SISTEM KENDALI DAN MONITORING MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK DAN MIKROKONTROLER WEMOS D1 R2 BERBASIS
INTERNET OF THINGS PADA PEMBUATAN TEMPE
(Skripsi)
Oleh
Hendri Tri Dwika
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
ABSTRAK
SISTEM KENDALI DAN MONITORING MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK DAN MIKROKONTROLER WEMOS D1 R2 BERBASIS
INTERNET OF THINGS PADA PEMBUATAN TEMPE
Oleh
HENDRI TRI DWIKA
Tempe merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang difermentasi.
Proses fermentasi sangat mempengaruhi hasil dan kualitas tempe. Selama proses fermentasi, peran suhu dan kelembaban sangat penting untuk laju pertumbuhan kapang pada tempe. Maka untuk memudahkan dalam monitoring serta
mengendalikan suhu dan kelembaban pada proses fermentasi tempe diperlukan alat kendali dan monitoring berbasis Internet of Things (IoT). Tujuan penelitian ini yaitu merancang alat kendali dan monitoring menggunakan Wemos D1 R2 dengan aplikasi Blynk, mengetahui kinerja alat kendali dan monitoring, dan mengetahui pengaruh pada proses fermentasi tempe.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2022 di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Parameter pengujian pada penelitian ini yaitu uji stabilitas, respon sistem, keakuratan pengendalian, rerata waktu pengendalian, dan
organoleptik. Pengambilan data dilakukan dengan cara dikirimkan ke database Spreadsheet. Alat kendali dan monitoring tersusun dari beberapa komponen seperti Wemos D1 R2, sensor DHT22, servo, kipas, lampu, dan relay. Aktuator terpasang pada kotak inkubator dengan ukuran 40 cm x 40 cm x 40 cm.
Hasil pengujian stabilitas pada masing-masing alat menunjukkan alat tersebut dapat mempertahankan setting point yang telah ditentukan dan hasilnya stabil.
Berdasarkan hasil uji respon sistem terhadap pengendalian aktuator diperoleh rata-rata 3,8 detik. Pengujian keakuratan pengendalian pada alat kendali dan monitoring menunjukkan nilai rata-rata akurasi 99,99 %. Rerata waktu
pengendalian diperoleh hasil yaitu 3 detik pada masing-masing alat. Pada proses kendali dan monitoring pada fermentasi tempe di ruang inkubator butuh waktu 33 jam untuk hasil yang sempurna, dibandingkan dengan fermentasi konvensional yang membutuhkan 45 jam untuk hasil yang sempurna.
Kata Kunci : fermentasi, tempe, kendali, monitoring, Wemos D1 R2.
ABSTRACT
CONTROL SYSTEM AND MONITORING USING BLYNK APPLICATION AND WEMOS D1 R2 MICROCONTROLLER BASED ON INTERNET OF
THINGS IN TEMPEH MANUFACTURING
BY
HENDRI TRI DWIKA
Tempeh is a food made from fermented soybeans. The fermentation process greatly affects the yield and quality of tempeh. During the fermentation process, the role of temperature and humidity is very important for the growth rate of mold in tempe. So to make it easier to monitor and control temperature and humidity in the tempe fermentation process, an Internet of Things (IoT) based control and monitoring tool is needed. The purpose of this study were to design a control and monitoring device using Wemos D1 R2 with the Blynk application to determine the performance of a control and monitoring device, and to determine the effect on the tempeh fermentation process.
This research was conducted in February until May 2022 at the Laboratory of Agricultural Machinery and Equipment Power, Department of Agricultural Engineering, Faculty of Agriculture, University of Lampung. The test parameters in this study are stability test, system response, control accuracy, average control time, and organoleptic. Data retrieval is done by sending it to the Spreadsheet database. The control and monitoring device is composed of several components such as Wemos D1 R2, DHT22 sensor, servo, fan, lamp, and relay. The actuator is attached to the incubator box with a size of 40 cm x 40 cm x 40 cm.
The results of stability testing on each tool show that the tool is able maintain a predetermined setting point and the results are stable. Based on the test results of the system response to actuator control, an average of 3.8 seconds was obtained.
Testing the accuracy of the control on the control and monitoring equipment shows an average value of 99.99% accuracy. The average control time obtained is 3 seconds for each tool. In the control and monitoring process of tempeh fermentation in the incubator, it takes 33 hours for perfect results, compared to conventional fermentation which takes 45 hours for perfect results.
Keywords: fermentation, tempeh, control, monitoring, Wemos D1 R2.
SISTEM KENDALI DAN MONITORING MENGGUNAKAN APLIKASI BLYNK DAN MIKROKONTROLER WEMOS D1 R2 BERBASIS
INTERNET OF THINGS PADA PEMBUATAN TEMPE
Oleh
HENDRI TRI DWIKA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA TEKNIK
Pada
Jurusan Teknik Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Margo Mulyo, Kecamatan
Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat, pada tanggal 28 Agustus 1999. Penulis merupakan anak tunggal, putra dari pasangan Bapak Suharto dan Ibu Sri Sulasmi. Penulis menempuh pendidikan di SD Negeri 1 Margo Mulyo lulus pada tahun 2012, SMP Negeri 1 Tulang Bawang Tengah lulus pada tahun 2015, dan SMK Negeri 1 Tulang Bawang Tengah lulus pada tahun 2018. Penulis terdaftar di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung pada tahun 2018 melalui jalur SMMPTN.
Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Asisten Dosen di Mata Kuliah Instrumentasi semester Ganjil Tahun 2020/2021, Kontrol Otomatik semester Genap Tahun 2021/2022, dan Elektronika Industri semester Ganjil 2022/2023. Selama perkuliahan, penulis aktif dalam mengikuti organisasi kemahasiswaan, penulis tercatat aktif di organisasi internal kampus sebagai anggota Persatuan Mahasiswa Teknik Pertanian (PERMATEP). Pada tingkat nasional juga tergabung ke dalam Ikatan Mahasiswa Teknik Pertanian Indonesia (IMATETANI).
Pada tahun 2021 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Mandiri Putra Daerah Periode 1 selama 40 hari di Desa Margo Mulyo, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat, Lampung. Penulis telah melaksanakan Praktik Umum (PU) di PT Perkebunan Nusantara VII Unit Way Berulu, Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran dengan judul “Optimalisasi Pemeliharaan Tanaman Karet (Hevea brasiliensis) Kategori Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) Guna Mempercepat Umur Buka Sadap di PT Perkebunan Nusantara VII
Unit Way Berulu” selama 30 hari mulai tanggal 3 Agustus sampai 9 September 2021.
i Alhamdulillahirobbil’ alamin
Dengan Mengucap Rasa Syukur Kapada ALLAH SWT, Kupersembahkan Skripsi ini Kepada :
Kedua Orang Tuaku Tercinta (Bapak Suharto dan Ibu Sri Sulasmi)
SANWACANA
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir perkuliahan dalam menyusun skripsi ini. Sholawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada Rasulullah SAW, yang senantiasa kita nantikan syafaat-Nya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Sistem Kendali dan Monitoring Menggunakan Aplikasi Blynk dan Mikrokontroler Wemos D1 R2 Berbasis Internet Of Things pada Pembuatan Tempe” merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari
dukungan, doa, dan bimbingan dari berbagai pihak. Maka, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;
2. Bapak Dr. Ir. Sandi Asmara, M.Si., selaku Ketua Jurusan Teknik Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Mareli Telaumbanua, S.TP., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta saran sehingga terselesaikannya skripsi ini;
4. Ibu Winda Rahmawati, S.TP., M.Si., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Akademik sekaligus Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, motivasi, serta saran selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini;
5. Bapak Ir. Budianto Lanya, M.T., selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini;
iii 6. Orang tuaku tercinta Bapak Suharto dan Ibu Sri Sulasmi yang telah mendidik,
merawat, memberikan semangat, doa, serta kebutuhan materil selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini;
7. Teman penulis, Krisna Bayu Aji, Aksal Pramuja, Isrofiatul Kiromah, Lailatul Khoiriyah, Dina Aulia, Bekti Dinasari, Hani Muzaqi, Hafiz Julian Saputra, dan M. Adji Prastowo yang telah membantu penulis;
8. Rekan penelitian, Eka Yana dan M. Randy Akbar yang telah membantu dalam membuat program alat, merancang, pengambilan data penelitian serta menyelesaikan penyusunan skripsi ini;
9. Keluarga Besar Teknik Pertanian 2018 yang telah membersamai dari awal hingga akhir serta terimakasih atas dukungan dan bantuannya;
10. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan skripsi ini, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Karena itu, penulis mengharapkan kritik serta masukan dari pembaca yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, dan penulis berharap skripsi ini dapat berguna bagi penulis dan pembacanya.
Bandar Lampung, 10 Oktober 2022 Penulis,
Hendri Tri Dwika
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Tujuan Penelitian ... 3
1.4. Batasan Masalah ... 3
1.5. Hipotesis... 3
1.6. Manfaat Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1. Tempe... 5
2.2. Pembuatan Tempe ... 6
2.3. Fermentasi Tempe ... 6
2.4. Internet of Things (IoT) ... 7
2.5. Transmisi Data ... 8
2.6. Mikrokontroler ... 8
2.7. Wemos D1 R2 ... 9
2.8. Sensor dan Aktuator ... 10
2.8.1. Sensor DHT22 ... 10
2.8.2. Motor Servo ... 11
2.8.3. Relay ... 12
2.9. Arduino IDE ... 12
2.10. Aplikasi Blynk ... 13
2.11. Rujukan Penelitian ... 14
v
III. METODOLOGI PENELITIAN ... 18
3.1. Waktu dan Tempat ... 18
3.2. Alat dan Bahan ... 18
3.3. Metode Penelitian ... 18
3.4. Kriteria Desain ... 20
3.5. Perancangan ... 20
3.5.1. Rancangan Struktural ... 22
3.5.2. Rancangan Sistem Transmisi Data ... 24
3.5.3. Rancangan Tampilan Layar ... 25
3.5.4. Rancangan Fungsional ... 25
3.6. Uji Kinerja Alat ... 27
3.6.1. Stabilitas ... 27
3.6.2. Respon Sistem IoT (Kendali dan Monitoring) ... 27
3.6.3. Rerata Waktu Pengendalian ... 28
3.6.4. Keakuratan Pengendalian ... 29
3.7. Uji Organoleptik ... 29
3.8. Analisis Data ... 29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
4.1. Hasil Rancang Alat Kendali dan Monitoring Fermentasi Tempe ... 31
4.2. Sistem Transmisi Data ... 32
4.2.1. Pengaturan Tampilan Aplikasi Blynk ... 34
4.2.2. Pengaturan Tampilan Spreadsheet... 39
4.3. Pengujian Stabilitas Alat Kendali dan Monitoring ... 45
4.3.1. Stabilitas Aktuator Pengendali Suhu ... 45
4.3.2. Stabilitas Pengendali Suhu pada Siang Hari ... 47
4.3.3. Stabilitas Pengendali Suhu pada Malam Hari ... 49
4.3.4. Hasil Monitoring Kelembaban ... 52
4.3.5. Hasil Monitoring Kelembaban pada Siang Hari ... 54
4.3.6. Hasil Monitoring Kelembaban pada Malam Hari ... 56
4.4. Respon Sistem IoT (Kendali dan Monitoring) ... 58
4.5. Keakuratan Pengendalian ... 60
4.6. Rerata Waktu Pengendalian ... 62
4.7. Hasil Uji Kendali dan Monitoring Terhadap Fermentasi Tempe ... 63
4.8. Proses Fermentasi Tempe Menggunakan Alat Kendali dan Monitoring 73 4.9. Uji Organoleptik ... 77
V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 81
5.1. Kesimpulan ... 81
5.2. Saran... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 83
LAMPIRAN ... 88
Tabel 8- 21 ... 89
Gambar 98 - 112 ... 107
Penulisan Program pada Aplikasi Arduino IDE ... 115
Penulisan Program pada App Script di Spreadsheet ... 120
vii DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Rujukan Penelitian ... 14
2. Data uji respon sistem dari pertama alat dihidupkan sampai terhubung ke internet. ... 58
3. Data uji respon sistem dari terhubung ke internet sampai mengirimkan data ke aplikasi Blynk. ... 59
4. Data uji respon sistem aktuator yang dikendalikan dengan Blynk. ... 60
5. Hasil uji keakuratan pengendalian alat sistem kendali dan monitoring fermentasi tempe ... 61
6. Hasil uji rerata waktu pengendalian ... 62
7. Hasil uji t alat kendali dan monitoring dengan alat luar ruangan ... 72
Lampiran 8. Data stabilitas ... 89
9. Data stabilitas siang... 90
10. Data stabilitas malam ... 92
11. Data kendali dan monitoring alat 1 ... 93
12. Data kendali dan monitoring alat 2 ... 94
13. Data kendali dan monitoring alat 3 ... 95
14. Data kendali dan monitoring alat 4 ... 96
15. Data monitoring luar ruangan inkubator ... 97
16. Data monitoring alat digital ... 98
17. Data keakuratan pengendalian alat 1... 99
18. Data keakuratan pengendalian alat 2... 100
19. Data keakuratan pengendalian alat 3... 102
20. Data keakuratan pengendalian alat 4... 103
21. Data hasil uji organoleptik ... 105
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Tempe ... 5
2. Fermentasi tempe ... 6
3. Diagram proses transmisi data. ... 8
4. Wemos D1 R2 ... 9
5. Sensor DHT22 ... 11
6. Motor Servo ... 11
7. Relay ... 12
8. Arduino IDE ... 13
9. Aplikasi Blynk ... 13
10. Diagram alir metode penelitian ... 19
11. Diagram alir pemrograman ... 21
12. Diagram alir sistem kendali aktuator ... 23
13. Diagram alir sistem kontrol ... 23
14. Diagram alir sistem transmisi data ... 24
15. Grafik sistem stabil dan tidak stabil ... 27
16. Grafik respon sistem ... 28
17. Alat kendali dan monitoring ... 31
18. Alat inkubator ... 32
19. Diagram alir transmisi data ... 33
20. Tampilan Blynk di Play Store ... 34
21. Tampilan awal aplikasi Blynk ... 35
22. Penggantian nama projek dan memilih jenis mikrokontroler ... 36
23. Notifikasi Auth token ke e-mail pengguna ... 36
24. Cara menambahkan widget Blynk ... 37
25. Tampilan widget box Blynk ... 37
26. Tampilan widget gauge settings ... 38
ix
27. Tampilan slider dan styled gauge settings ... 38
28. Tampilan widget setelah diatur ... 39
29. Tampilan sesudah di play. ... 39
30. Tampilan awal database Spreadsheet ... 40
31. Ekstensi App Script ... 40
32. Tampilan awal App Script ... 41
33. Penulisan program di App Script ... 41
34. Meng-copy Spreadsheet ID ... 42
35. Letak paste di program App Script ... 42
36. Potongan program tanggal dan waktu di App Script ... 42
37. Potongan program untuk mengatur kolom suhu dan kelembaban ... 42
38. Penerapan program ... 43
39. Tampilan konfigurasi ... 43
40. Perizinan penyimpanan data di database ... 44
41. ID penerapan ... 44
42. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring 1 ... 46
43. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring 2 ... 46
44. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring 3 ... 47
45. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring 4 ... 47
46. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring Siang 1 ... 48
47. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring Siang 2 ... 48
48. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring Siang 3 ... 49
49. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring Siang 4 ... 49
50. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring malam 1 ... 50
51. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring malam 2 ... 50
52. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring malam 3 ... 51
53. Stabilitas suhu alat kendali dan monitoring malam 4 ... 51
54. Monitoring kelembaban alat 1 ... 52
55. Monitoring kelembaban alat 2 ... 53
56. Monitoring kelembaban alat 3 ... 53
57. Monitoring kelembaban alat 4 ... 54
58. Monitoring kelembaban alat 1 pada siang hari ... 54
59. Monitoring kelembaban alat 2 pada siang hari ... 55
60. Monitoring kelembaban alat 3 pada siang hari ... 55
61. Monitoring kelembaban alat 4 pada siang hari ... 56
62. Monitoring kelembaban alat 1 pada malam hari ... 56
63. Monitoring kelembaban alat 2 pada malam hari ... 57
64. Monitoring kelembaban alat 3 pada malam hari ... 57
65. Monitoring kelembaban alat 4 pada malam hari ... 58
66. Hasil kendali dan monitoring suhu alat 1... 64
67. Hasil kendali dan monitoring kelembaban alat 1 ... 64
68. Hasil kendali dan monitoring suhu alat 2... 65
69. Hasil kendali dan monitoring kelembaban alat 2 ... 65
70. Hasil kendali dan monitoring suhu alat 3... 66
71. Hasil kendali dan monitoring kelembaban alat 3 ... 66
72. Hasil kendali dan monitoring suhu alat 4... 67
73. Hasil kendali dan monitoring kelembaban alat 4 ... 67
74. Hasil monitoring suhu luar ruang inkubator ... 68
75. Hasil monitoring kelembaban luar ruang inkubator ... 68
76. Hasil monitoring suhu alat digital 1 ... 69
77. Hasil monitoring kelembaban alat digital 1 ... 69
78. Hasil monitoring suhu alat digital 2 ... 70
79. Hasil monitoring kelembaban alat digital 2 ... 70
80. Hasil monitoring suhu alat digital 3 ... 71
81. Hasil monitoring kelembaban alat digital 3 ... 71
82. Hasil monitoring suhu alat digital 4 ... 72
83. Hasil monitoring kelembaban alat digital 4 ... 72
84. Peletakan tempe di ruang inkubator ... 73
85. Fermentasi tempe di ruang inkubator selama 18 jam ... 73
86. Fermentasi tempe cara konvensional selama 18 jam ... 74
87. Fermentasi tempe di ruang inkubator selama 24 jam ... 74
88. Fermentasi tempe cara konvensional selama 24 jam ... 74
89. Fermentasi tempe di ruang inkubator selama 30 jam ... 75
90. Fermentasi tempe cara konvensional selama 30 jam ... 75
xi 91. Hasil fermentasi tempe di ruang inkubator ... 76 92. Hasil fermentasi cara konvensional ... 76 93. Hasil uji organoleptik tempe di alat inkubator 1 ... 78 94. Hasil uji organoleptik tempe di alat inkubator 2 ... 78 95. Hasil uji organoleptik tempe di alat inkubator 3 ... 79 96. Hasil uji organoleptik tempe di alat inkubator 4 ... 79 97. Hasil uji organoleptik tempe cara konvensional ... 80
Lampiran
98. Skematik alat kendali dan monitoring. ... 107 99. Desain kotak inkubator ... 108 100. Tampilan database Spreadsheet monitoring alat 1 ... 108 101. Tampilan database Spreadsheet monitoring alat 2 ... 109 102. Tampilan database Spreadsheet monitoring alat 3 ... 109 103. Tampilan database Spreadsheet monitoring alat 4 ... 110 104. Penempatan kotak inkubator... 110 105. Ventilasi ruang inkubator ... 111 106. Exhaust fan ruang inkubator ... 111 107. Sensor DHT22, suhu dan kelembaban digital, dan lampu... 112 108. Tampilan alat kendali dan monitoring 1 ... 112 109. Tampilan alat kendali dan monitoring 2 ... 113 110. Tampilan alat kendali dan monitoring 3 ... 113 111. Tampilan alat kendali dan monitoring 4 ... 114 112. Tampilan alat terhubung ke aplikasi Blynk ... 114
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tempe adalah salah satu makanan tradisional yang berasal dari Indonesia dengan nilai gizi yang sangat baik. Bahkan sebagian besar masyarakat Indonesia
menjadikan tempe sebagai menu harian. Menurut Badan Pusat Statistik (2021), di tahun 2021 rata-rata konsumsi tempe per kapita seminggu 0,0146 kg di
Indonesia. Oleh sebab itu banyak yang memanfaatkan tempe sebagai peluang untuk diproduksi dan dipasarkan.
Tempe merupakan bahan makanan yang terbuat dari kedelai yang difermentasi.
Proses pembuatan tempe yang konvensional terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi perendaman, penggilingan, pencucian, perebusan, pendinginan, penambahan ragi, pengemasan dan fermentasi. Namun, proses yang perlu diperhatikan adalah proses fermentasi. Proses tersebut dipengaruhi beberapa faktor yaitu suhu, kelembaban, dan waktu fermentasi. Suhu yang baik digunakan untuk proses fermentasi tempe yaitu pada suhu ruang 25 – 37 °C dan suhu
maksimal 40 °C. Suhu yang terlalu tinggi dapat mempengaruhi pertumbuhan kapang menjadi tidak sempurna. Selain suhu, fermentasi dipengaruhi oleh kelembaban untuk mengkondisikan tempe. Waktu fermentasi dipengaruhi oleh temperatur ruangan inkubasi. Suhu 37 – 38 °C pada ruangan dibutuhkan waktu 22 jam untuk menghasilkan tempe yang baik, sedangkan suhu 25 – 30 °C dibutuhkan waktu 48 jam untuk menghasilkan tempe yang baik (Mukhoyaroh, 2015).
Produsen tempe konvensional dalam proses fermentasi masih menggunakan cara manual. Ketika suhu dan kelembaban tidak menentu yang diakibatkan oleh cuaca, maka dapat mempengaruhi kualitas tempe dikarenakan fermentasi yang tidak
2
sempurna. Produsen tempe konvensional dalam mengatasi hal tersebut biasanya menggunakan penutup kain atau yang lainya. Kekurangan menggunakan cara tersebut produsen tempe tidak mengetahui suhu dan kelembabannya, serta tidak efektif dalam menjaga suhu dan kelembaban untuk pertumbuhan kapang tempe.
Permasalahan di atas dibutuhkan alat monitoring suhu dan kelembaban, sehingga produsen tempe dapat mengetahui suhu dan kelembaban pada inkubator
fermentasi tempe. Alat monitoring ini menggunakan modul sensor suhu dan kelembaban yaitu DHT22. Sensor tersebut digunakan untuk mengkontrol aktuator secara otomatis ketika terjadi perubahan suhu dan kelembaban. Alat ini
menggunakan sistem mikrokontroler Wemos D1 R2. Mikrokontroler tersebut memiliki kelebihan yaitu memiliki sebuah chip ESP8266 sehingga dapat menggunakan Internet of Things (IoT) tanpa menggunakan modul tambahan.
Internet of Things atau IoT merupakan suatu konsep atau program yang digunakan pada sebuah perangkat untuk mentransmisikan atau mengirimkan data melalui jaringan tanpa menggunakan kabel atau wireless. Adanya IoT dapat memudahkan dalam proses monitoring dan komunikasi dua arah seperti untuk mengendalikan aktuator. Pada alat ini, IoT digunakan untuk memonitoring serta mengendalikan aktuator untuk menjaga suhu dan kelembabannya. Penggunaan IoT pada
smartphone menggunakan aplikasi Blynk, sehingga tidak perlu membuat aplikasi pada smartphone ataupun website. Oleh karena itu, penelitian ini mengambil topik tentang sistem kendali dan monitoring menggunakan aplikasi Blynk dan mikrokontroler Wemos D1 R2 pada pembuatan tempe.
1.2. Rumusan Masalah
Berikut rumusan masalah pada penelitian ini.
1. Bagaimana merancang alat monitoring suhu dan kelembaban untuk inkubator fermentasi tempe?
2. Bagaimana merancang sistem IoT dengan aplikasi Blynk menggunakan empat perangkat Wemos D1 R2?
3
3. Bagaimana kinerja alat tersebut saat monitoring pada inkubator fermentasi tempe?
4. Bagaimana hasil fermentasi tempe pada ruang inkubator menggunakan alat kendali dan monitoring?
1.3. Tujuan Penelitian
Berikut tujuan dari penelitian ini.
1. Merancang alat kendali dan monitoring fermentasi tempe menggunakan Wemos D1 R2 dan aplikasi Blynk.
2. Mengetahui kinerja alat sistem kendali dan monitoring fermentasi tempe menggunakan aplikasi Blynk.
3. Mengetahui pengaruh alat kendali dan monitoring pada fermentasi tempe.
1.4. Batasan Masalah
Batasan masalah pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Alat ini berupa pengembangan prototype untuk digunakan pada ruang inkubator yang sebenarnya.
2. Koneksi yang digunakan hanya menggunakan jaringan WiFi.
3. Sistem kendali pada smartphone menggunakan aplikasi Blynk.
1.5. Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah.
1. Perancangan alat sistem kendali dan monitoring inkubator fermentasi tempe menggunakan empat perangkat Wemos D1 R2 yang dapat terkoneksi pada satu perangkat smartphone.
2. Setiap perangkat diharapkan dapat dikontrol menggunakan satu perangkat smartphone menggunakan aplikasi Blynk.
3. Pada aplikasi Blynk diharapkan dapat menampilkan nilai dari sensor setiap perangkat Wemos D1 R2.
4
4. Alat ini dapat mempertahankan suhu dan kelembaban pada ruang inkubator fermentasi tempe serta menghasilkan fermentasi tempe yang baik.
1.6. Manfaat Penelitian
Manfaat pada penelitian ini diharapkan dapat mempermudah dalam memonitoring suhu dan kelembaban pada ruang inkubator fermentasi tempe. Selain itu, alat tersebut dapat mempertahankan suhu dan kelembaban pada ruang inkubator, sehingga dengan alat ini dapat meningkatkan kualitas tempe.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tempe
Tempe (Gambar 1) merupakan makanan dari Indonesia yang terbuat dari bahan baku kedelai atupun non-kedelai yang difermentasi oleh jamur Rhizopus sp.
Jamur tersebut akan membentuk hifa. Hifa merupakan benang-benang halus berwarna putih pada permukaan kedelai yang kemudian menyatu membentuk miselium. Jamur Rhizopus sp dapat memproduksi beberapa enzim seperti enzim protase yang dapat menguraikan protein, sehingga menjadi peptida yang lebih pendek serta asam amino bebas. Selain itu, dapat menghasilkan enzim lipase yang dapat menguraikan lemak menjadi asam lemak, serta memproduksi enzim amilase yang dapat menguraikan karbohidrat. Oleh karena itu, tempe memiliki banyak manfaat seperti untuk kesehatan manusia yang dapat menurunkan resiko kanker prostat (Suknia dan Rahmani, 2020).
Gambar 1. Tempe
Tempe memiliki kandungan gizi yang tinggi seperti protein, lemak, karbohidarat, dan vitamin. Kandungan protein, lemak, dan karbohidrat lebih mudah dicerna oleh tubuh karena selama proses fermentasi terjadi penguraian dan
penyederhanaan kandungan gizi tersebut. Perubahan tersebut disebabkan oleh enzim dan senyawa antibakteri yang diproduksi oleh kapang selama proses
6
fermentasi. Kandungan gizi utama pada tempe yaitu protein sekitar 14,77%
sampai 22,73% (Soelistijorini, 2019).
2.2. Pembuatan Tempe
Proses pembuatan tempe yang konvensional terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi perendaman, penggilingan, pencucian, perebusan, pendinginan,
penambahan ragi, pengemasan dan fermentasi. Tahapan pembuatan tempe yang sangat penting yaitu perendaman, perebusan, dan fermentasi. Setiap proses tersebut akan memicu proses fermentasi pada tempe kedelai. Pada proses pembuatan tempe terdapat tiga faktor utama, yaitu bahan dasar, mikroorganisme yang dihasilkan, dan faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban (Suknia dan Rahmani, 2020).
2.3. Fermentasi Tempe
Fermentasi tempe (Gambar 2) merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembuatan tempe. Proses fermentasi tempe terjadi dua kali, yaitu ketika perendaman kedelai menggunakan air dan setelah pemberian ragi serta
pengemasan. Pada proses perendaman terjadi pembentukan asam laktat dan asam asetat yang disebabakan oleh pertumbuhan bakteri. Hal tersebut mengakibatkan kedelai dalam keadaan asam sehingga dapat memicu terjadinya proses fermentasi oleh Rhizopus sp. Pada proses pemberian ragi dan pengemasan terjadinya
pembentukan hifa. Hifa tersebut akan mengikat satu sama lain sehingga tekstur tempe menjadi lunak dan kompak serta berwarna putih (Suknia dan Rahmani, 2020).
Gambar 2. Fermentasi tempe
7
Proses fermentasi tempe yang baik menggunakan suhu ruang berkisar antara 25- 37°C dan kondisi agak gelap. Suhu maksimal yang dapat digunakan yaitu 40°, jika suhu terlalu tinggi maka mengakibatkan pertumbuhan kapang tidak
sempurna. Selain suhu, terdapat juga kelembaban yang berfungsi untuk mengkondisikan tempe. Tingkat kelembaban dipengaruhi oleh lama waktu
pemeraman. Lama waktu fermentasi berkisar antara 18-48 jam sesuai dengan suhu pada ruangan tersebut. Semakin rendah suhu maka semakin lama waktu
fermentasinya serta sebaliknya (Mukhoyaroh, 2015).
Tempe di Indonesia umumnya difermentasi pada suhu ruang 25°C dan
membutuhkan waktu fermentasi selama 44 jam. Hal tersebut menjelaskan bahwa suhu mempengaruhi kecepatan proses fermentasi. Temperatur pada inkubator fermentasi di atas 40°C dan di bawah 25°C tidak menghasilkan kualitas tempe yang baik. Suhu fermentasi antara 37-38°C membutuhkan waktu 22 jam dan suhu 28-30°C membutuhkan waktu 48 untuk menghasilkan tempe yang baik
(Mukhoyaroh, 2015).
Produsen tempe konvensional dalam proses fermentasi masih menggunakan cara manual. Ketika suhu dan kelembaban tidak menentu yang diakibatkan oleh cuaca, maka dapat mempengaruhi kualitas tempe dikarenakan fermentasi yang tidak sempurna. Pada produsen tempe konvensional dalam mengatasi hal tersebut biasanya menggunakan penutup kain atau yang lainya. Kekurangan
menggunakan cara tersebut produsen tempe tidak mengetahui suhu dan
kelembabannya, serta tidak efektif dalam menjaga suhu dan kelembaban untuk pertumbuhan kapang tempe (Wijanarko dan Hasanah, 2017).
2.4. Internet of Things
Internet of Things (IoT) merupakan sebuah sistem yang dibangun yang terdiri dari perangkat keras, perangkat lunak, dan Web. Dikarenakan adanya perbedaan protokol antara perangkat keras dan Web, sehingga diperlukan sistem embedded berupa gateway untuk menghubungkan perbedaan protokol tersebut. Perangkat dapat terhubung ke dalam internet dalam beberapa cara Ethernet, WiFi, dan
8
lainnya. Perangkat tidak secara langsung terhubung ke internet, maka dibuat kluster-kluster supaya terhubung ke koordinator (Prihatmoko, 2016).
2.5. Transmisi Data
Transmisi merupakan proses pertukaran informasi pada sebuah media
telekomunikasi. Transmisi perlu memperhatikan jalur yang digunakan untuk proses pengiriman informasi. Selain itu, informasi yang dikirimkan perlu dipastikan sampai dengan akurat dan dapat diandalkan. Transmisi data merupakan pertukaran informasi data dari sumber data dan melalui media
pengiriman lainnya. Contohnya seperti dari sebuah perangkat input ke pemroses, pemroses ke penyimpanan, pemroses ke media output, atau dari sebuah sistem komputer ke komputer lainnya. Faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dari proses sistem transmisi data yaitu kualitas sinyal pada proses transmisi dan karakterisitik media transmisi (Alaydrus, 2009). Berikut diagram proses transmisi data pada Gambar 3.
Gambar 3. Diagram proses transmisi data.
2.6. Mikrokontroler
Mikrokontroler merupakan sebuah komputer kecil yang berbentuk chip IC (Integrated Circuit) yang dibangun untuk melaksanakan tugas atau operasi tertentu menggunakan program. Program telah dibuat dari komputer diunggah ke mikrokontroler, dengan tujuan dapat menggerakkan atau mengoperasikan
rangkaian elektronika dan dapat membaca masukan (input), memproses masukan, dan menghasilkan keluaran (output) sesuai yang dengan program yang diunggah.
Keluaran (output) yang dapat dihasilkan dari mikrokontroler berupa sinyal, lampu, besaran tegangan, gerakan, getaran, suara, dan sebagainya (Saftari, 2015).
Mikrokontroler menurut Setiawan (2011) merupakan suatu IC yang memiliki kepadatan tinggi, dimana bagian-bagian dari mikrokontroler dikemas menjadi satu
Transmitter Media
Transmisi Receiver Tujuan
Sumber
9
keping yang pada dasarnya terdiri dari CPU (Central Process Unit), RAM (Random Access Memory), EEPROM / EPROM / PROM/ROM, I/O, Serial &
Parallel, Timer, Interrupt Controller. Mikrokontroler merupakan suatu chip atau IC yang dapat diprogram menggunakan komputer ataupun laptop. Selain dari itu, mikrokontroler juga sering digunakan dalam mobil mainan bahkan hingga robot untuk pabrik industri (Saftari, 2015).
2.7. Wemos D1 R2
Wemos D1 R2 (Gambar 4) merupakan modul mikokontroler yang terdapat chip ESP8266 dan memiliki kemampuan WiFi IEEE 802.11 b/g/n berbiaya rendah.
ESP8266 adalah microchip dengan stack protokol TCP/IP penuh dan dapat berfungsi sebagai mikrokontroler. Wemos D1 R2 memiliki stack protokol TCP/IP penuh sehingga dapat berfungsi sebagai server HTTP dan dapat
mengakses WiFi. Modul ini memiliki bentuk seperti Arduino Uno yang sangat populer dengan dimensi 53,4 mm × 68,6 mm, dan beratnya hanya 25 g (Ugah dan Nnonyelu, 2019).
Gambar 4. Wemos D1 R2 Berikut ini beberapa kelebihan dari Wemos D1 R2.
1. Arduino compatible, yakni dapat diprogram melalui aplikasi Arduino IDE.
2. Pinout compatible dengan Arduino Uno, yakni pin yang terdapat pada Wemos D1 R2 seperti pada Arduino Uno.
3. Wemos D1 R2 dapat berjalan stand alone, yakni dapat berjalan tanpa memerlukan mikrokontroler tambahan. Berbeda dengan modul WiFi lain yang memerlukan mikrokontroler sebagai pengontrol. Dikarenakan Wemos
10
D1 R2 memiliki CPU yang dapat diprogram melalui serial port maupun OTA (Over The Air).
4. High Frequency CPU, yakni Wemos D1 R2 memiliki prosesor utama 32bit berkecepatan 80MHz sehingga lebih cepat dalam mengeksekusi program dibandingkan dengan Arduino Uno yang hanya memiliki prosesor utama 8bit.
5. Dukungan High Level Language, selain dapat diprogram menggunakan aplikasi Arduino IDE juga dapat menggunakan bahasa program Phyton dan Lua.
2.8. Sensor dan Aktuator
Sensor merupakan komponen yang memberikan masukan informasi (input) ke Arduino. Fungsi dari sensor yaitu mengukur terhadap suatu rangsangan.
Rangsangan yang dapat diukur oleh sensor mencakup mulai dari akustik, elektrik optik, magnetik, termal, maupun mekanik. Aktuator merupakan alat yang
termasuk ke dalam peralatan mekanis. Aktuator dapat bergerak atau
menghasilkan masukan berupa sinyal kontrol, maka sinyal umpan balik saling berkaitan dengan sinyal masukan sesuai dengan program yang diberikan (Haris dan Putra, 2017).
2.8.1. Sensor DHT22
Sensor DHT22 (Gambar 5) merupakan sensor digital suhu dan kelembaban relatif.
Sensor ini menggunakan kapasitor dan termistor dalam mengukur udara
disekitarnya. Sensor DHT22 dipercaya memiliki akurasi pembacaan yang lebih baik serta respon proses akuisisi data yang cepat dan ukurannya yang minimalis.
Sensor ini sangat mudah untuk diaplikasikan ke mikrokontroler seperti Arduino (Puspasari dkk., 2020). Sensor DHT22 adalah sensor yang memiliki dua
parameter pengukuran yaitu suhu dan kelembaban udara. Sensor ini merupakan sensor suhu dan kelembaban seperti DHT11, namun terdapat kelebihan seperti sinyal output sudah berupa digital, lebih akurat dan presisi dalam pengukuran, serta jarak pengukuran yang lebih luas (Siswanto dkk., 2019).
11
Gambar 5. Sensor DHT22
2.8.2. Motor Servo
Motor servo adalah motor dengan sistem umpan balik loop tertutup yang mengumpan kembali posisi motor ke rangkaian kontrol motor servo. Motor ini terdiri dari motor, beberapa roda gigi, potensiometer, dan loop kontrol.
Potensiometer digunakan untuk menentukan batas sudut rotasi servo.
Menyesuaikan sudut poros motor servo berdasarkan lebar pulsa yang
ditransmisikan melalui kaki sinyal kabel motor. Seperti terlihat pada Gambar 6, dengan pulsa 1,5ms dengan periode 2ms, sudut poros motor berada pada posisi tengah. Semakin lebar pulsa OFF maka semakin besar pergerakan sumbu searah jarum jam, dan semakin kecil pulsa OFF maka semakin besar pergerakan sumbu berlawanan arah jarum jam.
Gambar 6. Motor Servo
Motor servo biasanya hanya bergerak pada sudut tertentu dan tidak kontinu seperti motor DC dan motor stepper. Namun, untuk tujuan tertentu, motor servo dapat dimodifikasi untuk bergerak terus menerus. Pada robot, motor ini sering
digunakan untuk kaki, lengan, atau bagian lain yang dibatasi pergerakannya dan membutuhkan torsi yang cukup besar. Motor servo merupakan motor yang dapat
12
beroperasi dua arah (CW dan CCW) dimana arah putaran dan sudut putaran rotor hanya dapat dikontrol dengan mengatur duty cycle dari sinyal PWM pada pin kontrol (Nasution dkk., 2016).
2.8.3. Relay
Relay (Gambar 7) merupakan saklar (switch) yang dioperasikan menggunakan listrik. Relay merupakan komponen elektromekanikal yang memiliki 2 bagian utama yaitu elektromagnet (coil) dan mekanikal. Prinsip kerja relay
menggunakan prinsip elektromekanikal untuk menggerakkan kontak saklar.
Sehingga dengan arus kecil dapat menghatarkan arus yang lebih tinggi. Relay terdiri dari empat komponen dasar yaitu elektromagnet, armature, switch contact point (saklar), dan spring (Saleh dan Haryanti, 2017).
Gambar 7. Relay
2.9. Arduino IDE
Arduino IDE (integrated Development Environment) (Gambar 8) merupakan software open source yang digunakan untuk memprogram hardware arduino.
Arduino IDE berfungsi sebagai teks editor untuk membuat, mengedit, dan memvalidasi kode program. Arduino IDE memiliki bahsa pemrograman yang menyerupai bahasa pemrograman C. Bahasa pemrograman arduino telah dilakukan perubahan untuk memudahkan pemula dalam melakukan
pemrograman. Arduino IDE telah dilengkapi dengan library C/C++ dalam membuat operasi input dan output menjadi lebih mudah (Anonim, 2016).
13
Gambar 8. Arduino IDE
2.10. Aplikasi Blynk
Blynk (Gambar 9) merupakan sebuah platform yang memungkinkan untuk membangun interface dengan mudah dalam mengendalikan dan memonitoring proyek hardware pada smartphone. Blynk merupakan aplikasi IoT yang dirancang untuk membuat sistem kendali dan pembacaan sensor dari modul ESP8266 maupun Arduino dengan mudah dan cepat. Selain sebagai “cloud IoT”, aplikasi Blynk merupakan solusi end to end dalam membangun aplikasi berguna untuk produk dan jasa terkoneksi. Adanya end to end dapat menghemat waktu dan sumber daya (Nasution dkk., 2019).
Gambar 9. Aplikasi Blynk
14
2.11. Rujukan Penelitian
Rujukan penelitian digunakan untuk mendapatkan informasi serta ilmu yang berkaitan dengan penelitian. Berikut rujukan penelitian (penelitian terdahulu) yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rujukan Penelitian
No. Penulis Judul Hasil Penelitian
1 Islam dkk., 2016
Sistem Kendali Suhu dan Pemantauan Kelembaban Udara Ruangan berbasis Arduino Uno dengan Menggunakan Sensor DHT22 dan Passive Infrared (PIR).
Dalam pengujian ini diperoleh data bahwa suhu ruangan yang diukur oleh sensor DHT22 memiliki rata-rata selisih 0.93 terhadap termometer digital model AZ-HT-02 (sebagai kalibrasi). Dalam pengujian ini pula didapatkan sensor DHT22 lebih peka terhadap Relative Humidity (RH), Perangkat ini terhubung dengan sebuah kipas angin yang dapat menstabilkan suhu ruangan ketika suhu tersebut dinilai kurang nyaman untuk melakukan berbagai kegiatan didalam ruangan.
2 Wijanarko dan Hasanah, 2017
Monitoring Suhu Dan Kelembaban Menggunakan SMS Gateway Pada Proses Fermentasi Tempe Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler
fermentasi tempe menggunakan alat dan tanpa menggunakan alat
menghasilkan tempe yang baik hanya berbeda waktu proses fermentasi.
Penelitian proses fermentasi tempe menggunakan alat lebih cepat dibandingkan tanpa menggunakan alat.
3 Sharmin dkk., 2019
Humidity Based Automated Room Temperature
Controller Using IoT
Penelitian ini dilakukan
menggunakan mikrokontroler dalam mengendalikan suhu ruang otomatis dan relay-relay. Kipas listrik
bergerak dengan kecepatan sesuai dengan suhu lingkungannya. Pada sistem ini, sensor mengambil data suhu, kemudian diteruskan ke mikrokontroler dan mengontrol pemanas AC sebagai output serta menampilkan status output di LCD.
15
No. Penulis Judul Hasil Penelitian
4 Ugah dan Nnonyelu, 2019
A Wemos-D1-R2- Based Remote- Switching Module for Home Internet of Things Applications
Sebuah perangkat untuk remote switching perangkat rumah telah dirancang dan diimplementasikan.
Browser web digunakan sebagai antarmuka pengguna yang terhubung ke perangkat melalui jaringan lokal nirkabel yang aman. Modul ini mampu secara mandiri mengganti delapan sirkuit. Ketika semua sirkuit switching beroperasi, perangkat hanya mengkonsumsi daya sekitar 60W. Hasil akurat yang konsisten menegaskan keakuratan desain.
Desain ini berpotensi terhubung ke layanan cloud untuk penyimpanan dan pemrosesan data.
5 Soelistijorini, 2019
Implementasi Esp32 Untuk Monitorin Suhu Dan
Kelembapan Pada Fermentasi
Tempe Berbasis IoT
Sistem ini bisa dijalankan secara otomatis melalui website. Sistem pemanas ruang inkubasi ini memanfaatkan radiasi dari lampu pijar bohlam 10 watt. Pendingin dari ruang inkubator menggunakan 2 buah fan DC. Sedangkan penambah pelembap ruang inkubator
menggunakan humidifier. Fermentasi tempe menggunakan inkubator kontrol otomatis membutuhkan waktu sekitar 20 jam, sedangkan fermentasi tempe secara
konvensional membutuhkan waktu sekitar 30 jam. Maka fermentasi tempe kontrol otomatis lebih cepat 10 jam dari pada metode
konvensional.
6 Gunawan dan Sukardi, 2020
Rancang Bangun Pengontrolan Suhu dan Kelembaban pada Proses Fermentasi Tempe Berbasis Internet of Things
Merancang alat pengontrolan suhu dan kelembaban prosesn fermentasi tempe.
Proses inkubator fermentasi tempe berjalan selama 16 jam lebih cepat dari proses tradisional. Sistem kontrol dapat dimonitoring dari jarak jauh.
Pada proses monitoring suhu dan kelembaban menggunakan aplikasi Blynk dan menampilkan data secara real time.
16
No. Penulis Judul Hasil Penelitian
7 Hidayah dkk., 2020
Automatic Room Temperature
Regulator for Making Tempe Based on Arduino with Fuzzy Logic Method
Merancang alat pengatur suhu otomatis pada pembuatan tempe berbasis arduino dengan metode logika fuzzy. Dengan adanya sistem kendali metode logika fuzzy pada pengatur suhu ruangan otomatis untuk pembuatan tempe, suhu dan
kelembaban ruangan fermentasi cukup stabil. Tingkat keberhasilan dari sistem pengatur suhu ruangan otomatis untuk pembuatan tempe berbasis Arduino dengan metode logika fuzzy dalam kategori cukup baik dengan mendapatkan nilai dari precision sebesar 65%, recall 100%, dan accuracy sebesar 65%.
8 Yunas dan Pulungan, 2020
Sistem Kendali Suhu dan
Kelembaban pada Proses Fermentasi Tempe
Didapatkan hasil tempe berhasil difermentasi setelah 16 jam.
Sedangkan pada proses fermentasi konvensional membutuhkan waktu sekitar 2-3 hari, dengan ini dapat dibandingkan keunggulan dari aspek waktu, kualitas, bau, warna, rasa, serta tekstur dari tempe yang diproses dengan alat otomatis ini.
9 Puspasari dkk., 2020
Analisis Akurasi Sistem Sensor DHT22 berbasis Arduino terhadap Thermohygrometer Standar
Suhu dan kelembaban sensor DHT22 menunjukkan kualitas hasil yang baik karena sesuai dengan data sheet sensor bahwa kelembaban yang terukur harus memiliki rentang antara 2%-5%. Perhitungan nilai error rata- rata berdasarkan rata-rata jumlah error hasil pengukuran antara sensor DHT22 dengan thermohygrometer standar menghasilkan nilai 2,99%
untuk kelembaban dan -2,31% untuk suhu.
17
No. Penulis Judul Hasil Penelitian
10 Ahmad dkk., 2021
On the Evaluation of DHT22 Temperature Sensor for IoT Application
Sistem monitoring suhu
menggunakan sensor DHT22 dan Raspberry Pi. Sistem dievaluasi dengan membandingkan pengukuran suhu menggunakan alat pengukur suhu Keithley 6517-TP. Sensor DHT22 dapat mengukur suhu hingga 0,10 C, tetapi respon terhadap
perubahan suhu lebih lambat.
18
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2022 di Laboratorium Daya Alat dan Mesin Pertanian, Jurusan Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung.
3.2. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini yaitu laptop, smartphone, solder, dan alat tulis. Bahan yang digunakan pada penelitian ini yaitu tempe, Wemos D1 R2, sensor DHT22, relay, exhaust fan, servo 5V, breadboard, aplikasi Arduino IDE, kabel jumper, aplikasi Blynk, lampu, resistor, adaptor 12V, kabel, dan tempat inkubasi.
3.3. Metode Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu perancangan alat, perangkaian alat, pengujian kinerja alat, pengamatan, dan analisis data.
Berikut merupakan diagram alir tahapan penelitian ini (Gambar 10).
19
Gambar 10. Diagram alir metode penelitian
20
3.4. Kriteria Desain
Sistem kendali dan monitoring dirancang untuk dapat mempertahankan suhu dan kelembaban di ruang inkubator fermentasi tempe secara berkelanjutan. Alat ini dirancang dapat mempertahankan suhu 32 – 35 °C di ruang inkubator. Ketika suhu menurun di bawah 32 °C maka lampu akan menyala dan sebaliknya ketika suhu di atas 35 °C maka servo membuka ventilasi serta kipas menyala. Selain itu, alat kendali dan monitoring ini dapat dikendalikan menggunakan smartphone dengan menggunkan aplikasi Blynk. Alat ini terhubung dengan smartphone dengan menggunakan jaringan WiFi. Pada aplikasi Blynk terdapat display yang menampilkan suhu dan kelembaban serta tombol untuk mengendalikan aktuator.
Penelitian ini menggunakan ruang inkubator fermentasi tempe yang berbentuk kubus yang berukuran 40x40x40 cm. Ruang tersebut terbuat dari bahan kaca akrilik dan triplek. Kaca akrilik digunakan supaya mempermudah dalam mengamati proses fermentasi pada tempe. Selain itu, ruang inkubator tersebut terpasang aktuator seperti lampu sebagai penghangat, servo sebagai pengontrol ventilasi, dan exhaust fan. Di dalam ruang inkubator disematkan sebuah sensor DHT22 untuk memonitoring suhu dan kelembaban.
3.5. Perancangan
Perancangan alat pada penelitian ini meliputi skematik sistem kendali, skematik sensor dan aktuator, penulisan program sistem kendali, serta pemasangan seluruh komponen ke mikrokontroler. Setelah pemasangan seluruh komponen ke
mikrokontroler, kemudian dilakukan pengecekan dengan cara mengecek ulang semua komponen. Selanjutnya dilakukan penulisan program sistem kendali.
Pada penulisan program menggunakan bahasa pemrograman C dengan menggunakan bantuan aplikasi Arduino IDE.
Setelah penulisan program, maka dilakukan pengecekan program dengan cara memverifikasi pada aplikasi Arduino IDE. Jika terdapat peringatan setelah memverifikasi, maka program tersebut terdapat kesalahan dalam penulisan. Dan jika tidak terdapat peringatan, maka program tersebut telah benar dan siap untuk
21
di upload ke mikrokontroler. Mikrokontroler yang telah di upload program dilakukan pengecekan ulang pada komponennya. Pengecekan dilakukan dengan cara mengecek komponen seperti sensor dan aktuator berjalan sesuai penulisan program atau tidak. Berikut diagram alir pemrograman (Gambar 11) dan skematik pada Lampiran (Gambar 99).
Gambar 11. Diagram alir pemrograman
22
3.5.1. Rancangan Struktural
Proses perancangan terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi membuat ruang inkubator fermentasi, perakitan sistem kendali, dan perangkaian aktuator.
Perancangan sistem kendali dan monitoring inkubator menggunakan sistem prototype. Sehingga alat ini hanya mensimulasikan pengukuran suhu dan kelembaban pada sebuah kotak yang berukuran 40cm×40cm×40cm sebanyak empat kotak. Pada masing-masing kotak tersebut terpasang sebuah exhaust fan dan ventilasi yang dapat digerakkan menggunakan servo, exhaust fan dan ventilasi berfungsi untuk menurunkan suhu. Selain itu, sebuah lampu juga dipasang pada kotak tersebut yang berfungsi untuk menaikkan suhu ruang.
Mikrokontroler yang digunakan yaitu Wemos D1 R2 sebanyak empat buah.
Masing-masing mikrokontroler tersebut memonitoring kotak inkubator yang berbeda. Pada mikrokontroler terpasang sebuah sensor DHT22, servo, exhaust fan dan relay untuk mengontrol lampu. Pengendalian dan monitoring perangkat tersebut menggunakan aplikasi Blynk pada smartphone. Berikut diagram alir sistem kendali dua arah, diagram alir sistem kontrol, serta kotak inkubator pada penelitian ini (Gambar 12, Gambar 13, dan Lampiran halaman 106).
23
Gambar 12. Diagram alir sistem kendali aktuator
Gambar 13. Diagram alir sistem kontrol
24
3.5.2. Rancangan Sistem Transmisi Data
Rancangan sistem merupakan perancangan sistem dalam memproses data
sehingga dapat ditampilkan pada aplikasi Blynk. Setelah dilakukan pemrograman untuk sensor dan aktuator, maka selanjutnya dilakukan pemrograman untuk terhubung ke jaringan internet serta dapat dikendalikan menggunakan aplikasi Blynk. Pada sistem kendali dan monitoring, alat dihubungkan ke jaringan internet yang tersedia. Kemudian hasil dari pembacaan sensor akan diproses oleh Bynk Library, selanjutnya di-upload ke Blynk server. Data yang telah ter-upload akan ditampilkan melalui widget pada aplikasi Blynk. Berikut diagram alir sistem transmisi data (Gambar 14).
Gambar 14. Diagram alir sistem transmisi data
25
3.5.3. Rancangan Tampilan Layar
Rancangan tampilan layar merupakan perancangan tampilan pada aplikasi Blynk di smartphone. Pada aplikasi Blynk terdapat pilihan widget yang beragam, seperti kontroler, display, notifikasi, dan lain sebagainya. Perancangan tampilan pada aplikasi Blynk menggunakan widget seperti tombol On/Off, tombol slider, serta tampilan pengukuran suhu dan kelembaban. Tombol On/Off digunakan untuk menghidupkan dan mematikan lampu, sedangkan tombol slider digunakan untuk mengendalikan servo. Dikarenakan pada menggunakan 4 alat kendali dan monitoring, maka pada tampilan layar dibuat sistem kendali yang dapat mengendalikan masing-masing alat tersebut.
3.5.4. Rancangan Fungsional
Perancangan sistem kendali dan monitoring berfungsi untuk mempertahankan suhu dan kelembaban pada ruang inkubator. Pada sistem kendali tersebut dapat mengendalikan aktuator secara otomatis maupun manual menggunakan aplikasi Blynk pada smartphone. Mikrokontroler mengendalikan aktuator secara otomatis ketika terjadi perubahan suhu dan kelembaban. Selain itu, mikrokontroler dapat mengendalikan aktuator secara manual dengan menggunakan widget yang ada pada aplikasi Blynk. Alat ini menggunakan Wemos D1 R2, sensor DHT22, relay, lampu, servo, dan exhaust fan.
a) Wemos D1 R2
Wemos D1 R2 merupakan modul mikrokontroler yang tertanam sebuah chip ESP8266 dan memiliki kemampuan untuk terhubung dengan WiFi.
Mikrokontroler ini dirancang untuk keperluan IoT, sehingga dapat dengan mudah untuk pengoperasiannya. Sebuah IC pada dasarnya memiliki satu atau lebih inti prosesor (CPU), penyimpanan (RAM/ROM), dan input serta output yang dapat diprogram. Wemos D1 R2 memiliki 11 pin input dan output PWM, serta 1 pin ADC. Selain itu, Wemos D1 R2 memiliki clock speed
80MHz/160MHz, power jack, tombol reset, dan menggunakan operasi daya 5V. Mikrokontroler ini telah menggunakan koneksi micro USB ke USB type A
26
yang dimana memiliki kecepatan upload lebih tinggi dibandingkan versi sebelumnya.
b) Sensor DHT22
Sensor DHT22 merupakan sensor ruangan digital yang mengukur suhu dan kelembaban relatif. Sensor ini terdiri dari termistor dan kapasitor yang dapat mengukur suhu dan kelembaban udara disekitarnya. Sensor DHT22 memiliki output berupa sinyal digital. Spesifikasi dari sensor ini yaitu dapat mengukur suhu -40 °C sampai 80 °C (resolusi 0,1 °C dan error <± 0,5 °C), rentang pengukuran kelembaban 0 – 100 % ((resolusi 0,1% RH dan error ± 2% RH), waktu pembacaan 2 detik, tegangan input 5V, dan ukuran 15,1mm × 25mm × 7,7mm. Sensor DHT22 terdapat 3 pin yaitu pin data, ground, dan VCC (5V).
c) Relay
Relay merupakan sebuah komponen elektronika yang berupa saklar (switch) yang dioperasikan menggunakan listrik. Relay memiliki dua komponen utama yaitu elektromagnet dan mekanikal. Prinsip kerja relay yaitu menggunakan prinsip elektromekanikal dalam menggerakkan kontak saklar. Sehingga hanya dengan arus kecil dapat menghantarkan arus yang lebih tinggi.
d) Motor Servo
Motor servo adalah motor dengan sistem umpan balik loop tertutup yang mengumpan kembali posisi motor ke rangkaian kontrol motor servo. Motor ini terdiri dari motor, beberapa roda gigi, potensiometer, dan loop kontrol.
Potensiometer digunakan untuk menentukan batas sudut rotasi servo.
Menyesuaikan sudut poros motor servo berdasarkan lebar pulsa yang ditransmisikan melalui kaki sinyal kabel motor. Motor servo dengan pulsa 1,5ms dengan periode 2ms, sudut poros motor berada pada posisi tengah.
Semakin lebar pulsa OFF maka semakin besar pergerakan sumbu searah jarum jam, dan semakin kecil pulsa OFF maka semakin besar pergerakan sumbu berlawanan arah jarum jam.
27
3.6. Uji Kinerja Alat
Uji kinerja alat sistem kendali dan monitoring inkubator fermentasi tempe dilakukan di kotak inkubator. Pengujian dilakukan dengan cara uji stabilitas, respon sistem, dan kecepatan respon transmisi alat ketika dioperasikan menggunakan aplikasi Blynk.
3.6.1. Stabilitas
Stabilitas pada sistem kendali merupakan hal yang sangat penting dalam pembacaan sensor. Sistem kendali yang stabil yaitu apabila variabel yang
dikendalikan selalu berada ataupun mendekati nilai setting point. Sedangkan pada sistem yang tidak stabil dapat diakibatkan oleh kondisi tertentu, sehingga variabel yang dikendalikan bergeser dari nilai setting point. Pergeseran variabel tersebut dapat berubah menjadi proses osilasi yang semakin membesar dan dapat membuat sistem mencapai keadaan jenuh. Kestabilan sistem kendali dan monitoring sangat penting karena dalam proses fermentasi tempe membutuhkan suhu dan
kelembaban yang stabil. Berikut grafik sistem stabil dan tidak stabil (Gambar 15).
Gambar 15. Grafik sistem stabil dan tidak stabil (Sumber : Anonim, 2020)
3.6.2. Respon Sistem IoT (Kendali dan Monitoring)
Respon sistem dapat memberitahukan perubahan perilaku terhadap kecepatan kinerja alat. Respon sistem menunjukkan perubahan kinerja alat dalam bentuk kurva karakteristik yang merupakan dasar untuk menganalisa karakteristik selain menggunakan persamaan matematik (Sepriyawan, 2018). Respon sistem terbagi
28
menjadi dua, yakni respon steady state dan transient. Respon transient
merupakan respon sistem yang digunakan untuk mengukur waktu ketika sistem baru pertama kali digunakan (pada titik 0) hingga mencapai steady state.
Sedangkan respon steady state digunakan untuk mengukur waktu respon ketika sistem telah dalam keadaan stabil hingga waktu yang tak terhingga (Prasetyo, 2017). Berikut gambar grafik pada respon sistem (Gambar 16).
Gambar 16. Grafik respon sistem (Sumber : Brainkart, 2017)
3.6.3. Rerata Waktu Pengendalian
Rerata waktu pengendalian merupakan kecepatan respon alat kendali ketika mengendalikan suhu menggunakan setpoint. Data diperoleh dengan cara mengendalikan aktuator dalam suatu proses dan jumlah data pengukuran yang dihasilkan selama jeda waktu dalam pengendalian. Data hasil pengukuran didapatkan dengan cara mengirimkan hasil pengukuran ke database. Berikut persamaan yang digunakan.
𝑅𝑊𝑃 =Σ𝑖=1
𝑛 (𝐴𝑜𝑛 𝑖+𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦)
𝑛 ... (1) Keterangan :
RWP = Rerata waktu pengendalian (menit) Aon I = Aktuator hidup ke-i (menit)
Delay = Waktu Tunggu (menit) n = Jumlah data
29
3.6.4. Keakuratan Pengendalian
Keakuratan pengendalian merupakan pengukuran akurasi pada sensor suhu dan kelembaban terhadap setpoint dalam mengendalikan aktuator. Setting point digunakan untuk mengatur suhu sesuai yang diinginkan. Cara tersebut dapat digunakan untuk mengetahui persentase akurasi pengendalian dari sensor ke aktuator. Keakuratan pengendalian dilakukan untuk mengamati serta mengetahui seberapa tepat alat dalam pengendalian suhu yang diinginkan (Telaumbanua dkk., 2019). Berikut merupakan persamaan untuk mengetahui persentase keakuratan pengendalian.
𝐾𝑒𝑎𝑘𝑢𝑟𝑎𝑡𝑎𝑛 = (1 −
(Σ𝑖=1 𝑛 |𝑆𝑃−𝑁𝐴𝑖|
𝑛 )
𝑆𝑃 ) × 100% ... (2) Keterangan :
SP = Nilai setting point 𝑁𝐴𝑖 = Nilai aktual ke-i n = Jumlah data
3.7. Uji Organoleptik
Uji organoleptik merupakan pengujian terhadap suatu produk dengan cara menggunakan indera manusia sebagai alat utama pengukuran. Uji organoleptik tempe terdiri dari beberapa parameter meliputi aroma, warna, dan rasa. Pengujian ini akan dilakukan oleh 15 panelis tidak terlatih, serta masing-masing panelis diberi formulir kuisioner untuk memberikan penilaian terhadap sampel. Pengujian ini menggunakan dua penilaian yaitu normal dan tidak normal, sesuai dengan cara uji Standar Nasional Indonesia Tempe (2009).
3.8. Analisis Data
Pada penelitian ini data pengukuran suhu dan kelembaban akan disimpan dan dimuat setiap satu menit ke database. Pengukuran suhu dan kelembaban dilakukan selama 7 hari. Setiap satu jam akan dilakukan pengukuran
menggunakan termometer dan higrometer. Hasil data tersebut disajikan dalam
30
bentuk tabel dan grafik untuk mengetahui perbandingan antara alat kendali dan monitoring dengan alat ukur suhu dan kelembaban.
81
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Hasil rancangan berupa alat kendali dan monitoring fermentasi tempe pada ruang inkubator sebanyak 4 alat. Alat ini memiliki komponen seperti Sensor DHT22, servo, exhaust fan, dan lampu. Komponen tersebut diletakkan pada kotak inkubator dengan ukuran 40 x 40 x 40 cm. alat tersebut terhubung serta menampilkan data pada aplikasi Blynk menggunakan jaringan WiFi di
smartphone.
2. Hasil uji kinerja alat sistem kendali dan moitoring menggunakan aplikasi Blynk sebagai berikut.
a. Hasil uji stabilitas alat 1 sampai 4 menunjukkan stabil dalam mengendalikan suhu.
b. Hasil uji respon sistem alat 1 sampai 4 dari alat dihidupkan dan terhubung ke internet rata-rata yaitu 5,8 detik.
c. Hasil uji respon sistem alat 1 sampai 4 dari alat terhubung ke internet sampai mengirimkan data di aplikasi Blynk rata-rata yaitu 3,1 detik.
d. Hasil uji respon sistem aktuator ketika dikendalikan menggunakan aplikasi Blynk rata-rata yaitu 3,8 detik.
e. Hasil uji keakuratan pengendalian alat 1 sampai 4 diperoleh rata-rata 99,99% untuk setiap setting point.
f. Hasil uji RWP alat 1 sampai 4 diperoleh rata-rata 3 detik untuk setiap proses.
3. Berdasarkan penelitian ini, proses fermentasi yang dilakukan pada pada ruang inkubator dengan suhu 32-35 ℃ membutuhkan waktu 33 jam untuk
menghasilkan tempe yang sempurna, sedangkan fermentasi tempe
82
menggunakan cara konvensional pada suhu ruang membutuhkan waktu 45 jam untuk menghasilkan tempe yang sempurna. Berdasarkan uji organoleptik yang dilakukan menunjukkan hasil yang baik.
5.2. Saran
Saran yang dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian ini sebagai berikut.
1. Menggunakan aplikasi IoT selain aplikasi Blynk.
2. Menggunakan database yang lebih ringan dan lebih mudah.
3. Kotak inkubator menggunakan bahan yang lebih baik.
4. Menggunakan papan PCB dan disolder supaya komponen tidak mudah terlepas.
83
DAFTAR PUSTAKA
84
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Y.A., Surya, G. T., Mansor, H., Hamida, B.A., Fikri, H.A., & Arifin, F.
2021. On the Evaluation of DHT22 Temperature Sensor for IoT Application. 2021 8th International Conference on Computer and Communication Engineering (ICCCE), 131–134.
Alaydrus, M. 2009. Saluran Transmisi Telekomunikasi. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Anonim. 2016. Mengenal Arduino Software (IDE).
https://www.sinauarduino.com/artikel/mengenal-arduino-software-ide/.
Diakses pada 19 Desember 2021.
Anonim. 2020. Sistem Kendali Umpan : Stabilitas Sistem Kendali.
https://kuliah.unpatti.ac.id/mod/page/view.php?id=28. Diakses pada 20 Desember 2021.
Badan Pusat Statistik. 2021. Rata-Rata Konsumsi per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2021.
https://www.bps.go.id/statictable/2014/09/08/950/rata-rata-konsumsi-per- kapita-seminggu-beberapa-macam-bahan-makanan-penting-2007-
2021.html. Diakses pada 22 Januari 2022.
Badan Standardisasi Nasional – BSN. 2009. SNI 3144-2009 Tempe Kedelai.
Badan Standardisasi Nasional – BSN. Jakarta.
Brainkart. 2017. Time Response Analysis.
https:/www.brainkart.cm/article/Time-response-analysis_12842/. Diakses pada 20 Desember 2021.
Cahyadi, W. 2007. Kedelai Khasiat dan Teknologi. PT Bumi Aksara. Jakarta.
Gunawan, B., & Sukardi, S. 2020. Rancang Bangun Pengontrolan Suhu dan Kelembaban pada Proses Fermentasi Tempe Berbasis Internet of Things.
JTEIN: Jurnal Teknik Elektro Indonesia, 1(2), 168–173.
Haris, M.Y., & Putra, A.A. 2017. Perancangan Sistem Kontrol Lampu Berbasis Mikrokontroler Arduino Uno R3 dengan Sensor Suara. (Skripsi).
Universitas Muhammadiyah. 75.
85
Hidayah, M., Prihartono, E., & Santoso, B. 2020. Automatic Room Temperature Regulator for Making Tempe Based on Arduino with Fuzzy Logic
Method. Jurnal INFORM, 5(1), 39.
Islam, H.I., dkk. 2016. Sistem Kendali Suhu dan Pemantauan Kelembaban Udara Ruangan Berbasis Arduino Uno dengan Menggunakan Sensor DHT22 dan Passive Infrared (PIR). PROSIDING SEMINAR NASIONAL FISIKA (E- JOURNAL) SNF2016 UNJ, 2, 119–124.
Kanginan, M. 2000. Fisika 2000 Untuk SMU Kelas 2. Erlangga. Jakarta.
Mukhoyaroh, H. 2015. Pengaruh Jenis Kedelai, Waktu dan Suhu Pemeraman Terhadap Kandungan Protein Tempe Kedelai. Florea : Jurnal Biologi dan Pembelajarannya, 2(2), 47–51.
Nasution, A.H.M., Indriani, S., Fadhilah, N., Arifin, C., & Tamba, S.P. 2019.
Pengontrolan Lampu Jarak Jauh dengan Nodemcu Menggunakan Blynk.
Jurnal TEKINKOM, 2(1), 93–98.
Nasution, R.Y., Putri, H., & Hariyani, Y.S. 2015. Perancangan dan Implementasi Tuner Gitar Otomatis dengan Penggerak Motor Servo Berbasis Arduino.
Jurnal Elektro dan Telekomunikasi Terapan, 2(1), 83–94.
Prasetyo, B.D. 2017. Rancang Bangun Sistem Kendali Otomatis Ph Limbah Cair Industri Tahu Sebagai Larutan Nutrisi Hidroponik Berbasis
Mikrokontroler. (Skripsi). Universitas Lampung. 73.
Prihatmoko, D. 2016. Penerapan Internet Of Things ( Iot ) dalam Pembelajaran Di Unisnu Jepara. Simetris : Jurnal Teknik Mesin, Elektro dan Ilmu Komputer, 7(2), 567–574.
Puspasari, F., Satya, T.P., Oktiawati, U.Y., Fahrurrozi, I., & Prisyanti, H. 2020.
Analisis Akurasi Sistem sensor DHT22 berbasis Arduino terhadap
Thermohygrometer Standar. Jurnal Fisika dan Aplikasinya, 16(1), 40–45.
Saftari, F. 2015. Proyek Robotika Keren dengan Arduino. PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.
Saleh, M., & Haryanti, M. 2017. Rancang Bangun Sistem Keamanan Rumah Menggunakan Relay. Jurnal Teknologi Elektro, 8(2), 87–94.
Sayuti. 2015. Pengaruh Bahan Kemasan dan Lama Inkubasi Terhadap Kualitas Tempe Kacang Gude Sebagai Sumber Belajar Ipa. BIOEDUKASI, 6(2), 148–158.
Sepriyawan, A. 2018. Perancangan dan Analisis Pengaruh Sistem Kendali Fuzzy Logic Terhadap Penggunaan Daya pada Sistem Robot Mobi Line Follower. (Skripsi). Universitas Lampung. 67.
86
Setiawan, A. 2011. Mikrokontroler ATMEGA 8535 & ATMEGA16 Menggunakan BASCOM-AVR. ANDI. Yogyakarta.
Sharmin, F., Moon, N.N., Saifuzzaman, Mohd., Hasan, A., Shakib-Bin-Al-Beruni, Hossain, M.A., & Nur, F.N. 2019. Humidity Based Automated Room Temperature Controller Using IoT. 2019 Third International Conference on I-SMAC (IoT in Social, Mobile, Analytics and Cloud) (I-SMAC), 226–
231.
Siswanto, Ikin Rojikin, & Windu Gata. 2019. Pemanfaatan Sensor Suhu DHT- 22, Ultrasonik HC-SR04 Untuk Mengendalikan Kolam Dengan Notifikasi Email. Jurnal RESTI (Rekayasa Sistem dan Teknologi Informasi), 3(3), 544–551.
Soelistijorini, R. 2019. Implementasi Esp32 untuk Monitoring Suhu dan Kelembapan Pada Fermentasi Tempe Berbasis IoT. Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan, 3(1), 61–65.
Suknia, S.L., & Rahmani, T.P.D. 2020. Proses Pembuatan Tempe Home Industry Berbahan Dasar Kedelai (Glycine Max (L.) Merr) dan Kacang Merah (Phaseolus Vulgaris L.) Di Candiwesi, Salatiga. Southeast Asian Journal of Islamic Education, 3(1), 59–76.
Surbakti, A., Rahayu, S. P., Mehuli, S., & Ginting, R. B. 2020. Sistem Aplikasi Logika Fuzzy Untuk Penentuan Optimasi Ragi Tempe Pada Proses Fermentasi Tempe Kedelai Menggunakan Metode Fuzzy Mamdani.
Jurnal Ilmiah Simantek, 4(2), 146–160.
Telaumbanua, M., Novita, D. D., Triyono, S., & Saragih, C. (2021). Tipe
Chamber Dan Posisi Sensor E-Nose Untuk Mendeteksi Aroma Biji Kopi Robusta Menggunakan Mikrokontroler. Jurnal Ilmiah Rekayasa Pertanian Dan Biosistem, 9(1), 84–95.
Telaumbanua, M., Triyono, S., Haryanto, A., & Wisnu, F. K. (2019). Controlled Electrical Conductivity (Ec) Of Tofu Wastewater As A Hydroponic Nutrition. Procedia Environmental Science, Engineering and Management, 6(3), 453-462.
Ugah, V.K., & Nnonyelu, C.J. 2019. A Wemos-D1-R2-Based Remote-Switching Module for Home Internet of Things Applications. LGT-UNN 1st
International Multidisciplinary Conference on Technology, 1(1), 1–6.
Umami, S., Jaya, I. K. S., & Darawati, M. 2018. Kajian Sifat Organoleptik Dan Masa Simpan Tempe Kedelai Dengan Beberapa Jenis Kemasan. Jurnal Gizi Prima, 3(2), 142–148.
87
Wahyuningsih, W. 2008. Dinamika Perubahan Suhu dan Kelembaban Ruang Terhadap Kestabilan Fermentasi pada Penggimbalan Tempe (Studi pada 3 cluster kapasitas produksi menggunakan 2 inokulum). (Skripsi).
Universitas Brawijaya. 77.
Wijanarko, D., & Hasanah, S. 2017. Monitoring Suhu dan Kelembaban Menggunakan SMS Gateway Pada Proses Fermentasi Tempe Secara Otomatis Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Informatika Polinema, 4(1), 49.
Yunas, R.P., & Pulungan, A.B. 2020. Sistem Kendali Suhu dan Kelembaban pada Proses Fermentasi Tempe. JTEV (JURNAL TEKNIK ELEKTRO DAN VOKASIONAL), 6(1), 11.