapi hakim sebagai salah satu pelaksana peradilan memiliki tugas dan wewenang untuk memeriksa, memutus, dan menyelesaikan perkara.19 Selain itu, tesis ini juga menitikberatkan pada aspek perlindungan hak-hak perempuan khususnya istri dengan menggunakan teori maqasid syariah untuk kemaslahatan. Berbeda dengan penulis yang berperspektif maqasid syariah, analisisnya tidak hanya tentang legalitas perkawinan terhadap hukum negara, tetapi juga tentang legalitas kedudukan anak dalam perkawinan. 18 Nuril Farida Maratus, “Penyelesaian Perkara Isbat Nikah di Pengadilan Agama Yogyakarta Masa Skripsi Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga, 2015), hal.127.

Beberapa penelitian yang ada menggunakan analisis yuridis atau hukum Islam sebagai dasar analisisnya, meskipun ada juga yang menggunakan maqasid syariah sebagai dasar analisisnya, namun objek penelitiannya berbeda dengan yang dibuat oleh penulis.

Sistematika Penulisan

MAQASID SYARIAH DAN ISBAT NIKAH

Maqasid Syariah

Tinjauan tentang Pernikahan

Undang-undang Islam dalam perkahwinan dikenali dengan istilah “nikah”, menurut bahasa perkahwinan mempunyai erti sebenar (haqiqat) iaitu dham yang bermaksud memerah, bertindih atau berkumpul. Nikah mempunyai makna kiasan iaitu wathaa yang bermaksud satu badan atau aqad yang bermaksud membuat akad nikah. Menurut ulama ushul mazhab Syafii, menurut maksud asalnya, perkahwinan ialah akad yang halalnya hubungan kelamin antara lelaki dan perempuan, manakala menurut pengertian majazi adalah satu badan.

Menurut Abul Qasim Azzajjad, Imam Yahya, Ibnu Hazm dan beberapa ahli ushul sahabat Abu Hanifah mendefinisikan nikah sebagai persekutuan, yaitu antara akad dan badan. Menurut Sayuti Thalib, perkawinan adalah perjanjian suci untuk membentuk keluarga antara seorang pria dan seorang wanita. Itulah sebabnya dikatakan dalam Al-Qur'an Surah An Nisaa ayat 21: "Dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil darimu suatu perjanjian yang kuat."

Ia juga boleh dikemukakan sebagai alasan untuk mengatakan bahawa perkahwinan adalah perjanjian kerana ia wujud: cara pertalian diatur lebih awal iaitu dengan akad nikah dan dengan beberapa prinsip dan syarat. Begitu juga cara menjelaskan atau memutuskan ikatan perjanjian adalah terkawal iaitu dengan tatacara penceraian, kemungkinan fasak, syikak dan sebagainya. Maksudnya: “Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan kamu yang telah menciptakan kamu daripada seorang lelaki dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah mengeluarkan lelaki dan perempuan yang ramai.

Dan bertakwalah kepada Allah bahwa dengan nama-Nya kalian saling meminta dan menjaga hubungan persahabatan. Dalam hukum positif di Indonesia yaitu dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (keluarga) yang bahagia dan kekal. . berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Asas-asas hukum perkawinan yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang kemudian dituangkan dalam istilah hukum melalui Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Ikhtisar Hukum Islam Tahun 1991 memuat 7 (tujuh) asas atau kaidah hukum. , masing-masing sebagai berikut: 40.

Prinsip perkawinan dapat dimasuki oleh calon suami dan calon istri yang telah cukup matang jasmani dan rohani untuk mewujudkan tujuan perkawinan yang baik dan memiliki keturunan yang baik dan sehat, sehingga tidak memikirkan perceraian. Asas keseimbangan hak dan kewajiban antara suami dan istri, baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam masyarakat. Oleh karena itu, suami istri dapat berdiskusi dan memutuskan segala sesuatu dalam keluarga.

Isbat Nikah

Itsbat nikah sangat bermanfaat bagi umat Islam untuk mengurus dan memperoleh hak-haknya berupa surat-surat atau dokumen-dokumen pribadi yang diperlukan dari instansi yang berwenang serta memberikan jaminan perlindungan keamanan hukum bagi setiap suami istri. Permohonan itsbat nikah diajukan ke pengadilan agama dengan berbagai alasan, umumnya perkawinan dilakukan setelah diundangkannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pengadilan Agama sampai saat ini telah menerima, memeriksa dan mengeluarkan putusan atas permohonan perkawinan yang dilakukan setelah disahkannya Undang-undang No. pada - menyimpang dari ketentuan undang-undang (Pasal 49 ayat 2 UU).

33 (Juli–Agustus 1997), hal.88 . Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989, diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama dan Penafsirannya). Namun karena masyarakat membutuhkan itsbat nikah, maka hakim Pengadilan Agama melakukan ijtihad dengan menyimpang dari ketentuan tersebut, kemudian mengabulkan permohonan itsbat nikah berdasarkan ketentuan Pasal 7 Ayat (3) huruf e Kompilasi Hukum Islam. Hukum. Apabila perkawinan yang dimohonkan itsbat tidak terhalang oleh perkawinan sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, maka Pengadilan Agama akan mengabulkan permohonan itsbat nikah meskipun perkawinan itu dilakukan setelah berlakunya undang-undang No.

Padahal, Kompilasi Hukum Islam (KHI) tidak termasuk dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang disebutkan dalam Pasal 7 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Oleh karena itu, putusan Peradilan Agama tentang Perkawinan tidak lain merupakan suatu kebijakan untuk mengisi kekosongan hukum yang mengatur Pertarungan Perkawinan yang dilakukan setelah disahkannya Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

HAKIM DAN PENGADILAN AGAMA ARGA MAKMUR

Tugas Pokok dan Fungsi Hakim

bahwa perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II sah secara hukum agama Islam pada tanggal 25 Oktober 2015 di Desa Datar Ruyung, Kecamatan Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara; Bahwa setelah menikah, Pemohon I dan Pemohon II mendirikan rumah tangga di Desa Bunga Tanjung, Kecamatan Teramang Jaya, Kabupaten Muko-Muko; Bahwa perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II adalah atas dasar suka sama suka dan tidak ada paksaan dari pihak lain;

Bahwa sepengetahuan saksi tentang perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II, tidak ada pihak lain yang mengadu dan keberatan; Bahwa Saksi mengenal Pemohon I dan Pemohon II karena Saksi adalah ibu angkat Pemohon II; Bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak dilarang melangsungkan perkawinan, baik menurut hukum Islam maupun adat setempat yang berlaku;

karena Saksi juga mengetahui bahwa Pemohon I dan Pemohon II tidak terikat perkawinan lain dan tidak pernah bercerai; bahwa Pemohon I dan Pemohon II saat menikah dikaruniai 2 (dua) orang anak laki-laki dan perempuan; bahwa sepengetahuan saksi Pemohon I dan Pemohon II, sampai saat ini keduanya tidak pernah kawin lagi dan belum pernah bercerai serta masih beragama Islam;

Padahal, pemohon I dan pemohon II sangat membutuhkan surat nikah ini sebagai bukti perkawinan antara pemohon I dan pemohon II. Bahwa Saksi mengenal Pemohon I dan Pemohon II karena Saksi sedesa dan bertetangga dengan Pemohon II; Sedangkan sepengetahuan saksi, perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II dilakukan atas persetujuan kedua belah pihak, karena keduanya terlibat perbuatan asusila;

Menimbang bahwa perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II dilakukan atas dasar kesepakatan dan persetujuan bersama kedua belah pihak; Menimbang bahwa setelah menikah Pemohon I dan Pemohon II mendirikan rumah tangga di Dusun II, Desa Datar Ruyung, Kecamatan Kota Arga Makmur, Kabupaten Bengkulu Utara; Sedangkan Pemohon I dan Pemohon II sangat membutuhkan surat nikah tersebut sebagai bukti perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II.

Perkawinan antara Pemohon I dan Pemohon II didasarkan atas persetujuan Pemohon I dan Pemohon II; Akta nikah Pemohon I dan Pemohon II tidak pernah diterbitkan karena perkawinan mereka tidak tercatat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Kota Arga Makmur.

Referensi

Dokumen terkait

i DAMPAK USAHA KERAJINAN TANGAN TERHADAP KESEJAHTERAAN MASYARAKAT STUDI KASUS MASYARAKAT DESA PANGGUNG KECAMATAN HARUYAN KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH SKRIPSI Diajukan kepada