• Tidak ada hasil yang ditemukan

SELF ESTEEM SISWA

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SELF ESTEEM SISWA"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

SELF-ESTEEM

Pengertian Self-esteem

Branden (dalam Read, 1997) berpendapat bahwa harga diri adalah penilaian seseorang atas kemampuannya menghadapi tantangan hidup dan menemukan kebahagiaan. Sedangkan menurut Maslow, keadaan harga diri yang utuh meliputi: (1) rasa percaya diri, (2) rasa mampu melakukan sesuatu, dan (3) harga diri yang positif.

Kebutuhan Akan Self-esteem

Menurut Coopersmith, konsep diri anak dibentuk oleh: (1) latar belakang sosial, (2) karakteristik pengasuhan, (3) karakteristik objek, (4) sejarah dan pengalaman awal, dan (5) hubungan orangtua-anak. Sebuah studi oleh Block (2004) menemukan korelasi sebesar 0,37 antara IQ dan harga diri pada laki-laki, menunjukkan hubungan positif antara kemampuan umum (IQ) dan harga diri.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SELF-

Latar Belakang Sosial

Anak dari orang tua dalam masyarakat kelas atas dapat mempengaruhi pembentukan harga diri anak yang tinggi. Skala Persediaan Harga Diri Coopersmith menunjukkan korelasi yang kuat antara kelas sosial dan harga diri.

Karakteristik Pengasuhan

Ketika orang tua tidak dapat menangani perilaku anak-anaknya, mereka juga tidak dapat mengembangkan harga diri anak-anak mereka. Situasi orang tua membuat anak sulit menerima kenyataan, dan akhirnya mempengaruhi harga diri anak.

Karakteristik Subjek

Coopersmith (1967) berpendapat bahwa sebagian besar kehidupan keluarga anak-anak dengan harga diri rendah ditandai dengan pertengkaran dan konflik. Seseorang yang harapannya tidak sesuai dengan apa yang telah dicapai cenderung merasakan efek dari harga diri yang rendah.

Riwayat Awal dan Pengalaman

Akibatnya, ia akan merasa dirinya tidak berharga dan tidak berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Orang yang berhasil sesuai dengan keinginannya merasa bangga dan melihat dirinya memiliki kemampuan untuk menjadi berharga dan berguna bagi dirinya sendiri dan orang lain. Sebaliknya, perasaan bahwa usahanya gagal dapat menimbulkan kekecewaan, perasaan bahwa dirinya adalah orang yang tidak akan pernah berhasil karena tidak kompeten dan tidak berguna bagi dirinya sendiri maupun orang lain.

Anak-anak yang lahir dalam keluarga dengan jumlah anak yang lebih sedikit mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Pengalaman menyakitkan dan kejadian menakutkan sejak dini dapat memengaruhi perkembangan kepribadian, termasuk harga diri anak. Oleh karena itu, suasana hubungan sosial yang baik antar anggota keluarga memberikan rasa aman dan berpengaruh terhadap pembentukan harga diri yang tinggi pada anak.

Hubungan Orang Tua Anak

Orang tua berstatus tinggi dan orang tua berstatus rendah memiliki pengaruh yang berbeda terhadap harga diri siswa di sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hubungan antara kelas sosial dan harga diri bergantung pada ukuran yang digunakan. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola asuh dengan harga diri siswa SMA Negeri di Kota Malang.

Sebaliknya, semakin rendah orang tua siswa dalam kelas sosial, maka semakin rendah harga diri siswa tersebut. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wright (2002) menemukan adanya keterkaitan antara pola asuh dengan harga diri dalam keluarga. Anak-anak dengan harga diri tinggi melihat tindakan dan ekspresi orang tua mereka sebagai bantuan dan dukungan positif untuk mereka.

Ini menemukan kontribusi yang signifikan antara pendidikan, kelas sosial dan harga diri secara umum.

Gambar 2.1 Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem (Sumber: Coopersmith, 1967)
Gambar 2.1 Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem (Sumber: Coopersmith, 1967)

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DAN SELF-

HUBUNGAN ANTARA KELAS SOSIAL DAN SELF-

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN UMUM DAN SELF-

SELF-ESTEEM SISWA SMA NEGERI DI KOTA MALANG

BENTUK POLA ASUH, KELAS SOSIAL, DAN

Kelas Sosial Orang Tua Siswa SMA Negeri di Kota

Perbedaan hasil ini disebabkan karena orang tua siswa rata-rata memiliki perbedaan tingkat pendidikan dan kesadaran penggunaan media komunikasi yang berbeda. Menurut Stewart dan Knock (1983), orang tua otoriter dicirikan oleh perilaku terhadap anak-anak mereka yang meliputi kekakuan, ketegasan, menghukum, kurang kasih sayang, dan apatis. Untuk mengembangkan hubungan yang baik antara orang tua dan siswa, kedua belah pihak harus saling memahami.

Hal ini memungkinkan orang tua untuk memahami bagaimana menerapkan pola asuh sesuai dengan perkembangan anak didik remajanya. Kelas sosial orang tua siswa SMA Negeri di kota Malang Kelas sosial orang tua siswa SMA Negeri di Malang bervariasi antara kelas sosial menengah ke atas dan kelas sosial bawah. Orang tua siswa SMA Negeri di Malang pada umumnya berpenghasilan menengah ke atas, sehingga dalam memenuhi kebutuhan gaya hidup menempatkan mereka pada kelas sosial menengah ke atas, data menunjukkan bahwa 49,06% tergolong kelas menengah, disusul 37,06% tergolong menengah ke atas. kelas. kategori kelas. kelas tinggi.

Kemampuan Umum Siswa SMA Negeri di Kota

Sebaliknya, skala konsep diri Lipsitt tidak menunjukkan korelasi antara kelas sosial dan harga diri. Hubungan pola asuh, kelas sosial, dan kemampuan umum dengan harga diri Kemampuan umum dan harga diri. Dapat dilihat bahwa ada hubungan yang sama dan signifikan antara pola asuh, kelas sosial dan kemampuan secara keseluruhan dengan harga diri siswa SMA Negeri di Kota Malang.

Ada hubungan yang signifikan antara kelas sosial dan harga diri siswa, dan kelas sosial memiliki kontribusi yang efektif terhadap harga diri siswa. Terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan umum dengan harga diri siswa, dan kemampuan umum memiliki kontribusi yang efektif terhadap harga diri siswa. Analisis regresi berganda menemukan bahwa pendidikan, kelas sosial dan kemampuan umum berhubungan secara signifikan dengan harga diri siswa SMA Negeri Malang.

KORELASI POLA ASUH, KELAS SOSIAL, DAN

Pola Asuh Orang Tua dan Self-esteem Siswa SMA

Temuan ini konsisten dengan temuan Coopersmith (1967) bahwa terdapat pengaruh positif antara penerimaan orang tua dan sikap demokratis terhadap harga diri anak. Hal ini juga didukung oleh temuan Walgit (1991) yang menunjukkan bahwa sikap demokratis dan harga diri menunjukkan korelasi r=03681. Artinya semakin demokratis sikap orang tua terhadap siswa maka semakin tinggi pula tingkat harga diri siswa dan sebaliknya.

Orang tua menunjukkan perhatian, penerimaan, cinta dan kasih sayang, serta keterikatan emosional yang tulus dengan anak-anak mereka, yang mengembangkan harga diri anak. Hal ini juga diperkuat dengan temuan Walgito (1991), bahwa semakin tinggi sikap orang tua terhadap anak maka semakin rendah harga diri siswa tersebut, dan sebaliknya semakin rendah kebijaksanaan orang tua maka semakin tinggi pula perasaan harga diri anak tersebut. menghargai. Kelas sosial dan harga diri siswa SMA Negeri di Kota Malang Ada hubungan positif antara kelas sosial dan harga diri.

Kelas Sosial dan Self-esteem Siswa SMA Negeri di

Orang tua yang otoriter dan memberikan kebebasan penuh menjadi pendorong perilaku agresif anak. Penelitian Mandara dan Crolyn (2000) menunjukkan bahwa pendapatan rumah tangga berhubungan positif dengan harga diri remaja Afrika-Amerika. Pendapatan/ekonomi rumah tangga sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan pekerjaan yang menempatkan seseorang pada kelas sosial tertentu.

Individu dari keluarga dengan kelas sosial yang tinggi adalah orang tua dengan pekerjaan yang baik dan pendapatan yang tinggi. Sebaliknya, orang tua dengan status sosial lebih rendah tidak dapat menikmati fasilitas yang sama dengan keluarga dengan status sosial lebih tinggi. Kebutuhan anak kelas sosial bawah tidak selalu terpenuhi, sehingga anak tidak memiliki gaya hidup yang mengedepankan rasa percaya diri.

Kemampuan Umum dan Self-esteem Siswa SMA

Dalam situasi seperti itu, individu merasa bangga dan memiliki harga diri yang baik karena dapat memanfaatkan keuntungan yang diperoleh dari orang tuanya. Anak-anak dari keluarga kelas atas cenderung memiliki gaya hidup yang tinggi sehingga mereka mendapatkan rasa hormat dari orang lain. Dewit dan Kolanda (2004) mempelajari dua kelompok yaitu kelompok ber-IQ tinggi dan kelompok ber-IQ rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok ber-IQ tinggi mengalami perubahan harga diri yang positif, sedangkan kelompok ber-IQ rendah mengalami perubahan harga diri yang negatif. berpengaruh pada harga diri mereka.

Hal ini karena orang dengan IQ di atas rata-rata memiliki kemampuan untuk mengevaluasi diri secara positif, percaya pada kemampuan mereka untuk memecahkan masalah, percaya bahwa mereka dapat mencapai apa yang mereka dan orang lain harapkan, tidak cepat menyerah ketika gagal, dan tidak tergantung. pada orang lain. Di sisi lain, orang dengan kemampuan umum (IQ) di bawah rata-rata kurang memiliki keterampilan memecahkan masalah, kurang percaya diri, menjadi putus asa saat menghadapi masalah, dan mengandalkan orang lain.

Hubungan Antarpola antara Pola Asuh, Kelas Sosial,

Dapat dijelaskan secara singkat bahwa meskipun kelas sosial dan kemampuan umum memiliki pengaruh yang lebih kecil terhadap harga diri dibandingkan gaya pengasuhan, kedua faktor ini juga tidak boleh diabaikan. Karena dari ketiga faktor tersebut maka pola asuh memiliki pengaruh yang lebih besar, maka pola asuh harus menjadi fokus utama untuk meningkatkan harga diri siswa. Anak-anak dengan harga diri rendah dapat mengungkapkan perasaan frustrasi dan penolakan dari orang tua mereka tentang tindakan yang diambil.

Artinya meskipun harga diri siswa dibentuk melalui keluarga (orang tua), namun di sekolah dapat diubah melalui perlakuan guru dan pembimbing. Jika kita bandingkan kontribusi efektif ketiga variabel independen gaya pengasuhan, kelas sosial dan kemampuan komprehensif terhadap harga diri siswa, maka kontribusi yang paling efektif adalah gaya pengasuhan. Jika sumbangan efektif ketiga variabel independen pola asuh, kelas sosial dan kemampuan umum terhadap harga diri siswa dibandingkan, maka sumbangan efektif kemampuan umum paling kecil.

Karena gaya pengasuhan merupakan kontributor efektif yang paling penting terhadap harga diri di antara ketiga variabel independen, konselor sekolah dapat menyiapkan materi bimbingan individu bagi siswa. Meskipun sebenarnya kontribusi kelas sosial terhadap harga diri siswa lebih sedikit dibandingkan dengan kepedulian orang tua, namun konselor sekolah harus memberikan materi bimbingan yang baik kepada siswa dari kelas sosial bawah.

IMPLIKASI BIMBINGAN DAN KONSELING TERHADAP

PENALI AKHIR

Hasil ini menunjukkan bahwa gaya pengasuhan dan kelas sosial secara bersama-sama memberikan kontribusi efektif yang sangat signifikan dibandingkan dengan kontribusi efektif gaya pengasuhan dan kemampuan umum pada anak. Meskipun kontribusi efektif kemampuan umum terhadap harga diri siswa kurang dari kontribusi efektif orang tua dan kelas sosial, konselor sekolah juga harus memberikan materi bimbingan yang dipersonalisasi kepada siswa dengan kemampuan umum di bawah rata-rata, di atas rata-rata, atau superior untuk memahami diri mereka sendiri dengan lebih baik. dan membantu mereka memperbaiki diri secara optimal. Karena pola asuh, kelas sosial, dan kemampuan umum berkontribusi efektif terhadap self-esteem siswa SMA Negeri Malang, maka konselor sekolah harus melakukan penilaian kebutuhan saat menyiapkan materi bimbingan personal agar konselor dapat lebih memahami siswa. berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi h harga diri.

Meskipun 68,69% tidak dijelaskan dalam hal ini, namun perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang self esteem remaja dengan memfokuskan pada faktor lain yang mempengaruhi self esteem, seperti faktor personal sekolah (kepala sekolah, guru, dan konselor). Harga diri global dan citra diri spesifik sebagai penentu respons orang terhadap kesuksesan dan kegagalan".

Gambar

Gambar 2.1 Model Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Self-esteem (Sumber: Coopersmith, 1967)

Referensi

Dokumen terkait

The results strowed that slag ;tf 4260 crn'lgram fineness can be added up to 3O%, to a portland cement clinker to increase compressive stlength trom 28 MPa to aborrt 40