PROFIL KELIMPAHAN BAKTERI, VIBRIO, PLANKTON, IMNV, DAN KUALITAS AIR PADA PERAIRAN SEKITAR TAMBAK UDANG
DI PESISIR KALIANDA, LAMPUNG SELATAN PADA PERIODE LA NINA MODERAT
Skripsi
Oleh
Dwi Ramadhan 1814111021
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
ABSTRAK
PROFIL KELIMPAHAN BAKTERI, VIBRIO, PLANKTON, IMNV, DAN KUALITAS AIR PADA PERAIRAN SEKITAR TAMBAK UDANG
DI PESISIR KALIANDA, LAMPUNG SELATAN PADA PERIODE LA NINA MODERAT
Oleh DWI RAMADHAN
Fenomena alam La Nina diduga berpengaruh terhadap faktor biologi, fisik, dan kimia pada perairan daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil kelimpahan bakteri, Vibrio, plankton, IMNV, dan kualitas air pada perairan seki- tar tambak udang di pesisir Kalianda, Lampung Selatan pada saat La Nina mode- rat. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di hamparan tambak Dusun Ketang, Kelurahan Way Urang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Pene- litian dilakukan pada Maret-Mei 2022 di tiga stasiun dengan tiga kali pengulang- an. Nilai total bakteri dan total Vibrio pada perairan sekitar tambak di pesisir Kali- anda, Lampung Selatan selama periode La Nina moderat masih di bawah kisaran aman, prevalensi IMNV negatif, kelimpahan plankton dan indeks keseragaman tergolong tinggi, indeks keanekaragaman tergolong sedang, dan indeks dominansi tergolong rendah, serta suhu, pH, DO, salinitas, nitrit, dan fosfat masih di bawah ambang baku mutu, sedangkan nilai alkalinitas, nitrat, dan amonia, berada di atas ambang baku mutu. Meskipun tidak cukup bukti penyebab nyata La Nina moderat terhadap lingkungan akuakultur dan budi daya udang tetap diperlukan kontrol dan pengelolaan kualitas air yang akan digunakan untuk kegiatan budi daya udang. Di samping itu, nilai alkalinitas, nitrat, dan amonia, yang melebihi ambang baku mu- tu dapat memicu terjadinya blooming algae yang dapat berdampak buruk bagi ke- giatan budi daya dan lingkungan selama periode La Nina moderat.
Kata kunci: IMNV, kualitas air, La Nina, pesisir, plankton, Vibrio.
ABSTRACT
THE ABUNDANCE PROFILE OF BACTERIA ABUNDANCE, VIBRIO, PLANKTON, IMNV, AND WATER QUALITY IN THE WATERS
AT THE SHRIMP PONDS IN KALIANDA COASTAL,
SOUTH LAMPUNG DURING THE MODERATE LA NINA PERIOD By
DWI RAMADHAN
The natural phenomenon such as La Nina can give an effect on the biological, physical, and chemical factors on the coast area. This study aimed to examine the profile of the abundance of bacteria, Vibrio, plankton, IMNV, and water quality in the waters around a shrimp pond on the coast of Kalianda, South Lampung during moderate La Nina. The sampling location was carried out in Ketang Hamlet, Way Urang village, Kalianda District, South Lampung Regency. This research was conducted in March-May 2022 at three stations with three repetitions. The results showed that the total value of bacteria and Vibrio in the waters around the pond on the coast of Kalianda, South Lampung during the moderate La Nina period was still under the safe range, the prevalence of IMNV was negative, the plankton and uniformity index was high, the diversity index was moderate, and the dominance index was low, as well as the temperature, pH, DO, salinity, nitrite, and phosphate that were still under the quality standard threshold, while the values of alkalinity, nitrate, and ammonia are above the quality standard threshold. Although there was insufficient evidence of the real caused of moderate La Nina to the aquaculture and shrimp farming environment, it was still necessary to control and manage the quality of water to be used for shrimp farming activities. Besides, alkalinity, ni- trate, and ammonia values that exceed the quality standard threshold could trigger algae blooms which had a negative impact to aquaculture activities and the envi- ronment during the moderate La Nina period.
Key words: coast, IMNV, La Nina, plankton, Vibrio, water quality.
PROFIL KELIMPAHAN BAKTERI, VIBRIO, PLANKTON, IMNV, DAN KUALITAS AIR PADA PERAIRAN SEKITAR TAMBAK UDANG
DI PESISIR KALIANDA, LAMPUNG SELATAN PADA PERIODE LA NINA MODERAT
Oleh Dwi Ramadhan
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERIKANAN
Pada
Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG 2022
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 26 Desember 1999 di Tanjung Inten, Purbolinggo, Lampung Timur sebagai anak kedua dari pasang- an Bapak Toha Ma’sum dan Ibu Suprapti. Penulis memiliki se- orang kakak bernama Seprian Eko Wibowo. Penulis menyele- saikan pendidikan formal pendidikan dasar di SD Negeri 3 Tanjung Inten pada tahun 2006, kemudian menyelesaikan pen- didikan menengah pertama di SMP Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur pada tahun 2012. Penulis melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Purbolinggo Lampung Timur dengan mengambil Jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIA) dan lulus pada tahun 2018.
Pada 2018 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan, Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung mela- lui jalur SBMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah melakukan ma- gang sebanyak dua kali. Pertama di PT CPP Biru Laut Khatulistiwa Kalianda pada bulan Januari tahun 2020 dan di Laboratorium PT Cargill Indonesia pada bulan Juni-Oktober 2022. Penulis pernah menjadi asisten dosen pada praktikum mata kuliah Biologi Akuatik (2019), Kimia Dasar (2020) dan Kualitas Air Akua- kultur (2022). Selain itu, penulis aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan pada Himpunan Mahasiswa Perikanan dan Kelautan (Himapik) yaitu menjadi anggota Bidang Kerohanian (2020-2021). Beberapa kegiatan yang pernah dilakukan penu- lis, antara lain: pada Januari-Februari 2021, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tanjung Inten Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur, Lampung selama 40 hari. Pada Agustus-September 2021, penulis melaksanakan praktik umum (PU)/ di UPTD Balai Benih Ikan (BBI) Natar selama 30 hari deng- an judul “Pembenihan Ikan Lele (Clarias sp.) di Balai Benih Ikan Negara Ratu,
Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan”. Pada Maret-Mei 2022 penulis melakukan penelitian di Labo-ratorium Budidaya Perikanan, Universitas Lam- pung dengan judul “Profil Kelimpahan Bakteri, Vibrio, Plankton, IMNV, dan Kualitas Air pada Perairan Sekitar Tambak Udang di Pesisir Kalianda, Lampung Selatan pada Periode La Nina Moderat”.
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirabbil alamin, puji dan syukur atas segala nikmat dan rahmat Allah SWT sehingga karya tulis ini bisa diselesaikan dengan baik. Karya
tulis ini saya persembahkan spesial untuk kedua orang tua saya yang senantiasa memberi dukungan dalam bentuk apapun.
Bapak Toha Ma’sum dan Ibu Suprapti
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada PT Cargill Indonesia yang telah mendanai sepenuhnya kegiatan penelitian ini melalui kerjasama antara
Universitas Lampung dan PT Cargill Indonesia.
MOTTO
“Hai orang-orang yang beriman, jadikan sholat dan sabar sebagai penolongmu. Sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar”
(Q.S. Al-Baqarah : 153)
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui”
(Q.S. Al-Baqarah : 216)
“Hatiku tenang karena mengetahui bahwa apa yang melewatkanku tidak pernah menjadi takdirku dan apa yang ditakdirkan untukku takkan pernah
melewatkanku”
-Umar bin Khattab
“Aku tidak tau kunci kesuksesan itu apa. Tapi aku tau kunci gagal, yaitu berusaha menyenangkan semua orang”
-Jerome Polin
“Semuanya membutuhkan keberanian untuk hasil yang baik”
-Huang Renjun
SANWACANA
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Profil Kelimpahan Bakteri, Vibrio, Plankton, IMNV, dan Kualitas Air pada Per- airan Sekitar Tambak Udang di Pesisir Kalianda, Lampung Selatan pada Periode La Nina Moderat” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Universitas Lampung. Shalawat dan salam pada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa kita pada zaman yang terang benderang seperti sekarang.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
2. Dr. Indra Gumay Yudha, S.Pi., M.Si. selaku Ketua Jurusan Perikanan dan Kelautan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
3. Ir. Siti Hudaidah, M.Sc. selaku Pembimbing Utama dan Pembimbing Akade- mik yang telah memberikan dukungannya selama perkuliahan dan penelitian ini, serta memberikan saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi;
4. Hilma Putri Fidyandini, S.Pi., M.Si. selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan dukungan, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses menyele- saikan skripsi ini;
5. Dr. Agus Setyawan, S.Pi., M.P. selaku Penguji Utama yang telah memberi- kan dukungan, bimbingan, saran, dan kritik dalam proses menyelesaikan skripsi ini;
6. Dosen-dosen Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan pengalaman hidup kepada penulis selama menjadi ma- hasiswa;
7. Seluruh staf administrasi Jurusan Perikanan dan Kelautan yang telah mem- bantu segala urusan administrasi selama masa perkuliahan;
8. Kedua orang tuaku tercinta Bapak Toha Ma’sum dan Ibu Suprapti, terima ka- sih atas segala doa, cinta, kasih sayang, kesabaran dan dukungan dalam kehi- dupan Bersama penulis serta dukungan moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis;
9. Tim Cargill Anwar Hasan, Syaiful Khair, Faridl Irsyad, dan Fitri Adelia atas segala bantuan dan dukungan yang diberikan kepada penulis selama penye- lesaian skripsi ini;
10. Rekan seperjuangan, Ade Hardiansyah, Agustina, Azizah, Dhea Adinda Rys- ky, Puput Ayu Nurvadilla, Khoiriyah Nurya Yulianti, Cindi Arina, Rya Fa- tunnissa, Bernika Vina Audia, Nidia Mega Hutami, Ayu Anisa, dan Dwi Puspita Sari atas segala bantuan, semangat, dan doa dalam masa perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini;
11. Keluarga Poseidon 18 yang selama ini telah menjadi rekan dan saudara yang paling menyenangkan dalam berkembang bersama serta saling memberikan motivasi dan dukungan dalam perkuliahan dan penyelesaian skripsi ini.
Semoga amal kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah SWT.
Penulis menyadari penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, namun pe- nulis berharap karya ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Bandarlampung, November 2022 Penulis
Dwi Ramadhan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan ... 3
1.3 Manfaat ... 3
1.4 Kerangka Pikir ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 La Nina Moderat ... 5
2.2 Karakteristik Ekosistem Pesisir ... 5
2.3 Bakteri Vibrio ... 6
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi ... 6
2.3.2 Karakteristik ... 7
2.4 Plankton ... 7
2.5 Infectious Myonecrosis Virus (IMNV) ... 8
2.6 Kualitas Air ... 9
2.6.1 Parameter Fisika ... 9
2.6.1.1 Suhu ... 9
2.6.2 Parameter Kimia ... 9
2.6.2.1 Oksigen Terlarut (DO) ... 9
2.6.2.2 Derajat Keasaman (pH) ... 10
2.6.2.3 Salinitas ... 10
2.6.2.4 Alkalinitas ... 10
2.6.2.5 Nitrit ... 11
2.6.2.6 Nitrat ... 11
2.6.2.7 Amonia ... 12
2.6.2.8 Fosfat ... 12
ii
III. METODE PENELITIAN ... 13
3.1 Waktu dan Tempat ... 13
3.2 Alat dan Bahan ... 13
3.2.1 Alat Penelitian ... 13
3.2.2 Bahan Penelitian ... 15
3.3 Rancangan Percobaan ... 16
3.4 Prosedur Penelitian ... 17
3.4.1 Prosedur Penelitian Bakteri ... 17
3.4.1.1 Pembuatan Media Umum ... 17
3.4.1.2 Pembuatan Media Selektif ... 17
3.4.1.3 Pengambilan Sampel dan Isolasi Bakteri ... 18
3.4.1.4 Perhitungan Koloni Bakteri ... 18
3.4.2 Prosedur Penelitian Plankton ... 18
3.4.2.1 Pengambilan Sampel Plankton ... 18
3.4.2.2 Identifikasi Plankton ... 19
3.4.3 Prosedur Penelitian PCR IMNV ... 19
3.4.3.1 Ekstraksi Silika ... 19
3.4.3.2 Amplifikasi ... 20
3.4.4 Prosedur Penelitian Parameter Kualitas Air ... 21
3.5 Parameter Penelitian ... 21
3.5.1 Total Bakteri dan Vibrio ... 21
3.5.2 Kelimpahan Plankton ... 21
3.5.3 Indeks Keanekaragaman Plankton ... 22
3.5.4 Indeks Keseragaman Plankton ... 23
3.5.5 Indeks Dominansi Plankton ... 23
3.5.6 Prevalensi ... 24
3.5.7 Kualitas Air ... 24
3.6 Analisis Data ... 24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1 Hasil ... 25
4.1.1 Total Bakteri ... 25
4.1.2 Total Vibrio ... 26
4.1.3 Kelimpahan Plankton ... 26
4.1.4 Indeks Keanekaragaman Plankton ... 27
4.1.5 Indeks Keseragaman Plankton ... 28
4.1.6 Indeks Dominansi Plankton ... 28
4.1.7 Prevalensi IMNV ... 29
4.1.8 Kualitas Air ... 29
4.2 Pembahasan ... 30
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 38
5.1 Simpulan ... 38
5.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39
LAMPIRAN ... 47
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ...13
2. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ...15
3. Titik koordinat dan deskripsi stasiun pengambilan sampel ...16
4. Reagen IQ REALTM IMNV ...20
5. Pengaturan suhu dan mesin RT PCR IMNV ...20
6. Kriteria indeks keanekaragaman plankton ...22
7. Kriteria indeks keseragaman plankton ...23
8. Kriteria indeks dominansi plankton ...24
9. Hasil pengujian prevalensi IMNV ...29
10. Hasil pengukuran kualitas air selama penelitian ...29
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka pikir penelitian ...4
2. Vibrio parahaemolyticus ...7
3. Plankton ...8
4. Lokasi penelitian ...16
5. Nilai rata-rata total bakteri di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...25
6. Nilai rata-rata total Vibrio di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...26
7. Nilai rata-rata kelimpahan plankton di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...26
8. Nilai rata-rata indeks keanekaragaman plankton di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...27
9. Nilai rata-rata indeks keseragaman plankton di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...28
10. Nilai rata-rata indeks dominansi plankton di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...28
11. Pengambilan sampel di lokasi penelitian ...54
12. Kultur bakteri dan Vibrio ...54
13. Hasil RT-PCR IMNV ...54
14. Pengecekan plankton ...55
15. Pengukuran kualitas air ...55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Total Vibrio dan bakteri lainnya di pesisir Kalianda pada Maret-Mei
2022 ...48
2. Kelimpahan, keanekaragaman, keseragaman, dominansi, dan jumlah jenis plankton di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...49
3. Prevalensi IMNV di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...52
4. Kualitas air di pesisir Kalianda pada Maret-Mei 2022 ...53
5. Dokumentasi penelitian...54
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Provinsi Lampung menempati posisi keempat untuk produksi udang di Indonesia.
Salah satu kabupaten yang memiliki potensi budi daya udang di Lampung adalah Kabupaten Lampung Selatan karena kondisi geografis pesisir dan lingkungan yang mendukung (BPS, 2017). Kawasan pesisir Lampung Selatan berada di bagi- an Teluk Lampung yang secara langsung menghadap Selat Sunda. Kondisi pesisir Lampung Selatan bersifat landai, berkelok, dengan nilai ketinggian pantai 1,0-10 m serta rata-rata curah hujan sebesar 161 mm/bulan (BPS Kabupaten Lampung Selatan, 2019). Di sepanjang pesisir Lampung Selatan banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melakukan berbagai jenis kegiatan ekonomi, salah satu adalah kegiatan budi daya udang. Salah satu kecamatan yang menjadi pusat budi daya udang adalah Kecamatan Kalianda. Luas area tambak di Lampung Selatan pada tahun 2019 sebesar 41.199.000 m2, yang terdiri dari tambak tradisional hingga tambak intensif (Statistik KKP, 2019). Selain itu, Kalianda juga menjadi salah satu lokasi dengan potensi kawasan pertambakan intensif (KKB Kemaritiman &
Investasi, 2021).
Kondisi perairan pesisir umumnya dapat dipengaruhi oleh fenomena alam, con- tohnya yaitu La Nina. La Nina dapat bertahan dalam jangka waktu terlama yaitu selama 7-24 bulan (BMKG, 2016). Indonesia menjadi salah satu negara yang ter- kena dampaknya. La Nina merupakan proses pendinginan pada daerah Samudra Pasifik dan Samudra Hindia yang terjadi setelah peristiwa El Nino, hal tersebut berdampak pada berpindahnya produksi curah hujan dari perairan ke wilayah da- ratan (Glantz, 2001). Kondisi La Nina pada Januari-Mei 2022 berdasarkan hasil pengamatan menunjukkan kondisi La Nina pada tingkat moderat (sedang).
2
Fenomena La Nina tentunya dapat berdampak pada kondisi lingkungan dan budi daya.
Kondisi lingkungan akan menurun selama terjadi peningkatan curah hujan sehing- ga udang menjadi stres, kemudian sistem imun udang turun dan hal tersebut me- nyebabkan udang mudah terserang penyakit. Hal tersebut terjadi karena kegiatan budi daya dipengaruhi banyak faktor, di antaranya faktor fisika, kimia, dan biolo- gi. Plankton berperan sebagai produsen primer, penghasil oksigen, dan sebagai pa- kan alami (Rokhim et al., 2009). Di perairan plankton dapat bermanfaat dan meru- gikan bagi organisme akuatik, apabila jumlahnya terlalu banyak akan menyebab- kan blooming (Rokhim et al., 2009).
Faktor biologi lainnya yang menjadi indikator kualitas air yaitu jumlah Vibrio.
Total Vibrio yang tinggi dapat menyebabkan timbulnya serangan penyakit apabila inang dan lingkungan tidak optimal karena Vibrio bersifat patogen oportunistik.
Menurut hasil penelitian Asikin (2020), ditemukan bakteri Vibrio sp pada saluran inlet dan outlet tambak udang. Kualitas air yang kurang optimal dapat menyebab- kan berbagai masalah pada budi daya seperti serangan penyakit dan kematian pa- da udang juga berpengaruh pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup organisme akuatik lainnya (Anita et al., 2017).
Penelitian pengaruh La Nina terhadap profil kelimpahan bakteri, Vibrio, plankton, IMNV dan kualitas air di Indonesia masih sangat kurang. Jika hal tersebut dilaku- kan maka akan sangat bermanfaat bagi perkembangan budi daya karena dapat di- jadikan gambaran saat akan melakukan kegiatan budi daya. Penelitian pengaruh La Nina terhadap perairan yang telah dilakukan hingga saat ini antara lain peng- aruh La Nina terhadap pertumbuhan dan reproduksi scallop (Baba et al., 2009), pengaruh musim terhadap struktur komunitas fitoplankton (Rukminasari, 2018), dampak perubahan iklim terhadap perikanan yaitu terjadi penurunan populasi ha- sil tangkapan ikan cakalang, makarel, dan teri (Syahailatua, 2008).
3
Oleh sebab itu, perlu dilakukan penelitian profil kelimpahan bakteri, Vibrio, plankton, IMNV, dan kualitas air pada perairan sekitar tambak udang di pesisir Kalianda, Lampung Selatan sebagai gambaran kondisi perairan saat fenomena La Nina moderat berlangsung sehingga dapat dijadikan acuan pembudi daya dalam melakukan kegiatan budi daya.
1.2 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji profil kelimpahan bakteri, Vibrio, plank- ton, IMNV, dan kualitas air pada perairan sekitar tambak udang di pesisir Kali- anda, Lampung Selatan pada saat La Nina moderat.
1.3 Manfaat
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi bagi masyarakat me- ngenai profil kelimpahan bakteri, Vibrio, plankton, IMNV, dan kualitas air pada perairan sekitar tambak udang di pesisir Kalianda, Lampung Selatan selama ter- jadinya fenomena La Nina moderat.
1.4 Kerangka Pikir
Kawasan pesisir Kalianda merupakan salah satu wilayah yang banyak dimanfaat- kan oleh masyarakat sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan, salah satunya adalah budi daya. Nilai konsumsi produk perikanan yang terus meningkat bera- kibat pada peningkatan lokasi budi daya. Udang adalah komoditas yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Udang menjadi komoditas ekspor terbesar dari pro- duk perikanan budi daya. Proses budi daya udang masih menemui beberapa ken- dala seperti penyakit yang menyebabkan fluktuasi jumlah produksi. Faktor yang dapat memicu kendala tersebut seperti kualitas air, bakteri, plankton, dan IMNV.
Faktor tersebut saling berkaitan dan dapat berpengaruh positif bahkan negatif bagi kegiatan budi daya dan lingkungan di sekitarnya. Wilayah pesisir yang berada di antara daratan dan perairan, menyebabkan pesisir mendapat banyak pengaruh dari
4
Gambar 1. Kerangka pikir penelitian Ekosistem di perairan sekitar
tambak Kalianda
Terjadinya fenomena La Nina moderat
Faktor abiotik (fisika dan kimia) Organisme akuatik:
1. Plankton 2. Bakteri 3. Vibrio 4. Virus IMNV
Kondisi perairan sekitar tambak di pesisir Kalianda Identifikasi:
1. kelimpahan Vibrio 2. kelimpahan,keanekara-
gaman, keseragaman, dominansi plankton 3. IMNV
4. Parameter kualitas air keduanya. Salah satu hal yang memengaruhi daerah pesisir adalah fenomena La Nina moderat. Saat ini masih jarang penelitian ilmiah yang membahas hubungan La Nina moderat dengan kondisi perairan di sekitarnya yang dapat memberi dampak pada kegiatan budi daya udang.
Penentu keberhasilan kegiatan budi daya salah satunya adalah dengan memahami kondisi lingkungan sebagai langkah antisipasi setiap kemungkinan yang ada. Sa- lah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan mengetahui kondisi perairan.
Dengan hal tersebut, diharapkan dapat dicegah kemungkinan terburuk seperti ter- jadinya gagal panen dan munculnya wabah penyakit serta adanya langkah pence- gahan sehingga angka produksi terus meningkat dan penyakit dapat ditekan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang profil kelimpahan bakteri, Vibrio, plankton, IMNV, dan kualitas air saat terjadi La Nina moderat untuk mengkaji kondisi perairan sekitar tambak udang sebagai langkah untuk pengembangan budi daya udang. Kerangka pemikiran pada penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 La Nina Moderat
La Nina berasal dari bahasa Amerika Latin yang memiliki arti bayi perempuan.
La Nina moderat terjadi pada Januari-Mei (BMKG, 2022). Fenomena ini terjadi setelah adanya El Nino. Curah hujan yang tinggi saat La Nina moderat disebab- kan adanya pergerakan arus air hangat ke arah Barat Samudra Pasifik. Selain itu, angin yang membawa uap air bergerak dari Samudra Pasifik bagian selatan dan Samudra Hindia ke Indonesia yang bertekanan minimum. Akibatnya di Indonesia mengalami musim hujan yang lebih panjang dan terjadi peningkatan curah hujan (Rosmiati, 2017). La Nina moderat terjadi apabila nilai anomali suhu permukaan air laut berkisar -0,5 sampai dengan -1 dan berlangsung minimal selama 3 bulan berturut-turut (Khasanah & Sastra, 2017).
Fenomena La Nina moderat berdampak pada berbagai hal dalam kehidupan. Pe- ningkatan curah hujan berpotensi berdampak pada beberapa kondisi kualitas air yang berfluktuasi sehingga akan berdampak pula dengan serangan WSSV pada udang vaname (Putri et al., 2020). Akibat lain dari La Nina adalah terjadinya pe- nurunan suhu baik udara maupun air. Perubahan suhu dapat mengganggu tingkat pemijahan dan kelimpahan biota air terutama ikan. Selain itu, pH air juga turun akibat seringnya terjadi hujan. Hujan yang terjadi dapat memicu kematian ikan akibat terjadinya upwelling (Radiarta et al., 2011).
2.2 Karakteristik Ekosistem Pesisir
Pesisir merupakan wilayah yang mendapat pengaruh dari daratan dan lautan. Pe- ngaruh tersebut terjadi karena pesisir menjadi tempat pertemuan antara daratan
6
dan lautan (Dahuri et al., 2001). Akibatnya, potensi keragaman dan kekayaan pe- sisir tinggi bila dibandingkan dengan dua ekosistem lainnya. Namum, aspek bio- logi dan fisika daerah pesisir juga mudah mengalami perubahan. Daratan mem- engaruhi proses sedimentasi dan masukan air tawar, sedangkan lautan memeng- aruhi masukan air asin, pasang surut, dan angin laut (Yonvitner et al., 2019).
Pengelolaan wilayah pesisir perlu dilakukan untuk menjaga selagi memanfaatkan potensi besar yang dimilikinya. Wilayah pesisir yang dinamis dan kompleks ber- akibat juga rentannya akan terjadi kerusakan (Rosmawati, 2011). Kegiatan manu- sia menjadi salah satu hal yang memengaruhi wilayah pesisir. Kegiatan budi daya yang menghasilkan residu yang dapat mencemari dan merusak pesisir. Selain itu, fenomena alam seperti perubahan iklim serta bencana alam juga mengancam wila- yah pesisir. Oleh karena itu, perlu dilakukan pengelolaan wilayah pesisir secara terpadu untuk menjaga kelestariannya (Dahuri et al., 2001).
2.3 Bakteri Vibrio
2.3.1 Klasifikasi dan Morfologi
Klasifikasi bakteri Vibrio berdasarkan taksonomi yang dikemukakan oleh (Jawetz et al., 2007) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Bacteria Fillum : Proteobacteria
Kelas : Gammaproteobacteria Ordo : Vibrionales
Famili : Vibrionaceae Genus : Vibrio Spesies : Vibrio sp.
Vibrio memiliki bentuk batang bengkok atau koma dengan alat gerak berupa fla- gel pada ujung selnya (Soedarto, 2015). Ukuran Vibrio rata-rata sekitar 0,6-4 µm dan semua spesiesnya dapat bergerak (Bintari et al., 2016). Warna koloni dapat bervariasi mulai dari kuning, hijau, krem hingga coklat. Bakteri ini tidak memiliki
7
kapsul dan spora, serta terdapat perubahan pada dinding sel untuk kultur lama atau tua (Nur, 2019).
Gambar 2. Vibrio parahaemolyticus Sumber : Wagley et al. (2021) 2.3.2 Karakteristik
Vibrio sp. termasuk dalam bakteri Gram negatif yang tumbuh secara anaerob pada air laut dan payau. Bakteri ini bersifat oksidase dan katalase positif. Kisaran pH optimum yaitu 7,5-8,5 sehingga kondisi pH rendah (asam) menyebabkan bakteri mati (Prajitno, 2005). Suhu optimal untuk bakteri ini tumbuh pada kisaran suhu 18-30oC, namun pada suhu 5oC dan 37oC pertumbuhan bakteri melambat dan bak- teri tidak tumbuh pada suhu ≥ 42oC (Nur, 2019). Kepadatan Vibrio sp. harus di- pertahankan pada nilai ˂ 104 CFU/mℓ, Vibrio sp. bersifat patogen apabila nilainya melebihi nilai tersebut (Zafran & Rosa, 1998).
2.4 Plankton
Plankton merupakan organisme yang hidupnya bergerak mengikuti pergerakan arus air. Plankton secara umum dibedakan menjadi fitoplankton dan zooplankton (Sudarsono, 2014). Fitoplankton merupakan tumbuhan planktonik yang memiliki klorofil sehingga mampu membuat makanannya sendiri (autotrof). Fitoplankton menjadi produsen primer pada rantai makanan sehingga keberadaannya penting karena menjadi makanan bagi organisme akuatik pada masih stadia larva (Saputra, 2016). Adapun zooplankton merupakan hewan planktonik bersifat heterotrof yang menjadi konsumen bagi fitoplankton. Zooplankton menjadi konsumen primer pa- da perairan dan menjadi penghubung antara produsen dengan konsumen tingkat a- tas. Beberapa organisme akuatik termasuk dalam zooplankton saat stadia tertentu.
8
Zooplankton dapat bergerak secara vertikal yaitu pada siang hari berada di bagian kolom perairan dan malam hari berada di permukaan. Plankton dapat digunakan sebagai bioindikator suatu perairan (Yuliana et al., 2012).
Keterangan: (A) fitoplankton. (B) zooplankton.
Gambar 3. Plankton
Sumber : Sahu et al. (2013).
Keberadaan plankton dalam perairan dan media budi daya memberikan berbagai manfaat seperti dapat digunakan sebagai indikator baik atau buruknya kondisi se- buah perairan. Selain itu, dalam rantai makanan plankton berperan sebagai pakan alami, penghasil oksigen, dan sebagai bahan pembentuk shading perairan (Ro- khim et al., 2009). Selain manfaat, keberadaan plankton juga memberikan dampak negatif. Saat ledakan populasi plankton terjadi fitoplankton dari kelas Cynophy- ceae yang mengandung racun akan berbahaya bagi organisme akuatik. Hal terse- but diperparah dengan menurunnya kualitas perairan yang akhirnya menyebabkan kematian pada udang dan ikan sehingga menyebabkan pembudi daya merugi (Jun- da et al., 2012).
2.5 Infectious Myonecrosis Virus (IMNV)
Infectious myonecrosis virus (IMNV) merupakan penyakit viral pada udang va- name yang terjadi pertama kali di Brazil tahun 2002 (Tang et al., 2005). Patogen IMNV kelompok virus Giardia lamblia dan termasuk genom molekul RNA ber- untai ganda dengan panjang 8226 hingga 82230 bp (Naim et al., 2015). Penyakit ini menyebar ke berbagai penjuru dunia akibat dari banyaknya kegiatan transpor- tasi produk perikanan, terutama udang. IMNV menjadi salah satu penyakit yang berbahaya karena memiliki tingkat prevalensi 40-70%, bahkan pada beberapa
A B
9
kasus dapat mencapai 100%. Nilai prevalensi yang tinggi dapat mengancam kegi- atan budi daya udang di Indonesia. Pada tahun 2006 penyakit ini mulai terdeteksi kemunculannya di daerah Situbondo. Pada tahun yang sama kasus IMNV menye- bar ke beberapa wilayah di Pulau Jawa dan Kalimantan (Nuraini, 2008). Kasus IMNV di Lampung mulai terdeteksi pada tahun 2008 di tambak sekitar Teluk Lampung (Kusumaningrum et al., 2012).
2.6 Kualitas Air 2.6.1 Parameter Fisika 2.6.1.1 Suhu
Suhu merupakan nilai derajat panas suatu benda. Suhu berpengaruh terhadap kehi- dupan organisme akuatik. Selain itu, suhu juga dapat memengaruhi proses fisika dan kimia dalam perairan. Meningkatnya suhu akan meningkatkan juga proses metabolisme organisme. Namun, perubahan suhu yang signifikan dapat menye- babkan stres pada organisme akuatik bahkan kematian. Suhu perairan dipengaruhi oleh kedalaman air, musim, lintang (latitude), faktor penutupan, dan waktu
(Effendi, 2003). Muara sungai memiliki suhu rata-rata sebesar 26,45oC (Warman, 2015). Sedangkan permukaan laut memiliki suhu antara 28-31oC (Nontji, 2002).
Suhu optimal untuk budi daya udang berada pada kisaran 28-33 oC (SNI 8037.1, 2014).
2.6.2 Parameter Kimia
2.6.2.1 Oksigen Terlarut (DO)
Oksigen terlarut atau DO merupakan konsentrasi nilai kandungan oksigen yang terlarut dalam air. Nilai DO menjadi parameter penting karena diperlukan orga- nisme akuatik untuk bernafas dan melakukan proses metabolisme. Kadar oksigen dalam air berasal dari proses difusi dari udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air.
Perbedaan kebutuhan oksigen terlarut disebabkan oleh jenis, aktivitas, dan stadia organisme (Gemilang & Gunardi, 2017). Nilai DO optimal untuk budi daya udang yaitu > 4 mg/ℓ (SNI 8037.1, 2014). Kondisi DO yang terlalu rendah akan
10
menyebabkan anoxia, sedangkan DO terlalu tinggi akan menyebabkan bubble gas disease. Kondisi DO perairan yang tinggi mengindikasikan baiknya kualitas per- airan tersebut. Kadar DO dipengaruhi oleh suhu, salinitas, tekanan atmosfer, dan gerakan air (Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, 2015).
2.6.2.2 Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu indikator kualitas suatu perairan yang berasal dari nilai konsentrasi ion hidrogen yang terkandung dalam air. Istilah pH dapat dibedakan asam, netral, dan basa. Perbedaan besar kecilnya pH pada se- tiap lokasi dipengaruhi oleh aktivitas di dalam dan di sekitar perairan tersebut. Ke- lebihan ion hidrogen dalam air akan menjadikan air bersifat asam, sedangkan jika kekurangan ion hidrogen air akan bersifat basa (Soewandita & Nana, 2010). Air dengan nilai pH netral memiliki nilai pada kisaran 6,5-7,5. Nilai pH air yang ter- lalu asam atau basa akan berdampak buruk bagi organisme akuatik (Simanjuntak, 2009). Kadar pH optimal untuk budi daya udang berkisar antara 7,5-8,5 (SNI 8037.1, 2014).
2.6.2.3 Salinitas
Salinitas merupakan nilai konsentrasi kadar garam yang terkandung di dalam air laut. Salinitas air laut dipengaruhi oleh tekanan osmotik, penguapan, dan masukan air tawar. Hal tersebut yang menyebabkan seringnya terjadi perubahan salinitas di daerah pesisir. Perairan payau memiliki nilai salinitas antara 0,5-30 (Effendi, 2003). Perairan laut di Indonesia memiliki nilai rata-rata 30-34 ‰ (Hamuna et al., 2018). Nilai salinitas suatu perairan akan berpengaruh pada aktivitas osmoregulasi organisme sebagai bentuk adaptasi (Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan, 2015). Salinitas optimal untuk budi daya udang berkisar antara 30-33 ppt (SNI 8037.1, 2014).
2.6.2.4 Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk menetralkan pH air tanpa adanya penurunan pH saat terjadi masukan polutan asam. Komponen utama alkalinitas
11
yaitu senyawa karbonat (CO3-), bikarbonat (HCO3-), dan hidroksida (OH-). Satuan alkalinitas berupa mg/ℓ (Effendi, 2003). Alkalinitas berperan sebagai sistem pe- nyangga, koagulasi bahan kimia, pelunakan kualitas air, dan pengendalian korosi.
Alkalinitas dapat dipengaruhi oleh parameter kualitas air lainnya seperti suhu (Mi- llero et al, 2006). Nilai optimal alkalinitas untuk budi daya udang berkisar antara 100-150 mg/ℓ (SNI 8037.1, 2014).
2.6.2.5 Nitrit
Nitrit merupakan salah satu bentuk nitrogen organik dalam perairan. Nitrit pada perairan bersumber dari limbah industri dan limbah organik. Selain itu, bakteri Nitrosomonas akan mengoksidasi amonia menjadi nitrit pada keadaan aerob (Ros- mawati, 2011). Nitrit juga bersifat toksik bagi organisme akuatik karena hemoglo- bin akan mengikat nitrit bukannya oksigen. Nitrit memiliki bentuk yang kurang stabil sehingga jumlahnya dalam perairan sedikit dan mudah berubah menjadi ni- trat akibat adanya oksigen (Effendi, 2003). Kisaran optimal nitrit untuk budi daya udang yaitu < 0,1 mg/ℓ (Permen KP, 2016).
2.6.2.6 Nitrat
Nitrat merupakan senyawa penting yang dibutuhkan tanaman dan fitoplankton tumbuh. Bentuk utama dari nitrogen dalam perairan adalah nitrat. Nitrat berasal dari proses nitrifikasi yang terjadi secara aerob. Bakteri nitrobacter mengubah nitrit menjadi nitrat secara aerob (Makmur & Fahrur, 2011). Nitrat dapat terbentuk dari bakteri yang memanfaatkan amonia, mikroorganisme pengikat nitrogen, dan badai listrik (Sastrawijaya, 2009). Pada perairan alami kandungan nitrat tidak le- bih dari 0,1 mg/ℓ. Status perairan dengan kandungan nitrat lebih dari 0,2 mg/ℓ ya- itu terjadi eutrofikasi, sedangkan perairan tercemar apabila kandungan nitrat lebih dari 5 mg/ℓ (Effendi, 2003). Nilai nitrat optimal untuk budi daya udang sebesar ≤ 0,5 mg/ℓ (Permen KP, 2016).
12
2.6.2.7 Amonia
Amonia merupakan bentuk nitrogen yang beracun bagi organisme akuatik. Toksi- sitas amonia meningkat saat kondisi lingkungan tidak optimal. Batas maksimum kandungan amonia yaitu ˂ 0,1 ppm. Invertebrata akuatik lebih tahan terhadap tok- sisitas amonia dibandingkan dengan ikan (Pusat Pendidikan Kelautan & Perikan- an, 2015). Amonia berasal dari limbah domestik, limbah industri, dekomposisi ba- han organik oleh bakteri, dan metabolisme biota air. Peningkatan kandungan amo- nia dalam waktu relatif singkat ada hubungannya dengan masuknya bahan organik mudah terurai dalam jumlah besar (Effendi, 2003). Amonia optimal untuk budi daya udang sebesar < 0,1 mg/ℓ (SNI 8037.1, 2014).
2.6.2.8 Fosfat
Fosfat merupakan senyawa nutrien penting yang dibutuhkan organisme. Fosfat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan fitoplankton (Patty et al., 2019). Pada kehidupan sehari-hari fosfat banyak dimanfaatkan untuk sabun, deter- gen, minyak pelumas, keramik, makanan, minuman, dan produk pupuk (Effendi, 2003). Fosfat dalam air berasal dari limbah rumah tangga, limbah pertanian, ko- toran, dan jasad makhluk hidup. Aktivitas manusia di sekitar perairan sangat ber- pengaruh pada masukan fosfat (Sastawijaya, 2009). Kandungan fosfat optimal un- tuk budi daya udang sebesar ≤ 0,1 mg/ℓ (Permen KP, 2016). Perairan dengan kan- dungan fosfat melebihi nilai tersebut rentan terjadi blooming algae (Anhwange et al., 2012).
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Maret-Mei 2022, berlokasi di perairan sekitar tambak Dusun Ketang, Kelurahan Way Urang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Sampel plankton, bakteri, dan kualitas air selanjutnya dianalisis di Laboratorium Budidaya Perikanan Universitas Lampung, serta IMNV diidentifikasi di AHS Laboratory PT Central Pertiwi Bahari.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini diuraikan pada Tabel 1. sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian
No. Alat Fungsi
1 Botol sampel Wadah tempat air sampel plankton.
2 Cool box Wadah penyimpanan botol sampel plankton di lapangan.
3 Plankton net Alat untuk menangkap plankton.
4 Ember Alat untuk memindahkan air.
5 Label Untuk menandai sampel.
6 Mikroskop Alat untuk mengamati plankton.
7 Buku identifikasi Sebagai acuan identifikasi plankton.
14
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian (lanjutan)
No. Alat Fungsi
8 Haemocytometer Untuk meletakkan sampel plankton yang diamati dengan mikroskop.
9 Pipet tetes Alat untuk mengambil larutan dan cairan dalam jumlah sedikit.
10 Kulkas Alat untuk menyimpan sampel.
11 Hot plate Alat memanaskan larutan.
12 Cawan petri Wadah untuk kultur bakteri.
13 Erlenmeyer Alat mengukur dan mencampur cairan.
14 Tabung reaksi Alat menampung reaksi kimia.
15 Magnetic stirrer Alat untuk mengaduk sampel.
16 Microtube Alat untuk wadah sampel PCR.
17 Inkubator Alat menginkubasi bakteri.
18 Mikropipet Alat untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil secara akurat.
19 Spreader Alat untuk menyebarkan bakteri ke media.
20 Bunsen Alat pembakar.
21 Autoklaf Untuk sterilisasi alat dan bahan yang diperlukan.
22 Timbangan digital Alat untuk mengukur bobot bahan.
23 Plastik wrap Untuk membungkus cawan petri.
24 Alumunium foil Untuk menutup alat yang diperlukan.
25 Laminar air flow Alat untuk menanam bakteri.
26 Spidol permanen Untuk menulis keterangan.
27 DO meter Alat untuk mengukur DO.
28 Test kit Alat untuk menguji kualitas air.
29 pH meter Alat untuk mengukur pH dan suhu.
30 Refraktometer Alat untuk mengukur salinitas.
31 Kamera Alat untuk dokumentasi.
15
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian (lanjutan)
No. Alat Fungsi
32 Vortex Alat untuk menghomogenkan larutan dalam jumlah kecil.
33 Sentrifuge Alat untuk memisahkan substrat dalam larutan.
34 Rak microtube Tempat untuk meletakkan microtube.
35 Mikrotip Untuk menampung sementara larutan.
37 Spindown Alat untuk memisahkan bahan.
38 Mesin RT-PCR Alat untuk memperbanyak DNA.
39 Komputer Alat untuk menampilkan hasil PCR.
3.2.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini diuraikan pada Tabel 2. sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian
No. Bahan Fungsi
1 Air Sampel yang diuji.
2 Formalin 4% Pengawet sampel plankton.
3 Akuades Pelarut bahan kimia.
4 Media TCBS Media selektif tumbuh bakteri Vibrio.
5 Media MA Media tumbuh bakteri.
6 Ethanol 70% Bahan untuk ekstraksi RNA.
7 DEPC ddH2O Pelarut untuk PCR.
8 GT Buffer Bahan ekstraksi DNA dan RNA.
9 Spiritus Bahan bakar bunsen.
10 IQ REALTM Reagen kit deteksi IMNV.
11 Alkohol 70% Bahan untuk sterilisasi.
16
3.3 Rancangan Percobaan
Rancangan penelitian yang digunakan yaitu metode survei eksploratif dengan me- tode pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan (purposive sampling). Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Dusun Ketang, Kelurahan Way Urang, Kecamatan Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada 3 stasiun dengan 3 kali pengulangan. Peta lokasi peng- ambilan sampel disajikan pada Gambar 4.
Gambar 4. Lokasi penelitian.
Tabel 3. Titik koordinat dan deskripsi stasiun pengambilan sampel Stasiun Titik koordinat Deskripsi stasiun pengamatan
Stasiun 1 S 5°41'16,1016"- 105°33'27,6282" E
Merupakan kawasan pertanian dan perikanan. Stasiun ini dijadikan perwakilan dari masukan bahan pencemar dari limbah pertanian dan perikanan.
Stasiun 2 S 5°41'27,47256"- 105°33'23,72256" E
Merupakan kawasan perikanan.
Stasiun ini dijadikan perwakilan dari masukan bahan pencemar dari limbah perikanan.
17
Tabel 3. Titik koordinat dan deskripsi stasiun pengambilan sampel (lanjutan) Stasiun Titik koordinat Deskripsi stasiun pengamatan
Stasiun 3 S 5°41'34,82736"- 105°33'20,62944" E
Merupakan kawasan perikanan.
Stasiun ini dijadikan perwakilan dari masukan bahan pencemar dari limbah perikanan.
3.4 Prosedur Penelitian
3.4.1 Prosedur Penelitian Bakteri 3.4.1.1 Pembuatan Media Umum
Media umum untuk bakteri laut yang digunakan adalah marine agar (MA). Pem- buatan media dilakukan sebelum kegiatan turun lapang dilakukan. Langkah pem- buatan MA yaitu 11,05 g bubuk media MA dilarutkan ke 200 mℓ akuades di da- lam erlenmeyer. Selanjutnya larutan media dihomogenkan di atas hot plate deng- an menggunakan magnetic stirrer hingga mendidih. Bagian mulut erlenmeyer di- tutup dengan alumunium foil dan diikat menggunakan karet agar lebih kuat dan dimasukkan ke plastik tahan panas. Setelah itu, media disterilisasi dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121oC. Kemudian, media diangkat dan ditunggu suhu- nya turun. Selanjutnya, media dituang secara aseptis ke dalam cawan petri. Sete- lah media mengeras cawan petri dibalik dan disimpan di dalam kulkas atau inku- bator bersuhu ˂ 28oC untuk menjaga media agar tetap keras.
3.4.1.2 Pembuatan Media Selektif
Media tumbuh selektif Vibrio sp. adalah media thiosulphate citrate bile salt suc- rose (TCBS). Langkah pembuatan media TCBS yaitu 17,816 g bubuk media TCBS dilarutkan ke 200 mℓ akuades di dalam erlenmeyer. Selanjutnya larutan media dihomogenkan di atas hot plate dengan menggunakan magnetic stirrer hingga mendidih. Bagian mulut erlenmeyer ditutup dengan alumunium foil dan diikat menggunakan karet agar lebih kuat. Setelah media homogen, media diang- kat dan ditunggu suhunya turun. Selanjutnya, media dituang secara aseptis ke
18
dalam cawan petri. Setelah media mengeras cawan petri dibalik dan disimpan di dalam kulkas atau inkubator bersuhu ˂ 28oC untuk menjaga media agar tetap ke- ras.
3.4.1.3 Pengambilan Sampel dan Isolasi Bakteri
Sampel Vibrio diambil sekali dalam sebulan pada pukul 07.00-11.00 WIB. Sam- pel diambil dari perairan sekitar tambak menggunakan botol sampel steril seba- nyak 50 mℓ. Botol dicelupkan ke dalam air hingga kedalaman ± 20 cm dengan dimiringkan bagian leher botol ke bawah. Botol ditutup saat masih berada dalam air untuk menghindari kontaminasi. Sampel bakteri ditandai lalu disimpan dalam cool box. Setelah sampai di Laboratorium Budidaya Perikanan Universitas Lam- pung segera dilakukan isolasi bakteri. Sampel air diambil 100 µℓ untuk ditanam secara pour plate pada media TCBS dan MA pada cawan petri. Cawan petri dila- pisi dengan plastik wrap untuk menghindari kemungkinan kontaminasi dari luar.
Sampel ditandai dengan nama stasiun dan pengulangan masing-masing. Cawan petri berisi bakteri kultur diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 36oC (Chau et al., 2011).
3.4.1.4 Perhitungan Koloni Bakteri
Perhitungan koloni bakteri dilakukan setelah inkubasi selama 24 jam, metode yang digunakan berupa metode perhitungan cawan petri atau total plate count (TPC). Total koloni yang tumbuh berada pada kisaran 30-300 koloni. Hasil dari perhitungan ini digunakan sebagai nilai pendugaan jumlah bakteri yang tumbuh pada perairan sekitar tambak yang diisolasi dalam media TCBS dan MA. Perhi- tungan koloni bakteri dilakukan di Laboratorium Budidaya Perikanan, Universitas Lampung.
3.4.2 Prosedur Penelitian Plankton 3.4.2.1 Pengambilan Sampel Plankton
Sampel plankton diambil sekali dalam sebulan pada pukul 07.00-11.00 WIB. Air sampel diambil dari perairan sekitar tambak menggunakan ember sebanyak 20 ℓ.
19
Air sampel disaring menggunakan plankton net. Air sampel lalu dipindahkan ke dalam botol sampel berukuran 50 mℓ. Sampel kemudian diberi pengawet forma- lin 4% sebanyak 2-3 tetes dan diberi label pada botol sampel. Tutup botol dilapisi plastik wrap untuk menghindari kebocoran. Botol sampel disimpan di dalam cool box agar sampel plankton tidak rusak. Sampel diambil sebanyak 3 stasiun dengan 3 kali pengulangan. Sampel dipindahkan ke dalam kulkas untuk menjaga kualitas- nya. Selanjutnya pengamatan sampel plankton dilakukan di Laboratorium Budida- ya Perikanan, Universitas Lampung.
3.4.2.2 Identifikasi Plankton
Proses identifikasi dilakukan dengan mengamati sampel menggunakan mikroskop di Laboratorium Budidaya Perikanan, Universitas Lampung. Botol sampel yang berisi sampel air dihomogenkan. Sampel diambil menggunakan pipet tetes. Sam- pel diteteskan pada haemocytometer dan diamati menggunakan mikroskop. Sam- pel diamati menggunakan haemocytometer secara keseluruhan pada bagian berga- ris haemocytometer. Selanjutnya didokumentasikan dan diidentifikasi plankton menggunakan buku identifikasi berdasarkan Newell & Newell (1963) dan Sahu et al. (2013).
3.4.3 Prosedur Penelitian PCR IMNV 3.4.3.1 Ekstraksi Silika
Sampel air diambil sebanyak 500 µℓ lalu dimasukkan ke microtube, lalu ditam- bahkan 900 µℓ GT Buffer. kemudian larutan di-sentrifuge 12.000 rpm selama 3 menit. Lalu supernatan diambil 600 µℓ dan dipindahkan ke dalam microtube yang telah terisi silica sebanyak 40 µℓ. Selanjutnya sampel di-vortex dan di-sentrifuge 12.000 rpm selama 20 detik. Setelah itu supernatan dibuang dan ditambahkan 500 µℓ GT Buffer, selanjutnya di-vortex hingga larut dan di-sentrifuge 12.000 rpm se- lama 20 detik. Kemudian supernatan dibuang dan ditambahkan etanol 70% seba- nyak 1000 µℓ. Selanjutnya di-vortex hingga larut dan di-sentrifuge 12.000 rpm se- lama 20 detik. Setelah itu, etanol dibuang dan pelet dikeringkan. Kemudian DEPC
20
ddH2O ditambahkan sebanyak 1000 µℓ dan di-vortex hingga larut. Selanjutnya sampel diinkubasi selama 10 menit pada suhu 55°C. Setelah itu, larutan di-vortex dan di-sentrifuge 12.000 rpm selama 2 menit. Kemudian dipindahkan 500 µℓ ke microtube baru dan lanjut ke proses selanjutnya.
3.4.3.2 Amplifikasi
Proses amplifikasi sampel mereaksikan reagen sesuai dengan standar produk (pri- mer) yang digunakan. Produk yang digunakan yaitu IQ REALTM IMNV Quanti- tative System (farming intelligene). Komposisi reagen IQ REALTM IMNV tertera pada Tabel 4.
Tabel 4. Reagen IQ REALTM IMNV
IQ REALTM IMNV Quantitative System Jumlah
1. Real-Time PreMix 20 µℓ
2. RT Enzyme Mix 1 µℓ
3. IQzyme DNA Polymerase 2 µℓ
4. Template RNA 2 µℓ
Tabel 5. Pengaturan suhu mesin RT-PCR IMNV
Proses Suhu (°C) Waktu Siklus
Amplifikasi
Pre-denaturasi 42 30 menit 1
Denaturasi 93 15 detik 40
Annealing/Ekstensi 60 60 detik 40
Langkah selanjutnya sampel di-spindown dan dimasukkan ke dalam mesin RT- PCR yang sebelumnya telah dihubungkan dengan komputer. Proses berjalan sela- ma ± 1,5 jam. Setelah proses selesai, hasil RT-PCR ditampilkan melalui monitor dalam bentuk grafik. Grafik tersebut selanjutnya dianalisis untuk menentukan po- sitif atau negatif hasil pengujian sampel.
21
3.4.4 Prosedur Penelitian Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air pada perairan sekitar tambak diperlukan sebagai gambar- an kondisi tambak udang di Kecamatan Kalianda, serta untuk mengetahui hubung- an kualitas air dengan bakteri, Vibrio, plankton, dan IMNV. Pengukuran kualitas air dilakukan saat pagi hari, tiap pengamatan dilakukan sebanyak sekali untuk tiap stasiun pengamatan. DO diukur menggunakan DO meter. pH dan suhu diukur menggunakan pH meter. Salinitas diukur dengan refraktometer. Adapun parame- ter alkalinitas, nitrit, nitrat, amonia, dan fosfat dilakukan dengan pengambilan sampel air dan diuji dengan test kit di Laboratorium Budidaya Perikanan, Univer- sitas Lampung.
3.5 Parameter Penelitian 3.5.1 Total Bakteri dan Vibrio
Total bakteri adalah nilai yang menggambarkan jumlah bakteri yang terdapat pada suatu perairan. Nilai kepadatan bakteri yang dinyatakan dengan satuan CFU/mℓ (Ganesh et al., 2010). Menurut Tyas et al. (2018) total bakteri dan Vibrio dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut:
∑ Bakteri = 1
V× n × f
Keterangan:
∑ bakteri : Banyaknya sel bakteri (CFU/mℓ) n : Jumlah koloni bakteri
V : Volume sampel
f : Faktor pengenceran
3.5.2 Kelimpahan Plankton
Kelimpahan plankton adalah nilai yang menunjukkan banyaknya sel plankton yang terdapat dalam sebuah perairan yang dinyatakan dalam sel/ℓ. Kelimpahan plankton dihitung menggunakan persamaan (APHA, 1989) sebagai berikut:
22
N = Z × 𝑋 𝑌×1
𝑉
Keterangan:
N : Jumlah plankton seluruhnya (sel/ℓ) Z : Jumlah plankton yang ditemukan X : Volume air sampel tersaring (50 mℓ) Y : Volume sampel yang diamati (0,0009 mℓ) V : Volume air yang disaring (20 ℓ)
3.5.3 Indeks Keanekaragaman Plankton
Indeks keanekaragaman plankton dihitung dengan persamaan menurut Odum (1998) sebagai berikut:
H′ = − ∑ P𝑖 In P𝑖
Keterangan:
H’ : Indeks keanekaragaman plankton P𝑖 : n𝑖/N
n𝑖 : Jumlah individu pada jenis ke-i N : Jumlah total individu
Indeks keanekaragaman plankton adalah nilai yang menunjukkan keanekaragam- an suatu organisme yang terdapat dalam sebuah komunitas. Nilainya ditandai dengan banyaknya spesies yang membentuk komunitas tersebut. Kriteria indeks keanekaragaman disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Kriteria indeks keanekaragaman plankton
Nilai Keterangan
H’ ˂ 1 Keanekaragaman jenis rendah dan kondisi biota tidak stabil
1˂ H’ ˂ 3 Keanekaragaman jenis sedang dan kondisi biota labil H’ > 3 Keanekaragaman jenis tinggi dan kondisi biota stabil Sumber : BRSDMKP (2019)
23
3.5.4 Indeks Keseragaman Plankton
Indeks keseragaman plankton dihitung dengan persamaan menurut Odum (1998) sebagai berikut:
E = H′
H maks Keterangan:
E : Indeks keseragaman plankton
H’ : Nilai indeks keanekaragaman plankton H maks : In S
S : Jumlah jenis
Indeks keseragaman plankton adalah nilai yang menunjukkan kemerataan penye- baran jumlah jenis dan spesies atau tidak terdapat spesies tertentu yang mendomi- nansi. Kriteria indeks keseragaman disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Kriteria indeks keseragaman plankton
0,4 ˂ E ˂ 0,6 Keseragaman sedang dan komunitas labil E > 0,6 Keseragaman tinggi dan komunitas stabil Sumber : Haryati et al. (2010)
3.5.5 Indeks Dominansi Plankton
Indeks dominansi plankton dihitung dengan persamaan menurut Odum (1998) sebagai berikut:
C = ∑(P𝑖)2
Keterangan:
C : Indeks dominansi plankton n𝑖 : Jumlah individu spesies N : Jumlah total individu P𝑖 : n𝑖/N
Nilai Keterangan
E ˂ 0,4 Keseragaman rendah dan komunitas tertekan
24
Indeks dominansi plankton adalah nilai yang mewakili komposisi jenis dalam se- buah komunitas dan spesies yang dominan yang menggambarkan adanya kekuat- an suatu spesies dibandingkan dengan spesies lainnya. Kriteria indeks dominansi disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8. Kriteria indeks dominansi plankton
Nilai Keterangan
≈ 0 Tidak ada spesies yang mendominansi
≈ 1 Ada spesies yang mendominansi Sumber : Basmi (2000)
3.5.6 Prevalensi
Prevalensi adalah frekuensi kejadian penyakit pada suatu populasi tertentu. Nilai prevalensi menunjukkan besaran sampel uji yang terserang penyakit dibandingkan dengan jumlah semua sampel yang diuji (Lilisuriani, 2020). Prevalensi dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
Prevalensi =Jumlah positif IMNV
Jumlah total sampel× 100%
3.5.7 Kualitas Air
Pengukuran parameter kualitas air yang dilakukan meliputi suhu, pH, DO, sa- linitas, alkalinitas, nitrat, nitrit, amonia, dan fosfat yang akan dilakukan sekali dalam sebulan selama penelitian.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh selama penelitian akan ditabulasi menggunakan Microsoft Excel, dianalisis secara deskriptif yang akan disajikan berupa gambar dan tabel.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Simpulan dari penelitian ini yaitu:
1. Profil kelimpahan total bakteri, total Vibrio, plankton, IMNV, suhu, pH, DO, salinitas, nitrit, dan fosfat pada perairan sekitar tambak di pesisir Kalianda, Lampung Selatan dalam kisaran baik selama periode La Nina moderat.
2. Nilai alkalinitas, nitrat, dan amonia pada perairan sekitar tambak di pesisir Kalianda, Lampung Selatan selama periode La Nina moderat melebihi nilai optimal.
5.2 Saran
Kontrol dan pengelolaan kualitas air yang akan digunakan untuk kegiatan budi da- ya perlu ditingkatkan karena nilai alkalinitas, nitrat, dan amonia pada perairan se- kitar tambak udang di pesisir Kalianda, Lampung Selatan melebihi nilai optimal sehingga berpotensi memicu terjadinya blooming algae yang dapat berdampak bu- ruk bagi kegiatan budi daya dan lingkungan selama periode La Nina moderat.
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA
American Public Health Association (APHA). 1989. Standard Methods for the Examination of Water and Waste Water Including Bottom Sediment and Sludges 17th. Health Association Inc. New York. 1.527 hal.
Andalusia, R. 2011. Analisis Antigenitas Berdasarkan Susunan Nukleotida, Asam Amino dan Peptida pada Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) yang Menye- rang Udang Putih (L. vanamei). (Skripsi). Universitas Airlangga. Surabaya.
70 hal.
Anhwange, B. A., Agbaji E. B., & Gimba E. C. 2012. Impact assessment of hu- man activities and seasonal variation on river benue, within Makurdi Metro- polis. International Journal of Science and Technology. 2(5): 248-254.
Anita, A. W., Muhamad A., & Tri Y. M. 2017. Pengaruh perbedaan salinitas ter- hadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva udang vanamei (Litopena- eus vanamei) PL -13. Jurnal Pena Akuatika. 17(1): 12-19.
Armani, S. & Harisanti B. M. 2018. Kualitas air laut ditinjau indeks keanekara- gaman fitoplankton di perairan pantai Desa Madayin, Lombok Timur. Jurnal Ilmiah Biologi. 6(2): 1-6.
Asikin. 2020. Identifikasi Mikro Organisme Lokal pada Tambak Marginal.
(Skripsi). Universitas Muhammadiyah Makassar. Makassar. 42 hal.
Austin, B. 1988. Mikrobiologi Kelautan. Universitas Cambridge. Inggris. 222 hal.
Baba, K., Sugawara R., Nitta H., Endou K., & Miyazono A. 2009. Relationship between spat density, food availability, and growth of spawners in cultured Mizuhopecten yessoensis in Funka Bay: concurrence with ENSO. Canadian Journal of Fisheries and Aquatic Sciences, 66(1): 6-17.
Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika. 2016. Indonesia Buletin Peman- tauan Ketahanan Pangan. BMKG. Jakarta. 24 hal.
Badan Meteorologi Klimatologi & Geofisika. 2022. Buletin Informasi Iklim Juni.
BMKG. Jakarta. 12 hal.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Selatan. 2019. Kabupaten Lampung
41
Selatan dalam Angka 2019. BPS Kabupaten Lampung Selatan. Lampung Selatan. 145 hal.
Badan Pusat Statistik Kementrian Kelautan dan Perikanan. 2019. Data Luas La- han Budi Daya Kabupaten/Kota 2019. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Sumber Daya Laut dan Pesisir 2017. Badan Pusat Statistik. Jakarta.
Badan Riset SDM Kelautan & Perikanan. 2019. Strategi Pengelolaan Sumber Da- ya Ekosistem Pesisir Muara Gembong, Teluk Jakarta. Amafrad Press. Jakar- ta. 258 hal.
Basmi, J. 2000. Planktonologi: Plankton sebagai Bioindikator Kualitas Perairan.
IPB. Bogor. 60 hal.
Bintari, N. W. D., Kawuri, R., & Dalem A. A. G. R. 2016. Identifikasi bakteri Vibrio penyebab vibriosis pada larva udang galah (Macrobrachium (de Man)). Jurnal Biologi. 20(2): 53-63.
Chau, N. T. T., Hieu N. X., Thuan L. T. N., Matsumoto M., & Miyajima I. 2011.
Identification and characterization of actinomycetes antagonistic to pathoge- nic Vibrio spp. isolated from shrimp culture pond sediments in Thua Thien Hue, Viet Nam. Journal Fac. Agriculture Kyushu University. 56(1): 15-22.
Dahuri, R., Jacub R., Ginting, S. P., & Sitepu, M. J. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakar- ta. 328 hal.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumberdaya dan Ling- kungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. 258 hal.
Erari, S. S., Mangimbulude, J., & Lewerissa, K. 2012. Pencemaran organik di perairan pesisir Pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura, Papua. Prosiding Semi- nar Nasional Kimia Unesa. Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 14 hal.
Ganesh E. A., Sudeep D., Chandrasekar, K., Arun, G., & Balamurugan, S. 2010.
Monitoring of total heterotrophic bacteria and Vibrio spp. in an aquaculture pond. Current Research Journal of Biological Sciences. 2(1): 48-52.
Gemilang, W. A. & Gunardi, K. 2017. Status indeks pencemaran perairan kawas- an mangrove berdasarkan penilaian fisik-kimia di pesisir Kecamatan Brebes Jawa Tengah. Journal Enviromental Scienteae. 13(2): 171-180.
Glantz, M. H. 2001. Currents of Change: Impacts of El Nino and La Nina on Clime and Society. Cambridge University. New York. 252 hal.
42
Hamuna, B., Tanjung, R., Suwito, Maury, K., & Alianto. 2018. Kajian kualitas air laut dan indeks parameter fisika-kimia di perairan Distrik Depapre, Jayapura.
Jurnal Ilmu Lingkungan. 16(1):35-43.
Haryati, L., Achmad F. S., & Haryo T. 2010. Studi komunitas fitoplankton di pe- sisir Kenjeran Surabaya sebagai bioindikator kualitas perairan. Jurnal Kelaut- an: Indonesian Journal of Marine Science and Technology. 3(2): 117-131.
Hutagalung, H. P. & Rozak, A. 1997. Penentuan Kadar Oksigen Terlarut. Kebu- tuhan Oksigen Biologis dan Kebutuhan Oksigen Kimiawi, Nitrit, Nitrat, dan Fosfat. Puslitbang Oseanografi LIPI. Jakarta. 182 hal.
Indriany, M. 2005. Struktur Komunitas Diatom dan Dinoflagellata pada Bebera- pa Daerah Budidaya di Teluk Hurun Lampung. (Skripsi). Universitas Negeri Jakarta. Jakarta. 125 hal.
Irawan, B. 2006. Fenomena anomali iklim el nino dan la nina: kecenderungan jangka panjang dan pengaruhnya terhadap produksi pangan. Jurnal Forum Penelitian Agro Ekonomi. 24(1): 28-45.
Jawetz, Melnick, & Adelberg. 2007. Mikrobiologi Kedokteran. EGC. Jakarta. 879 hal.
Junaidi, E., Hanapiah, Z. & Agustina, S. 2013. Komunitas plankton di perairan Sungai Ogan Kabupaten Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan. Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung. 1(1): 265-273.
Junda, M., Hasrah, & Yusminah H. 2012. Identifikasi genus fitoplankton pada sa- lah satu tambak udang di Desa Bontomate’ne Kecamatan Segeri Kabupaten Pangkep. Jurnal Bionature. 13(2): 108-115.
Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman & Investasi. 2021. Laporan Ca- paian Kinerja Triwulan 3 2021 Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim. Kementrian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
Jakarta. 116 hal.
Khasanah, I. S. & Sastra, A. R. 2017. Pengaruh fenomena El Nino dan La Nina terhadap Perairan Sumatera Barat. Seminar Nasional Penginderaan Jauh. 4.
499-510.
Kunarso, D. H. 2011. Kualitas perairan di Selat Makassar ditinjau dari aspek bak- teriologi. Jurnal Biosfera. 28(1): 32-42.
Kusumaningrum, E. D., Wardiyanto, & Tusihadi, T. 2012. Insidensi infectious myonecrosis virus (IMNV) pada udang putih (Litopenaeus vanamei) di Teluk Lampung. Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(1): 65-70.
43
Lilisuriani. 2020. Serangan penyakit virus pada udang di tambak tanpa memperli- hatkan gejala klinis. Jurnal Ilmu Perikanan. 9(1): 25-32.
Makmur, R., & Fahrur, M. 2011. Hubungan antara kualitas air dan plankton di tambak Kabupaten Tanjung Jabung Barat Provinsi Jambi. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. 2(1): 961-968.
Mangampa, M. 2015. Dinamika populasi bakteri dalam air dan sedimen tambak pada pemantapan budi daya udang vaname ekstensif plus melalui pergiliran pakan. Jurnal Berkala Perikanan Terumbuk. 43(2): 25-35.
Millero, F. J., Graham, T. B., Huang, F., Bustos-Serrano, H., & Pierrot, D. 2006.
Dissociation constants of carbonic acid seawater as a function of salinity and temperature. Jurnal Marine Chemistry. 100(1-2): 80-94.
Mukti, I. 2012. Aplikasi Teknologi Oksidasi Lanjut (Ozon & UV) untuk Disinfeksi Infectious Myo Necrosis Virus (IMNV) pada Tambak Udang di Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. (Skripsi). Universitas Indonesia. Depok. 139 hal.
Naim, S., Tang, K. F. J., Yang, M., Lightner, D. V. & Nilbert, M. L. 2015. Exten- ded genome sequence of penaeid shrimp infectious myonecrosis virus strain from Brazil and Indonesia. Jurnal Archives of Virology. 160(6): 1579-1583.
Newell, G. E. & Newell R. C. 1963. Marine Plankton a Practical Guide. Hutchin- son Educational. London. 217 hal.
Ningsih, F., Rahman, M., & Rahman, A. 2013. Analisis kesesuaian kualitas air kolam berdasarkan parameter pH, DO, amoniak, karbondioksida, dan alkali- nitas di Balai Benih dan Induk Ikan Air Tawar (BBI-IAT) Kecamatan Karang Intan Kabupaten Banjar. Fish Scientiae. 4(6): 102-113.
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 367 hal.
Nur, I. 2019. Penyakit Ikan. Deepublish. Yogyakarta. 237 hal.
Nuraini, Y. L. 2008. Prevalensi dan Perubahan Histopatologik Infectious Myo- necrosis (IMN) pada Udang Putih (Litopenaeus vanamei) di Jawa Timur.
(Tesis). Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 66 hal.
Odum, E. P. 1998. Dasar-dasar Ekologi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
697 hal.
Otta S. K. & Karunasagar I. 2001. Bacteriological study of shrimp Penaeus monodon Fabricius, hatcheries in India. Journal Applied Ichthyology. 17(2):
59-63.
44
Patty, S. I., Marenda P. R., Husen R., & Nebuchadnezzar A. 2019. Kajian kualitas air dan indeks pencemaran perairan laut di Teluk Manado ditinjau dari para- meter fisika-kimia air laut. Jurnal Ilmu Kelautan Kepulauan. 2(2): 1-13.
Peraturan Menteri Kelautan & Perikanan Republik Indonesia No 75. 2016. Pedo- man umum pembesaran Udang Windu (Penaeus monodon) dan Udang Vana- me (Litopenaeus vannamei). Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta.
43 hal.
Prajitno, A. 2005. Diktat Kuliah Parasit dan Penyakit Ikan. Fakultas Perikanan Universitas Brawijaya. Malang. 104 hal.
Pratiwi, H., Damar A., & Sulistiono. 2018. Phytoplankton community structure in the estuary of Donan River, Cilacap, Central Java, Indonesia. Jurnal Biodiv.
19(6): 2104-2110.
Pusat Pendidikan Kelautan & Perikanan. 2015. Modul Mengidentifikasi Para- meter Kualitas Air. Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 69 hal.
Putri, D. S., Affandi, M. I., & Sayekti, W. D. 2020. Analisis kinerja usaha dan ri- siko petambak udang vaname pada sistem tradisional dan sistem semi intensif di Kecamatan Labuhan Maringgai Kabupaten Lampung Timur. Jurnal Ilmu- ilmu Agribisnis. 8(4): 625-632.
Radiarta, I. N., Anang H. K., & Adang S. 2011. Kondisi meteorologi, klimatologi, dan perikanan di kawasan Waduk Cirata, Jawa Barat: analisis awal kemung- kinan dampak pemanasan global terhadap perikanan budi daya. Jurnal Riset Akuakultur. 6(3): 495-506.
Rahardjo, A. M. D. 2021. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Pantai Bojo- negara, Teluk Banten. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor. 64 hal.
Risamasu, F. J. L. & Prayitno, H. B. 2011. Kajian zat hara fosfat, nitrit, nitrat, dan silikat di Perairan Kepulauan Matasir, Kalimantan Selatan. Jurnal Ilmu Kela- utan. 16(3): 135-142.
Rokhin, K., Apri A., & Indah W. A. Analisis kelimpahan fitoplankton dan keter- sediaan nutrien (NO3 dan PO4) di perairan Kecamatan Kwanyar Kabupaten Bangkalan. Jurnal Kelautan. 2(2): 7-16.
Rosmawati, T. 2011. Ekologi Perairan. Hiliana Press. Jakarta. 114 hal.
Rosmiati. 2017. Eksplanasi ilmiah dampak El Nino dan La Nina. Jurnal Mangi- fera Edu. 2(1): 32-42.
Rukminasari, N. 2018. Struktur komunitas dan kelimpahan fitoplankton di Pulau Kapoposang Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan Provinsi Sulawesi Sela- tan. Jurnal Pengelolaan Perairan. 1(1): 51-65.
45
Rusmawati, N. H. 2018. Status Kualitas Air Laut dan Indeks Pencemaran di Perairan Pulau Nunukan. (Skripsi). Universitas Borneo Tarakan. Tarakan.
133 hal.
Sahu, K.C., Baliarsingh S.K., Srichandan S., Aneesh A. L., & Kumar T.S. 2013.
Monograph on Marine Plankton of East Coast of India-A Cruise Report. In- dian National Centre for Ocean Information Services. Hyderabad, 146 hal.
Saputra, R. 2016. Keanekaragaman Jenis Plankton di Danau Tahai Kelurahan Tumbang Tahai Kecamatan Bukit Batu Provinsi Kalimantan Tengah. (Skrip- si). IAIN Palangkaraya. Palangkaraya. 101 hal.
Sastawijaya, T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakarta. 317 hal.
Simanjuntak, M. 2009. Hubungan faktor lingkungan kimia, fisika terhadap dis- tribusi plankton di Perairan Belitung Timur, Bangka Belitung. Jurnal Peri- kanan Universitas Gadjah Mada. 11(1): 31-45.
Soedarto. 2015. Mikrobiologi Kedokteran. CV Sagung Seto. Jakarta. 811 hal.
Soewandita, H. & Nana S. 2010. Studi dinamika kualitas air DAS Ciliwung. Jur- nal Akuakultur Indonesia. 6(1): 24-33.
Sudarsono. Identifikasi Jenis-jenis plankton di kolam blok o, Banguntapan, Ban- tul, Yogyakarta. Jurnal Sains Dasar. 3(2): 149-155.
Sumiati, Kasim M., & Halili. 2020. Struktur komunitas zooplankton pada kawas- an benih lobster di perairan Ranooha Raya, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan. Jurnal Manajemen Sumberdaya Perairan. 5(1): 37-49.
Susila, I Made A. D., Faridha, Lestari E., Adhila I., Magdalena M., & Adolf L. S.
M. S. 2011. Dampak biologis limbah bahang terhadap biota perairan di seki- tar Pembangkit Listrik Tenaga Uap Suralaya. Jurnal Ketenagalistrikan dan Energi Terbarukan. 10(1): 35-50.
Sutiknowati, L. H. 2014. Kualitas perairan tambak udang berdasarkan parameter mikrobiologi. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis. 6(1): 157-170.
Standar Nasional Indonesia (SNI). 2014. Udang vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) bagian 1: produksi induk model indoor (SNI 8037.1:2014). SNI.
Jakarta.11 hal.
Syafitri, E. M. 2020. Struktur Komunitas Plankton di Perairan Pantai Cengkok – Teluk Banten. (Skripsi). IPB University. Bogor. 48 hal.
Syahailatua, A. 2008. Dampak perubahan iklim terhadap perikanan. Jurnal Ose- ana. 33(2): 25-32.