Tata cara penghitungan ATMR Risiko Kredit - Pendekatan Standar mengacu pada lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. ATMR Risiko Kredit - Pendekatan Standar dalam surat edaran Otoritas Jasa Keuangan ini dihitung terlebih dahulu pada rasio KPMM posisi Januari 2023.
UMUM
Untuk transaksi penyerahan terhadap pembayaran (DvP), pendekatan ATMR standar untuk risiko kredit dihitung sebagai produk dari selisih positif antara nilai wajar transaksi dan nilai kontraktual (eksposur positif saat ini), persentase tertentu, dan perkalian. faktor 12,5 (dua belas koma lima). Dengan mempertimbangkan non-DvP dalam pendekatan standar ATMR untuk risiko kredit, maka tidak lagi diperhitungkan sebagai penyisihan modal dalam perhitungan KPMM.
PERHITUNGAN TAGIHAN BERSIH
Perhitungan eksposur transaksi repo dilakukan dengan mengikuti pendekatan komprehensif dalam Teknik Agunan MRK sebagaimana dimaksud pada poin VI.2.e. Perhitungan eksposur transaksi reverse repo dilakukan dengan mengikuti pendekatan komprehensif dalam Teknik Agunan MRK sebagaimana dimaksud pada poin VI.2.e.
FAKTOR KONVERSI KREDIT UNTUK EKSPOSUR TRANSAKSI REKENING
Untuk eksposur TRA dalam bentuk kewajiban komitmen diberikan FKK sebesar 40% (empat puluh persen) tanpa memperhatikan jangka waktu fasilitas yang mendasarinya, kecuali kewajiban komitmen memenuhi syarat untuk FKK yang lebih rendah. Bank telah berkomitmen untuk menyediakan surat kredit perdagangan yang bersifat self-likuidasi jangka pendek yang timbul dari pergerakan barang, sehingga transaksi tersebut mendapat FKK sebesar 20% (dua puluh persen), bukan 40% (empat puluh persen); atau b. Bank mempunyai kewajiban yang dapat dibatalkan tanpa syarat. untuk menerbitkan pengganti kredit langsung seperti bank garansi.
PENETAPAN BOBOT RISIKO SESUAI KATEGORI PORTOFOLIO
Tagihan kepada Pemerintah
Tagihan kepada Entitas Sektor Publik
Tagihan kepada Bank Pembangunan Multilateral dan Lembaga
Tagihan kepada Bank
Tagihan berupa Covered Bond
Tagihan kepada Perusahaan Efek dan Lembaga Jasa Keuangan
Tagihan berupa Surat Berharga/Piutang Subordinasi, Ekuitas,
Bobot risiko tagihan pada lembaga keuangan ditentukan berdasarkan 2 (dua) pendekatan, yaitu: . 1 ) Pendekatan penilaian risiko kredit eksternal (PRKE). Penetapan bobot risiko piutang kepada bank dengan menggunakan metode penilaian risiko kredit eksternal (PRKE).
Kredit Beragun Properti Rumah Tinggal
Bagi kredit yang dijamin dengan harta benda tempat tinggal yang merupakan rumah induk debitur, dianggap sebagai kredit dengan angsuran yang tidak bergantung pada arus kas yang berasal dari harta itu. Dengan demikian bobot risiko kredit tersebut merupakan kelipatan 105% (seratus lima persen) kali 1,5 (satu koma lima) menjadi 157,5% (seratus lima puluh tujuh koma lima persen).
Kredit Beragun Properti Komersial
Lindung nilai alami adalah lindung nilai dimana debitur dalam menjalankan usaha normalnya menerima pendapatan mata uang asing sesuai dengan mata uang kredit debitur. Untuk penerapan faktor pengganda, natural hedge atau financial hedge dianggap cukup jika menjamin paling sedikit 90% (sembilan puluh persen) dari angsuran kredit, berapapun jumlah lindung nilai yang dilakukan.
Kredit Pengadaan Tanah, Pengolahan Tanah, dan Konstruksi
2) 85% (delapan puluh lima persen) bagi badan usaha yang memenuhi persyaratan usaha mikro dan kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; atau Bobot risiko pinjaman dalam rangka pengadaan tanah, pengolahan tanah, dan konstruksi ditetapkan sebesar 150% (seratus lima puluh persen).
Kredit Pegawai atau Pensiunan
Dalam hal dokumen-dokumen tersebut di atas tersedia dalam bentuk digital, maka diperlukan surat pernyataan dari pemberi kerja mengenai keabsahan dokumen-dokumen tersebut dan perjanjian kerjasama eksklusif antara bank pemberi pinjaman dan agen pemberi kerja.
Tagihan kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Portofolio Ritel
Tidak ada lindung nilai berarti tidak ada lindung nilai alami atau lindung nilai finansial terhadap risiko mata uang akibat ketidaksesuaian mata uang antara mata uang sumber pendapatan obligor dan mata uang eksposur. Lindung nilai alami adalah lindung nilai dimana pihak peminjam, dalam menjalankan aktivitas bisnis normalnya, menerima pendapatan mata uang sesuai dengan mata uang eksposur.
Tagihan kepada Korporasi
Pendapatan didasarkan pada ketersediaan, artinya ketika konstruksi selesai, entitas pendanaan proyek berhak menerima pembayaran dari pihak yang melakukan kontrak (misalnya pemerintah), sepanjang persyaratan kontrak terpenuhi. Selain itu, pembiayaan proyek yang berkualitas tinggi pada tahap operasional akan dikenakan bobot risiko sebesar 80% (delapan puluh persen).
Tagihan yang Telah Jatuh Tempo
Untuk tagihan pada portofolio mikro, usaha kecil, dan ritel, definisi gagal bayar dapat diterapkan pada tingkat komitmen kredit dan bukan pada tingkat debitur. 1) 100% (seratus persen), untuk eksposur kredit yang dijamin dengan properti residensial yang tidak bergantung pada arus kas yang berasal dari properti tersebut; dan b) 100% (seratus persen), untuk tagihan dengan CKPN sebesar 20% (dua puluh persen) sampai dengan kurang dari 50% (lima puluh persen) dari nilai yang didaftarkan; atau.
Aset Lainnya
Aset lainnya seperti tanah, bangunan, persediaan dan aset tetap lainnya, setelah dikurangi akumulasi penyusutan, mempunyai bobot risiko sebesar 100% (seratus persen). Sesuai dengan bobot risiko atas aset berwujud dan aset sewaan, maka aset sewaan sebagaimana diatur dalam standar akuntansi keuangan mengenai sewa dikenakan bobot risiko sebesar 100% (seratus persen).
PENGGUNAAN PERINGKAT
Umum
Tata Cara Penggunaan Peringkat
Contoh: Surat Berharga yang diterbitkan oleh suatu perusahaan 75% (tujuh puluh lima persen). Untuk menghitung ATMR risiko kredit dengan pendekatan standar, bank menggunakan credit rating A-, yaitu peringkat kredit yang memberikan bobot risiko terendah kedua sebesar 50% (lima puluh persen). Penggunaan credit rating dari angka 1), angka 2) dan angka 3) harus konsisten digunakan untuk mengukur risiko dari eksposur yang sama untuk tujuan yang berbeda.
METODE DAN TEKNIK MITIGASI RISIKO KREDIT
- Teknik MRK-Agunan
- Teknik MRK-Garansi
- Teknik MRK-Penjaminan atau Asuransi Kredit
- Perhitungan ATMR Risiko Kredit-Pendekatan Standar Atas
Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada huruf c dan huruf d tidak terpenuhi, maka keberadaan teknik MRK tidak diakui dalam perhitungan ATMR Risiko Kredit - Pendekatan Standar. Perhitungan ATMR metode standar risiko kredit untuk eksposur yang menggunakan beberapa jenis teknik MRK mengacu pada angka 5. Penjaminan atau asuransi kredit yang diakui dalam teknik penjaminan atau asuransi kredit MRK harus memenuhi persyaratan pengakuan teknik penjaminan MRK sebagaimana dimaksud pada butir 3.a.
Perhitungan ATMR Risiko Kredit-Pendekatan Standar untuk eksposur yang menggunakan beberapa jenis teknik MRK yang menggunakan beberapa jenis teknik MRK. Perhitungan ATMR risiko kredit - Metode standar merupakan penjumlahan dari: .. a) antara bagian piutang bersih yang dijamin dengan teknik MRK-Agunan dengan bobot risiko menurut teknik MRK-Agunan dengan pendekatan sederhana; dan/atau b) antara nilai tagihan bersih setelah persetujuan teknis.
FORMAT LAPORAN
Bank menyampaikan Laporan Penerapan Manajemen Risiko Kredit kepada Otoritas Jasa Keuangan sebagai bagian dari hasil penilaian sendiri (self-assessment) terhadap tingkat kesehatan Bank.
PEDOMAN PENGISIAN
Bank secara individu
Bagian yang Dijamin (Pengakuan Teknik Mitigasi Risiko Kredit).. Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit Akibat Cidera Janji Pihak Lawan c).(1).(a).Debitur kepada Pemerintah Indonesia.
Bank secara konsolidasi
“Penerimaan bersih” yang dilaporkan oleh BUK dan KCBLN pada kolom III pada angka 1).c).(1) pada Tabel 2A dan/atau Tabel 2D;. Jumlah “Tagihan Bersih” pada kolom VIII harus sama dengan tagihan bersih yang dilaporkan pada kolom V angka 2) pada tabel 2A dan/atau tabel 2D. b) Kolom IX atau “RWA” merupakan perkalian nilai “Tagihan Bersih” pada kolom VIII dengan nilai.
FORMAT DAN PEDOMAN PENGISIAN LAPORAN
Pengungkapan Informasi Kualitatif terkait Risiko Kredit secara Umum
Pengungkapan Kualitas Kredit atas Aset (CR1)
Pengungkapan Mutasi Kredit dan Surat Berharga yang Telah Jatuh
Pengungkapan Tambahan terkait Kualitas Kredit atas Aset
8) “Informasi tambahan” diisi dengan definisi yang digunakan bank secara internal dalam mengelompokkan tagihan ke dalam kategori portofolio kompensasi yang telah jatuh tempo. Pengungkapan pergerakan kredit dan surat berharga yang telah jatuh tempo (CR2) a.. 1) Bank perorangan (dalam jutaan rupiah). 2 Kredit dan surat berharga yang telah habis masa berlakunya sejak periode pembukuan terakhir 3 Kredit dan surat berharga yang telah dikembalikan ke dalam wesel yang belum habis masa berlakunya 4 Nilai penyusutan.
6 Pinjaman yang diberikan dan surat berharga yang jatuh tempo pada akhir periode pelaporan Bank secara konsolidasi dengan anak perusahaan (dalam jutaan rupiah). 4) "Perubahan lainnya" diselesaikan jika diperlukan untuk merekonsiliasi total nilai pinjaman dan surat berharga yang jatuh tempo pada akhir periode pelaporan.
Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah
Namun apabila bank tersebut tidak mempunyai anak perusahaan, maka hanya mengungkapkan tabel “Bank Perorangan”.
Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor
14 Kegiatan persewaan dan penyewaan non-pilihan, pekerjaan, agen perjalanan dan dukungan bisnis lainnya 15 Administrasi negara, pertahanan dan jaminan sosial wajib 16 Pendidikan. Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa yang digunakan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. 14 Kegiatan persewaan dan penyewaan non-pilihan, pekerjaan, agen perjalanan dan dukungan bisnis lainnya 15 Administrasi negara, pertahanan dan jaminan sosial wajib 16 Pendidikan.
Kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa oleh rumah tangga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri.
Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka
Untuk laporan posisi keuangan, pos-pos ART yang belum mempunyai jatuh tempo kontraktual (non-maturity items) dimasukkan pada kolom non-kontraktual.
Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan
2) Yang dimaksud dengan “rekening yang mengalami penurunan nilai” adalah tagihan yang telah ditetapkan mengalami penurunan nilai, yaitu pada tahap 2 (aset merugikan) dan tahap 3 (aset merugikan). 4) Yang dimaksud dengan “Rekening Hutang” adalah kategori portofolio rekening yang telah jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini, sedangkan “Rekening Macet” adalah segala bentuk rekening yang tidak termasuk dalam Rekening yang Telah Jatuh Tempo.
Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor
14 Kegiatan sewa guna usaha tanpa hak opsi, pekerjaan, agen perjalanan dan dukungan bisnis lainnya 15 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan asuransi sosial wajib 16 Pendidikan. 14 Kegiatan sewa guna usaha tanpa hak opsi, pekerjaan, agen perjalanan dan dukungan bisnis lainnya 15 Administrasi pemerintahan, pertahanan dan asuransi sosial wajib 16 Pendidikan. 1) “Piutang” adalah nilai aset keuangan yang dicatat dalam laporan posisi keuangan dan ART sebelum dikurangi CKPN (gross).
2) Yang dimaksud dengan “rekening yang mengalami penurunan nilai” adalah tagihan yang telah ditetapkan mengalami penurunan nilai, yaitu pada tahap 2 (aset merugikan) dan tahap 3 (aset merugikan). 34; CKPN Tahap 1, Tahap 2, Tahap 3” sesuai dengan standar akuntansi keuangan yang berkaitan dengan instrumen keuangan. 4) “Rekening Hutang” sesuai dengan kategori portofolio rekening yang telah jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini, sedangkan “ Faktur yang belum jatuh tempo” adalah segala bentuk faktur yang tidak termasuk dalam faktur yang telah jatuh tempo.
Pengungkapan Tagihan Berdasarkan Hari Tunggakan
Pengungkapan Tambahan terkait Perlakuan terhadap Aset
Tagihan hapus buku adalah tagihan yang telah dihapusbukukan pada periode berjalan. 1) Yang dimaksud dengan “Rekening berbayar” adalah kategori portofolio rekening yang telah jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. 2) “Kredit dan Surat Berharga yang jatuh tempo sejak periode pelaporan terakhir” adalah kredit dan surat berharga baru yang termasuk dalam kategori tagihan portofolio yang jatuh tempo pada periode pelaporan.
2) Yang dimaksud dengan “Rekening Hutang” adalah kategori portofolio rekening yang telah jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. Jumlah kolom a dan kolom b pada tabel ini harus sama dengan jumlah kolom g (“Nilai Bersih”) pada tabel CR1. 2) Rekening yang tidak diamankan dengan teknik MRK adalah tagihan yang tidak menggunakan teknik MRK sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini. 3) Rekening yang dijamin dengan teknik MRK adalah tagihan yang dijamin dengan paling sedikit 1 (satu) teknik MRK sebagaimana tercantum dalam Lampiran A Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.
7) Yang dimaksud dengan “Rekening Dibayar” adalah kategori portofolio rekening yang telah jatuh tempo sebagaimana tercantum dalam Lampiran A surat edaran Otoritas Jasa Keuangan ini.