• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABREVIASI NAMA KULINER DALAM BAHASA INDONESIA SEBUAH KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ABREVIASI NAMA KULINER DALAM BAHASA INDONESIA SEBUAH KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

oleh

NISSA PURNAMASARI NIM 1106398

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA INDONESIA DEPARTEMEN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

LEMBAR HAK CIPTA

oleh

Nissa Purnamasari

Skripsi untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra

© Nissa Purnamasari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang.

(3)

SEBUAH KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL oleh:

Nissa Purnamasari NIM 1106398 disetujui dan disahkan oleh:

Pembimbing I,

Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. NIP 196201091987032002

Pembimbing II,

Dra. Novi Resmini, M.Pd. NIP 196711031993032003

diketahui oleh

Ketua Departemen Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

Universitas Pendidikan Indonesia,

(4)

ABREVIASI NAMA KULINER DALAM BAHASA INDONESIA SEBUAH KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL

oleh

Nissa Purnamasari NIM 1106398

ABSTRAK

Dunia kuliner memang tidak akan pernah mati untuk selalu diperbincangkan dalam menciptakan sebuah nama kuliner. Seperti halnya Indonesia, tepatnya di daerah kota Bandung kaya dengan beragam jenis nama kuliner yang memiliki ciri khas unik seperti pada abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Fenomena kebahasaan tersebut dapat dikaji dalam sebuah kajian semantik leksikal. Tujuan penelitian ini untuk (1) mengklasifikasikan pola-pola pembentuk dan bentuk kata, (2) mendeskripsikan perubahan makna dengan kajian semantik leksikal, dan (3) mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap data abreviasi nama kuliner bahasa Indonesia yang telah dianalisis oleh peneliti. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Adapun hasil penelitian ini adalah (1) nama singkatan terdiri dari bentuk bahasa Indonesia yang berupa singkatan nama hewan, nama seseorang, nama tempat, dan sifat, (2) adanya temuan baru yaitu pola-pola pembentuk pada data penelitian abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tidak sesuai dengan kaidah pedoman umum bahasa Indonesia.

(5)

ABREVIASI CULINARY NAME IN INDONESIAN LANGUAGE A STUDY SEMANTIC LEXICAL

BY

NISSA PURNAMASARI NIM 1106398

ABSTRACT

The culinary world is not ever to always talk about in creating a name culinary.Like indonesia, precisely in the area of a Bandung city rich with various types of culinary name having typical unique as in abreviasi culinary name in indonesian language. Phenomena language it can be examined in a study semantic lexical. The purpose of this research for ( 1 ) classify patterns framer and the form of a word, ( 2 ) described changes of the meanings with studies semantic lexical, and ( 3 ) described perceptions of abreviasi name of data of culinary indonesian have analyzed by researchers. Research methodology used was a qualitative methodology. As for the result of research this is a (1) name of abbreviation consisting of a Indonesian of abbreviation name animals, the name of a person, a place name, and of the nature of, ( 2 ) the new finding that is patterns in the form of on the research abreviasi culinary name in Indonesian language not in accordance with rule the general guidelines Indonesian language.

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR HAK CIPTA ... i

LEMBAR PENGESAHAN... ii

LEMBAR PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK... iv

KATA PENGANTAR... v

UCAPAN TERIMA KASIH... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN DAN DIAGRAM ... xiii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Penelitian... 1

B. Masalah Penelitian... 7

1. Identifikasi Masalah... 7

2. Batasan Masalah... 8

3. Rumusan Masalah... 8

C. Tujuan Penelitian... 8

D. Manfaat Penelitian... 8

1. Manfaat Teoretis... 9

2. Manfaat Praktis... 9

E. Sistematika Penulisan Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, ABREVIASI, SEMANTIK, DAN PERSEPSI... 11

A. Tinjauan Pustaka………... 11

1. Abreviasi... 12

a. Pengertian Abreviasi………... 12

b. Pola-pola Pembentukan Kata Abreviasi... 13

c. Pembentukan Kata Abreviasi... 13

2. Semantik... 15

a. Pengertian Semantik………... 15

b. Jenis-jenis Semantik ………... 16

1) Semantik Leksikal………... 16

2) Semantik Gramatikal………... 17

c. PengertianMakna………... 18

d. Istilah Makna... 18

(7)

1) Pengertian (sense)... 20

2) Nilai Rasa (feeling)... 21

3) Nada (tone)... 21

4) Maksud (intention)... 22

f. Makna dalam Kata... 22

1) Bentuk Kata... 22

2) Makna dalam Leksem... 22

3) Makna Kata Berimbuhan... 23

4) Makna Kata Berulang... 23

5) Makna Kata Majemuk... 23

6) Makna Akronim... 24

7) Makna Singkatan... 24

3. Persepsi………... 24

a. Pengertian Persepsi... 24

b. Faktor –faktor yang Berperan dalam Persepsi... 25

1) Objek yang dipersepsi... .……... 25

2) Alat Indera, Syaraf, dan Pusat Susunan Syaraf……... 25

3) Perhatian... 25

c. Proses terjadinya Persepsi... 25

d. Indikator Persepsi... 26

1) Penyerapan... 26

2) Pengertian atau Pemahaman... 26

3) Penilaian atau Evaluasi... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 28

A. Metode Penelitian... 28

B. Data dan Sumber Penelitian... 29

C. Desain Penelitian... 30

D. Definisi Operasional... 31

E. Instrumen Penelitian... 32

F. Teknik Pengumpulan Data... 43

G. Teknik Pengolahan Data... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 46

A. Deskripsi Data Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia... ... 46

B. Hasil Penelitian... 50

(8)

a. Pola-pola Pembentukan Abreviasi Nama Kuliner dalam

BahasaIndonesia………... 50

b. Pembentukan kata Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia ………... 59

2. Perubahan Makna Leksikal Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia ………... 65

3. Persepsi Masyarakat terhadap Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia ………... 134

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 150

1. Pembahasan Pola-pola Pembentukan dan Pembentukan Kata Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesi... 150

a. Pembahasan Pola-pola Pembentukan Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia………... 150

b. Pembahasan Pembentukan kata Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia………... 151

2. Pembahasan Perubahan Makna Leksikal Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia………... 161

3. Pembahasan Persepsi Masyarakat terhadap Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia………... 161

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI... 164

A. Simpulan... 164

B. Rekomendasi... 167

DAFTAR PUSTAKA... 168

LAMPIRAN 1 ... 170

LAMPIRAN 2... 185

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Tabel Deskripsi Data Abreviasi Nama Kuliner

dalam Bahasa Indonesia... 47 Tabel 4.2 Tabel Data Pola-pola Pembentukan Kata Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 51 Tabel 4.3 Tabel Analisis Pola-pola Pembentukan Kata Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 58 Tabel 4.4 Tabel Analisis Pembentukan Kata Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 63 Tabel 4.5 Tabel Analisis Perubahan Makna Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 121 Tabel 4.6 Tabel Persentase Indikator Persepsi Pengenalan Abreviasi

Nama Kulinerdalam Bahasa

Indonesia... 138 Tabel 4.7 Tabel Persentase Indikator Persepsi Pemahaman dan

Pendapat Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 141 Tabel 4.8 Tabel Persentase Indikator Persepsi Penilaian

Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 146 Tabel 4.9 Tabel Pembahasan Pembentukan Kata Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

(10)

Tabel 4.10 Tabel Pembahasan Pembentukan KataAbreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 156 Tabel 4.11 Tabel Pembahasan Pembentukan Kata Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 157 Tabel 4.12 Tabel Pembahasan Pembentukan Kata Abreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 158 Tabel 4.13 Tabel Pembahasan Pembentukan KataAbreviasi

Nama Kuliner dalam Bahasa

(11)

DAFTAR DIAGRAM DAN BAGAN

3.1 Bagan Desain Penelitian………….... 30 Diagram 4.1 Indikator Persepsi Pengenalan Abreviasi Nama Kuliner dalam

Bahasa Indonesia ... 135 Diagram 4.2 Diagram Indikator Persepsi Pemahaman Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia ... 135 Diagram 4.3 Diagram Indikator Persepsi Pendapat Terhadap Abreviasi Nama

Kuliner dalam Bahasa

Indonesia... 136 Diagram 4.4 Diagram Indikator Penilaian Abreviasi Nama Kuliner

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Dunia kuliner memang tidak akan pernah mati untuk selalu diperbincangkan dalam menciptakan sebuah nama kuliner. Seperti halnya Indonesia, tepatnya di daerah kota Bandung kaya dengan beragam jenis nama kuliner yang memiliki ciri khas unik. Makanan khas itu sendiri merupakan identitas suatu daerah yang dapat membedakan keberadaan daerah lain. Kekayaan kuliner juga diwariskan dari generasi ke generasi lainnya sehingga sukar untuk dapat diketahui secara pasti kapan keberadaannya. Maka tidak jarang belakangan ini para pelaku bisnis kuliner berlomba-lomba menciptakan nama kuliner dengan menggunakan pemendekan kata atau disebut dengan abreviasi agar menarik perhatian konsumen.

Abreviasi adalah proses pemenggalan satu atau beberapa bagian leksem sehingga terjadilah bentuk baru yang berstatus kata. Istilah lain abreviasi adalah pemendekan, sementara hasil prosesnya disebut kependekan. Dalam proses ini, leksem atau gabungan leksem menjadi kompleks atau akronim atau singkatan dengan pelbagai abreviasi, yaitu dengan pemenggalan, kontraksi, akronimi, dan penyingkatan (Kridalaksana, 1989:159).

(13)

Hubungan semantik bisa dikaitkan pada abreviasi nama kuliner dalam Bahasa Indonesia. Beberapa contoh abreviasi nama kuliner di antaranya sebagai berikut.

1) Tikus. Kata tikus bermakna leksikal binatang pengerat, berbulu, berekor panjang, pada rahangnya terdapat sepasang gigi seri berbentuk pahat, umumnya berwarna hitam atau kelabu, tetapi ada juga yang berwarna putih (Wahya dkk, 2013: 653) sedangkan kata tikus yang merupakan abreviasi dari roti kukus, bermakna:

roti adalah makanan yang dibuat dari bahan pokok tepung terigu, banyak

macamnya (Wahya dkk, 2013:533).

kukus adalah uap atau asap air panas (Wahya dkk, 2013: 344).

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya binatang pengerat, berbulu, berekor panjang, pada rahangnya terdapat sepasang gigi seri berbentuk pahat, umumnya

berwarna hitam atau kelabu, tetapi ada juga yang berwarna putih sedangkan

setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan yang terbuat dari roti lalu diolah dengan cara dikukus

2) Bebek garang. Kata bebek garang bermakna leksikal itik ganas (Wahya dkk, 2013:199) sedangkan kata bebek garang yang merupakan abreviasi dari bebek segar merangsang, bermakna:

bebek adalah itik (Wahya dkk, 2013: 93).

egaradalah berasa nyaman dan ringan (Wahya dkk,2013: 556)

merangsang adalah sesuatu yang dapat mempengaruhi indra pencium, perasa,

(14)

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya itik ganas sedangkan setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan olahan daging bebek yang rasanya pedas. 3) Sopan. Kata sopan bermakna leksikal beradab (tingkah laku, tutur kata,

pakaian, dan sebagainya); tahu adat; baik budi bahasanya (Wahya dkk, 2103: 592) sedangkan kata sopan yang merupakan abreviasi dari siomay panjang, bermakna:

siomay adalah kulit pangsit kering berisi olahan daging.

panjang adalah berjarak jauh (dari ujung ke ujung) (Wahya dkk, 2013: 443).

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya beradab (tingkah laku, tutur kata, pakaian, dan sebagainya); tahu adat; baik budi bahasanya sedangkan setelah

diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan kulit pangsit kering berisi olahan daging yang berbentuk panjang.

4) Dadang. Kata dadang bermakna leksikal nama seseorang khas daerah Sunda sedangkan kata dadang yang merupakan abreviasi dari daging rendang bermakna:

daging adalah gumpalan lembut di antara kulit dan tulang, terdiri atas urat-u

rat (Wahya dkk,2013: 144).

rendang adalah lauk dibuat dari daging sapi atau ayam, yang dimasak dengan

santan sampai kuahnya mengering (Wahya dkk, 2013: 521). Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya nama seseorang khas Sunda sedangkan setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan olahan daging sapi yang dimasak dengan bumbu rendang.

(15)

sapi adalah binatang pemamah biak, bertanduk, berkuku genap, berkaki

empat, bertubuh besar, dipiara untuk diambil daging dan susunya; lembu (Wahya dkk, 2013: 549).

lada adalah biji-bijian berbentuk bulat kecil yang biasa dipakai sebagai

rempah-rempah berasa pedas (Wahya dkk, 2013: 352).

hitam adalah warna yang menyerupai warna arang (Wahya dkk, 2013: 235).

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya pernyataan hormat sedangkan setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan dari daging sapi yang dibumbui dengan lada hitam.

6) Tembak. Kata tembak bermakna leksikal melepaskan peluru dari senjata api (Wahya dkk, 2013: 514) sedangkan kata tembak yang merupakan abreviasi dari tempe bakar, bermakna:

tempe adalah makanan untuk lauk nasi, dibuat dari kedelai, dan sebagainya,

yang diberi ragi (Wahya dkk, 2013: 641). bakar adalah panggang (Wahya dkk, 2013: 81).

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya melepaskan peluru dari senajat api sedangkan setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan dari tempe yang diolah dengan cara dibakar.

7) Jabar. Kata jabar bermakna leksikal provinsi Jawa Barat sedangkan kata jabar yang merupakan abreviasi dari jagung bakar, bermakna:

jagung adalah tanaman yang buahnya berbiji kecil dan rapat, berwarna

kuning, dapat dijadikan makanan pokok ; Zea mays (Wahya dkk, 2013: 260). bakar adalah panggang (Wahya dkk, 2013: 81).

Perubahan makna:

(16)

8) Bakso tahu tulen. Kata bakso tahu tulen bermakna leksikal bakso tahu asli (Wahya dkk, 2013: 671) sedangkan kata bakso tahu tulen yang merupakan abreviasi dari bakso tahu betul-betul enak, bermakna:

bakso tahu adalah tahu berisi adonan tepung kaji dan daging cincang. betul adalah sungguh-sunguh.

Enak adalah sedap dan lezat.

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya bakso tahu asli sedangkan setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan bakso tahu yang rasanya betul-betul enak.

9) Cuanki. Kata cuanki bermakna leksikal makanan olahan bakso berkuah segar sedangkan kata cuanki yang merupakan abreviasi dari cari uang jalan kaki, bermakna:

cari adalah berusaha memperoleh sesuatu

uang adalah alat tukar atau standar ukur nilai kesatuan hitung yang sah,

terbuat dari kertas, emas, perak, atau logam yang dicetak pemerintah suatu negara (Wahya dkk, 2013: 678).

jalan adalah perlintasan dari suatu tempat ke tempat lain (Wahya dkk, 2013:

261).

kaki adalah anggota badan yang bertugas menopang tubuh dan dipakai untuk

berjalan (Wahya dkk, 2013: 276). Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya makanan olahan bakso berkuah segar sedangkan setelah diabreviasikan leksikalnya menjadi makanan terbuat dari bakso yang dijual ditenteng dengan berjalan kaki.

10)AEPS. Kata AEPS tidak memiliki makna leksikal, sedangkan kata AEPS yang merupakan abreviasi dari asyik enak pas seleraku, bermakna:

asyik adalah keadaan melakukan sesuatu kegiatan (Wahya dkk, 2013: 69).

enak adalah sedap atau lezat, seperti kue, minuman (Wahya dkk, 2013: 180).

(17)

selera adalah kesukaan atau kegemaran (Wahya dkk, 2013: 561).

Perubahan makna:

Perubahan leksikal sebenarnya tidak ada sedangkan, setelah diabreviasikan l eksikalnya menjadi Makanan nasi goreng yang dijual oleh pak Aep.

Uraian di atas menjelaskan bahwa satu leksem memiliki dua makna leksem yang berbeda sehingga, menghasilkan perluasan makna leksem yang berbeda. Mengapa demikian? Karena pemahaman masyarakat terhadap makna leksem tersebut dapat menimbulkan kontroversial umum. Maka penelitian ini diterapkan ke dalam kajian semantik leksikal.

Adapun penelitian sebelumnya Wulandari (2013: 40) dengan adanya fenomena penggunaan abreviasi dalam bahasa Sunda yang digunakam masyarakat, akan terlihat lebih menarik, cepat diingat, dan mudah dilafalkan dalam berkomunikasi dibanding bahasa Indonesia.

Penelitian lainnya dari Astuti (2013: 23) menyebutkan adanya penggunaan abreviasi dalam berkomunikasi membentuk pola pikir (mindset) masyarakat yang serba instan dalam merepresentasikan kenyataan dalam bentuk bahasa. Hal itu diyakini dengan adanya fakta yang menjadi salah satu kebaruan dalam penggunaan bahasa. Jika kebaruan tersebut tidak dibatasi dalam penggunaannya maka akan berakibat fatal, yaitu kehilangan fungsi bahasa.

(18)

Uraian tersebut sama-sama membahas abreviasi tetapi sepengetahuan peneliti belum ada yang membahas dan mengeksplorasi secara mendalam dan khusus mengenai abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Penggunaan abreviasi ini sangat sering digunakan oleh masyarakat tetapi terkadang masyarakat sendiri tidak mengetahui dan memahami proses abreviasi tersebut. Sebagian dari masyarakat hanya mengetahui kependekannya saja tanpa mengetahui kepanjangan dari abreviasi nama kuliner tersebut. Maka dari itu, peneliti tertarik mengungkap abreviasi nama kuliner ke dalam kajian Semantik leksikal. Hal ini menarik dan sangat penting untuk diteliti agar dapat mengungkap perluasan makna leksem lebih mendalam di kalangan masyarakat dan mempermudah berkomunikasi secara singkat, lebih praktis dan mudah diingat pada abreviasi nama kuliner.

B. Masalah Penelitian

Pada bagian ini, akan diuraikan masalah yang menjadi fokus penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) Identifikasi Masalah, (2) Batasan masalah, dan (3) Rumusan Masalah.

1. Identifikasi Masalah

Berikut peneliti memaparkan identifikasi masalah.

a. Banyaknya variasi abreviasi nama kuliner yang terjadi dikalangan masyarakat. b. Proses pembentukan kata abreviasi sering menimbulkan penyimpangan dari

pemendekan kata tersebut.

(19)

2. Batasan Masalah

Penelitian ini merupakan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Keterbatasan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini, data diambil di daerah kota Bandung, tepatnya disekitar rumah peneliti mulai dari Jl. Pasteur, Jl. Suci, Jl. Sulanjana, Jl. Riau, Jl. Cimuncang, Jl. Cicaheum, Jl. Jatihandap, Jl. Sukaasih, Jl. Cijambe sampai Jl. Ujung Berung. Data penelitian termasuk nama makanan berupa jajanan pasar, makanan/kuliner pinggir jalan, makanan/kuliner di tempat makan/kafe, dan jajanan anak sekolah. Mengapa demikian? Karena begitu banyaknya abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, peneliti hanya mampu memperoleh data di daerah kota Bandung sekitar rumah. Sementara itu, kata yang digunakan berbentuk abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian peneliti dengan mudah menemukan perubahan makna ke dalam kajian semantik leksikal.

3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana pola-pola pembentukan dan pembentukan kata abreviasi pada nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut?

b. Bagaimana perubahan makna hasil abreviasi nama kuliner bahasa Indonesia dalam kajian semantik leksikal?

c. Bagaimana persepsi yang terjadi pada masyarakat terhadap data penelitian abreviasi nama kuliner bahasa Indonesia tersebut.

C. Tujuan Penelitian

a. Mengklasifikasikan bagaimana pola-pola pembentuk dan bentuk kata yang terdapat pada data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut. b. Mendeskripsikan bagaimana perubahan makna leksem abreviasi nama kuliner

dalam bahasa Indonesia yang dikaji dengan semantik leksikal.

c. Mendeskripsikan persepsi masyarakat terhadap data abreviasi nama kuliner bahasa Indonesia yang telah dianalisis oleh peneliti.

D. Manfaat Penelitian

(20)

1. Manfaat Teoretis

Manfaat penelitian yang diperoleh diharapkan dapat memberikan bekal tentang analisis perubahan makna ke dalam kajian semantik leksikal dan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar dapat memilah pemendekan kata yang tepat. 2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat memperlancar kemudahan berkomunikasi dari segi bentuk dan isi dari istilah pemendekan suatu kata, agar mudah diingat oleh golongan produsen makanan, dan menambah wawasan menjadi lebih kreatif, beragam, serta lebih unik.

E. Sistematika Penulisan Penelitian BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini membahas latar belakang penelitian, masalah penelitian meliputi (1) identifikasi masalah, (2) batasan masalah dan (3) rumusan masalah. Tujuan penelitian, manfaat penelitian yaitu (1) manfaat teoretis dan (2) manfaat praktis. memaparkan tentang sistematika penulisan penelitian skripsi yang berjudul

“Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia Sebuah Kajian Semantik

Leksikal.”

(21)

BAB III METODE PENELITIAN

Pada bab ini dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif. Data dan sumber penelitian, desain penelitian, definisi Operasional, instrumen penelitian berupa lembar angket. Teknik pengumpulan data meliputi (1) teknik observasi, (2) teknik wawancara, dan (3) teknik angket. Teknik pengolahan data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini menjelaskan tentang deskripsi data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia sekaligus menjawab 3 rumusan masalah berupa hasil penelitian meliputi pola-pola pembentukan dan pembentukan kata, perubahan makna leksikal, dan persepsi masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian 3 rumusan masalah meliputi (1) pola-pola pembentukan kata dan pembentukan kata, (2) perubahan makna leksikal, dan (3) persepsi masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia akan dipaparkan melalui pembahasan hasil henelitian

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. MetodePenelitian

Penelitian ini menggunakan payung kajian semantik leksikal. Metode yang digunakan metode kualitatif. Menurut Setiyadi, Bambang (2006: 220) penelitian kualitatif mencoba melihat subjek penelitian secara holistik. Selanjutnya peneliti tidak melihat subjek hanya dari aspek tertentu dan juga tidak memilah aspek-aspek kehidupan dari subjek secara terpisah. semua fenomena dari subjek diusahakan untuk disatukan dan dihubungkan sehingga semua fenomena satu potret keseluruhan

dari subjek yang diteliti atau biasa disebut “gestalt”. Dengan demikian peneliti dapat

mengungkap fenomena-fenomena penggunaan abreviasi dalam bahasa Indonesia berupa kosakata-kosakata bahasa Indonesia secara rinci dengan mengidentifikasikan realitas yang bermacam-macam di lapangan saat berinteraksi antara peneliti dan responden yang dilakukan secara eksplisit

Pada penelitian ini penulis akan mendeskripsikan masalah yang ada, yaitu dengan mencari kosakata-kosakata yang mengalami pemendekan atau biasa disebut abreviasi yang terdapat di kehidupan masyarakat dengan bentuk lisan maupun tulisan yang tentunya data tersebut termasuk abreviasi dalam bahasa Indonesia. Dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai pengumpul data atau observasi terlibat. Dengan demikian data penelitian yang dihasilkan adalah data yang memang sesuai dengan keadaan di lapangan tanpa mengada-mengada atau memanipulasi data. Kemudian peneliti akan menafsirkan data yang berkenaan dengan fakta dan keadaan yang terjadi saat penelitian berlangsung dan menyajikan dengan apa adanya.

B. Data dan Sumber Penelitian 1. Data

(23)

ini berupa bentuk kosakata yang termasuk abreviasi dalam bahasa Indonesia yang diperoleh melalui sumber data tersebut, sehingga pada akhirnya data-data yang digunakan dalam penelitian berupa data lisan yang termasuk abreviasi dalam bahasa Indonesia.

2. Sumber Penelitian

(24)

C. Desain Penelitian

3.1 Bagan Desain Penelitian

Alasan peneliti mengambil model tersebut agar lebih mudah dipahami bagaimana alur dari penelitian terhadap keberadaan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Selain itu mempermudah peneliti dalam mengalanasis abreviasi

Pengumpulan Data: 1. Teknik Observasi 2. Teknik Angket

Teori yang digunakan :

1. Semantik leksikal yang mengacu pada buku karangan Prof. Mansoer Pateda.

Penganalisisan data :

1. Mentranskrip data hasil observasi kemudian memasukkan data berupa abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia dalam daftar pertanyaan.

2. Mendeskripsikan semua data yang di dapat dari lapangan lalu dipaparkan melalui tabel data untuk mempermudah dalam penganalisisan.

3. Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia berdasarkan pola yang terjadi dalam proses pembentukan sesuai dengan bentuk-bentuk yang sudah diklasifikasi.

4. Mengungkap makna pada data abreviasi nama kuliner dengan menganalisis pada setiap kata abreviasi untuk membuktikan kata tersebut mengalami perubahan makna atau sama sekali tidak mengalami perubahan makna. Serta mengungkap makna leksikal dari data abreviasi nama kuliner dalambahasa Indonesia yang didapat dari lapangan saat observasi terutama menganalisis data perubahan makna semantik leksikal.

Penyimpulan data :

1. Pola-pola pembentukan kata dan pembentukam kataabreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. 2. Perubahan makna abreviasi nama kuliner dalam

bahasa Indonesia.

3. Persepsi masyarakat tentang abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia

Hasil Penganalisisan :

(25)

nama kuliner dalam bahasa Indonesia serta mengetahui fenomena abreviasi kuliner yang terjadi di kalangan masyarakat sekitar.

D. Definisi Operasional

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini.

1. Abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia ini adalah kumpulan kosakata-kosakata dalam bahasa Indonesia yang mengalami proses pemendekan kata untuk mempermudah komunikasi, misalnya siomay panjang

‘kulit pangsit yang berisi daging berbentuk panjang’ yang dipendekan

menjadi sopan. Data diambil dari nama masakan atau nama makanan dengan istilah yang ada di kota Bandung karena keterbatasan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini hanya mampu diperoleh dari tempat terdekat sekitar rumah.

2. Kuliner adalah istilah yang berkaitan dengan konsumsi kebutuhan makanan sehari-hari. Kuliner juga disebut gaya hidup yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Karena, setiap orang pasti memerlukan makanan. Mulai dari makanan sederhana hingga makanan berkelas tinggi dan mewah. Semua itu, dibutuhkan proses pengolahan yang diracik sehebat mungkin utuk menghasilkan makanan yang enak.

3. Data diambil dari tempat-tempat di kota Bandung seperti, makanan jajanan pasar, makanan/kuliner pinggir jalan, makanan/kuliner di tempat makan/kafe, dan jajanan anak sekolah.

4. Nama singkatan terdiri dari bentuk abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia.

(26)

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah angket berupa daftar tanyaan. Angket berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk membantu penelitian. Rincian dari instrumen yang digunakan pemahaman masyarakat mengenai abreviasi dalam bahasa Indonesia dengan jumlah 60 kosakata yang sudah mengalami pemendekan. Semua data yang diperoleh pada saat pencarian data akan dimasukan ke dalam daftar pertanyaan. Angket akan disebarkan kepada para responden yang dipilih secara acak, karena dalam pengambilan sampelnya peneliti mencampur subjek-subjek di dalam populasi sehingga semua subjek dianggap sama.

Daftar pertanyaan akan disebarkan kepada responden masyarakat sekitar kota Bandung. Melalui daftar pertanyaan dapat dicek bagaimana tingkat pengetahuan, pemahaman serta pendapat lain, dan penyesuain akan abreviasi dalam bahasa Indonesia dan membuktikan bahwa abreviasi dalam bahasa Indonesia ini memang benar-benar ada digunakan dalam kehidupan mereka saat berkomunikasi. akan menjawab tiga rumusan masalah yang meliputi, pola pembentukan dan bentuk-bentuk kata, perubahan makna, dan persepsi masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. Berikut adalah contoh angket berupa daftar pertanyaan yang digunakan untuk membantu penelitian.

Tabel 3.1

Angket berupa Daftar Pertanyaan Abreviasi Kuliner dalam Bahasa Indonesia

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Semoga Allah selalu memberkahi setiap langkah Ibu, Bapak, dan Saudara Amin.

Dengan hormat saya meminta kesediaan Ibu, Bapak, dan Saudara untuk berkenan meluangkan waktu mengisi angket ini untuk membantu menyelesaikan studi saya.

Terima kasih atas bantuan dari Ibu, Bapak, dan Saudara bersedia mengisi angket ini. Semoga Allah SWT memberikan pahala yang berlimpah Amin.

(27)

A. Apakah Anda mengetahui atau mengenal tulisan abreviasi (singkatan) pada nama kuliner bahasa Indonesia tersebut?

Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu jawaban T (Tahu), RR (Ragu-ragu),

dan TT (Tidak tahu). Jika Anda memiliki abreviasi (singkatan) selain yang

terdapat dalam tabel ini, mohon ditambahkan pada kolom yang sudah

tersedia.

No Data abreviasi (singkatan) nama kuliner bahasa Indonesia

Abreviasi Dari

Pengetahuan Keterangan

T RR TT

1. Abu Ayam

bumbu

2. AEPS Asyik Enak

Pas Seleraku

3. Baju Bakso keju

4. Bakso tahu tulen Bakso tahu betul-betul enak

PETUNJUK PENGISIAN ANGKET

1. Isilah angket ini dengan benar pada kolom jawaban yang telah tersedia.

2. Jawaban Anda adalah rahasia dan orang lain tidak mengetahuinya. 3. Berilah tanda ceklis (√)padasalah satu jawaban pada kolom yang

tersedia menurut pemahaman Anda.

4. Jika Anda memiliki abreviasi (singkatan) selain yang terdapat dalam tabel ini, mohon ditambahkan pada kolom yang sudah tersedia

IDENTITAS

Nama :

Usia :

(28)

5. Barat Bakso urat

6. Bareng Bakso

goreng

7. Batagor Bakso tahu

goreng

8. Bayam Bakso ayam

9. Bebek garang Bebek segar merangsang

10. Bekam Bebek

kampung

11. Bego Bebek

goreng

12. Berat

Benar-benar urat

13. Bulus Bulat halus

14. Cangcimen Kacang

kuaci permen

15. Cuanki Cari uang

jalan kaki

16. Curi Cumi

kalamiri

17. Dadang Daging

rendang

18. Desa Dendeng

sapi

19. Ganja Degan Jawa

20. Gehu Taoge tahu

21. Iba Iga bakar

22. Internet Indomie

telur kornet

23. Iri Ikan

tenggiri

24. Jabar Jagung

bakar

25. Jerman Jeruk manis

26. Kabar Kakap

bakar

27. Kasar Kangkung

saus tiram

28. Ketan Keripik

setan

(29)

susu

30. Lekar Lele bakar

31. Lereng Lele goreng

32. Mie Janda Mi Jawa

Sunda

33. Nasar Nasi sarden

34. Nasgor Nasi Goreng

35. Palsu Empal suir

36. Pedang Pepes

dendeng udang

37. Pelangi Tempe

lalapan kemangi

38. Peta Pepes tahu

39. Peri Peyek teri

40. Piscok Pisang

coklat

41. Pisgor Pisang

goreng

42. Salam Sapi lada

hitam

43. Soker Siomay

kering

44. Sopan Siomay

panjang

45. SPG Seafood

Pedas Gila

46. STMJ Susu Telur

Madu Jahe

47. Sugandi Susu degan

dingin

48. Sumur Susu murni

49. Surga Susu rasa

mangga 50. Susu Fani Susu fanta

nikmat

51. Tabah Tahu basah

52. Taring Tahu kering

(30)

balado

54. Tebus Telur rebus

55. Telkomsel Telur

komplitselal u

56. Tembak Tempe

bakar

57. Tenis Teh manis

58. Tikar Roti bakar

59. Tikus Roti kukus

60. Tisu Tiramisu

susu

B. Apakah Anda memahami atau mengerti tulisan abreviasi (singkatan) nama kuliner bahasa Indonesia tersebut?

Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu jawaban P (Paham), RR (Ragu-ragu),

dan TP (Tidak Paham), (menjijkan, menggiurkan, dan menakutkan).

Tambahkan (pendapat lain) jika Anda memiliki jawaban lain.

No Data abreviasi (singkatan ) nama kuliner dalam bahasa Indonesia Abreviasi Dari

Pemahaman Pendapat Pendapat

lain P RR TP Menjiji

kan

Menggiur kan

Menakut kan

1. Abu Ayam

bumbu

2. Baju Bakso

keju

3. AEPS Asik

Enak Pas Seleraku

4. Bakso Bakso

Tambahan abreviasi (singkatan):

(31)

tahu tulen tahu betul-betul enak

5. Barat Bakso

urat 6. Bareng Bakso

goreng 7. Batagor Bakso

tahu goreng

8. Bayam Bakso

ayam 9. Bebek

garang

Bebek segar merangs ang 10. Bekam Bebek

kampung

11. Bego Bebek

goreng 12. Berat

Benar-benar urat 13. Bulus Bulat

halus 14. Cangcime

n

Kacang kuaci permen 15. Cuanki Cari

uang jalan kaki 16. Curi Cumi

kalamiri 17. Dadang Daging

rendang 18. Desa Dendeng

sapi 19. Ganja Degan

(32)

tahu

21. Iba Iga

bakar 22. Internet Indomie

telur kornet

23. Iri Ikan

tenggiri 24. Jabar Jagung

bakar 25. Jerman Jeruk manis 26. Kabar Kakap

bakar 27. Kasar Kangkun

g saus tiram 28. Ketan Keripik

setan 29. Kopasus Kopi pake susu 30. Lekar Lele

Bakar 31. Lereng Lele

goreng 32. Mie Janda Mie Jawa

Sunda 33. Nasar Nasi

sarden 34. Nasgor Nasi

goreng 35. Palsu Empal

suir 36. Pedang Pepes

dendeng udang 37. Pelangi Tempe

(33)

tahu 39. Peri Peyek

teri 40. Piscok Pisang

coklat 41. Pisgor Pisang

goreng 42. Salam Sapi lada

hitam 43. Soker Siomay

kering 44. Sopan Siomay

panjang

45. SPG Seafood

pedas gila

46. STMJ Susu

telur madu jahe 47. Sugandi Susu

degan dingin 48. Sumur Susu

murni 49. Surga Susu rasa

mangga 50. Susu Fani Susu

fanta nikmat 51. Tabah Tahu

basah 52. Taring Tahu

kering 53. Tebal Telur

balado 54. Tebus Telur

rebus 55. Telkomsel Telur

(34)

bakar 57. Tenis Teh

manis 58. Tikar Roti

bakar 59. Tikus Roti

kukus 60. Tisu Tiramisu

susu

C. Apakah sesuai dengan yang Anda pikirkan jika mendengar tulisan pada abreviasi (singkatan) nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut?

Berilah tanda ceklis (√) pada salah satu jawaban S(Sesuai), AS (Agak Sesuai),

dan TS (Tidak sesuai).

No Data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia

Abreviasi Dari

Penyesuaian Keterangan S AS TS

1. Abu Ayam

bumbu

2. Baju Bakso

keju

3. AEPS Asyik

Enak Pas Seleraku 4. Bakso tahu

tulen Bakso tahu betul-betul enak

5. Barat Bakso

urat

6. Bareng Bakso

goreng

7. Batagor Bakso

tahu goreng

8. Bayam Bakso

(35)

9. Bebek garang Bebek segar merangsa ng

10. Bekam Bebek

kampung

11. Bego Bebek

goreng

12. Berat

Benar-benar urat

13. Bulus Bulat

halus

14. Cangcimen Kacang

kuaci permen

15. Cuanki Cari uang

jalan kaki

16. Curi Cumi

kalamiri

17. Dadang Daging

rendang

18. Desa Dendeng

sapi

19. Ganja Degan

Jawa

20. Gehu Taoge

tahu

21. Iba Iga bakar

22. Internet Indomie telur kornet

23. Iri Ikan

tenggiri

24. Jabar Jagung

bakar

25. Jerman Jeruk

manis

26. Kabar Kakap

bakar

27. Kasar Kangkun

(36)

tiram

28. Ketan Keripik

setan

29. Kopasus Kopi

pakai susu

30. Lekar Lele

bakar

31. Lereng Lele

goreng 32. Mie Janda Mie Jawa

Sunda

33. Nasar Nasi

sarden

34. Nasgor Nasi

goreng

35. Palsu Empal

suir

36. Pedang Pepes

dendeng udang

37. Pelangi Tempe

lalapan kemangi

38. Peta Pepes

tahu

39. Peri Peyek teri

40. Piscok Pisang

coklat

41. Pisgor Pisang

goreng

42. Salam Sapi lada

hitam

43. Soker Siomay

kering

44. Sopan Siomay

panjang

45. SPG Seafood

pedas gila

(37)

madu jahe

47. Sugandi Susu

degan dingin

48. Sumur Susu

murni

49. Surga Susu rasa

mangga

50. Susu Fani Susu

fanta nikmat

51. Tabah Tahu

basah

52. Taring Tahu

kering

53. Tebal Telur

balado

54. Tebus Telur

rebus 55. Telkomsel Telur

komplit selalu

56. Tembak Tempe

bakar

57. Tenis Teh

manis

58. Tikar Roti

bakar

59. Tikus Roti

kukus

60. Tisu Tiramisu

susu

F. Teknik Pengumpulan Data

(38)

1. Teknik observasi

Teknik ini dilakukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh, mengumpulkan, dan mencari data dalam bentuk tulisan yang merupakan data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia sebanyak mungkin sesuai dengan apa yang diperoleh peneliti di lapangan tanpa adanya rekayasa atau melebihkan. Peneliti bertindak sebagai pengumpul data. Teknik ini digunakan untuk mengecek data abreviasi yang didapat dan dimasukkan dalam daftar pertanyaan dengan menyebarkan kepada masyarakat sekitar untuk meminta kesediaannya mengecek data yang telah didapat. Hingga akhirnya daftar pertanyaan tersebut digunakan untuk mengecek kosakata abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia di kalangan masyarakat.

2. Teknik Wawancara

Teknik ini peneliti terlibat pada adegan dialog atau percakapan yang satu dengan yang lainnya. Peneliti berpartisipasi dalam proses berkomunikasi terhadap orang-orang, peneliti juga menjadi sebagai pembicara menghadapi lawan bicara tanya jawab tentang adanya data yang dibutuhkan penelitian ini, yaitu abreviasi nama kuiner dalam bahasa Indonesia.

3. Teknik angket

Teknik ini peneliti mengajukan pertanyaan tulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Peneliti membuat sebuah pertanyaan-pertanyaan yang tertulis untuk memperoleh informasi yang lengkap dari responden tentang diri pribadi atau hal-hal yang diketahui tentang abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia daerah kota Bandung. Melalui teknik angket ini, peneliti dapat dengan mudah menentukan jawaban yang sesuai dengan kenyataan dalam pngisian daftar pertanyaan.

G. Teknik Pengolahan Data

(39)

1. Mentranskrip data hasil observasi kemudian memasukkan data berupa abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia dalam daftar pertanyaan. 2. Mendeskripsikan semua data yang di dapat dari lapangan lalu dipaparkan

melalui tabel data untuk mempermudah dalam penganalisisan.

3. Mengklasifikasikan data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia berdasarkan pola yang terjadi dalam proses pembentukan sesuai dengan bentuk-bentuk yang sudah diklasifikasi.

(40)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. SIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang berjudul Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia Sebuah Kajian Semantik Leksikal, peneliti dapat menyimpulkan bahwa:

1. Pola-pola Pembentuk dan Pembentukan Kata Dasar.

Abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, peneliti menemukan 60 data abreviasi nama kuliner beserta makna abreviasi yang terdapat di lapangan dalam bentuk singkatan. Nama singkatan terdiri dari bentuk bahasa Indonesia yang berupa singkatan nama hewan, nama seseorang, nama tempat, dan sifat.

Dari hasil pola-pola pembentukan ditemukan adanya 10 pola-pola pembentukan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia yang telah diklasifikasi berdasarkan pola-pola pembentukannya. Pola-pola pembentukan kata tersebut adalah Pola (1) merupakan huruf awal + suku kata sebanyak 3 kata yaitu kata abu, iba, dan iri. Pola (2) merupakan kombinasi huruf sebanyak 2 kata yaitu kata AEPS dan SPG.

Pola (3) merupakan suku kata pertama + suku kata akhir sebanyak 18 kata yaitu kata baju, berat, bareng, bayam, bekam, berat, bulus, curi. Pola (4) suku kata akhir + suku kata kata pertama + suku kata akhir sebanyak 1 kata yaitu kata pelangi. Pola (5) merupakan gabungan kata sebanyak 23 kata yaitu batagor, bego, cangcimen, desa, gehu, jabar, kabar, nasar, nasgor, peta, piscok, pisgor, soker, sopan, sumur, tembak,

tikar, tikus, tisu, telkomsel, susu fani, kopasus, dan Jerman. Pola (6) merupakan kata

+ gabungan suku kata sebanyak 1 kata yaitu kata bebek garang. Pola (7) merupakan suku kata dari deret kata sebagai kata sebanyak 3 kata yaitu kata cuanki, kasar, dan pedang. Pola (8) merupakan suku kata akhir + suku kata pertama sebanyak 4 kata

(41)

hasil pola-pola pembentukan kata tersebut adanya temuan baru yaitu pola-pola pembentuk pada data penelitian abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tidak sesuai dengan kaidah pedoman umum bahasa Indonesia.Misalnya, kata cuanki (cari uang jalan kaki), jerman (jeruk manis), tembak (tempe bakar), dan garang (segar

merangsang) karena sudah berbeda dengan pedoman umum.

Hasil pembentukan kata dasar, peneliti memperoleh sebanyak 33 kata abreviasi nama kuliner dapat dimasukkan ke dalam kata berimbuhan, 16 kata dapat dimasukkan ke dalam kata ulang, dan 1 kata abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia dapat dimasukkan ke dalam kata majemuk (gabungan kata). abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia diperoleh 33 kata berimbuhan (afiksasi) yang dibagi menjadi 3 imbuhan yaitu awalan (prefiks), 16 kata gabungan awalan dan akhiran (konfiks) dan akhiran (sufiks).

Kata dasar yang dikelompokan pada kata berimbuhan prefiks sebanyak 19 kata abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia yaitu kata berabu, mengabu, berbaju, menggarang, membekam, memberat, membulus, mencuri, tercuri, mengiba,

teriba, mengiri, teriri, berkabar, bertaring, menebus, tertebus, tertembak, dan

menembak. Sementara itu, 12 kata berimbuhan konfiks yaitu berbarengan, keberatan,

kecurian, mengabarkan, mengasarkan, kepalsuan, memalsukan, memetakan,

bersalaman, kesopanan, ketabahan dan menebalkan. Kata berimbuhan terakhir

terdapat 2 kata abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia berimbuhan sufiks yaitu internetan dan tebusan. Hasil penelitian oleh peneliti mengungkapkan 16 kata dasar dikelompokan pada kata ulang. Bentuk kata ulang sebagai sebuah bentuk gramatikal yang berwujud penggandaan sebagian atau seluruh bentuk dasar sebuah kata. Berdasarkan penelitian terdapat kata ulang yang meliputi kata ulang utuh atau murni dan kata ulang berimbuhan yaitu berabu-abu, bareng-bareng, desa-desa,

mengiba-iba, kabar-kabari, bersalam-salaman, pedang-pedang, kebarat-baratan,

ayam-ayam, lereng-lereng, tikar-tikar dan tikus-tikus. Selanjutnya 1 kata abreviasi

yang dikelompokan pada kata majemuk yaitu tenis meja. Menurut peneliti kata tenis meja termasuk kata majemuk berlengkapan kata kerja + kata benda yaitu kata yang

(42)

dapat disimpulkan dari seluruh 60 data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia merupakan kata dasar. Kata dasar tersebut dikelompokan menurut pemahaman peneliti dalam penelitian ini.

2. Perubahan Makna.

Dalam perubahan makna, peneliti menemukan sebanyak 60 kata data abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, seluruh data diklasifikasikan dan dianalisis satu per-satu sehingga diperoleh 42 kata abreviasi nama kuliner yang bermakna leksikal yang meliputi kata abu, baju, tulen, barat, bareng, bayam, garang, ganja, bekam, bego, berat bulus, curi, desa, internet, iba, iri, kabar, kasar, ketan,

lereng, lekar, janda, palsu, pedang, pelangi, peta, peri, salam, soker, sopan, sumur,

surga, tabah, taring, tebal, tebus, tembak, tenis, tikar, tikus, dan tikus. Dengan

demikian, dari 60 kata data abreviasi nama kuliner diperoleh sebanyak 42 kata abreviasi nama kuliner yang mengalami perubahan pada kata dan sisanya 18 kata tidak mengalami perubahan pada kata. Misalnya, kata AEPS, batagor, cangcimen, cuanki, Dadang, gehu, Jabar, Jerman, kopasus, nasar, nasgor, piscok, pisgor, SPG,

STMJ, sugandi, susu Fani, Telkomsel.

3. Persepsi Masyarakat Terhadap Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia.

Berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan mengenai abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia melalui angket persepsi masyarakat, Indikator persepsi berdasarkan pengenalandengan skala usia dan tingkat pendidikan yang berbeda, diperoleh 46,2% mengetahui kata, 19,70% responden menyatakan ragu-ragu, dan 34,1% responden tidak mengetahui kata tersebut. Dilihat dari hasil observasi di atas dominan lebih dari 45% mengenal atau mengetahui pengetahuan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia, kurang dari 20% responden menyatakan ragu-ragu, dan kurang dari 35% responden menyatakan tidak mengetahui abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia.

(43)

tersebut. Adapun mengenai pendapat masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut, diperoleh 10,24% menyatakan abreviasi tersebut terdengar menjijikan, 71,12% menyatakan abreviasi tersebut terdengar menggiurkan, 15,6% menyatakan abreviasi tersebut terdengar menakutkan, dan 3.04% masyarakat memiliki pendapat lain terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia. ilihat dari hasil observasi diatas, dengan tingkatan responden yang berbeda usia dan latar belakang pendidikan yang berbeda, peneliti mendapatkan 60% angka tertinggi masyarakat menyatakan memahami abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut, selanjutnya peneliti mendapatkan 70% angka tertinggi responden menyatakan abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia tersebut terdengar menggiurkan. Hal tersebut memberikan kesimpulan bahwa, berdasarkan indikator pemahaman dan pendapat masyarakat terhadap abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia menghasilkan pemahaman yang menggiurkan (menarik) dalam penelitian abreviasi nama kuliner dalam bahasa Indonesia.

Pada indikator penilaian, peneliti menemukan bahwa dari 60 responden diperoleh 65,12% menilai hubungan kata dan makna abreviasi tersebut sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh responden, 17,4% agak sesuai, dan sebanyak 17,48% menilai tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan oleh responden.

B. REKOMENDASI

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang berjudul Abreviasi Nama Kuliner dalam Bahasa Indonesia Sebuah Kajian Semantik Leksikal, peneliti merekomendasikan bahwa:

1. Penelitian yang berkaitan dengan nama abreviasi kuliner dalam bahasa Indonesia sebuah kajian semantik leksikal ditemukan 60 data. Penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat mengeksplor lebih banyak data selain kota Bandung.

(44)

rumah. Akan tetapi, penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengeksplor abreviasi nama kuliner di luar kota Bandung dalam kajian semantik leksikal. 3. Penelitian yang sama diharapkan bisa dikaji lebih mendalam pada kajian

(45)

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Alex. (2012). Linguistik Umum. Jakarta: Erlangga.

Aminuddin. (2008). Semantik Pengantar Studi Tentang Makna. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Astuti. (2013). “Penggunaan Abreviasi di Kalangan Remaja di Kota Bandung Suatu Kajian Sosiolinguistik”. (Skripsi). Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Chaer. (1994). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer. (2007). Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer. (2008). Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta. Rineka Cipta.

Chaer. (2009). Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Hasan, Alwi, dkk. (2003). Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Kridalaksana. (1989). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia.

Pateda. (2010). Semantik Leksikal. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Parera. (2004). Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. (1992). Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Cetakan kelima. Bandung: Pustaka Setia.

Setiyadi, Bambang. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ullman.(2012). Pengantar Semantik. Cetakan IV. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahya dkk. (2013). Kamus Bahasa Indonesia. Cetakan kedua. Bandung: Penerbit Ruang Kataimprint Kawan Pustaka.

Walgito. (2005). Pengantar Psikologi Umum. Cetakan kelima. Yogyakarta: CV ANDI OFFSET.

Wirawan. (2010). “Penggunaan Abreviasi Prokem Slang Pada Situs Jejaring Sosial”. (Skripsi). Sarjana Universitas Pendidikan Universitas Indonesia. Bandung: Tidak diterbitkan.

Gambar

tabel data untuk mempermudah dalam penganalisisan. Mendeskripsikan semua data yang di dapat dari lapangan lalu dipaparkan melalui Mengklasifikasikan dan mendeskripsikan data abreviasi nama kuliner dalam

Referensi

Dokumen terkait

7 Apakah bapak/Ibu mengalami gangguan tidur yang disebabkan penerangan lampu tidak sesuai (terlalu terang/gelap ) pada kamar tempat tidur. 8 Apakah bapak/Ibu mengalami

Apabila pengadilan telah menjatuhkan putusan mengenai pembayaran uang pengganti sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 Ayat (1) huruf b, maka terpidana diberi waktu

Jurnal Teknik Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.. The Pembina Institute, 2006, Build Your Own

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota se Provinsi DIY, diolah Bagian Kependudukan Biro Tata Pemerintahan Setda Provinsi DIY. Yogyakarta, 11 Oktober 2011

Berapa liter minyak tanah atau berapa banyak tabung gas LPG yang diperlukan perbulan untuk memasak di dapur sebelum menggunakan biogas.. Dan Berapa biaya yang harus

Berdasarkan hasil tersebut, penulis memberikan saran bahwa, tontonan media elektronik khususnya televisi tidak selalu menunjang siswa untuk berkeinginan mengikuti ektrakulikuler

Hubungan Umur, Beban Kerja, dan Posisi Duduk saat Bekerja dengan Keluhan Nyeri Punggung pada Pengemui.. Angkutan Kota di Kabupaten Wonosobo Jawa

MÉDIA PUZZLE DINA PANGAJARAN NULIS SISINDIRAN (Studi Kuasi Ékspérimén ka Siswa Kelas VIII H SMP Negeri 5 Bandung. Taun