SELF-EFFICACY DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERENCANAAN KARIER SISWA SELF-EFFICACY AND ITS INFLUENCE ON STUDENT CAREER PLANNING
Oleh:
Fitriah Amini1), Dodi Priyatmo Silondae2)
1)SMPN 2 Kolaka, 2)Universitas Halu Oleo Email: [email protected] Kata Kunci:
Self-efficacy;
Perencanaan Karier
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya pengaruh self-efficacy terhadap perencanaan karier siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Populasi dalam penelitian ini seluruh siswa yang berjumlah 353 orang. Penentuan sampel menggunakan teknik propotional random sampling dengan jumlah 70 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner self-efficacy dan kuesioner perencanaan karier. Teknik analisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial menggunakan uji analisis regresi linear sederhana. Hasil analisis data secara deskriptif menunjukkan skor self- efficacy siswa berada pada kategori tinggi dan skor perencanaan karier siswa berada pada kategori tinggi pula. Berdasarkan hasil analisis regresi linear pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh Pvalue= 0,000. Karena Pvalue< α maka dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh self-efficacy yang signifikan terhadap perencanaan karier siswa.
Keywords:
Self-efficacy;
Career Planning
ABSTRACT
This research aims to determine the effect of self-efficacy on student career planning. It is survey research. The population in this research were all students, as many as 353 people. Determination of the sample using proportional random sampling technique with a total of 70 students. Data collection techniques used self-efficacy questionnaires and career planning questionnaires. The analysis technique used descriptive analysis and inferential analysis using a simple linear regression analysis test. The results of descriptive data analysis showed that students' self-efficacy scores were in the high category and students' career planning scores were in the high category. Based on linear regression analysis at significance level α = 0.05, P- value = 0.000 was obtained. Because P-value < α, it can be interpreted that there is a significant influence of self-efficacy on students' career planning.
Pendahuluan
Setiap individu dalam perjalanan hidupnya dari masa kanak-kanak hingga masa dewasa selalu dihadapkan pada tugas-tugas perkembangan yang harus dijalani. Salah satu tugas perkembangan yang harus berhasil dicapai yaitu dalam bidang karier. Menurut Holland (dalam Puspitaningrum, 2018) karier adalah saat individu mengekspresikan diri, minat dan nilai melalui pilihan kerja atau pengalaman yang mereka lalui. Karier merupakan bagian yang penting dalam kehidupan seseorang karena berlangsung selama rentang kehidupannya dan menjadi simbol kesuksesan jika seseorang berhasil memiliki karier yang baik, sehingga karier menjadi tujuan yang penting. Agar siswa memiliki karier yang baik, maka persiapan karier perlu dimantapkan pada tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA), persiapan karier yang baik terwujud dalam sebuah perencanaan karier.
Perencanaan karier adalah salah satu aspek yang penting dalam perkembangan karier individu.
Kecakapan dalam mengambil keputusan, merupakan tujuan utama dari perencanaan karier yang harus ditempuh oleh setiap individu. Sedangkan keputusan yang diambil seseorang mengenai aspek-aspek karier yang akan ditempuh itu tidak lepas dari pertimbangannya terhadap berbagai faktor yang ada dalam tatanan kehidupan masyarakat yang merupakan sumber nilai dan tempat tersedianya berbagai hal yang dapat dimanfaatkan oleh individu.
Dalam melakukan pengambilan keputusan karier diperlukan adanya perencanaan yang matang terkait dengan karier yang diminatinya. Perencanaan karier termasuk di dalam salah satu unsur pembangun kematangan karier. Perencanaan karier adalah aspek penting yang perlu dimiliki oleh siswa dalam menentukan studi lanjut yang sesuai dengan bakat dan minat siswa. Perencanaan karier menurut Super (dalam Adiputra, 2015) adalah suatu proses di mana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan-tujuan kariernya. Peneliti menyimpulkan bahwa perencanaan karier merupakan suatu proses pemilihan sasaran karier, dengan mempertimbangkan terhadap peluang, kesempatan, kendala dan pilihan-pilihan karier untuk mencapai dari tujuan karier yang dinginkan yang sesuai dengan bakat, minat dan potensi yang dimiliki siswa.
Menurut Jordan (dalam Atmaja, 2014) aspek aspek dalam perencanaan karier meliputi: 1) pemahaman karier adalah membantu pribadi untuk mengembangkan kesatuan dan gambaran diri serta peranan dalam dunia kerja; 2) mencari informasi, siswa yang memiliki perencanaan karier akan memanfaatkan informasi yang telah didapat dari berbagai sumber untuk dipelajari sehingga setiap siswa memiliki pemahaman tentang karier; 3) perencanaan dan pengambilan keputusan, merupakan suatu proses untuk menentukan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam karier untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan aspek-aspek tersebut siswa yang tidak memiliki ciri-ciri yang telah disebutkan, dapat dikatakan bahwa siswa tersebut tidak memiliki perencanaan karier yang matang.
Seorang peserta didik dapat dikatakan memiliki perencanaan karier apabila mereka memiliki pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri, pengetahuan dan pemahaman akan pekerjaan, serta mampu menggunakan penalarannya untuk menyesuaikan antara potensi diri sendiri dan dunia kerja.
Tetapi faktanya di sekolah tidak demikian, beberapa siswa tidak memiliki penalaran yang realistis terkait hubungan pengetahuan dan pemahaman akan diri sendiri dengan pengetahuan dan pemahaman dunia kerja. Adapula siswa yang mengikuti pilihan karier teman sebaya atau orang lain. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang memilih jurusan di perguruan tinggi tanpa mempertimbangkan kemampuan dan keinginan diri sendiri, sehingga dalam menjalani perkuliahan siswa tidak bersemangat dalam menjalani perkuliahannya, fenomena tersebut terjadi karena siswa tidak memiliki perencanaan karier yang matang. Permasalahan yang sama juga ditemukan di MAN 2 Kolaka.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan, terungkap bahwa: 1) masih ada siswa yang tidak mengetahui informasi tentang dirinya sendiri, baik minat, bakat, kemampuan, potensi yang dimiliki, 2) masih banyak siswa yang tidak bisa memutuskan arah karier mereka, 3) masih ada siswa merasa bingung dengan cita–cita mereka sendiri. Pandangan mengenai adanya siswa yang merasa dirinya tidak mengetahui kemampuannya, merasa bingung serta tidak bisa memutuskan arah karier mengarah pada ketidakmampuan siswa dalam melakukan perencanaan karier.
sehingga perencanaan karier seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian yang dimilikinya, Salah satu hal yang dapat memengaruhi perencanaan karier siswa dalam faktor kepribadian adalah self- efficacy. Self-efficacy memiliki hubungan yang erat dalam tindakan remaja yaitu perencanaan karier yang tepat. Bandura (dalam Sondakh dkk, 2020) mengungkapkan bahwa dalam proses membuat keputusan mengenai pilihan karier, individu harus mempertimbangkan ketidakpastian akan kemampuannya terhadap bidang yang diminati, kepastian dan prospek kariernya di masa depan dan identitas diri yang dicarinya. Untuk mengatasi ketidakmampuan menilai kecakapannya sendiri, terutama kecakapan dalam melakukan perencanaan karier individu harus memiliki self-efficacy.
Self-efficacy adalah kepercayaan terhadap kemampuan seseorang untuk menjalankan tugas.
Orang yang percaya diri dengan kemampuannya cenderung untuk berhasil, sedangkan orang yang selalu merasa gagal cenderung untuk gagal. Kreitner dan Kinicki (dalam Ardi, 2017) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki self-efficacy tinggi akan mencapai suatu kinerja yang lebih baik karena individu ini memiliki motivasi yang lebih kuat, tujuan yang jelas, emosi yang stabil dan kemampuannya untuk memberikan kinerja atau aktivitas atau perilaku dengan sukses. Berbeda dengan individu yang memiliki self-efficacy rendah yang akan cenderung tidak mau berusaha atau lebih menyukai kerja sama dalam situasi yang sulit dan tingkat kompleksitas tugas yang tinggi.
Keyakinan self-efficacy karier dapat menuntun motivasi tingkah laku karier. Self-efficacy karier yang rendah dapat membuat individu menunda membuat keputusan karier, dan mungkin juga menunda menyelesaikan keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Semakin tinggi self-efficacy karier yang dimiliki seseorang maka semakin tinggi pula tujuan yang ditetapkan serta semakin kuat komitmen mereka terhadap tujuan kariernya. Semakin rendah self-efficacy yang dimiliki maka akan semakin rendah pula tujuan serta komitmen yang ditetapkan. Hal ini sejalan dengan pendapat Pajeres (dalam Retnowati, 2018) “individu yang tidak percaya bahwa mereka dapat mencapai hasil yang diinginkan, maka dia akan memiliki dorongan yang kecil dalam bertindak, atau bahkan mengeluarkan usaha yang kecil untuk aktivitasnya” Dengan demikian, self-efficacy penting diperhatikan dalam pembentukan perilaku perencanaan karier. Berdasarkan uraian tersebut maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh self-efficacy terhadap perencanaan karier siswa.
Perencanaan karier
Super (dalam Adiputra, 2015) memaparkan bahwa perencanaan karier adalah suatu proses di mana individu dapat mengidentifikasi dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan kariernya.
Menurut Jordan (dalam Atmaja, 2014) aspek aspek dalam perencanaan karier meliputi:
1. pemahaman karier adalah membantu pribadi untuk mengembangkan kesatuan dan gambaran diri serta peranan dalam dunia kerja;
2. mencari informasi, siswa yang memiliki perencanaan karier akan memanfaatkan informasi yang telah didapat dari berbagai sumber untuk dipelajari sehingga setiap siswa memiliki pemahaman tentang karier
3. perencanaan dan pengambilan keputusan, merupakan suatu proses untuk menentukan langkah- langkah yang akan dilakukan dalam karier untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan karier
Menurut Parson dan Williamson (dalam Komara, 2016) faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan karier adalah kemampuan (abilities), minat (interest) dan prestasi (achievement). Adapun penjelasan dari ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan, yaitu kepercayaan diri terkait dengan bakat yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian. Sekali terbentuk suatu kemampuan dapat menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan atau saat memasuki jenjang perguruan tinggi pada suatu bidang tertentu. Seseorang yang memiliki kemampuan atau bakat yang menonjol biasanya memiliki tingkat kepercayaan diri yang cukup tingi dalam mengaktualisasikan dirinya.
2. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap kepada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang bergaul atau bergabung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang tersebut.
3. Prestasi, yaitu suatu hasil belajar (prestasi belajar), yang didapatkan dari suatu kemampuan individu yang didapatkan siswa dari usaha belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan karier adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya, minat pada bidang tertentu, dan prestasi siswa. Keyakinan seseorang akan kemampuan serta bakat yang dimilikinya mengarah pada tingkat self-efficacy yang tinggi, selain itu Kecenderungan siswa untuk berprestasi mengarah pada keyakinan bahwa siswa tersebut bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif serta mencetuskan perilaku yang positif. Hal ini sejalan dengan pendapat Bandura (dalam Friedman dan Schustack, 2006) bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa self-efficacy juga memengaruhi perencanaan karier siswa.
Self-efficacy
Bandura (dalam Aditya, 2016) mengemukakan bahwa self-efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas- tugas khusus yang dihadapi. Indikator self-efficacy mengacu pada dimensi self-efficacy. Bandura (dalam Subaidi, 2016) mengatakan bahwa self-efficacy tiap individu berbeda satu sama lain, hal ini berdasarkan tiga dimensi self-efficacy, antara lain:
1. Magnitude
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kesulitan tugas yang diyakini oleh seseorang untuk dapat diselesaikan. Jika individu dihadapkan pada masalah atau tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitan tertentu maka self-efficacy nya akan jatuh pada tugas-tugas yang mudah, sedang, dan sulit sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkatnya tersebut. Dimensi kesulitan memiliki implikasi terhadap pemilihan tingkah laku yang dicoba atau yang akan dihindari. Individu akan mencoba tingkah laku yang dirasa mampu dilakukan dan akan menghindari tingkah laku yang dirasa berada di luar batas kemampuannya.
2. Strength
Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan atau kelemahan keyakinan individu tentang kemampuan yang dimilikinya. Individu dengan self-efficacy kuat mengenai kemampuannya cenderung pantang menyerah dan ulet dalam meningkatkan usahanya walaupun menghadapi rintangan. Sebaliknya individu dengan self-efficacy lemah cenderung mudah terguncang oleh hambatan kecil dalam menyelesaikan tugasnya.
3. Generality
Dimensi ini merupakan dimensi yang berkaitan dengan keluasan bidang tugas yang dilakukan.
Dalam mengatasi atau menyelesaikan masalah/tugas-tugasnya, beberapa individu memiliki keyakinan terbatas pada suatu aktivitas dan situasi tertentu dan beberapa menyebar pada serangkaian aktivitas dan situasi yang bervariasi.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MAN 2 Kolaka pada tahun akademik 2020/2021. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan yaitu dimulai dari bulan desember 2020 sampai maret 2021. Jenis Penelitian ini adalah penelitian survei yaitu suatu penelitian yang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa siswi MAN 2 Kolaka yang terdaftar aktif dengan jumlah 353 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan propotional random sampling dengan jumlah 70 siswa.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner yang disusun berdasarkan aspek-aspek
Kolaka. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui gambaran umum self- efficacy dan perencanaan karier siswa dan analisis inferensial digunakan untuk menguji hipotesis penelitian
Hasil Penelitian dan Pembahasan Hasil Penelitian
Gambaran umum self-efficacy siswa
Data variabel self-efficacy dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 25, adapun hasil analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Self-efficacy Siswa Interval Kategori Frekuensi %
135-166 Sangat tinggi 20 28%
104-134 Tinggi 46 66%
73-103 Rendah 4 6%
42-72 Sangat rendah 0 0%
Jumlah 70 100%
Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa terdapat 20 (28%) siswa yang memiliki self-efficacy yang sangat tinggi, 46 (66%) siswa yang memiliki self-efficacy tinggi, 4 (6%) siswa memiliki self-efficacy yang rendah, dan 0 (0%) siswa memiliki self-efficacy yang sangat rendah. Untuk mengetahui gambaran umum tingkat self-efficacy siswa digunakan bantuan program SPSS. Tolok ukur yang digunakan untuk memberikan norma kategorisasi self-efficacy siswa merupakan nilai rata-rata self- efficacy siswa. Berikut merupakan output SPSS untuk mengetahui tingkat self-efficacy siswa.
Tabel 2
Deskripsi Self-efficacy Siswa MAN 2 Kolaka
Berdasarkan data hasil analisis deskriptif variabel self-efficacy diketahui bahwa nilai minimum self- efficacy siswa sebesar 85, nilai maksimum sebesar 158 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 126,46 dan standar deviasi sebesar 15,341. Nilai rata-rata self-efficacy siswa jika dikonversi ke dalam nilai norma kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat self-efficacy siswa berada pada kategori tinggi. Ini berarti bahwa dapat diketahui tingkat self-efficacy siswa MAN 2 Kolaka berada pada kategori tinggi. Selanjutnya data variabel perencanaan karier juga dianalisis menggunakan aplikasi SPSS 25. adapun hasil analisinya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Perencanaan Karier Siswa Interval Kategori Frekuensi %
331-409 Sangat tinggi 3 4,3%
253-330 Tinggi 45 64,3%
175-252 Rendah 22 31,4%
97-174 Sangat rendah 0 0%
Jumlah 70 100%
N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation self
efficacy 70 85 158 126 15.341
Valid N (listwise) 70
Descriptive Statistics
Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa terdapat 3 (4,3%) siswa yang memiliki perencanaan karier yang sangat tinggi, 45 (64,3%) siswa yang memiliki perencanaan karier yang tinggi, dan 22 (31,4%) siswa yang memiliki perencanaan karier yang rendah, dan 0 (0%) siswa yang memiliki perencanaan karier yang sangat rendah. Untuk mengetahui gambaran umum tingkat perencanaan karier siswa digunakan bantuan program SPSS. Tolak ukur yang digunakan untuk memberikan norma kategorisasi perencanaan karier siswa merupakan nilai rata-rata perencanaan karier siswa. Berikut merupakan output SPSS untuk mengetahui tingkat perencanaan karier siswa.
Tabel 4
Deskripsi Perencanaan Karier Siswa
Berdasarkan tabel 4, diketahui bahwa nilai minimum perencanaan karier siswa sebesar 193, nilai maksimum sebesar 341 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 270,33 dan standar deviasi sebesar 29,509. Nilai rata-rata perencanaan karier siswa jika dikonversi ke dalam nilai norma kategorisasi menunjukkan bahwa tingkat perencanaan karier siswa berada pada kategori tinggi. Ini berarti bahwa dapat diketahui tingkat perencanaan karier siswa MAN 2 Kolaka berada pada kategori yang tinggi
Analisis statistik inferensial
Uji statistik yang digunakan adalah analisis regresi linear sederhana dengan bantuan aplikasi SPSS 25 yang berdasarkan nilai skor kuesioner self-efficacy dan perencanaan karier siswa. Pengujian hipotesis untuk menjawab hipotesis penelitian yang berbunyi “self-efficacy berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka”. dilakukan dengan bantuan SPSS 25 for windows dengan kriteria sebagai berikut.
1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima. Artinya bahwa self-efficacy tidak berpengaruh signifikan terhadap perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka, dan
2. Jika probabilitas < 0,05, maka Ha diterima. Artinya bahwa self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka.
Berikut merupakan output SPSS dalam pengujian hipotesis penelitian.
Tabel 5
Output SPSS Pengujian Hipotesis N Minimum Maximum Mean Std.
Deviation Perencanaan
Karier 70 193 341 270,33 29,507
Valid N
(listwise) 70
Descriptive Statistics
Sum of
Squares Df Mean
Square F Sig.
Regression 28931.3 1 28931 63.165 .000b
Residual 31146.1 68 458.03 Total 60077.4 69
ANOVAa Model
1
a. Dependent Variable: perencanaan karier b. Predictors: (Constant), self efficacy
bahwa self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka.
Dengan demikian maka hipotesis penelitian yang berbunyi “self-efficacy berpengaruh signifikan terhadap perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka” dinyatakan diterima. Untuk melihat seberapa kuat pengaruh self-efficacy terhadap perencanaan karier siswa dapat dilihat pada table 6.
Tabel 6
Nilai Prediktor Self-efficacy
Berdasarkan tabel di atas, nilai r = 0,694 yang menunjukkan bahwa variabel self-efficacy memiliki pengaruh yang kuat terhadap perencanaan karier siswa. Kemudian nilai koefisien determinan (r2) sebesar 0,482 atau sebesar 48,2%, atau dapat dikatakan bahwa self-efficacy memiliki pengaruh terhadap perencanaan karier siswa, sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Pembahasan
Dalam pengambilan keputusan karier yang tepat tentunya harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh siswa dan harus dilakukan perencanaan yang matang sebelum mengambil keputusan karier. Ada beberapa hal yang memengaruhi proses perencanaan karier siswa, menurut Parson dan Williamson (dalam Komara, 2016) faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan karier adalah kemampuan (abilities), minat (interest) dan prestasi (achievement). Adapun penjelasan dari ketiga faktor tersebut adalah sebagai berikut.
1. Kemampuan, yaitu kepercayaan diri terkait dengan bakat yang menonjol di suatu bidang usaha kognitif, bidang keterampilan, atau bidang kesenian. Sekali terbentuk suatu kemampuan dapat menjadi bekal yang memungkinkan untuk memasuki berbagai bidang pekerjaan atau saat memasuki jenjang perguruan tinggi pada suatu bidang tertentu. Seseorang yang memiliki kemampuan atau bakat yang menonjol biasanya memiliki tingkat kepercayaan diri yang cukup tingi dalam mengaktualisasikan dirinya.
2. Minat, yaitu kecenderungan yang agak menetap kepada seseorang untuk merasa tertarik pada suatu bidang tertentu dan merasa senang bergaul atau bergabung dalam berbagai kegiatan yang berkaitan dengan bidang tersebut.
3. Prestasi, yaitu suatu hasil belajar (prestasi belajar), yang didapatkan dari suatu kemampuan individu yang didapatkan siswa dari usaha belajar.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi perencanaan karier adalah keyakinan seseorang akan kemampuannya, minat pada bidang tertentu, dan prestasi siswa. Keyakinan seseorang akan kemampuan serta bakat yang dimilikinya mengarah pada tingkat self-efficacy yang tinggi, selain itu Kecenderungan siswa untuk berprestasi mengarah pada keyakinan bahwa siswa tersebut bisa menguasai situasi dan mendapatkan hasil positif serta mencetuskan perilaku yang positif. Hal ini sejalan dengan pendapat Bandura (dalam Friedman dan Schustack, 2006) bahwa self-efficacy berpengaruh besar terhadap perilaku. Oleh karena itu peneliti dapat menyimpulkan bahwa self-efficacy juga memengaruhi perencanaan karier siswa.
Model R R
Square
Adjusted R Square
Std.
Error of the Estimate 1 .694a 0.482 0.474 21.402
Model Summaryb
a. Predictors: (Constant), self efficacy b. Dependent Variable: perencanaan karier
Berdasarkan hasil analisis uji t variabel self-efficacy dengan perencanaan karier siswa diperoleh besarnya t-hitung sebesar 7,948 > t-tabel yaitu 1,66757 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 yg berarti p value < 0,05 menunjukkan bahwa self-efficacy berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan karier siswa. T-hitung positif artinya semakin tinggi tingkat self-efficacy siswa maka tingkat perencanaan karier semakin tinggi, dan semakin rendah tingkat self-efficacy siswa maka semakin rendah pula tingkat perencanaan karier siswa. Selanjutnya untuk melihat besarnya pengaruh self-efficacy terhadap perencanaan karier siswa dapat dilihat dari nilai r square sebesar 0,482 yang artinya self-efficacy berpengaruh terhadap perencanaan karier siswa dengan kontribusi sebesar 48,2%
Hal yang sama juga ditemukan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyastuti (2013) yang berjudul “Pengaruh Self-efficacy dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kemantapan Keputusan Karier Siswa”. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa hasil analisis uji t antara variabel self-efficacy dengan kemantapan pengambilan keputusan karier diperoleh besarnya nilai t-hitung sebesar 5,442 > t-tabel yaitu 1,658 dengan taraf signifikasi sebesar 0,000 yang berarti p value < 0,005 menunjukan ada pengaruh yang signifikan antara self-efficacy dengan kemantapan pengambilan keputusan karier.
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa ada pengaruh self-efficacy terhadap perencanaan karier siswa. Self-efficacy merupakan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk melakukan sesuatu.
Self-efficacy bisa didapatkan melalui persuasi sosial, efikasi akan meningkat ketika siswa mengamati pengalaman orang lain. kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan. Dengan mengamati keberhasilan orang lain maka siswa tergerak untuk bisa memulai merencakan kariernya agar bisa sukses di masa depan. Jika siswa merasa yakin dengan kemampuannya untuk melakukan perencanaan karier maka siswa mampu melakukan perencanaan karier. Self-efficacy termasuk dalam faktor penentu perencanaan karier siswa oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam melakukan perencanaan karier dapat dilakukan dengan cara meningkatkan self-efficacy siswa seperti memberikan tugas yang bertujuan untuk memperbanyak pengalaman performansi siswa sehingga self-efficacy siswa makin kuat. Jika siswa memiliki self- efficacy yang kuat maka kegagalan yang mereka alami dampaknya tidak seburuk jika kegagalan itu terjadi pada orang yang self-efficacy-nya belum kuat. selain itu dapat juga dilakukan dengan memberikan pengalaman vikarius kepada siswa, pengalaman vikarius merupakan pengalaman yang didapat dengan mengamati pengalaman orang lain atau melalui model sosial. Pihak sekolah dapat melakukan sosialisasi dengan mendatangkan alumnus dari MAN 2 Kolaka yang telah sukses dalam berkarier dan dijadikan sebagai narasumber. Self-efficacy akan meningkat ketika ia mengamati keberhasilan orang lain, dan sebaliknya.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa 1) nilai rata-rata self-efficacy siswa sebesar 126,46 atau berada pada kategori yang tinggi, 2) nilai rata-rata perencanaan karier siswa sebesar 270,33 atau berada pada kategori yang tinggi, dan 3) self-efficacy berpengaruh secara signifikan terhadap perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka dengan kontribusi sebesar 48,2%.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa secara distribusi frekuensi tingkat perencanaan karier siswa di MAN 2 Kolaka berada pada kategori tinggi, yang artinya tingkat perencanaan karier siswa sudah cukup baik namun masih bisa ditingkatkan sehingga berada pada kategori sangat tinggi. Oleh karena itu, upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan perencanaan karier siswa salah satunya ialah dengan meningkatkan self-efficacy siswa. Terdapat beberapa saran yang diajukan kepada berbagai pihak berkaitan dengan temuan dalam penelitian ini: 1) bagi Kepala Sekolah, diharapkan mampu menyusun program sekolah yang mampu meningkatkan self-efficacy siswa. Program ini pula diharapkan mampu menjembatani upaya-upaya dalam
dengan melakukan suatu upaya untuk meningkatkan self-efficacy siswa sehingga self-efficacy siswa berada pada kategori sangat tinggi. Upaya yang dapat dilakukan salah satunya memberikan layanan informasi yang berkaitan dengan self-efficacy siswa dan rutin dilaksanakan tiap minggu, 3) bagi siswa, siswa hendaknya selalu yakin dengan kemampuannya untuk mencapai tujuannya khususnya dalam melakukan perencanaan karier, dan 4) bagi peneliti yang ingin atau memiliki minat dalam mengembangkan penelitian ini kiranya dapat melakukan penelitian lanjutan untuk mengungkap bagaimana cara meningkatkan self-efficacy siswa.
Daftar Pustaka
Adiputra, (2015). Penggunaan Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karier Siswa. Jurnal Fokus Konseling, 1(1), 45-56.
Aditya. (2016). Pengaruh Iklim Organisasi, Kepemimpinan Transformasional, Self-efficacy Terhadap Perilaku Kerja Inovatif. E-Jurnal Manajemen Unud, 5 (3), 1801-1830.
Ardi. (2017). Pengaruh Self-efficacy Terhadap Employee Engangement dan Kinerja Karyawan.
Jurnal Administrasi Bisnis, 52 (1), 163-172.
Atmaja. (2014). Upaya Meningkatkan Perencanaan Karier Siswa Melalui Bimbingan Karier dengan Penggunaan Media Modul. Psikopedagogia, 3 (2), 58-68.
Friedman, S. F & Schustack, M. W. (2006). Kepribadian. Jakarta: Penerbit Erlangga
Komara. (2016). Hubungan Antara Kepercayaan Diri dengan Prestasi Belajar dan Perencanaan Karier Siswa. Psikopedagogia, 5 (1), 33-42.
Mujiyati. (2016). Implikasi Self-efficacy Terhadap Perencanaan Karier Siswa. Jurnal Fokus Konseling, 2 (1), 60-67.
Puspitaningrum. (2018). Teknik Modeling Terhadap Perencanaan Karier Peserta Didik SMA. Jurnal Bimbingan dan Konseling, 3 (1), 1-10.
Retnowati. (2018). Hubungan Antara Dukungan Sosial dan Efikasi Diri dengan Pengambilan Keputusan Karir Pada Siswa SMK N 1 SEMARANG. Skripsi. Universitas Islam Sultan Agung Semarang.
Sondak, dkk. (2020). Pengaruh Internal Locus Of Control dan Self-Efficacy Terhadap Career Maturity Karyawan Pada Sutanraja Hotel Amurang. Jurnal EMBA, 8 (1), 42-51.
Subaidi. (2016). Self-efficacy Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika. Journal Unira. 1 (2), 64-68.
Widyastuti. (2013). Pengaruh Self-efficacy dan Dukungan Sosial Keluarga Terhadap Kemantapan Pengambilan Keputusan Karier Siswa. Jurnal BK UNESA, 03 (01), 231-238.