SEMANTIK Prof Dr. Retno W
Dr. Raheni Suhita, M.Hum
ALLPPT.com _ Free PowerPoint Templates, Diagrams and Charts
TUGAS DAN MATERI
.
Ma- teri
Pencar- ian ar- tikel ju- rnal
Penyusuna n Rencana Penelitian
Presen- tasi
.
Semantik : Hubungan Makna –tanda bahasa
‘tanda’ mencakup signifie ‘yang ditandai’ dan s ignifian ‘yang menandai’
Kursi , dingklik, bangku
Tanda bahasa : untaian bahasa bermakna
Satuan bahasa : fonologi, morfologi,sintaksis
makna leksikal, gramatikal satuan bahasa ind onesia, penamaan, pengistilahan, pendefinisi an, dan perubahan makna serta faktor penye babnya.
HAKIKAT
KAJIAN SEMANTIK
Kajian makna
fonologi
Pembeda makna
Morfologi
Makna lek- sem-kata
Sintaksis
Makna frasa- klausa-kali-
mat
Wacana
Makna para- graf-teks
JENIS
Semantik Behavioris
makna stimulus dan respon, rangsangan dan jawaban.
ditentukan oleh situasi yang berarti dan lingkungan.
Makna hanya dapat dipahami jika ada data yang dapat diamati dan berada dalam lingkungan pengalaman
manusia.
Semantik Deskriptif
memperlihatkan makna yang sekarang berlaku
Semantik Generatif
kompetensi (competence) : kemampuan atau pengetahua n bahasa yang dipahami dalam komunikasi:; struktur lua r:
unsur bahasa berupa kata atau kalimat seperti terdenga r ; struktur dalam, : makna yang berada dalam struktur lu ar.
Semantik Gramatikal
Mengkaji makna dalam satuan kalimat. menafsirkan keseluruhan isi kalimat serta yang ada dibalik kalimat
Sebuah kata akan bergesr maknanya bila diletakkan atau digabungkan dengan kata lain.
Semantik Leksikal
sistem makna yang terdapat dalam kata. memperhatika n makna yang terdapat didalam kalimat kata sebagai satuan mandiri.
Semantik Historis
mengkaji sistem makna dalam rangkaian waktu. menek ankan studi makna dalam rentangan waktu, bukan
perubahan bentuk kata. Semantik ini membandingkan kata-kata berdasarkan periode atau antara kata pada masa tertentu dengan kata pada bahasa yang lain.
Semantik Logika
berkaitan dengan konsep-konsep dan notasi simbolik. dalam
analisis bahasa . semantik logika mengkaji sistem makna yang dilihat d ari logika seperti yang berlaku dalam matematika yang
mengacu kepada kata pengkajian makna atau penafsiran ajaran, terut ama yang dibentuk dalam sistem
logika .
Semantik Struktural
setiap bahasa adalah sebuah sistem, sebuah hubungan struktur yang unik yang terdiri dari satuan-satuan yang disebut struktur.
Struktur itu terjelma dalam unsur berupa fonem, morfem, kata, frase, klausa, kalimat, dan wacana
KONSEP DASAR
Informasi
Etimologi, bahasa Perancis kuno informacion ; bahasa latin informationem =“garis besar, konsep, ide”. Informasi berarti aktivitas pengumpulan dan pengolahan data - memberikan pengetahuan atau keterangan.
rangkaian perkataan, kalimat, gambar, atau tanda tulis lain yang mengandung pengertian, buah pikiran, atau pengetahuan
apapun yang dapat dipergunakan oleh sesorang untuk membuat keputusan yang sekarang atau yang akan datang.
data yang telah diproses untuk menghasilkan sebuah keputusan”
Ciri ciri : akurat, tepat waktu, relevan, lengkap Jenis jenis informasi
Absolut : disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
Substitusional : konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Pengertian informasi kadang kala diganti dengan istilah komunikasi.
Philosopi : berkaitan dengan konsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan.
Subjektif berkaitan dengan perasaan dan informasi manusia.
Objektif : merujuk pada karakter logis informasi tertentu.
Kultural : memberikan tekanan pada dimensi cultural.
Makna dan Maksud
telaah makna : semantik dan pragmatik.
semantik –makna kata (rangkaian kata) yang ada di kamus belum dipengaruhi oleh konteks komunikasi.
Pragmatik makna terkait dengan konteks komunikasi belum tentu dapat ditangkap secara jelas jika hanya mengandalkan
makna semantik.
Makna semantik rentetan kata yang dapat ditelusuri kata per katanya pada kamus.
Makna pragmatik,makna rentetan kata, yang tidak tertangka p berdasarkan makna dari kamus dan hanya berada di benak penutur.
“sudah jam lima” : secara semantik bisa dianalisis per kata dari k amus makna memberitahu “saat ini puku lima”
makna Diucapkan perawat di rs pada penjenguk
“diharap segera meninggalkan ruang”
ISTILAH Segi (dalam keseluruhan
peristiwa pengujaran Jenis Semantik MAKNA
Segi lingual atau dalam ujaran Semantik gramatikal dan leksikal
INFORMASI Segi objektif (yakni segi yang dibicarakan)
(Luar semantik;
ekstralingual)
MAKSUD
Segi subjektif (yakni dipihak pemakai bahasa)
Studi semantik yang mempelajari makna sesuai dengan konteks situasinya
Semantik maksud (objeknya adalah pemakaian bentuk- bentuk gaya bahasa seperti metafora, ironi, litotes dst).
Hub semantik - fonologi
Fonologi : bunyi bahasa. Sesuai fungsi Fonologi : fonetik dan fonomik.
Fonemik : fonem : pembeda makna mem punyai hubungan yang lebih erat dengan semantik
Fonetik pengucapan bunyi bahasa (sistem buny )
tanpa memperhatikan peran-
nya sebagai pembeda makna
Semantik - Morfologi
terlihat dalam proses morfologis.
mencakup transposisi, afiksasi, reduplikasi, dan komposisi
Transposisi : pembentukan kata
(mengubah fungsi atau kelas kata) tanpa mengubah bentuk dasar atau derivasi zero .
reduplikasi. Proses reduplikasi :
proses pembentukan kata dengan
mengulang satu bentuk bahasa dalam pen
gulangan bentuk bahasa, sehingga berbah
makna
Semantik - Sintaksis
.
Sintaksis - subsistem linguistik yang Mengkaji struktur intrakalimat.
Konteks kalimat menentukan makna suatu leksem.
Semantik berhubungan dengan wacana.
Wacana adalah kajian linguistik yang mem
bahas hubungan antar kalimat.
Perkembangan Kajian Makna
Aristoteles (384-322 SM), menggunakan istilah makna, saa t mendefinisikan kata. “kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna”. Dibedakan makna yang hadir sebagai akibat hubungan antarkata dan yang bukan.
Sejajar dengan makna leksikal dan makna gramatikal.
Plato (429-347 SM) menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa secara implisit mengandung makna-makna tertent u. Plato memandang adanya hubungan arti antara kata dengan yang dinamainya Aristoteles memandang
bahwa hubungan antara bentuk dan arti kata berdasarkan perjanjian pemakainya
Reising (1825) menyebutkan bahwa gramatika mencakup i tiga unsur utama, yakni: (1) semilologi, yang mengkaji tanda; (2) sintaksis, yang mengkaji susunan kalimat; dan (3) etimologi, yang mengkaji asal-usul kata, perubahan bentuk kata, dan maknanya.
Breal, seorang sarjana Perancis, menggunakan istilah semantik. Dijelaskannya bahwa ―semantik merupakan suatu bidang ilmu yang baru dan bersifat murni-historis, menambah makna yang berkaitan dengan luar bahasa.
Saussure (1916) mengajukan konsep tanda bahasa
(signe linguistique) terdiri atas penanda (signifiant) dan petanda (signifie). petanda dipahami sebagai makn a.
Sapir (1921) menyinggung masalah konsep atau ide. kata
mewakili suatu konsep tunggal maupun kombinasi konsep yang saling berhubungan sehingga membentuk kesatuan psikologis. Disinggungnya pula adanya konsep gramatikal yang muncul sebagai hubungan antarunsur gramatikal.
Bloomfield (1939) menyinggung masalah makna. Misalnya menyebut fonem sebagai unsur bahasa yang berfungsi sebaga i pembeda makna kata.
Hockett (1959) menyebut semantik sebagai salah satu subs istem bahasa, di samping subsistem lainnya seperti
gramatika, fonologi, morfofonemik, dan fonetik. Subsistem semantik dan fonetik bersifat periferal, sedangkan subsistem bahasa lainnya bersifat sentral.
Chomsky (1965) menjelaskan bahwa semantik merupaka n salah satu komponen tata bahasa, di samping kompone n
sintaksis dan fonologi. Dalam paparan semantik digunaka n teknik analisis ciri pembeda atau fitur distingtif. Tata bahasawan semantik generatif saperti Lackoff, Mc Cawle y, dan Kiparsky menjelaskan bahwa semantik dan sintaksis harus dikaji bersama-sama. Struktur semantik itu serupa dengan struktur logika, yakni berupa ikatan tak berkala antara predikator dan argumen dalam suatu proposisi.
Fillmore (1968) sebagai seorang tokoh tata bahasawan kasus membagi kalimat atas modalitas dan proposisi.
Pendekatan Makna
Pendekatan Referensial
Bahasa berfungsi sebagai wakil realitas.
Wakil realitas itu menyertai proses berpikir manusia secara individual.
Berpusat pada pengolahan makna suatu realitas secara benar.
Adanya kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan secara subjektif.
Makna merupakan julukan atau label yang berada dalam Kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar.
Membedakan makna dasar (denotatif) dari makna tambahan (konotatif).
Pendekatan Ideasional
Bahasa berfungsi sebagai media dalam mengolah pesan dan menerima informasi.
Makna muncul dalam kegiatan komunikasi.
Makna merupakan gambaran gagasan dari suatu bentu k
bahasa yang arbriter, tetapi konvensional sehingga dapa t dimengerti.
Kegiatan berpikir manusia adalah kegiatan b erkomunikasi lewat bahasa.
Bahasa merupakan pengemban makna untuk mengkomunikasikan gagasan.
Bahasa memiliki status yang sentral. karena itu, apabila:
salah berbahasa dalam berpikir, pesan tak tepat; dan bahasa dalam berpikir benar, kode salah, informasi akan menyimpang.
Pendekatan Behavioral
(1) Bahasa berfungsi sebagai fakta sosial yang mampu menceiptakan berbagai bentuk komunikasi
(2) Makna merupakan anggapan atas berbagai konteks situa si
ujaran (speech act)
(3) Kemunculan makna bergantung pada konteks situasi dan sosiokultural.
(4) Konteks sosiokultural dan konteks situasional merupakan suatu sistem yang berada di luar bahasa, tetapi mewarnai keseluruhan sistem bahasa.
(5) Komunikasi bahasa dibagankan oleh Bloomfield (1933):
(6) Konteks situasi yang mempengaruhi kelahiran makna, oleh Dell Hymes (1972), disingkat SPEAKING,
Pendekatan dalam teori makna
Pendekatan
Behavioral, mengkaji makna dalam
peristiwa ujaran (speech event) yang berlangsung dalam situasi tertentu.
Pendekatan ini beranggapan kalau pendekatan
referensial dan ideasional telah
mengabaikan konteks sosial dan situasional yang dianggap
berperan penting dalam menentukan makna.
Pendekatan
Referensial, makna diartikan sebagai label yang berada dalam kesadaran manusia utk menunjuk dunia luar. Label atau
julukan makna itu hadir karena adanya
kesadaran
pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan yang berlangsung secara subjektif.
Pendekatan
Ideasional, makna adalah gambaran gagasan dari suatu bentuk kebahasaan yang bersifat arbitrer tetapi memiliki
konvensi sehingga dapat dimengerti.
Dalam pendekatan ini, makna dianggap
sebagai pemarkah ide yang memperoleh bentuk melalui bahasa dan terwujud dalam kode.
ASPEK MAKNA
Pengertian (sense) : dicapai apabila pembicara dengan lawan bicara mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama.
Nilai rasa (feeling) : berhubungan dengan nilai rasa dan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. nilai rasa berkaitan dengan makna Dalam kehidupan sehari-hari selamanya kita berhubungan dengan rasa dan perasaan. Saat jengkel, terhar u, gembira, dll kita menggunakan bahasa yang berbeda
Nada (tone) : Aspek nada berhubungan dengan aspek makna Kalau seorang sedang jengkel,nada suaranya akan meninggi.
Kalau seseorang minta sesuatu, maka nada suaranya akan lembut
Maksud (intention) : Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi ,dll K alau seseorang berkata, “Hei akan hujan.” Pembicara itu mengi ngatkan pendengar: a) cepat-cepat pergi; b)bawa payung;, dll
Ragam Makna Leech
Makna Konotatif : Makna lain yang ditambahkan pada sebuah
kata yang berhubungan dengan nilai rasa seseorang atau kelompok.
Makna Stilistik : makna yang timbul karena gaya pemilihan kata
sehubungan dengan perbedaan sosial (strata) dan bidang kegiatan d i dalam masyarakat. contoh kata ‘rumah’, ‘pondok’, ‘vila’, ‘keraton’, ‘gubuk’, ‘kediaman’, dan ‘resindensi’.
Makna Afektif : makna yang berhubungan dengan perasaan pembicara terhadap lawan bicara atau objek yang dibicarakan.
lebih terlihat perbedaannya dengan makna lain bila digunakan secar a lisan. contoh kalimat ‘mohon tenang’ dan ‘tutup mulut kalian’
memiliki pesan yang sama,. namun, kalimat ‘mohon tenang’ memiliki makna yang terdengar halus, sedangkan kalimat ‘tutup mulut kalian’
memiliki makna dengan konteks yang lebih kasar.
Makna Refleksi : makna yang muncul pada saat penutur merespon ap a yang dia lihat. Makna refleksi akan lebih ekspresif ketika digunakan secara lisan, contoh: aduh, wah, oh, astaga, ah, yah.
Makna Kolokatif : makna yang timbul pada kata bersinonim, namun penggunaan masing masing memiliki ciri ciri tertentu. Misal ‘tampan’
dan ‘cantik’ . Kata ‘tampan’ identik dengan pria, sedangkan kata ‘cantik’ identik dengan wanita.
Makna Konseptual : makna yang dimiliki oleh sebuah kata terlepas dari konteks maupun asosiasi apapun. Dengan kata lain makna konseptual merupakan makna yang terkandung pada kata yang berdiri sendiri.
Makna Tematik : makna yang disampaikan menurut cara
penuturannya atau cara penataan pesannya, yang meliputi urutan fokus, dan penekanan. Nilai komunikatif dipengaruhi pula oleh penggunaan kalimat aktif dan kalimat pasif.
Relasi Makna
hubungan makna yang terdapat pada sebuah kata atau leksem. Yang membentuk pola tautan semantik. Perwujudan tautan makna
dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1) Relasi antara bentuk leksikal dan makna leksikal yang melibatkan sinonimi dan polisemi.
2) Relasi antara dua makna yang melibatkan antonimi dan hiponimi.
3) Relasi antara dua bentuk yang melibatkan homonimi dan homofoni.
4) Relasi antara bentuk-bentuk yang melibatkan akronimi, singkatan, kontraksi, dan haplologi.
(a) Akronimi: kata yang berupa gabungan huruf atau suku yang diucapkan sebagai kata yang wajar.
(b) Singkatan: kata yang berupa gabungan huruf-huruf sebagai kependekan dari ujaran
(c) Reduksi: kata yang berupa pemendekan atau pemenggalan sebagian fonem atau suku kata
(d) Haplologi: kata yang berupa gabungan kata-kata yang kehilangan fonem -fonem karena bersamaan dan berurutan.
Prinsip Relasi Makna
Prinsip Tumpang Tindih : kata atau leksem mengandung aneka informasi atau aneka makna. Prinsip ini melahirkan relasi makna homonimi dan polisemi.
Prinsip Persinggungan : kata atau leksem mengandung persamaan atau kemiripan makna. Prinsip ini melahirkan relasi makna sinonimi.
Prinsip Komplementasi : kata-kata atau leksem itu
mengandung perlawanan atau kontras. Prinsip ini melahirkan relasi makna antonimi
.
Prinsip Inkulsi : kata-kata atau leksem mengandung makna Yang tercakup oleh makna lain. Prinsip ini melahirkan relasi makna hiponimi.
Prinsip Kontraksi : kata-kata atau leksem merupakan kependekkan dari konstruksi lain. Prinsip ini
melahirkan relasi makna akronimi, singkatan, reduks i, dan haplologi
Analisis Komponen Makna
Tujuan : mengetahui hubungan- hubungan makn a yang ada di dalam kata melalui
analisis komponen pembeda. Digunakan u ntuk melihat kedekatan/kemiripan/
kesamaan/ketidaksamaan makna Langkah :
1. Menyeleksi makna semestara yang muncul dar i sejumlah komponen yang umum dengan
pengertian makna yang masih dalam domain
marah : mendongkol, menggerutu,dll
2. Mendaftar ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya Misal : ayah memilik ciri spesifik [+insan], [+jantan],
[+kawin], [+anak]
3. Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain.
Misal : “jantan” dapat digunakan untuk ayah, kakek, kakak laki-laki
4. Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata.
Misal “ibu” terdapat komponen “perempuan”, “lembut”, “mengalah”
5. Mencek data yang dilakukan pada langkah pertama 6. Membuat matrik komponen diagnostik.
Matrik Komponen Diagnostik
Set Paradikmatik
Manula/lansia Terik
Dewasa Panas
Remaja Hangat
Kanak-kanak Sejuk
Bayi Dingin
KOMPONEN
MAKNA AYAH IBU
Dewasa ya Ya
jantan ya tidak
dewasa ya Ya
kawin ya ya
KELEMAHAN
1. ada pasangan kata yang bersifat netral atau umum sedan- gkan
yang lain bersifat khusus. Misalnya, pasangan kata siswa dan siswi.
2. ada unsur leksikal yang sukar dicari pasanganya tetapi ada yang memiliki pasangan lebih dari satu.
3. sukar mengatur ciri-ciri semantik secara bertingkat, mana yang
lebih bersifat umum, dan mana yang lebih bersifat khusus.
Contoh, ciri jantan dan dewasa, mana yang lebih bersifat umum