P-ISSN 2252-9926
DOI: 10.31314/ajamiy.12.2.325-336.2023
325
Semiotika Michael Riffaterre Dalam Puisi Z|ahaba al-Muda>wi Wa al- Muda>wa Karya Abu Atahiyah
Muhammad Irfan1, Yulfira Riza2
1,2 Program Studi Bahasa dan Sastra Arab, UIN Imam Bonjol Padang, Indonesia
Email: [email protected] [email protected] Article Info Abstract
Submitted 2023-06-23 Accepted 2023-09-06 Published 2023-09-15
This research aims to analyze the semiotics of Michael Riffaterre in the poem titled zahabal mudawi walmudawa by Abu Atahiyyah. This research aims to uncover the structure and meaning contained within Abu Atahiyah's verse.
The analysis method employed is Riffaterre's semiotic approach, which focuses on the concepts of "texte" and "paratexte" within literary works. The results of this study indicate that the poem contains various layers of meaning and semiotic complexity. It employs metaphorical and symbolic language to convey hidden messages. During the heuristic reading, the poem still holds separate and scattered meanings. However, upon reaching the second level of interpretation or hermeneutic reading, along with the use of matrices, models, and hypograms, the meaning of Abu Atahiyah's verse is revealed. It conveys the message that death will come to anyone, and the title of the poem is interpreted as "The healer and the one being healed will die."The application of this semiotic concept has implications for one’s perspective in reading and understanding literary works and enriches one’s experience in enjoying poetry holistically.
Keywords: Abu Atahiyah;
Poem;
Semiotics Micghhael Riffaterre
Abstrak
Kata Kunci:
Abu Atahiyah;
Puisi;
Semiotik Michel Riffaterre
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis semiotika Michael Riffaterre dalam puisi berjudul zahabal mudawi walmudawa karya Abu Atahiyyah. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan semiotika Riffaterre, yang memfokuskan pada konsep "texte" dan "paratexte" dalam karya sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi ini mengandung berbagai lapisan makna dan kompleksitas semiotik. Puisi ini menggunakan bahasa metaforis dan simbolis untuk menyampaikan pesan-pesan yang tersembunyi. Saat pembacaan heurestik dilakukan pada puisi tersebut masih memiliki makna yang terpisah dan tersebar. Namun setelah dibaca pada level kedua atau pembacaan hermeneutik serta dengan adanya matriks, model dan hipogram maka didapatilah makna dari syair Abu Atahiyah tersebut bahwasanya kematian akan datang pada siapapun saja, dan juga didapati arti dari judul syairnya adalah
“orang yang mengobati dan orang yang berobat akan mati”. Penerapan konsep semiotika ini berimplikasi terhadap perspektif seseorang dalam membaca dan memahami karya sastra, dan memperkaya pengalaman seseorang dalam menikmati puisi secara holistik.
Under the License CC BY-SA 4.0 Copyright© 2023, ‘AJamiy: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 326 A. PendahuluanSastra memiliki bermacam-macam genre, salah satunya adalah puisi. Puisi secara bahasa adalah berasal dari kata Yunani yaitu poeima, sedangkan dalam bahasa inggris disebut poem. Menurut Aminuddin puisi adalah pembuatan karena lewat puisi, pada dasarnya seseorang sudah membuat suatu dunia tersendiri yang mana terdapat sebuah pesan atau gambarang mengenai suasana-suasana tertentu baik fisik maupun batin.1 Menurut Pradopo puisi memiliki tiga unsur utama yaitu pemikiran, bentuk dan kesan yang keseluruhannya terungkap dalam bahasa.2
Wujud puisi memiliki beberapa struktur yaitu bunyi, kata, baris, bait dan tipografi. Sedangkan unsur yang tersembunyi dari puisi disebut lapis makna, yaitu unsur yang hanya bisa dipahami jika si pembaca memiliki daya kritis dalam membaca atau kepekaan dalam membaca. Karya sastra selalu menjadi objek penelitian yang menarik bagi para ahli sastra dan peneliti budaya. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam menganalisis karya sastra adalah semiotika, yang mempelajari tanda-tanda dan makna yang terkandung di dalamnya.3
Semiotika merupakan cabang studi yang menjelaskan bagaimana tanda-tanda di dalam bahasa dan budaya digunakan untuk menghasilkan makna. Michael Riffaterre, seorang ahli semiotika terkemuka, mengembangkan pendekatan yang unik dalam menganalisis karya sastra. Pendekatan semiotik Riffaterre difokuskan pada konsep
"texte" dan "paratexte", yang merujuk pada teks itu sendiri dan konteks eksternal yang mengelilinginya.4 Menurut Riffaterre ada beberapa tahapan dalam menganalisis atau memahami puisi yaitu ketidaklangsungan ekspresi, pembacaan semiotik, matriks dan hipogram. Ketidaklangsungan ekspresi seperti adanya penggantian arti, penyimpangan arti, dan penciptaan arti. Sedangkan pembacaan semiotik terbagi menjadi dua yaitu pembacaan hereustik dan pembacaan hermeneutik.5 Penulis memilih salah satu puisi dari Abu Atahiyah yang berjudul zahabal mudawi walmudawa. Abu Athiyah adalah penyair pada masa Abbasiyah.
Puisi zahabal mudawi wal mudawa karya Abu Atahiyyah dipilih sebagai objek penelitian karena memiliki karakteristik yang menarik, baik dari segi nilai estetika maupun kompleksitas semiotiknya. Puisi ini menarik perhatian para peneliti karena
1 Aminuddin, “Pengantar Apresiasi Karya Sastra” (Bandung: Sinar Harapan, 2011), Hal. 31.
2 Pradopo, Rahmad Djoka, “Pengkajian Puisi” (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2007), Hal. 7.
3 Budiarto, S, “Hermeneutika Semiotika Michael Riffaterre dalam Pengajaran Sastra” (Jurnal Penelitian Sastra, 2010), Hal. 31-42.
4 Suprapto, D, “Kajian Semiotika Puisi Cinta dalam Karya Remy Sylado dengan Pendekatan Semiotika Michael Riffaterre” (Jurnal Komunikasi Islam, 2015), Hal. 233-248.
5 Aryati, N., & Lestari, D, “Semiotika Strukturalistik Michael Riffaterre dalam Puisi-Puisi Sutardji Calzoum Bachri” (Jurnal Humaniora, 2018), Hal. 141-150.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 327mengandung tanda-tanda budaya yang mencerminkan pemahaman penulis dan masyarakatnya.6 Dalam hal ini, analisis semiotik Riffaterre akan membantu kita memahami struktur bahasa dan tanda-tanda dalam puisi tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas, semiotika Michael Riffaterre dalam puisi berjudul zahabal mudawi wal mudawa karya Abu Atahiyyah sangat menarik diteliti, karena terdapat makna- makna yang tersembunyi dan terdapat indikasi tanda budaya dalam puisi yang berjudul zahabal mudawi wal mudawa karya Abu Atahiyyah tersebut. Oleh karena itu, fokus pembahasan ini adalah bertujuan untuk menganalisis semiotika Michael Riffaterre dalam puisi berjudul zahabal mudawi wal mudawa karya Abu Atahiyyah yang difokuskan pada menggali makna-makna tersembunyi dalam puisi zahabal mudawi walmudawa dan pentingnya pemahaman tentang tanda-tanda budaya dalam karya sastra.
Penelitian serupa telah dilakukan oleh Khusnul Arfan dari Pendidikan Bahasa Jerman Universitas Negeri Yogyakarta dengan judul Analisis Semiotika Riffaterre dalam Puisi dan Theater, Traume dan Statte Karya Brecht. Hasil penelitian menunjukkan bahwa puisi tersebut bercerita tentang dikotomi antara teater Brecht dengan Aristotelian. Bercht mengira bahwa apa yang diperlihatkan oleh teater Aristotelian merupakan perilaku yang tidak membawa pengaruh dalam meningkatkan kesadaran masyarakat Jerman terhadap dialektika kehidupan nyata secara kritis sebagai etika dalam sebuah teater.7
Penelitian lain dilakukan oleh Wulan Arifiany Mahasiswi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Analisis Semiotika Michaele Riffaterre Pada Puisi fi Biladiy la Ihtirama lilfaqri Karya Anis Syausan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan heruistik menurut teori semiotika Michaele Riffaterre mengindikasikan dalam puisi tersebut mengandung makna kekecewaan, amarah, dan kekesalan masyarakat Tunisia kepada pemerintahnya. Karena di sana banyak sekali terdapat ketidakadilan terutama bagi rakyat jelata.8
Terakhir, penelitian serupa dilakukan oleh Fatimatuz Zahra dari Pendidikan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Semiotika Michael Riffaterre dalam Puisi Fi ‘Ainika Unwani Karya Faruq Juwaidah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa arti dari puisi Fi ‘Ainika Unwani karya Faruq Juwaidah secara umum menjelaskan tentang cinta, kasih sayang dan takut kehilangan. Variasi puisi yang dikuatkan yaitu pada bait pertama yang mencakup inti dia berkata, kau akan
6 Arianti, A., & Novita, Y, Analisis Semiotika Michael Riffaterre pada Puisi-Puisi Chairil Anwar”
(Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Sains, dan Bahasa Indonesia, 2021), Hal. 21-29.
7 Arfan, Khusnul. Analisis Semiotika Michael Riffaterre Dalam Puisi dan Theather , Traume dan State Karya Brecht. (Yogyakarta: Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, 2021)
8 Arifiany, Wulan. Analisis Seniotika Michael Riffaterre Pada Puisi Fi Biladiy La Ihtirama Karya Anis Syausan. (Universitas Muhammadiyah Gorontalo: Ajami(Jurnal Bahasa dan Sastra Arab), 2022)
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 328melupakanku. Selanjutnya pada varian bait ketiga belas yang menjawab harapan dan ketakutan pada bait pertama.9 Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, peneliti belum menemukan penelitian yang menggunakan objek material dan formal serta teori yang sama dengan penelitian ini.
B. Metode
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang menggunakan metode analisis semiotik yang dapat mengkaji tanda-tanda yang terdapat pada suatu objek untuk diketahui maknanya. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-analitis untuk menganalisis puisi secara mendalam. Analisis semiotik dilakukan dengan memeriksa elemen-elemen semiotik seperti simbol, metafora, repetisi, dan struktur puisi secara keseluruhan. Data-data tentang penelitian ini dikumpulkan lewat bacaan-bacaan.
Sumber-sumber data penelitian ini meliputi buku, jurnal, dan artikel yang terkait dengan objek penelitian.10 Dalam menganalisis data peneliti melakukan perbandingan antara sumber bacaan yang satu dengan sumber bacaan yang lainnya. Hal ini dilakukan supaya penelitian ini nantinya memberikan informasi yang valid mengenai judul yang sedang diteliti hingga akhirnya dapat menarik kesimpulan dari penelitan yang sedang dilakukan
C. Hasil dan Pembahasan
1. Semiotika Michael Riffaterre
Pada level dasar, semiotika mempelajari bagaimana tanda-tanda digunakan untuk merepresentasikan sesuatu yang lain dan bagaimana tanda-tanda tersebut diterima dan diinterpretasikan oleh individu atau kelompok. Dalam semiotika, terdapat beberapa elemen kunci yang perlu dipahami, seperti signifier (penanda), signified (yang diartikan), dan referent (yang direferensikan). Selain itu, penting juga untuk memahami konsep tanda dan kode dalam semiotika. Tanda adalah unit terkecil dalam komunikasi yang mengandung makna, sedangkan kode adalah sistem yang mengatur penggunaan tanda- tanda dalam suatu komunitas atau budaya.11
Michael Riffaterre adalah seorang kritikus sastra yang memberikan kontribusi yang signifikan dalam pengembangan analisis semiotika sastra. Pendekatan semiotikanya menekankan pada konsep "texte" dan "paratexte". Riffaterre melihat teks sebagai entitas yang memiliki kehidupan sendiri dan dapat membangkitkan interpretasi yang bervariasi.
9 Zahra, Fatimatuz. Semiotika Michael Riffaterre Dalam Puisi Fi Ainika Unwani Karya Faruq Juwaidah. (IAIN Ponorogo: Tsaqofiya(Jurnal Bahasa dan Satra Arab), 2002)
10 Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif” (Jakarta: PT. Press, 1990), Hal. 12.
11 Saragih, A. E., & Harefa, H. S, “Semiotika dan Interpretasi Sastra” (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Hal. 29.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 329Dalam analisis semiotik Riffaterre, "texte" merujuk pada teks itu sendiri, yang melibatkan pemahaman terhadap struktur, simbol, metafora, dan elemen semiotik lainnya yang ada di dalamnya.12 Riffaterre menekankan pentingnya mempertimbangkan aspek-aspek formal dan linguistik teks dalam menganalisis makna. Selain itu, Riffaterre juga memperhatikan konsep "paratexte", yang mencakup konteks eksternal teks seperti latar belakang penulis, sejarah sastra, dan budaya yang mempengaruhi pemahaman kita terhadap teks. Riffaterre mengakui bahwa pemahaman terhadap teks tidak dapat dipisahkan dari konteks sosial dan budaya di mana teks tersebut muncul.13
2. Analisis Semiotika Michael Riffaterre dalam Puisi “Zahabal Mudawi Walmudawa” Karya Abu Atahiyyah
Puisi zahabal mudawi walmudawa karya Abu Atahiyyah dapat dianalisis menggunakan pendekatan semiotika Michael Riffaterre. Riffaterre memberikan kontribusi penting dalam analisis semiotika sastra dengan penekanan pada konsep "texte"
dan "paratexte".14 Dalam analisis semiotika Riffaterre, "texte" merujuk pada teks itu sendiri, sedangkan "paratexte" mencakup konteks eksternal teks seperti latar belakang penulis dan konteks sastra. Puisi zahabal mudawi walmudawa merupakan karya Abu Atahiyyah, seorang penyair terkenal dari abad ke-9. Pengetahuan tentang latar belakang penulis dan konteks budaya saat puisi itu ditulis penting dalam memahami dan menganalisis puisi secara lebih holistik.15
Dalam puisi ini, terdapat berbagai elemen semiotik yang dapat dianalisis, seperti simbol, metafora, repetisi, dan pola ritmis. Simbol-simbol yang digunakan dalam puisi ini, seperti "zahabal" (emas), memiliki makna simbolis yang mungkin merujuk pada kekayaan atau kemewahan. Metafora "mudawi walmudawa" (penggali dan penambang) juga memperkaya makna puisi dengan menghadirkan aspek kerja keras dan upaya dalam mencapai tujuan. Penerapan semiotika Riffaterre memungkinkan kita untuk melihat bagaimana tanda-tanda budaya tercermin dalam puisi ini.16 Makna-makna yang terungkap melalui simbol-simbol dan metafora dalam puisi tersebut dapat diasosiasikan
12 Priyatna, E, “Pengantar Semiotika” (Bandung: Jurnal Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati, 2013), Hal. 15.
13 Hutabarat, W, “Semiotika Sastra” (Yogyakarta: Jurnal Sastra UIN Sunan Kalijaga, 2016), Hal.
43.
14 Kussuji, Novi Siti, “Sajak ‘Kesaksian Bapak Saijah’ Karya Rendra: Analisis Struktural Semiotik” (Yogyakarta: Makalah FS UGM, 2011), Hal. 34.
15 Saragih, A. E., & Harefa, H.. S, “Semiotika dan Interpretasi Sastra” (Jakarta: Prenadamedia Group, 2015), Hal. 31.
16 Priyatna, E, “Pengantar Semiotika” (Bandung: Jurnal Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati, 2013), Hal. 16.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 330dengan nilai-nilai, pengalaman, atau konsep budaya yang relevan. Misalnya, simbol
"
بهذ
" (emas) dapat merujuk pada kekayaan dalam konteks budaya Arab. Pemahaman tentang budaya dan tradisi sastra Arab menjadi penting dalam menginterpretasikan makna puisi dengan benar.17Melalui analisis semiotika Riffaterre, kita dapat memahami puisi zahabal mudawi walmudawa dengan lebih mendalam. Pendekatan ini membantu menggali makna tersembunyi, menghubungkan tanda-tanda budaya dalam puisi, dan mengungkap pesan- pesan yang ingin disampaikan oleh penulis. Dalam konteks ini, pemahaman tentang konsep "texte" dan penerapannya dalam puisi memberikan wawasan yang lebih luas tentang keindahan dan kompleksitas puisi sebagai bentuk ekspresi sastra. Dalam analisis semiotika Riffaterre, kita juga dapat mengeksplorasi interaksi antara berbagai elemen semiotik dalam puisi ini. Misalnya, repetisi kata-kata atau frasa tertentu dapat menciptakan efek estetika yang mempengaruhi pembacaan dan interpretasi kita terhadap puisi. Pola ritmis dalam puisi ini juga dapat memberikan kesan irama dan melodi yang unik, yang pada gilirannya mempengaruhi pengalaman estetik kita saat membaca puisi.18
Penerapan semiotika Riffaterre dalam analisis puisi ini memberikan kerangka kerja yang kuat untuk memahami bagaimana puisi tersebut bekerja sebagai bentuk komunikasi sastra. Melalui analisis tanda-tanda budaya, simbol-simbol, dan elemen- elemen semiotik lainnya, kita dapat mengungkap lapisan makna dalam puisi yang mungkin tidak terlihat pada pandangan pertama. Selain itu, melalui pemahaman konteks budaya dan tradisi sastra Arab yang melingkupi puisi ini, kita dapat memperdalam pengertian kita tentang pengaruh budaya terhadap pembentukan dan interpretasi puisi.
Puisi menjadi sarana yang kompleks dan multi-dimensi untuk menyampaikan pesan dan pengalaman, serta menggambarkan kekayaan budaya yang melatarbelakanginya.19
Konsep "paratexte" dalam analisis semiotika Michael Riffaterre memiliki peran penting dalam memahami puisi, karena mencakup konteks eksternal yang dapat mempengaruhi penafsiran kita terhadap teks tersebut. Dalam analisis semiotika Riffaterre, "paratexte" mencakup berbagai faktor eksternal yang dapat memengaruhi pemahaman dan interpretasi puisi. Hal ini meliputi latar belakang penulis, konteks historis, budaya, dan sosial di mana puisi ditulis. Memahami konteks eksternal ini menjadi penting dalam menggali makna yang lebih dalam dari puisi zahabal mudawi
17 Ibid, Hal. 17.
18 Riffaterre, M, “Semiotika Sastra: Pendekatan Michael Riffaterre” (Yogyakarta: Jalasutra, 2014), Hal. 65.
19 Ibid, Hal. 66
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 331walmudawa karya Abu Atahiyyah. Penerapan konsep "paratexte" dalam analisis puisi membantu melihat puisi bukan hanya sebagai entitas yang terpisah, tetapi juga sebagai bagian dari konteks yang lebih luas. Konteks eksternal memberikan wawasan tentang pengaruh budaya, tradisi, dan pengalaman penulis yang membentuk puisi tersebut.20
Dengan memahami faktor-faktor ini, kita dapat menghargai dan menginterpretasikan puisi dengan lebih komprehensif. Dalam puisi zahabal mudawi walmudawa karya Abu Atahiyyah, konsep "paratexte" dapat membantu kita memahami bagaimana konteks eksternal, seperti kehidupan dan budaya penulis, serta konteks sejarah, mempengaruhi makna dan tafsirannya. Dengan memadukan analisis "texte" dan
"paratexte", kita dapat membaca puisi ini dengan pemahaman yang lebih kaya dan memperoleh wawasan yang lebih luas tentang pesan dan pengalaman yang ingin disampaikan oleh penulis.21
Analisis semiotika Michael Riffaterre dalam puisi Abu Atahiyah yang berjudul zahabal mudawi wal mudawa. Teks puisinya adalah sebagai berikut:
نِإ طلا ب بي طب ب ه هئاودو
ىتا هوركم عافد عيطتسي لا طلل ام ب يذلا ءادلاب تومي بي
ى ضم اميف هحرج ئربي ناك دق لماو يوادلما بهذ يذلاو ىواد
ىرتشا نم و هعابو ءاودلا بلج
Transliterasinya adalah sebagai berikut:
Inna at-ṭabĭba biṭibbihi wadawaʹihi Lā yastaṭĭ’u difā’a makrūhin ʹatā Mā liṭṭabĭbi yamūtu bi ad-dāʹi al-laẑi Qad kāna yubriʹu minhu fĭmā qad maḍā Ẑahaba al-mudāwĭ wa al-mudawā wa al-laẑi Jalaba ad-dawāʹI wabā’ihi wa man isytarā
Terdapat lima struktur dan makna yang terkandung dalam syair tersebut, yaitu:
a. Ketidaklangsungan Ekspresi
Dalam syair tersebut tidak terdapat penggantian arti dan penyimpangan arti terjadi pada kata makrūhin yang terdapat di bait pertama. Karna kata tersebut memiliki ambiguitas atau kegandaan pada maknanya. Makna kata tersebut bisa sesuatu yang dibenci bisa pula bermakna mati. Penyimpangan juga terjadi pada kata Ẑahaba yang juga memiliki makna ambiguitas dalam syair, maknanya bisa berupa pergi bisa juga mati. Pada syair tersebut memiliki akhir huruf yang sama dan vocal yang sama. Sehingga arti yang tercipta pada syair tersebut berisikan sebuah peringatan tentang kematian akan datang pada siapa saja.
b. Pembacaan Heurestik
Pembacaan berdasarkan struktur bahasanya adalah sebagai berikut:
20 Atahiyyah, A, “Pengantar Semiotika” (Jakarta: Jurnal Sastra Arab, 2012), Hal. 28.
21 Hutabarat, W, “Semiotika Sastra”, Hal. 45.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 332(Inna at-ṭabĭba biṭibbihi wadawaʹihi) Inna berarti sesungguhnya, at- ṭabĭba berarti dokter, biṭibbihi berarti dengan keilmuannya atau kedokterannya, wadawaʹihi berarti dengan obatnya. Arti yang diperoleh adalah dokter dengan kedokterannya dan obatnya.
(Lā yastaṭĭ’u difā’a makrūhin ʹatā) Lā berarti tidak, yastaṭĭ’u berarti sanggup, difā’a berarti menolak, makrūhin berarti yang dibenci atau kematian, ʹatā berarti datang.
Arti yang diperoleh adalah tidak sanggup menolak kedatangan sesuatu yang dibenci.
(Mā liṭṭabĭbi yamūtu bi ad-dāʹi al-laẑi) Mā berarti terkadang, liṭṭabĭbi berarti bagi dokter, yamūtu berarti mati, bi ad-dāʹI berarti dengan obat, al-laẑi berarti yang. Arti yang diperoleh adalah dokter menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit.
(Qad kāna yubriʹu minhu fĭmā qad maḍā) Qad berarti sungguh, kāna berarti ada, yubriʹu berarti melepaskan, minhu berarti darinya, fĭmā berarti pada sesuatu, qad berarti sungguh, maḍā berarti berlalu. Arti yang diperoleh adalah dia mati karna penyakit itu.
(Ẑahaba al-mudāwĭ wa al-mudawā wa al-laẑĭ) Ẑahaba berarti pergi, al- mudāwĭ berarti orang yang berobat, wa berarti dan, al-mudawā berarti orang yang berobat, wa berarti dan, al-laẑĭ berarti yang. Arti yang diperoleh adalah dokter dan pasien akan pergi.
(Jalaba ad-dawāʹI wabā’ihi wa man isytarā) Jalaba berarti meracik, ad- dawāʹI berarti obat, wabā’ihi berarti menjual wa man isytarā berarti membeli. Arti yang diperoleh adalah orang yang meracik, menjual dan membeli obat.
c. Pembacaan Hermeneutik
Hasil dari analisis heuristik masih dianggap belum bisa secara sempurna mengantarkan kita pada makna keseluruhan atau inti dari syair tersebut. Sebab itulah penting dilakukan tahap selanjutnya yaitu pembacaan hermeneutik. Pembacaan ini bertujuan untuk menemukan satuan makna yang ada pada syair Abu Atahiyah tersebut.
Pembacaan ini dilakukan secara struktural yaitu dengan membaca sebagian kemudian keseluruhan atau sebaliknya. Pembacaan hermeneutik dapat dilakukan dengan mempertimbangkan unsur-unsur yang tak terlihat secara tekstual dan hipogramatik.
Pada bait pertama diawali dengan huruf taukid atau yang berfungsi sebagai penguat. Maksudnya adalah pada bait pertama menjelaskan bahwa dokter sehebat apapun ilmunya, seampuh apapun obatnya, itu tidak akan bisa menolakkan kematian dari seseorang. Kematian ditandai dengan adanya kata-kata makrūhin. Walaupun pada asalnya makna kata tersebut adalah sesuatu yang dibenci, tapi dalam syair ini makna kata tersebut adalah kematian.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 333Pada bait kedua syair menjelaskan bahwa seorang dokter dapat menyembuhkan seseorang dari suatu penyakit, tapi tidak tutup kemungkinan dokter itu akan mati sebab penyakit yang sama. Dalam kata lain dia sembuhkan orang lain dari suatu penyakit tapi dia tersebut mati disebabkan penyakit tersebut. Pada bait ketiga syair menjelaskan bahwa siapa saja akan mati, dia tak akan dapat menolak kematian yang akan dating. Apapun statusnya, apakah dia orang yang meracik obat, orang yang membeli obat atau orang yang menjual obat. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kematian akan datang atau seseorang pasti akan merasakan kematian.
d. Matriks dan Model
Matriks puisi yang diperoleh adalah kematian pasti datang baik kita dokter atau pasien atau yang lain. Gagasan inilah yang menjadi nafas yang menghidupi seluruh bunyi syair dari Abu Atahiyah ini. Sedangkan model yang ada dalam syair Abu Atahiyah ini adalah terdapat pada bait yang terakhir atau bait yang ketiga yaitu Ẑahaba al-mudāwĭ wa al-mudawā wa al-laẑĭ-Jalaba ad-dawāʹI wabā’ihi wa man isytarā. Karena pada bait ini sudah mewakili semua bunyi teks syair yang tertuang dalam tiga bait. Bait tersebut sudah menggambarkan inti makna dari keseluruhan bait yang ada yaitu tentang kematian.22
e. Hipogram
Dalam teori Riffaterre hipogram ada dua yaitu hipogram potensial dan hipogram aktual. Hipogram potensial adalah hipogram yang terlihat dalam karya sastra dan segala bentuk implikasi dari makna-makna kebahsaan yang sudah diketahui dalam karya sastra.
Sedangkan hipogram aktual adalah hubungan atau sangkutan sebuah karya sastra dengan karya sastra lainnya. Puisi Abu Atahiyah tersebut hanya memiliki hipogram potensial saja. Hipogram potensial dari puisi tersebut adalah penjabaran dari matriksnya yaitu tentang kematian. Siapa saja akan merasakan kematian, sehatkah kita atau sakit,dokterkah kita atau pasien, penjual obatkah kita atau pembeli, yang namanya kematian akan datang menemui kita.23
3. Interpretasi Makna dan Pesan dalam Puisi
Dalam melakukan interpretasi puisi zahabal mudawi walmudawa karya Abu Atahiyyah, langkah pertama adalah memahami makna dan pesan yang terkandung dalam puisi tersebut. Analisis semiotika Michael Riffaterre membantu kita melihat puisi ini
22 Riffaterre, Michael “Semiotics of Poetry” (Bloomington: Indiana University Press, 2008), Hal.
76.
23 Priyatna, E, “Pengantar Semiotika” (Bandung: Jurnal Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati, 2013), Hal. 17-18.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 334sebagai sistem tanda yang mengkomunikasikan makna kepada pembaca. Melalui identifikasi simbol, metafora, repetisi, dan pola ritmis, kita dapat mengungkap lapisan- lapisan makna yang tersembunyi.24 Interpretasi makna puisi tidak hanya berdasarkan pada makna harfiah kata-kata, tetapi juga melibatkan pengamatan simbolik, referensi budaya, dan konteks historis yang melingkupi puisi tersebut.25
Dalam interpretasi ini, penting untuk melibatkan imajinasi dan penafsiran personal, sambil tetap mempertimbangkan konteks dan niat penulis. Tanda-tanda budaya dalam puisi dapat memberikan wawasan tentang pemahaman penulis dan pengaruh konteks budaya terhadap puisi tersebut. Pemahaman penulis tentang simbol-simbol budaya, nilai-nilai, atau tradisi tertentu dapat tercermin dalam pilihan kata-kata, metafora, atau referensi budaya dalam puisi. Dalam konteks puisi zahabal mudawi walmudawa, pemahaman penulis tentang kehidupan, budaya, dan pengalaman Arab pada masa itu dapat mempengaruhi penyampaian pesan dan penggunaan simbol-simbol tertentu dalam puisi. Dengan menggali pemahaman penulis tentang konteks budaya, kita dapat menghargai dan menginterpretasikan puisi dengan lebih mendalam.26
Penggunaan repetisi, pola ritmis, dan penggunaan bahasa yang kaya dalam puisi zahabal mudawi walmudawa dapat menciptakan keindahan estetik yang unik. Melalui analisis semiotika Riffaterre, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana elemen-elemen puisi ini berkontribusi pada pengalaman estetik kita saat membaca puisi. Ritme, suara, imajinasi, dan perasaan yang dihasilkan oleh puisi ini dapat membangkitkan emosi dan menciptakan hubungan emosional antara pembaca dan puisi itu sendiri.27 Pengalaman estetik ini dapat bervariasi antara pembaca, tergantung pada penafsiran dan pengalaman masing-masing individu. Namun, melalui analisis semiotika, kita dapat lebih memahami bagaimana puisi ini memanipulasi tanda-tanda dan bahasa untuk menciptakan pengalaman estetik yang kaya. Dalam menginterpretasikan puisi "zahabal mudawi walmudawa" karya Abu Atahiyyah, penting untuk memadukan pengetahuan tentang semiotika, konteks budaya, dan pengalaman estetik. Hal ini akan
24 Haikal, “Analisis Semiotika Michael Riffaterre pada Puisi Ikbari Isyrina” (Yogyakarta: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga, 2021), Hal. 12.
25 Berger. “Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer” (Yogyakarta:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga, 2015), Hal. 39.
26 Budiman, “ Kosa Semiotika” (Yogyakarta: LkiS, 2016), Hal. 45.
27 Sukmadinata, Nana Syaodih, “Metode Penelitian Pendidikan” (Bandung: Remaja Redaskarya, 2007), Hal. 90.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 335membantu kita menggali makna-makna yang tersembunyi dan menghargai keindahan puisi tersebut dalam konteks yang lebih luas.28
D. Kesimpulan
Analisis semiotika membantu kita memahami puisi sebagai sistem tanda yang mengkomunikasikan makna dan pesan kepada pembaca. Melalui identifikasi simbol, metafora, repetisi, dan pola ritmis, kita dapat menggali makna-makna yang tersembunyi dan mendalam dalam puisi tersebut. Penerapan konsep "texte" dan "paratexte" dalam analisis semiotika Riffaterre memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang konteks eksternal puisi dan pengaruhnya terhadap penafsiran. Konteks budaya, sejarah, dan pengalaman pribadi penulis dapat mempengaruhi pemilihan simbol, metafora, dan bahasa yang digunakan dalam puisi, sehingga memperkaya makna dan pemahaman puisi tersebut. Makna tersembunyi dalam puisi ini membutuhkan pemahaman yang melampaui makna harfiah, melibatkan pemahaman konteks budaya, simbol-simbol budaya, dan pengalaman penulis. Puisi "zahabal mudawi walmudawa" memberikan pengalaman estetik yang kaya bagi pembaca. Penggunaan bahasa yang kaya, ritme, dan repetisi menciptakan hubungan emosional dan refleksi dalam pembaca. Dalam menganalisis syair dari Abu Atahiyah ini dilakukan pembacaan heurestik dan pemabcaan hermeneutik. Saat pembacaan heurestik dilakukan pada puisi tersebut masih memiliki makna yang terpisah, tersebar. Setelah dibaca pada level kedua atau pembacaan hermeneutik serta dengan adanya matriks, model dan hipogram maka didapatilah makna dari syair Abu Atahiyah tersebut bahwa dalam syairnya menceritakan sesungguhnya kematian akan datang pada siapapun saja, dan juga didapati arti dari judul syairnya menunjukkan bahwa “orang yang mengobati dan orang yang berobat akan mati”.
Referensi
Aminuddin. “Pengantar Apresiasi Karya Sastra.” Bandung: Sinar Harapan. (2011).
Arfan, Khusnul. Analisis Semiotika Michael Riffaterre Dalam Puisi dan Theather , Traume dan State Karya Brecht. Yogyakarta: Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta, (2021)
Arianti, A., & Novita, Y. “Analisis Semiotika Michael Riffaterre pada Puisi-Puisi Chairil Anwar.” Jurnal Cendekia: Jurnal Pendidikan Matematika, Sains, dan Bahasa Indonesia. (2021).
Arifiany, Wulan. Analisis Seniotika Michael Riffaterre Pada Puisi Fi Biladiy La Ihtirama Karya Anis Syausan. Universitas Muhammadiyah Gorontalo: Ajami: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, (2022)
Aryati, N., & Lestari, D. “Semiotika Strukturalistik Michael Riffaterre dalam Puisi- Puisi Sutardji Calzoum Bachri.” Jurnal Humaniora. (2018)
28 Hoed, “Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya” (Depok: Komunitas Bambu, 2014), Hal. 67.
Ajamiy:
Jurnal Bahasa dan Sastra Arab | Vol.12 No.2, September 2023 | 336Asriningsari, Ambrini & Maharani, Nazla Umaya. “Semiotika Teori dan Aplikasi Pada Karya Sastra.” Semarang: IKIP PGRI Press. (2010).
Atahiyyah. “Pengantar Semiotika.” Jakarta: Jurnal Sastra Arab. (2012).
Berger. “Pengantar Semiotika: Tanda-Tanda dalam Kebudayaan Kontemporer.”
Yogyakarta: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga. (2015).
Budiarto, S. “Hermeneutika Semiotika Michael Riffaterre dalam Pengajaran Sastra.”
Jurnal Penelitian Sastra. (2010).
Budiman. “Kosa Semiotika.” Yogyakarta: LkiS. (2016).
Haikal, Yusuf. “Analisis Semiotika Michael Riffaterre pada Puisi Ikbari Isyrina.”
Yogyakarta: Jurnal Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga. (2021).
Hoed. “Semiotik dan Dinamika Sosial Budaya.” Depok: Komunitas Bambu. (2014).
Hutabarat, W. “Semiotika Sastra.” Yogyakarta: Jurnal Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga.
(2016).
Kussuji, Novi Siti. “Sajak ‘Kesaksian Bapak Saijah’ Karya Rendra: Analisis Struktural Semiotik.” Yogyakarta: Makalah FS UGM. (2011).
Moleong. “Metode Penelitian Kualitatif.” Jakarta: PT. Press. 1990.
Pradopo, Rahmad Djoka. “Pengkajian Puisi.” Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. (2007).
Priyatna, E. “Pengantar Semiotika.” Bandung: Jurnal Sastra Arab UIN Sunan Gunung Djati. (2013).
Riffaterre, M. “Semiotika Sastra: Pendekatan Michael Riffaterre.” Yogyakarta:
Jalasutra. (2014).
Riffaterre, Michael. “Semiotics of Poetry.” Bloomington: Indiana University Press.
(2008).
Saragih, A. E., & Harefa, H. S. “Semiotika dan Interpretasi Sastra.” Jakarta:
Prenadamedia Group. (2015).
Sukmadinata, Nana Syaodih. “Metode Penelitian Pendidikan.” Bandung: Remaja Redaskarya. (2007).
Suprapto, D. “Kajian Semiotika Puisi Cinta dalam Karya Remy Sylado dengan Pendekatan Semiotika Michael Riffaterre.” Jurnal Komunikasi Islam. (2015).
Zahra, Fatimatuz. Semiotika Michael Riffaterre Dalam Puisi Fi Ainika Unwani Karya Faruq Juwaidah. IAIN Ponorogo: Tsaqofiya: Jurnal Bahasa dan Satra Arab, (2002)