ii
ii EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK SMPNEGERI 19 BANDAR LAMPUNG MELALUI APLIKASI GOOGLE CLASSROOM
PADAMATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
(Skripsi)
Oleh
NAFIISA LUTHFITA ZAHRADHIYA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2021
ii ABSTRAK
EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK SMPNEGERI 19 BANDAR
LAMPUNG MELALUI APLIKASI GOOGLE CLASSROOM PADAMATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
Oleh
NAFIISA LUTHFITA ZAHRADHIYA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuiefektivitasmetode diskusi dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik SMP Negeri 19 Bandar Lampung melaluiGoogle Classroom pada materi sistem pernapasan manusia.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental semu One-Group Pretest- Posttest Design. Subyek penelitian ini adalah peserta didik kelas
VIIIBSMPNegeri 19 Bandar Lampung berjumlah 29 orang. Data
penelitianberupanilaipretes-postes hasil belajar kognitif berupa 10 soal berbentuk pilihan ganda, sedangkan kuesioner tanggapan peserta didik terhadap
pembelajaran berisi 10 pernyataan. Nilai pretes dan postes peserta didik dianalisis menggunakan data kuantitatif.Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode diskusi menggunakan aplikasi Google Classroomefektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik dengan kategori sedang dengan perolehan N- gain sebesar 0,469. Hasil analisis tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran menunjukkan tanggapan cukup baik secara keseluruhan.
Kata kunci:Diskusi, Google Classroom, hasil belajar kognitif, sitem pernapasan mausia.
iii EFEKTIVITAS METODE DISKUSI DALAM MENINGKATKAN HASIL
BELAJAR KOGNITIF PESERTA DIDIK SMPNEGERI 19 BANDAR LAMPUNG MELALUI APLIKASI GOOGLE CLASSROOM
PADAMATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA
Oleh
NAFIISA LUTHFITA ZAHRADHIYA
Skripsi
Sebagai Salah satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Biologi
Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDARLAMPUNG 2021
iv
v
vi
vii RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada 18 Juni 1997 di Ambarawa, Semarang, merupakan anak kedua dari lima bersaudara, anak dari pasangan Bapak Mohamad Surowo, Amd.An.
dengan Ibu Listyaningdyah P.R. Penulis beralamat di Kampung Tempel,Sribasuki, Kecamatan Kotabumi, Kabupaten Lampung Utara. Nomor handphone penulis 081369420114.
Penulis mengawali pendidikan formal di SD Islam Ibnu Rusyd Lampung Utara (2003-2009), SMP Negeri 01 Kotabumi Lampung Utara (2009-2012), dan SMA Negeri 04 Kotabumi Lampung Utara (2012-2015). Pada tahun 2015, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung melalui jalur SBMPTN. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP Negeri 2 Batanghari, Kabupaten Lampung Timur dan melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di Desa Talagening, Kota Agung , Kecamatan Batanghari, Kabupaten Tanggamus (tahun 2018).Tahun 2020 penulis melakukan penelitian di SMP Negeri 19 Bandar Lampung untuk meraih gelar sarjana pendidikan (S.Pd.).
viii
Motto
“Maka nikmat tuhanmu manakah yang engkau dustakan?”
(QS Ar Rahman : 13)
"Balas dendam terbaik adalah menjadikan dirimu lebih baik”
(Ali bin AbiThalib)
“Allah akan menolong hamba-Nya selama hamba-Nya selalu menolong saudaranya”
(HR Muslim)
“Anda mungkin bisa menunda, tapi waktu tidak bisa menunggu.”
(Benjamin Franklin)
ix Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirrabbil’alamin, segala puji dan syukurhanya untuk Allah Subhanahu wa Ta'ala,atas rahmat dan nikmat yang telah diberikan, serta kekuatan, kesehatan, dan kesabaran untuk ku dalam mengerjakan skripsi ini
Shalawat serta salam selalu tercurah kepada junjunganku Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam
Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada orang-orang yang berharga dan berarti dalam hidupku:
Bapakku (Mohamad Surowo, Amd.An) dan Ibuku (Listyaningdyah P.R)
Kedua orangtuaku yang dengan penuh kesabaran dalam mendidik dan merawatku sedari kecil hingga mengantarkanku ke perguruan tinggi dan meraih cita-cita yang
selama ini aku impikan.
Kakakku (M. Kharisma C dan Nike Tri Meilani) dan Adikku (M. Farid Aqil M, M. Daffa rizki K dan Shasha Sabila C)
Kakakku yang selalumemberikansemangat, menjadisosokkakak yang dapatmenjadicontoh baikterhadapadiknya, sertaadikku yang
senantiasamenghiburku.Terimakasihuntuksegaladoa, cintadankasihsayang yang kalianberikan.
Para Pendidik
Para guru dan para dosen, atas ilmu, nasihat, bimbingan, kesabaran, waktu, dan arahan yang telah diberikan sehingga aku dapat menjadi pribadi yang lebih berani
dalam mewujudkan impian dan cita-citaku.
Almamater tercinta, Universitas Lampung
x SANWACANA
Puji Syukur kehadirat Allah Subhanahuwata‘ala, atas segala rahmat dan karunia- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Efektivitas Metode DiskusiDalam Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik SMPNegeri 19 Bandar LampungMelalui Aplikasi Google ClassroomPada Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia”.Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam menempuhujian Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PendidikanMIPA FKIP Universitas Lampung.
Penulis menyadari ini bukanlah hasil jerih payah sendiri akan tetapi berkat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil sehingga penulisan skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, di dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan ucapan rasa terima kasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. Patuan Raja, M.Pd., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
2. Prof. Dr. Undang Rosydin, M.Pd. selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.
3. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus Pembimbing I yang telah memberikan ilmu serta arahan dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Berti Yolida, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah sabar dalam memberikan ilmu, arahan, masukan, serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed, selaku Pembahas yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat dan saran-saran perbaikan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
xi
xii DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
I.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... . 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian... . 5
II.TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Efektivitas Pembelajaran ... 8
2.2 Metode Pembelajaran Diskusi………... 9
2.3 Pembelajaran Berbasis Daring Menggunakan Google Classroom... 11
2.4 Hasil Belajar Kognitif ... 14
2.5 Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia ………... 18
2.6 Kerangka Pikir ... 21
III.METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 23
3.2 Populasi dan Sampel ... 23
3.3 Desain Penelitian ... 23
3.4 Prosedur Penelitian ... 24
3.5 Jenis dan Teknik Pengambilan Data ... 25
3.6 Analisis Instrumen Penelitian... 25
3.7 Teknik Analisis Data... 27
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... . 31
4.1.1 Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Sebelum dan Sesudah Pembelajaran Metode Diskusi Melalui Aplikasi Google Classroom...31
4.1.2 Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Diskusi Melalui Aplikasi Google Classroom ...……...………...…... 33
V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 38
5.2 Saran ... 38
xiii DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xiv DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Langkah-langkah Penyelenggaraan Diskusi... 11
2. Desain Penelitian ... 23
3.Kriteria Indeks N-gain ... 26
4. Angket Tanggapan Peserta Didik ... 27
5.Indeks Kriteria Validitas ... 27
6. Hasil Uji Realibilitas Butir Soal ... 28
7. Interpretasi Tanggapan peserta didik Terhadap Pembelajaran ... 30
8.Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik ... 31
9. Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif ... 32
10. Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran diskusi Melalui Aplikasi Google Classroom ... 33
xv DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Alat-alat sistem pernapasan ... 19
2. Skema Kerangka Pikir ... 21
3. Diagram hubungan antar variabel ... 22
4. Proporsi nilai N-gain ... 32
5. Jawaban peserta didik ... 35
6. Jawaban peserta didik ... 35
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa yang terdapat dalam pembukaan undang-undang Dasar 1945.
Bertambah baiknya kualitas pendidikan dan sumber daya manusia yang dihasilkan dapat membawa perubahan bangsa Indonesia menuju kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik. Dalam konteks pendidikan, hampir semua proses yang dilakukan adalah kegiatan pembelajaran.Kegiatan
pembelajaran yang efektif dan efisisen akan memberikan hasil belajar yang baik bagi peserta didik.Pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila
memberikan pengalaman baru kepada peserta didik, membentuk kompetensi peserta didik, serta mengantarkan mereka ketujuan yang ingin dicapai secara optimal (Rusman, 2013: 73).
Pentingnya proses pembelajaran yang baik dalam pendidikan agar
tercapainya tujuan pembelajaran.Proses pembelajaran akan berjalan dengan baik apabila didukung dengan adanya pendidik yang kompeten terhadap bidangnya dan adanya fasilitas yang memadai. Peran seorang pendidik tidak hanya mengajarkan ilmu kepada peserta didik, tetapi pendidik juga harus dapat memberikan motivasi, agar peserta didik semangat dalam belajar dan mendapatkan hasil belajar yang memuaskan dan dapat diterapkan oleh masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik harus dapat membuat proses
pembelajaran yang memotivasi peserta didik agar tidak merasa jenuh selama melakukan proses pembelajaran.Namun pada faktanya, sekarang dunia sedang dilanda wabah virus Covid 19 yang mematikan hingga berdampak kepada seluruh aspek kehidupan termasuk dalam aspek pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan pemerintah mengharuskan masyarakat untuk tetap
beraktivitas di dalam rumah. Maka proses pembelajaran tidak dapat
2 dilaksanakan sebagaimana semestinya seperti belajar tatap muka disekolah.
Maka pemerintah menghimbau untuk para pendidik dapat melaksanakan pembelajaran jarak jauh dari rumah yakni menggunakan bantuan teknologi berupa internet yang disebut dengan pembelajaran online atau dalam jaringan (daring).
Pembelajaran online atau dalam jaringan (daring) yang dilaksanakan peserta didik di dukung oleh pemerintah dengan dikeluarkannya kebijakan oleh Kementrian Pendidikan Tinggi berupa quota paket internet gratis bagi para guru, dosen, mahasiswa dan peserta didik. Dalam mempermudah proses pembelajaran yang dilakukan secara online. Namun di sisi lain pembelajaran secara online ini memiliki permasalahan yakni berupa adanya keterbatasan penguasaan teknologi informasi dan sarana prasarana oleh guru dan peserta didik, serta proses pembelajaran yang sangat terkesan tidak serius dengan kurang antusiasnya para peserta didik untuk belajar dari rumah. Maka pendidik berperan mengarahkan peserta didik untuk tetap mendapatkan pengalaman belajar yang baik agar terciptanya keberhasilan pembelajaran.
Menurut Ragan dalam Pribadi (2015:15) untuk mencapai keberhasilan pembelajaran harus memenuhi tiga faktor yaitu efektifitas, efesiensi dan daya tarik.
Berdasarkan hasil wawancara pada 5 Agustus 2019 dengan pendidik biologi di SMP Negeri 19 Bandar Lampung, diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan disekolah tersebut masih menggunakan metode ceramah dan sehingga hal tersebut menyebabkan peserta didik hanya memerhatikan pendidik saja. Akibatnya dalam proses belajar mengajar, peserta didik hanya mendengarkan dan mencatat. Pada saat diskusi berlangsung, hanya sebagaian peserta didik yang mengikuti jalannya proses belajar mengajar, terutama peserta didik yang memiliki pemahaman yang cukup baik saja yang
berkontribusi, hal ini terjadi karena peserta didik yang pemahamannya kurang tidak berani untuk mengungkapkan pendapatnya. Proses pembelajaran
seperti ini tidak memotivasi peserta didik, sehingga hasil belajar yang didapatkan rendah atau dibawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) yang
3 telah ditentukan oleh sekolah yaitu 70.Berdasarkan wawancara pula, media yang digunakan untung mendukung KBM di SMP Negeri 19 Bandar Lampung adalah whatsapp dan zoom saja.Akan tetapi dalam penggunaan zoom masih sedikit kurang efektif karena pihak sekolah masih memberikan fasilitas aksesnya untuk setiap guru secara bergantian. Maka pembelajaran yang berlangsung terkadang hanya sebatas melalui aplikasi whatsapp group saja.
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, maka diperlukanya solusi berupa media pembelajaran pendukung lainnya yang diharapkan efektif dalam membantu proses pembelajaran peserta didik sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yakni berupa metode diskusi melalui aplikasi Google
Classroom. Metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom diasumsikan bahwa tujuan pembelajaran akan lebih mudah dilaksanakan. Oleh karena itu, penggunaan aplikasi Google Classroom ini sesungguhnya mempermudah pendidik dalam mengelola pembelajaran dan menyampaikan informasi secara tepat dan akurat kepada peserta didik (Hakim, 2016:58). Menurut Slameto (2003: 175-176) metode diskusi adalah salah satu upaya memecahkan masalah yang di hadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan argumentasi untuk memperkuat pendapatnya. Melalui diskusi pula, pendidik dapat mengarahkan peserta didik untuk menciptakan situasi yang memungkinkan peserta didik untuk bertanya, mengasimilasi dan
menganalisis informasi, dan merumuskan sendiri kesimpulan. Metode diskusi memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan sendiri
informasi-informasi baru (Dwikoranto, 2011: 42).Akan tetapi untuk
mendukung proses pembelajaran secara daring, maka diperlukannya media atau aplikasi pembelajaran yang baik pula seperti aplikasi Google Classroom.
Dalam pembelajaran dengan Google Classroom, peserta didik memiliki waktu yang lebih banyak untuk mengatur pola belajar serta menambah wawasan melalui literasi digital, hal ini memungkinkan peserta didik untuk berproses pikir secara lebih baik dan terus menerus (Sobri dkk, 2020: 64).
Pada pembelajaran daring melalui aplikasi Google Classroom, peserta didik
4 memperoleh pembiasaan untuk menganalisis segala sesuatu yang dibaca, dilihat, dan didengar.Brock (2015:25) menyatakan bahwa Google Classroom memberikan beberapa manfaat seperti berbagi informasi, pengumuman, pertanyaan dan membuka ruang diskusi melalui aliran kelas.
Metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom dipilih oleh penulis sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan permasalahan dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan hasil belajar kognitif peserta didik. Hal tersebut telah dibuktikan melalui penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Maskar dan Wulantina (2019) dengan judul “Persepsi Peserta Didik terhadap Metode Blended Learning dengan Google Classroom” yang menunjukkan hasil penggunaan Google Classroom dapat meningkatkan minat belajar peserta serta meningkatkan proses belajar mandiri yang berdampak dengan hasil kognitifnya. Selain itu, metode ini juga dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar peserta didik. Yaitu pemahaman materi menggunakan Google Classroom memperoleh nilai tertinggi yaitu sebesar 62,63%.
Sementara hasil penelitian Rosali (2020) menyatakan bahwa pembelajaran daring di masa pendemi covid 19 cukup efektif bila menggunakan aplikasi Google Classroom dan whatshapp.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka peneliti melakukan penelitian mengenai “Efektivitas metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada materi sistem pernapasan manusia”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian iniadalah:
1. Apakah metode diskusi efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik melalui aplikasi Google Classroomdi SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada materi pokok sistem pernapasan manusia?
5 1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini ialah:
1. Untuk mengetahui kefektifan metode diskusiterhadap hasil belajar kognitif peserta didik melalui aplikasi Goole Classroom di SMP Negeri 19 Bandar Lampung pada materi pokok sistem pernapasan manusia.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, yaitu untuk menambah pengalaman, wawasan dan pengetahuan untuk menjadi calon pendidik yang baik dan menjadi pelajaran yang berharga.
2. Bagi peserta didik, diharapkan dapat memberikan suasana belajar yang menyenangkan sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar.
3. Bagi pendidik, yaitu menambah pengetahuan untuk menerapkan metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom sebagai strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik pada materi sistem pernafasan manusia.
4. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan sebagai upaya dalam meningkatkan kualitas pembelajaran biologi di sekolah.
1.5 Ruang Lingkup penelitian
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah penelitian ini, maka perlu adanya batasan ruang lingkup penelitian yaitu:
1. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini adalah Pembelajaran dikatakan efektif apabila peningkatan hasil belajar peserta didik menunjukan perbedaan yang nyata antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran. Efektivitas pembelajaran yang diukur ialah metode diskusi melalui aplikasi Google Classroomterhadap hasil belajar kognitif.
2. Metode pembelajaran diskusi melalui Google Classroom adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses pembelajaran untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang
6 dipertanyakan dengan saling tukar pikiran antar sesama peserta didik maupun pendidik melalui bantuan aplikasi berupa Google Classroom secara online/jarak jauh.
3. Hasil belajar yang diukur dalam penelitian ini adalah ranah kognitif berdasarkan Taksonomi Bloom yang direvisi oleh Anderson dan
Karthwolh, yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4) yang diperoleh dari tes berupa pretest dan postest, serta dianalisis menggunakan N-gain.
4. Materipokokyangdibahasdalampenelitianiniadalah materi sistem pernapasan manusia di kelas VIII SMP, yakni terdapat pada KD 3.9 Menganalisis sistem pernapasan pada manusia dan memahami gangguan pada sistem pernapasan, serta upaya menjaga kesehatan sistem pernapasan.
5. Populasi objek penelitian ini,yaitu seluruh peserta didik kelas VIII SMPNegeri 19 Bandar Lampung.Sedangkan sampel penelitian iniadalah peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 19 BandarLampungyangberjumlah 29 pesertadidik.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas Pembelajaran
Menurut Mardiasmo (2017: 134), Efektivitas adalah ukuran berhasil tidaknya pencapaian tujuan suatu organisasi mencapai tujuannya.Menurut Nana Sudjana (1990:50) efektivitas dapat diartikan sebagai tindakan keberhasilan peserta didik untuk mencapai tujuan tertentu yang dapat membawa hasil belajar secara maksimal. Keefektifan proses pembelajaran berkenaan dengan jalan, upaya teknik dan strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara optimal, tepat dan cepat, sedangkan menurut Sumardi Suryasubrata (1990:5) efektivitas adalah tindakan atau usaha yang membawa hasil.
Hamalik (2001) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada peserta didik untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu peserta didik dalam memahami konsep yang sedang di pelajari.
Ada berbagai faktor yang mempengaruhi efektivitas suatu pembelajaran, baik dari faktor pendidik, peserta didik, materi pembelajaran, media, metode maupun model pembelajaran. Namun dalam penelitian ini, peneliti hanya terfokus pada efektivitas penggunaan metode diskusi melalui aplikasi Google Classroomdalam Pembelajaran IPA pada materi sistem pernapasan manusia.
Peneliti menggunakan kriteria efektif apabila pada hasil belajar kognitif peserta didik setelah dilaksanakannya pembelajaran cenderung meningkat hasilnya, dibandingkan sebelum dilaksanakannya pembelajaran menggunakan metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom.
9 2.2 Metode Pembelajaran Diskusi
Diskusi adalah salah satu strategi belajar mengajar yang dilakukan seorang pendidik disekolah, dalam diskusi ini orang berinteraksi antara dua atau lebih individu saling tukar menukar pengalaman, informasi, dan memecahkan masalah (Isjoni, 2007: 131). Metode pembelajaran diskusi berasal dari bahasa latin, yaitu discussus yang berarti to examine.Discussus terdiri dari kata dis dan cuture. Dis artinya terpisahdan cuture artinya memukul atau
menggoncang. Secara etimologis discuture berarti suatu pukulan yang memisahkan sesuatu atau membuat sesuatu menjadi jelas dengan cara memecahkannya (Armai, 2002: 145). Menurut Suryosubroto (2009: 167) diskusi adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran dimana pendidik memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengadakan
perbincangan ilmiah guna mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan atau penyusunan berbagai alternatif pemecahan atas suatu masalah.
Basyirudin (2002: 36) menyatakan diskusi adalah suatu cara mempelajari materi pelajaran dengan memperdebatkan masalah yang timbul dan saling mengadu argumentasi secara rasional dan objektif yang menimbulkan perhatian dan perubahan tingkah laku anak dalam belajar. Diskusi juga mengandung unsur-unsur demokratis, berbeda dengan ceramah, diskusi tidak diarahkan oleh pendidik, peserta didik diberi kesempatan untuk
mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Ada berbagai bentuk kegiatan yang dapat disebut diskusi, dari tanya jawab yang kaku sampai pertemuan
kelompok yang tampaknya lebih bersifat terapis daripada instruksional (Hadi, 2001: 84).
Hamdayama (2015: 133) mengungkapkan bahwa tujuan pembelajaran diskusi adalah memotivasi atau memberi stimulasi kepada peserta didik agar berpikir kritis, mengeluarkan pendapatnya, serta menyumbangkan pikiran-pikirannya dan mengambil suatu jawaban aktual atau satu rangkaian jawaban yang didasarkan atas pertimbangan yang seksama. Prinsip-prinsip yang perlu dipegang dalam melakukan diskusi antara lain: a) melibatkan peserta didik
10 secara aktif dalam diskusi yang diadakan; b) masalah yang didiskusikan sesuai dengan perkembangan dan kemampuan peserta didik; c) pendidik berusaha mendorong peserta didik yang kurang aktif untuk melakukan dan mengeluarkan pendapat; d) peserta didik dibiasakan menghargai pendapat orang lain dalam menyetujui atau menentang pendapat; e) aturan dan jalannya diskusi hendaknya dijelaskan kepada peserta didik yang masih belum
mengenal tata cara berdiskusi agar mereka dapat secara lancar mengikutinya (Basyiruddin, 2002: 36).
Diskusi memiliki kelebihan dan kelemahan dalam pelaksanaannya. Adapun kelebihan metode diskusi yaitu: 1) diskusi melibatkan semua peserta didik secara langsung dalam proses belajar; 2) setiap peserta didik dapat menguji tingkat pengetahuan dan penguasaan bahan pelajarannya masing-masing; 3) diskusi dapat menumbuhkan dan mengembangkan cara berfikir dan sikap ilmiah; 4) dengan mengajukan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi diharapkan para peserta didik akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan diri sendiri; 5) dapat menunjang usaha-usaha
pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis para peserta didik ( Suryosubroto, 2009: 172-173). Adapun kelemahan diskusi antara lain: 1) suatu diskusi tak dapat diramalkan sebelumnya mengenai bagaimana hasilnya sebab tergantung kepada kepemimpinan peserta didik dan partisipasi anggota- anggotanya; 2) memerlukan keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari sebelumnya; 3) jalannya dapat dikuasai (didominasi) oleh beberapa peserta didik yang menonjol; 4) apabila suasana diskusi hangat dan peserta didik sudah berani mengemukakan buah pikiran mereka, maka biasanya sulit untuk membatasi pokok masalahnya; 5) sering terdapat murid yang kurang berani mengemukakan pendapatnya; 6) jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu besar akan mempengaruhi kesempatan setiap peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya; 7) dalam metode diskusi
memerlukan waktu yang cukup panjang dalam proses pembelajaran (Suryosubroto, 2009: 173).
11 Tabel 1 Langkah-Langkah Penyelenggaraan Diskusi
Tahapan Kegiatan Guru
Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan mengatur setting
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan menyiapkan peserta didik untuk berpartisipasi
Tahap 2 Mengarahkan diskusi Guru mengarahkan fokus diskusi dengan menguraikan aturan–aturan dasar, mengajukan pertanyaan–
pertanyaan awal, menyajikan situasi yang tidak dapat dengan segera dijelaskan, atau menyampaikan isu diskusi
Tahap 3 Menyelenggarakan diskusi Guru memonitor antar aksi, mengajukan pertanyaan, mendengarkan gagasan peserta didik, menanggapi gagasan, melaksanan aturan dasar, membuat catatan diskusi, menyampaikan gagasan sendiri
Tahap 4 Mengakhiri diskusi Guru menutup diskusi dengan merangkum atau mengungkapkan makna diskusi yang telah
diselenggarakan kepada peserta didik
Tahap 5 Melakukan tanya jawab singkat tentang proses diskusi
Guru menyuruh para peserta didik untuk memeriksa proses diskusi dan berpikir peserta didik
Tjokrodihardjo dalam Trianto (2012 : 132).
2.3 Pembelajaran Berbasis DaringmenggunakanGoogle Classroom
Indonesia tengah dihadapkan dengan situasi yang sangat memprihatinkan dimana saat ini seluruh dunia sedang dilanda virus yang mematikan. Tidak hanya sektor ekonomi, sosial, dan teknologi pun terkena imbasnya, sehingga sektor pendidikan kini juga mau tidak mau harus dapat beradaptasi dengan keadaan ini. Keadaan ini disiasati oleh beberapa sekolah di Indonesia dalam penyelenggaraan program pendidikannya. Program tersebut dikenal sebagai program pembelajaran daring atau sistem e-learning atau online learning.
Pembelajaran Daring merupakan pemanfaatan jaringan internet dalam proses
12 pembelajaran (Isman, 2016).Pembelajaran Daring Learning sendiri dapat di pahami sebagai pendidikan formal yang diselenggarakan oleh sekolah yang peserta didiknya dan instrukturnya (pendidik) berada di lokasi terpisah
sehingga memerlukan sistem telekomunikasi interaktif untuk menghubungkan keduanya dan berbagai sumber daya yang diperlukan didalamya.
Pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik (Azhar, 2011).
Pada pembelajaran daring ini peneliti menggunakan aplikasi Google Classroom sebagai media pembelajaran.Google Classroom merupakan sebuah produk bagian dari Google For Education. Produk ini memiliki banyak fasilitas didalamnya seperti memberi pengumuman atau tugas, mengumpulkan tugas dan melihat siapa saja yang sudah mengumpulkan tugas. Seperti yang dituliskan pada situs resminya, Google Classroom dikeluarkan pertama kali pada tanggal 12 Agustus 2014, namun Google Classroom baru banyak digunakan pada pertengahan tahun 2015. Pada situs Google Classroom juga tertulis bahwa Google Classroom terhubung dengan semua layanan Google For Education yang lainnya, sehingga pendidik dapat memanfaatkanGoogle Mail, Google Drive, Google Calendar, Google Docs, Google Sheets, Google Slides, dan Google Sites dalam proses
pembelajarannya (Harimurti dan Diemas, 2017: 62). Google Classroom dapat diakses melalui 2 cara yaitu melalui website dan aplikasi.Untuk website dapat diakses menggunakan browser apapun seperti: Chrome, Fire Fox, Internet Explorer ataupun Safari. Sedangkan untuk aplikasi dapat diunduh secara gratis melalui Playstore untuk Android dan App Store untuk Google
Classroom merupakan sebuah aplikasi yang memungkinkan terciptanya ruang kelas didunia maya.Selain itu, Google Classroom bisa menjadi sarana
distribusi tugas, submit tugas bahkan menilai tugas-tugas yang dikumpulkan(Singer, 2017:23).
Saat menggunakan Google Classroom pendidik juga dapat memanfaatkan Google Calendar untuk mengingatkan peserta didik tentang jadwal atau tugas
13 yang ada, sedangkan penggunaan Google Drive sebagai tempat untuk
menyimpan keperluan pembelajaran seperti Power Point, file yang perlu digunakan dalam pembelajaran maupun yang lainnya. Dengan demikian, Google Classroom dapat membantu memudahkan pendidik dan peserta didik dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan lebih mendalam. Hal ini disebabkan karena baik peserta didik maupun pendidik dapat
mengumpulkan tugas, mendistribusikan tugas, dan berdiskusi tentang pelajaran dimanapun tanpa terikat batas waktu atau jam pelajaran. Hal tersebut membuat proses pembelajaran lebih menarik dan lebih efisien dalam hal pengelolaan waktu, dan tidak ada alasan lagi peserta didik lupa tentang tugas yang sudah diberikan oleh pendidik (Harimurti dan Diemas, 2017: 62).
Google Classroom dianggap sebagai salah satu platform terbaik untuk meningkatkan alur kerja pendidik. Aplikasi ini menyediakan satu set fitur canggih yang menjadikannya tools yang ideal untuk digunakan bersama peserta didik. Aplikasi ini membantu pendidik menghemat waktu, menjaga kelas tetap teratur dan meningkatkan komunikasi dengan peserta didik.
Aplikasi ini tersedia untuk semua orang dengan Google Apps for Education, rangkaian tools produktivitas gratis termasuk Gmail, Drive dan Dokumen (Iftakhar, 2016 dalam Asnawi 2018: 17).
Google Classroom menurut Brock(2015:25) memberikan beberapa manfaat yaitu kelas dapat disiapkan dengan mudah, menghemat waktu dan kertas, pengelolaan yang lebih baik serta aman dan terjangkau karena kelas disediakan secara gratis. Kelas tidak berisi iklan dan tidak pernah
menggunakan kontenatau data peserta didik untuk tujuan iklan. Sedangkan kelemahan Google Classroom yaitu mengharuskan peserta didik dan guru selalu terkoneksi dengan internet, pembelajaran berupa individual sehingga mengurangi pembelajaran sosial peserta didik, apabila peserta didik tidak kritis dan terjadi kesalahan materi akan berdampak pada pengetahuannya serta membutuhkan spesifikasi hardware, software dan jaringan internet yang tinggi (Ernawati, 2018: 19-20).
14 2.4 Hasil Belajar Kognitif
Secara umum, hasil belajar didefinisikan sebagai segenap ranah yaitu
kognitif, efektif dan psikomotor yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar peserta didik (Muhibbin, 2011: 216). Beberapa ahli telah menjelaskan definisi hasil belajar, diantaranya Gagne (Jamil, 2013: 37) yang menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki peserta didik yang dapat diamati melalui penampilan peserta didik yang disebabkan oleh perbuatan belajar.Dimana belajar sendiri dijelaskan oleh Piaget (Paul, 2001: 140-141) dalam arti sempit sebagai perolehan dan pertambahan informasi baru, sedangkan belajar dalam arti luas yaitu suatu proses untuk memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang yang dapat digunakan pada berbagai situasi.
Beberapa ahli menjelaskan belajar sebagai suatu proses penyesuaian atau perubahan tingkah laku karena adanya hubungan antara stimulus dengan respon, atau latihan dan pengalaman (Muhibbin, 2011: 64). Jika dikaitkan dengan hasil belajar, maka hasil belajar dapat dijelaskan sebagai kemampuan maupun pengetahuan yang dimiliki yang diakibatkan oleh proses belajar. Hal ini didukung oleh Purwanto (2009: 50) yang menyakan bahwa “hasil belajar kognitif adalah perubahan tingkah laku yang terjadi dalam kawasan kognisi”.
Hosnan (2014: 5) menjelaskan hasil belajar mencakup hampir semua
kecakapan seperti keterampilan, pengetahuan, kebiasaan, keinginan, motivasi, sikap yang disadari dan disengaja. Terjadinya perubahan tingkah laku yang merupakan hasil belajar, seperti bertambahnya pengetahuan atau
keterampilan merupakan kelanjutan dari pengetahuan dan keterampilan yang telah diperoleh sebelumnya.Hasil belajar diperoleh melalui latihan dan pengalaman serta penguatan secara bertujuan dan terarah.
Dari beberapa definisi hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh karena adanya kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh peserta didik, hasil belajar tidak dapat dipisahkan dari proses belajar.Gagne menjelaskan bahwa hasil belajar dapat berbentuk
15 sebagai kecakapan intelektual (meliputi kecakapan dalam membedakan, memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan dan hukum), sikap (sikap merupakan hasil belajar yang berupa kecakapan individu untuk memilih tindakan yang akan dilakukan), strategi kognitif (merupakan kecakapan individu untuk melakukan pengendalian dan pengelolaan keseluruhan
aktivitas), kecakapan motorik (kecakapan pergerakan yang dikontrol oleh otot dan fisik), dan informasi verbal(Hosnan, 2014: 6).Lebih spesifik, Benyamin Bloom membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.Anderson(2001: 100-102) menjelaskan bahwa Bloom
membagi dan menyusun tingkatan hasil belajar kognitif yaitu mulai tingkatan yang paling rendah seperti mengingat, sehingga tingkatan yang paling tinggi dan kompleks seperti mencipta.Bloom menjelaskan hasil belajar terdiri dari enam aspek yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Indikator keberhasilan proses belajar dapat diketahui dari ketiga ranah yang telah disebutkan oleh Bloom.Salah satunya adalah hasil belajar kognitif.
Widoyoko (2014: 25-27) menjelaskan bahwa hasil proses pembelajaran dibedakan menjadi dua, yaitu ouput dan outcome.Output merupakan kecakapan yang dikuasai peserta didik yang segera dapat diketahui setelah mengikuti serangkaian kegiatan pembelajaran, sedangkan outcome adalah hasil belajar yang bersifat jangka panjang.Output pembelajaran dibedakan menjadi dua macam yaitu hard skills dan soft skills.Hard skills merupakan kecakapan yang relatif lebih mudah untuk dilakukan pengukuran.Hard skills dibedakan menjadi dua macam yaitu kecakapan akademik (kecakapan untuk menguasai berbagai konsep) dan kecapakan vokasional (kecakapan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan).Soft skills merupakan strategi yang diperlukan untuk meraih sukses hidup dan kehidupan. Soft skills dibedakan menjadi dua yaitu kecakapan personal (kecakapan agar peserta didik dapat eksis dan mampu mengambil peluang positif) dan kecakapan sosial
(kecakapan untuk hidup dalam bermasyarakat).Tingkatan hasil belajar ranah kognitif dijelaskan dalam Taxonomy Bloom yang meliputi :
16 (1) kemampuan peserta didik mengambil pengetahuan dari memori jangka
panjang (mengingat/C1)
(2) kemampuan peserta didik dalam mengkontruksi makna dari materi pembelajaran termasuk apa yang ditulis, diucapkan, dan digambar oleh pendidik (memahami/C2)
(3) kemampuan peserta didik dalam menerapkan suatu prosedur dalam keadaan tertentu (mengaplikasikan/C3)
(4) kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah menjadi bagian- bagian penyusunanya serta menentukan hubungan antar bagian dan tujuan (menganalisis/C4)
(5) kemampuan peserta didik dalam mengambil keputusan berdasarkan kriteria dan standar tertentu (mengevaluasi/C5)
(6) kemampuan peserta didik dalam memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal (mencipta/C6) (Anderson & Krathwohl, 2001:100- 102).
Tingkatan hasil belajar ranah kognitif yang dijelaskan pada Taxonomy Bloom digunakan sebagai dasar pengukuran hasil belajar ranah kognitif.
Secara garis besar, hasil belajar dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu faktor internal yaitu faktor dari dalam diri peserta didik yang berupa
keadaan/kondisi jasmani dan rohani peserta didik, faktor eksternal yaitu faktor dari luar peserta didik seperti kondisi lingkungan disekitar peserta didik, dan faktor pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar peserta didik yang meliputi strategi dan metode yang digunakan oleh peserta didik untuk melakukan kegiatan belajar (Muhibbin, 2011: 145). Hal ini didukung oleh Nana (2004: 39) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor dari dalam (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal). Dari
penjelasan ini dapat diketahui bahwa hasil belajar yang diperoleh peserta didik merupakan hasil interaksi dari beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Terdapat dua teknik dalam mengukur hasil belajar yaitu teknik tes dan teknik nontes. Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban atau sejumlah pernyataan yang membutuhkan tanggapan. Tes bertujuan untuk
17 mengukur tingkat kemampuan peserta didik, atau mengungkap aspek tertentu dari peserta didik yang diberikan tes. Hasil tes merupakan informasi tentang kemampuan atau keterampilan peserta didik (Djemari, 2008: 68). Demikian pula penjelasan Arikunto (2009: 53) tentang tes, tes merupakan suatu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur dalam suasana tertentu dengan cara dan aturan yang telah ditentukan.Instrumen non tes dengan skala tertentu tidak menuntut jawaban benar atau salah, tetapi jawaban yang khusus tentang diri peserta didik seperti minat, sikap, dan internalisasi diri.
Penyusunan dan pelaksanaan tes bertujuan untuk mengetahui tingkat
kemampuan peserta didik atau tujuan seleksi, mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik, mengetahui hasil belajar atau pengukur keberhasilan,
mengetahui hasil pengajaran, dan untuk mendorong pendidik mengajar lebih baik dan peserta didik belajar lebih baik (Djemari, 2008: 68; Arikunto S., 2009: 10-11).
Secara umum bentuk tes dibagi menjadi dua yaitu tes objektif dan tes non objektif. Pembagian bentuk tes didasarkan pada teknik pemberian skor. Tes objektif terbagi menjadi beberapa bentuk seperti bentuk pilihan ganda, benar- salah, menjodohkan, dan uraian objektif (Djemari, 2008: 69-70).Tes non objektif yang dijelaksan oleh Arikunto (2009: 162) sebagai tes subjektif, umumnya berbentuk esai (uraian).Tes bentuk esai merupakan jenis tes kemajuan belajar yang membutuhkan jawaban yang bersifat uraian kata-kata atau pembahasan. Terdapat beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam penyusunan tes antara lain: menyusun spesifikasi tes, menulis soal tes, menelaah soal tes, melakukan uji coba tes, menganalisis butir soal,
memperbaiki tes, merakit tes, melaksanakan tes, dan menafsirkan hasil tes.
Demikian pula dengan non tes, langkah penyusunan instrumen non tes adalah: menentukan spesifikasi instrumen, menulis instrumen, menentukan skala instrumen, menentukan sistem penskoran, menelaah instrumen, melakukan uji coba, menganalisis instrumen, merakit instrumen,
18 melaksanakan pengukuran, menafsirkan hasil pengukuran (Djemari, 2008: 8- 108).
2.5 Materi Sistem Pernapasan Pada Manusia
2.5.1 Alat pernapasan
Bernapas adalah salah satu ciri makhluk hidup.Bernapas merupakan upaya makhluk hidup untuk memasukkan gas oksigen kedalam tubuh dan mengeluarkan karbondioksida (udara sisa pembakaran) ke luar tubuh. Alat pernafasan manusia terdiri dari: hidung, pangkal tenggorokan, batang tenggorokan, cabang batang tenggorokan, dan paru-paru.
1) Hidung
Hidung merupakan alat pertama yang dilalui udara dari luar. Di dalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir.Rambut dan selaput lendir berguna untuk menyaring udara, mengatur suhu udara yang masuk agar sesuai dengan suhu tubuh, dan mengatur
kelembapan udara.
2) Laring (pangkal tenggorokan)
Setelah melewati hidung, udara-udara masuk ke pangkal tenggorokan (laring) melalui faring.Faring adalah hulu
kerongkongan.Faring merupakan persimpangan antara rongga mulut ke kerongkongan dan rongga hidung ke tenggorokan. Dari pangkal tenggorokan (laring) udara masuk ke batang tenggorokan (trakea).
3) Trakea (batang tenggorokan)
Batang tenggorokan terletak di daerah leher, di depan kerongkongan.
Batang tenggorokan merupakan pipa yang terdiri dari gelang-gelang tulang rawan.
4) Bronkus (cabang batang tenggorokan)
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju ke paru-paru.
Di dalam paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus.
19 Bronkus sebelah kanan bercabang lagi menjadi tiga bronkiolus, sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus.
Cabang-cabang yang paling kecil masuk kedalam gelembung paru- paru atau alveolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah.
Melalui kapiler-kapiler darah dialveolus inilah oksigen dari udara akan berdifusi ke dalam darah.
5) Paru-paru
Paru-paru merupakan kumpulan gelembung alveolus. Paru-paru terletak di rongga dada di atas sekat diafragma. Diafragma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dan rongga perut (Istamar, 2007 : 85).
Gambar1. Alat-alat sistem pernapasan.
2.5.2 Proses Pernapasan
Proses pernapasan terdiri dari dua kegiatan, yaitu menghirup udara atau menarik napas dan mengembuskan udara atau mengeluarkan napas.
Menghirup udara disebut inspirasi dan mengembuskan udara disebut ekspirasi.Berdasarkan bagian tubuh yang mengatur kembang
kempisnya paruparu, pernapasan dibedakan menjadi pernapasan dada (pernapasan tulang rusuk) dan pernapasan perut (pernafasan diafragma) 1) Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi karena gerakan otot-otot antar tulang rusuk.
Jika otot antar tulang rusuk berkontraksi, tulang rusuk terangkat naik. Akibatnya volume rongga dada membesar, sehingga tekanan udara dalam rongga dada turun dan paru-paru mengembang.Pada
20 saat paru-paru mengembang, tekanan udara di dalam paru-paru lebih rendah dari pada tekanan udara atmosfer (lingkungan)
2) Pernapasan perut
Pernapasan perut terjadi akibat gerakan diafragma.Jika otot diafragma kontraksi, diafragma yang semula cembung ke atas bergerak turun menjadi agak rata. Akibatnya rongga dada membesar dan perut mengembung.Ketika otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke keadaan semula (cembung). Akibatnya rongga dada menyempit (Istamar, 2007 : 89).
2.5.3 Kapasitas paru
Kapasitas paru merupakan kesanggupan paru-paru dalam menampung udara di dalamnya. Kapasitas paru-paru dapat dibedakan sebagai berikut:
1) Kapasitas total, yaitu jumlah udara yang dapat mengisi paru-paru pada inspirasi sedalam-dalamnya.Dalam hal ini angka yang dapat kita tergantung pada beberapa hal: kondisi paru-paru, umur, sikap, dan bentuk seseorang.
2) Kapasitas vital, yaitu jumlah udara yang dapat dikeluarkan setelah ekspirasi maksimal (Syaifudin, 2006 : 197). Dalam keadaan normal pada paru-paru dapat menampung udara sebanyak ± 5 liter.
2.5.4 Penyakit pada sistem pernapasan
1) Influenza (flu), penyakit yang disebabkan oleh virus influenza.
Gejala yang ditimbulkan antara lain pilek, hidung tersumbat, bersin- bersin, dan tenggorokan terasa gatal.
2) Asma atau sesak napas, merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang disebabkan alergi rambut, bulu, atau debu.
3) Tuberkulosis (TBC), penyakit paru-paru yang diakibatkan serangan bakteri Mycobacterium tuberculosis. Difusi oksigen terganggu karena adanya bintil-bintil atau peradangan pada dinding alveolus.
4) Difteri, adalah penyumbatan pada rongga faring maupun laring oleh lendir yang dihasilkan oleh kuman difteri.
21 5) Pneumonia, adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena
pembuluh darahnya kemasukan udara (Istamar, 2007 : 93).
2.6 Kerangka Pikir
Rendahnya hasil belajar kognitif peserta didik dalam pembelajaran secara daring menuntut pendidik untuk dapat menciptakan suasana belajar yang baik agar peserta didik mampu meningkatkan hasil belajarnya. Maka Metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom ini sangat diharapkan dalam membantu tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Pada tahap
mengarahkan diskusi melalui pertanyaan berupa kegiatan apersepsi diharapkan peserta didik untuk dapat ikut berperan aktif dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Kemudian pada tahap penyelenggaraan diskusi guru mengarahkan peserta didik untuk menyampaikan gagasannya mengenai materi yang telah disampaikan oleh pendidik dan mempersilahkan peserta didik lainnya untuk dapat menanggapi gagasan dari teman-temannya melalui aplikasi video dari Google Classroom. Diharapkan nantinya melalui proses diskusi tersebut, peserta didik memiliki pemahaman materi yang baik sehingga berdampak pada peningkatan hasil belajar kognitifnya. Adapaun skema kerangka pikir dari penelitian ini yakni sebagai berikut:
Gambar 2. Skema Kerangka Pikir.
Pada penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah metode diskusi
Rendahnya Hasil belajar Kognitif Peserta Didik
Pembelajaran Menggunakan Metode Diskusi Melalui Aplikasi Google Classroom
Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Meningkat
22 melalui aplikasi Google Classroom, variabel terikatnya (Y) adalah hasil belajar kognitif (Y). Untuk gambaran diperlihatkan dengan Gambar 3.
berikut:
Gambar 3. Diagram hubungan antara variabel.
Y
(Hasil Belajar Kognitif) X
(Metode diskusi menggunakan Google Classroom)
23
III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2019/2020 di SMP Negeri 19 Bandar Lampung yang beralamat di Jalan Turi Raya No.1, Labuhan Dalam, Tanjung Senang, Kota Bandar Lampung, Lampung 35141.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas VIII SMP tahun pelajaran 2019/2020 yang berjumlah 255 peserta didik yang terbagi dalam 11 kelas. Sampel yang dicuplik dari populasi adalah berjumlah 29 peserta didik dari kelas VIII B. Sampel dicuplik dari populasi dengan teknik cluster random sampling yang mengambil sampel secara random dari
kelompok-kelompok individu/cluster(Azwar, 2010: 87).
3.3 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah One-Group Pretest-Posttest Design yaitu rancangan yang terdiri dari satu kelompok dengan diberikan uji tanpa adanya kontrol apapun. Desain penelitian digambarkan sebagai berikut:
Tabel 2. The One-Group Pretest-Posttest Design
Pretest Perlakuan Posttest
O1 X O2
(Sugiyono, 2017: 110-111).
Keterangan:
O1 = Test awal sebelum perlakuan.
24 O2 = Test akhir setelah perlakuan.
X = Perlakuan dengan pembelajaran Google Classroom.
3.4 Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Meminta persetujuan kepada Kepala Program Studi dan Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Universitas Lampung.
b. Meminta izin kepada Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum unutk melaksanakan penelitian.
c. Meminta izin kepada Pendidik Mata Pelajaran IPA kelas VIII SMP Negeri 19 Bandar Lampung
d. Melakukan studi pendahuluan memperoleh informasi mengenai peserta didik, jadwal, dan sarana-prasarana yang ada disekolah tersebut yang dapat digunakan sebagai sarana pendukung pelaksanaan penelitian dengan membagikan angket serta wawancara langsung.
e. Menentukan populasi dan sampel penelitian
f. Menyiapkan instrumen penelitian seperti silabus RPP,LKPD, soal pretes, dan soal postes sertalembar observasi.
2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Memberikan pretestuntuk mengukur hasil belajar peserta didik sebelum diberi perlakuan menggunakan bantuan media berupa Google Classroom.
b. Memberikan perlakuan yaitu dengan cara menerapkan model pembelajaran inkuiri terbibing pada pembelajaran dengan menggunakan bantuan media berupa Google Classroom dan peserta didik membuat video praktikum sederhana mengenai materi sistem pernapasan pada manusia yang dikumpulkan melalui media sosial Whatsapp.
25 c. Memberikan posttestuntuk mengukur peningkatan hasil belajar peserta
didik sesudah diberi perlakuan.
3. Tahap Akhir
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:
a. Mengolah data hasil tes awal (pretes)dan tes akhir (postes).
b. Membandingkan hasil analisis data instrumen tes antara sebelum dan setelah diberi perlakuan.
c. Memberikan kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dari langkah-langkah menganalisis data.
3.5 Jenis dan Teknik Pengambilan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini dapat diuraikan secara lengkap sebagai berikut:
3.5.1 Jenis Data
Dalam penelitian ini ada 2 jenis data yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif pada materi sistem pernapasan pada manusia yang diperoleh dari nilai pretes dan postes. Pengambilan data pretes dan postes dilakukan sebelum dan sesudah pembelajaran.Data kualitatif dalam penelitian ini berupa angket tanggapan peserta didik terhadap metode diskusi melalui Google
Classroom.
3.5.2 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.5.2.1 Pretes-Postes
Tes yang digunakan untuk mengukur tingkat pemahaman konsep peserta didik, yaitu melalui pengerjaan soal dalam bentuk tes objektif sebanyak 10 soal dengan 4 alternatifjawaban pada setiap butir soal.Tes yang digunakan adalah tes tertulis aspek kognitif.Terdapat dua tes yang digunakan yaitu pretest dan posttest. Pertanyaan pada soal tes pengetahuan tentang
26 sistem pernapasan manusia dibuat berdasarkan materi dan luasannya yang disesuaikan dengan materi IPA kelas VIII tahun ajaran 2019/2020.
3.5.2.2 Perhitungan N-gain
Gain adalah peningkatan kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah kegiatan pembelajaran. Gain diperoleh dari selisih antara hasil pretest dan posttest.N-gain adalah gain yang
ternormalisasi, perhitungan N-gain ini bertujuan untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan perolehan gain dari seorang peserta didik. N-gain dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
N- gain = NB - NA
NMAX - NA
Keterangan:
NB = Nilai posttes peserta didik NA = Nilai pretes peserta didik NMAX= Nilai maksimal peserta didik.
Hasil skor n-gain yang ternormalisasi dibagi ke dalam tiga kriteria yang terdapat pada tabel berikut:
Tabel 3. Kriteria Indeks n-gain n-gain Kriteria 0-0,30 Rendah 0,31-0,69 Sedang 0,70-1,00 Tinggi Sumber: Hake (1991:55).
3.5.2.3 Angket Tanggapan Peserta Didik Terhadap Keterlaksanaan Metode Diskusi Melalui Google Classroom
Selain instrumen tes, pada penelitian ini digunakan juga angket untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap
pembelajaran dengan menggunakan Google Classroom pada
27 materi pokok sistem pernapasan manusia.Pernyataan dalam angket menggunakan skala Likert.Setiap peserta didik diminta menjawab pertanyaan dengan jawaban setuju, kurang setuju, atau tidak setuju. Format tanggapanpeserta didik disajikan pada Tabel 4 berikut:
Tabel 4. Angket Tanggapan Peserta Didik
No Pernyataan Tanggapan
Setuju Kurang setuju
Tidak setuju
3.6 Analisis Instrumen Penelitian
Sebelum instrumen tes kemampuan hasil belajar kognitif digunakan untuk mendapatkan data, terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas.
3.6.1 Uji Validitas
Instrumen yang valid dan realibel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan realibel.Menurut Arikunto (2005: 65) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkantingkat- tingkat kevalidan atau kesahihan sesuatu instrumen tertentu.Uji validitas digunakan untuk menentukan kevalidan butir-butir pada instrumen.Instrumen yang di uji validitas merupakann soal pretest- posttest.Data yang diperoleh dari uji cobatersebut akan diolah
menggunakan bantuan software SPSS 17.0. Menurut Arikunto (2011:
87), untuk menginterpretasi validitassuatu butir soal, maka digunakan kriteria yang disajikan.
Tabel 5. Kriteria Validitas
Koefisien Validitas (rxy) Kriteria 0,81 <rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,61 <rxy≤ 0,80 Tinggi
28 0,41 <rxy≤ 0,60 Cukup
0,21 <rxy≤ 0,40 Rendah 0,00 <rxy≤ 0,20 Sangat rendah
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas digunakan untuk melihat sejauh mana instrumen tes dapat dipercaya dalam suatu penelitian. Suatu instrumen tes dikatakan reliabel jika tes tersebut memiliki nilai yang tetap atau konsisten dalam mengukur apa yang hendak diukur. Tes yang digunakan pada
penelitian ini adalah tes berbentuk pilihan jamak, sehingga untuk
menghitung koefisien reliabilitasnya digunakan rumus Alpha (Arikunto, 2011: 109).
Keterangan :
r11 = koefisien reliabilitas alpha
k = jumlah item pertanyaan/ butir soal
2b = varians item ke-i
2t = varians total.
Tabel 6. Kriteria Uji Reliabilitas Indeks Reabilitas Kategori
0,80 – 1,00 Sangat tinggi
0,60 – 0,80 Tinggi
0,40 – 0,60 Cukup
0,20 – 0,40 Rendah
0,00 – 0,20 Sangat rendah Sumber: Arikunto (2011: 210).
Kriteria pengujian ini yaitu rhitung > rtabel dengan taraf signifikan 0,05 memenuhi syarat reabel. Selanjutnya dilakukan uji reliabilitas instrumen pretes dan postes dengan jumlah soal 12, maka diperoleh
29 hasil r-Hitung sebesar 0,860 dan r-Tabel sebesar 0,576 dengan kriteria sangat tinggi.
3.7 Teknik Analisis Data
Data hasil belajar kognitif yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diuji menggunakan perbedaan pretes dan postes yang signifikan dengan N-gain, lalumelakukan uji tersebut. Dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas.
3.7.1 Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis sebelumnya dilakukannya perhitungan N-gain. Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data berdistribusinormal atau tidak normal. Uji normalitas dilakukan dengan OneSample Shapir Wilk Test dengan kriteria uji menggunakan tarafsignifikansi 0,05. Pengambilan keputusan uji normalitas dilihatberdasarkan pada besaran probabilitas atau nilai signifikansi, yaitudengan ketentuan sebagai berikut:
a. Jika nilai sig <0,05 maka data berdistribusi tidak normal b. Jika nilai sig >0,05 maka data berdistribusi normal (Sugiyono,2008:389).
3.7.2 Data Hasil Angket Tanggapan Peserta Didik
Data tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dianalisis secara deskriptif kualitatif dalam bentuk persentase.Tanggapan peserta didik diberi skor 2 jika menjawab “setuju”; diberi skor 1 jika menjawab
“kurang setuju”; diberi skor 0 jika menjawab “tidak setuju”. Setelah itu dilakukan penghitungan persentase tanggapan peserta didik dengan rumus:
Persentase tanggapan (%) =𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏𝑎𝑛 (𝑓)
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 (𝑁) x 100%
Untuk mengetahui tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dapat ditentukan dan dilihat pada persentase hasil penelitian dengan
klasifikasi angka sebagai berikut:
30 Tabel 7. Interpretasi Tanggapan Peserta didik terhadap Pembelajaran
Persentase (%) Kriteria
76-100 Baik
56-75 Cukup
40-55 Kurang Baik
0-39 Tidak Baik
(Sumber: Tohirin,2003: 48).
31
IV. HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik Sebelum dan Sesudah
Pembelajaran Metode Diskusi Melalui Aplikasi Google Classroom
Hasil Belajar kognitif peserta didik kelas VIII B SMP Negeri 19 Bandar Lampung antara sebelum dan sesudah pembelajaran menunjukkan adanya perbedaan. Berdasarkan analisis data nilai pretest dan posttest peserta didik dalam pembelajaran diskusi menggunakan Google Classroom pada materi sistem pernapasan pada manusia diketahui adanya peningkatan yang signifikan. Adapun hasil belajar kognitif sebelum dan sesudah pembelajaran serta peningkatannya ditunjukkan dengan nilai N-gain disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8.Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik
Nilai Rata-
Rata Standar deviasi Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Jumlah Peserta Didik
Pretest 46,42 15,9 80 20
29
Postest 72,5 16,01 100 40
N-gain 0,469 0,366 1 -0,5
Berdasarkan Tabel 8 di atas dapat dinyatakan bahwa peningkatan hasil belajar kognitif peserta didik dilihat dari rerata N-gain adalah
berkriteria sedang sebesar 0,469. Pada Tabel 8 pula terlihat bahwa skor rata-rata pretes yang diperoleh sebelumdilakukannya perlakuan berupa metode diskusi melalui aplikasi Google Classroom dalam pembelajaran yaitu 46,42 dengan Sd ±15,9, lalu setelah dilakukan
pembelajaranmeningkat menjadi 72,5dengan Sd ± 16,01. Namun demikian, jika dilihat dari proporsinya ternyata nilai N-gain peserta didik dapat dibedakan menjadi beberapa kriteria, yaitu: tinggi, sedang,
32 dan rendah. Proporsi nilai N-gain peserta didik dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Proporsi Nilai N-gain Hasil Belajar Kognitif Peserta Didik.
Gambar 4 di atas menunjukkan bahwa proporsi nilai N-gain peserta didik tertinggi adalah pada kriteria sedang yaitu sebesar 52%, pada kriteria tinggi dan rendah didapatkan persentase yang sama yaitu
sebesar 24%. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran diskusi melalui aplikasi Google Classroom efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif peserta didik dari hasil pengalaman belajarnya.
Selanjutnya dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas taraf nyata 5%
untuk variabel dependen hasil belajarkognitif disajikan pada tabel 9 berikut.
Tabel 9 . Hasil Uji Normalitas Hasil Belajar Kognitif
No. Hasil Belajar Kognitif
Uji Normalitas One-SampleShapiroWilk
Statistic Sig
1 Pretest 0,952 0,223
2 Postest 0,939 0,105
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa hasil uji normalitas hasil belajar kognitif memiliki taraf signifikansi lebih dari 0,05 yaitu 0,223 dan 0,105. Hal ini menunjukkan bahwa keseluruhan data hasil belajar kognitif berdistribusi normal.
24
52
24
0 10 20 30 40 50 60
Tinggi Sedang Rendah
Persentase
Kategori
N-Gain
33 4.1.2 Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran Diskusi Melalui
Aplikasi Google Classroom.
Hasil analisis tanggapan peserta didik terhadap proses pembelajaran diskusi menggunakan Google Classroom ditunjukkan pada Tabel 10.
Tabel 10 . Tanggapan Peserta Didik Terhadap Pembelajaran diskusi Melalui Aplikasi Google Classroom.
No Pernyataan Tanggapan (%) Kriteria 1 Saya mampu
mengidentifikasi pertanyaan dan mempertimbangkan jawaban yang mungkin dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 59 Cukup Kurang
Setuju
17 Tidak Baik Tidak
Setuju
24 Tidak baik
2 Saya mengecek
kebenarannya, ketika ragu dengan jawaban orang lain dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 62 Cukup Kurang
Setuju
24 Tidak baik Tidak
Setuju
14 Tidak Baik 3 Saya berpikir secara
sistematis dalam
menanggapi masalah dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 65 Cukup Kurang
Setuju
11 Tidak baik Tidak
Setuju
24 Tidak baik
4 Saya membuat jawaban cadangan untuk sebuah pertanyaan dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 52 Kurang Baik Kurang
Setuju
21 Tidak baik Tidak
Setuju
27 Tidak baik 5 Saya mampu
mengungkapkan ide atau gagasan secara rinci dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 55 Kurang baik Kurang
Setuju
14 Tidak baik Tidak
Setuju
31 Tidak baik 6 Saya dapat menarik
kesimpulan sesuai fakta yang relevan dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 41 Kurang Baik Kurang
Setuju
28 Tidak baik Tidak
Setuju
31 Tidak baik 7 Saya mampu menyanggah
pendapat orang lain yang saya anggap tidak benar dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 69 Cukup Kurang
setuju
14 Tidak baik Tidak
Setuju
17 Tidak baik
34 No Pernyataan Tanggapan (%) Kriteria
8 Saya dapat memberikan bukti bila berpendapat dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 28 Tidak baik Kurang
Setuju
35 Tidak baik Tidak
Setuju
37 Tidak baik 9 Saya melakukan upaya
serius untuk menjadi analitis untuk membuat suatu keputusan yang dapat saya perkirakan hasilnya dalam diskusi melalui Google Classroom
Setuju 58 Cukup Kurang
Setuju
21 Tidak baik Tidak
Setuju
21 Tidak baik
10 Diskusi melalui Google Classroom mampu mengembangkan kemampuan saya dalam menganalisa dan
mengevaluasi penyelesaian masalah
Setuju 65 Cukup Kurang
Setuju
14 Tidak baik Tidak
Setuju
21 Tidak baik
Berdasarkan hasil analisis angket tanggapan peserta didik pada Tabel menunjukkan bahwa mereka memberikan tanggapan cukup pada pernyataan nomor 1, 2, 3, 7, 9, 10, tanggapan kurang baik pada pernyataan nomor 4, 5 dan 6, serta tanggapan tidak baik pada pernyataan nomor 8.