• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seri Penyakit Anthrax

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Seri Penyakit Anthrax"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas karunia dan rahmat-Nya kami dapat melengkapi dan menerbitkan kembali buku panduan dan seri Pengendalian Penyakit Hewan Menular Anthrax untuk membantu para praktisi kesehatan hewan di lapangan sebagai pedoman teknis pengendalian dan pemberantasan penyakit Antraks. Dalam Sistem Kesehatan Hewan Nasional, Antraks merupakan salah satu dari sebelas jenis Penyakit Hewan Menular Strategis (SID) yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan menimbulkan dampak eksternal atau berpotensi mengancam kesehatan masyarakat. Mengetahui sejarah penyakit Antraks di Indonesia dan memahami sifat penyakitnya, pengendalian dan pemberantasannya dapat dilakukan secara terencana dan sistematis dengan pedoman pelaksanaan yang jelas.

Buku Pedoman Pengendalian dan Pemberantasan PHM Seri Anthrax ini dimaksudkan sebagai acuan teknis upaya pengendalian dan pemberantasan yang dilakukan oleh petugas kesehatan hewan di lapangan, dikemas dalam setengah karton ukuran folio. Kpts./OT tentang Penetapan Jenis Penyakit Hewan Menular Strategis, Penyakit Antraks merupakan salah satu dari 25 penyakit yang menimbulkan kerugian ekonomi, keresahan masyarakat dan kematian hewan yang tinggi. Menurut AMDAL, penyakit antraks juga merupakan salah satu penyakit yang masuk dalam daftar penyakit penting terkait impor dalam perdagangan internasional.

Berdasarkan laporan OIE (WAHIS Interface OIE 2016), tercatat 94 dari 180 negara anggota (52,2%) melaporkan kejadian antraks dalam 5 tahun terakhir. Sejarah penyakit Antraks di Indonesia, pengendalian dan pemberantasan penyakitnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini. Penyakit antraks di Indonesia diduga berasal dari sapi perah dari Eropa dan sapi Ongole dari Asia Selatan yang didatangkan pada pertengahan abad ke-19.

I 2014 var der et miltbrandudbrud i South Sulawesi-provinsen (Bon Sel og Patalasang-distrikterne, Gowa Regency, Tampobulu District og Cendrana District, Maros Regency, Mallusetasi District, Barru Regency, Watang Pulu District, Sidrap Regency, Barru Regency og Libureng District, Bone Regency) og East Java (Srengat District, Blitar Regency).

PEDOMAN PENGENDALIAN

  • Pengobatan
  • Isolasi Hewan
  • Vaksinasi
  • Desinfeksi
  • Pengawasan Lalu lintas Hewan
  • Pemotongan Ternak
  • Penanganan Bangkai
  • Pengiriman Spesimen
  • Pemantauan dan Penyidikan
  • Pelaporan
  • Lain-lain

Pada daerah terjangkit atau daerah wabah, vaksinasi dilakukan terhadap semua jenis hewan rentan yang terancam, antara lain sapi, kerbau, kambing, domba, kuda, dan babi. Daerah Terancam I adalah daerah sub-lingkaran yang dekat atau berbatasan langsung dengan daerah tertular atau daerah wabah (sub-lingkaran). Hewan yang divaksin penyakit Antraks adalah hewan yang benar-benar sehat berumur diatas 3 bulan (terutama babi berumur diatas 3 minggu).

Disarankan untuk melakukan vaksinasi pendahuluan pada daerah yang belum pernah dilakukan vaksinasi, dengan dosis yang berbeda-beda berkisar antara setengah sampai 1 1/2 dari dosis anjuran, disertai dengan catatan observasi. Vaksinasi di daerah epidemi dan daerah tertular lainnya dilakukan setiap enam bulan, sedangkan di daerah terancam vaksinasi ulang dapat dilakukan setiap 9-12 bulan. Perlu dipahami bahwa jika hewan sebelumnya pernah tertular kuman antraks sebelum vaksinasi atau tertular tidak lama setelah vaksinasi, maka hewan tersebut tidak dapat terhindar dari penyakit antraks.

Selama fase negatif 10-14 hari (untuk kuda hingga 6 minggu), hewan yang divaksinasi terlindungi semaksimal mungkin dari kemungkinan infeksi. Tempat matinya hewan tersebut, tanah di atas kuburan dan kendaraan tempat matinya hewan terduga antraks tersebut, serta kendaraan yang keluar masuk tempat isolasi tempat hewan sakit tersebut berada. Perlengkapan yang digunakan sehari-hari untuk menangani hewan sakit atau yang bersentuhan dengan hewan sakit, seperti ember, sepatu, dan lain-lain.

Petugas yang merawat hewan sakit (pakaian yang dikenakan) setiap hari/setiap meninggalkan tempat hewan sakit itu berada. Keluar masuknya kendaraan dan agen khususnya pada kompleks penangkaran, kandang isolasi hewan sakit dan akses menuju kompleks unit pelayanan. Selama terdapat hewan sakit yang dicurigai atau diduga mengidap penyakit Antraks, namun tidak diperkenankan pergerakan hewan atau bahan asal hewan keluar masuk lokasi tersebut di wilayah dimana penyakit tersebut berada.

Pada daerah atau tempat/tempat dipeliharanya hewan yang sakit dan (diduga) menderita penyakit Antraks, hendaknya dipasang tanda-tanda khusus yang memperingatkan akan adanya penyakit tersebut agar diketahui secara luas. Tak satu pun dari hewan yang diisolasi menunjukkan tanda-tanda penyakit setelah 20 hari kematian atau setelah kasus penyakit terakhir pada hewan tersebut. Karkas dan bahan lain hasil pemotongan ternak di daerah tertular sebelum diedarkan harus ditangani sesuai dengan ketentuan umum yang berlaku.

Oleskan darah tepi dari hewan yang sama ke kapas atau kapur atau kertas saring/tisu, lalu masukkan ke dalam tabung reaksi yang tertutup rapat. 2). Hewan mati tidak boleh dimakan oleh hewan karnivora atau pemakan bangkai (anjing, kucing, biawak, elang, burung gagak dan lain-lain). 2).

PENUTUP

PENGAMANAN SURAT / PAKET YANG DICURIGAI MENGANDUNG

ANTHRAX

PENDAHULUAN

  • Pembinaan Kesehatan Hewan
  • Kesiapan Teknis Kesehatan Hewan Dalam Antisipasi Wabah Penyakit Hewan Maupun Teror Anthrax.Wabah Penyakit Hewan Maupun Teror Anthrax
  • Perbedaan dan Persamaan Antara Anthrax Klasik dengan AT/ARG
  • AT/ARG
  • Kejadian di Indonesia

Kesehatan hewan sebagai bagian dari pembangunan nasional memegang peranan penting dalam pembangunan pertanian, kesehatan masyarakat, dan lingkungan hidup. Peran pembangunan kesehatan hewan sangat strategis dalam memperbaiki iklim investasi melalui penerapan teknologi kesehatan hewan untuk menurunkan biaya produksi, mengurangi risiko usaha dan membuka peluang ekspor. Mengoptimalkan pelayanan kesehatan hewan dan mencegah penyakit zoonosis pada hewan/ternak serta menyediakan vaksin, serum, dan obat hewan yang aman, terjamin mutunya, dan terjangkau;

Kesiapsiagaan teknis kesehatan hewan untuk mengantisipasi wabah penyakit hewan dan teror antraks. Untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya wabah penyakit hewan, setiap daerah sesuai dengan kewenangannya mempunyai kemampuan untuk melakukan pencegahan dini dan prediksi terjadinya wabah penyakit. Pada uraian berikut ini, penyakit antraks endemik ini akan disebut sebagai “antraks klasik/konvensional”.

Teror Anthrax" (AT) atau "Antraks Timbul Dari Rekayasa Genetika" (ARG). Kementerian Dalam Negeri, Kepolisian Republik Indonesia, Polri, BIK Polri, DKK Polri), Kementerian Pertahanan dan Keamanan, Kementerian Perhubungan, Kementerian Luar Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian Pertanian, Kementerian Keuangan, Bappenas, PT Pos Indonesia, Universitas dan instansi/lembaga terkait lainnya mengacu pada prosedur yang berjalan mengenai petunjuk pengamanan surat/paket yang diduga mengandung penyakit antraks, sebagai akan dijelaskan pada Bab II nanti. Spora antraks telah dikembangkan melalui rekayasa genetika dan diduga terkait dengan program pengembangan senjata biologis untuk tujuan pertahanan negara khusus. Jika pengendalian penyakit di daerah endemis tidak memadai, sering kali menyebabkan wabah di negara-negara endemik. ternak, dimana penyakit ini menyebar dengan cepat dan menyebabkan kematian.

Daerah endemis adalah daerah yang pernah terjadi wabah penyakit antraks dan sewaktu-waktu penyakit tersebut dapat muncul kembali. Wabah umumnya berkaitan erat dengan tanah netral atau basa (berkapur), yang menjadi inkubator reproduksi spora antraks jika kondisi bioklimatologi memungkinkan. Antraks umumnya tidak menular dari satu hewan ke hewan lain, dan penyakit ini dapat menginfeksi manusia, namun mereka tidak rentan seperti hewan.

Di Indonesia telah ditetapkan 14 provinsi endemis Antraks, kasus pada manusia hampir selalu terjadi di 4 provinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, NTB dan NTT (data Kementerian Kesehatan). Pada tahun 1991-2001 jumlah orang sakit bervariasi antara 20-131 orang sakit dan dirawat, jumlah kematian 1-2 orang dengan jumlah tertinggi 6 orang pada tahun 1995 seluruhnya berada di NTT dimana sebaliknya pada tahun yang sama. Saat ini, jumlah kasus pada sapi sebanyak 1 ekor. Pada tahun 1996 di provinsi NTT jumlah kasus pada sapi meningkat menjadi 213 dan sebaliknya tidak terjadi kematian pada manusia.

PENGENDALIAN DAN ANTISIPASI

  • Terhadap Anthrax klasik
  • Terhadap AT/ARG

Pemberantasan vektor penghisap darah, observasi di lapangan/di Balai Besar Veteriner (BBVet)/Balai Dokter Hewan (Bvet)/Lab dan vaksinasi rutin dengan vaksinasi prioritas diberikan pada daerah endemis sesuai prediksi tahun terjadinya wabah, mencakup populasi terancam . di daerah tertular dan daerah rentan lainnya paling lambat 1 bulan sebelum perkiraan terjadinya wabah. 3). Menurut administrasi wilayah kerja Bvet/Bbvet, dari 14 (dua belas) provinsi endemis Antraks di Indonesia yaitu Sumatera Barat dan Jambi termasuk wilayah kerja Bvet Bukittinggi. Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat dan Gorontalo merupakan wilayah kerja BBVet Maros, sedangkan Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur merupakan wilayah kerja BBVet Denpasar, namun sebagaimana P.

Bali “bebas antraks” sehingga sampel untuk pemeriksaan antraks dari Nusa Tenggara tidak dikirim ke BBVet Denpasar, namun dapat diperiksa di Lab Keswan provinsi terjangkit atau sampel dikirim ke BBVet Maros untuk sampel uji dari Nusa Tenggara Timur dan BBVet Wates , Yogyakarta untuk. Sebisa mungkin menghindari bahan-bahan yang diduga mengandung antraks yang disebarkan oleh angin atau tertiup atau terhirup. Gunakan sarung tangan atau masker hidung dan mulut Jika tangan atau tubuh Anda terkontaminasi bedak yang diduga mengandung spora antraks, cuci tangan atau mandi dengan sabun dan air mengalir.

Masukkan seluruh amplop atau bungkusan ke dalam kantong plastik kedap udara atau bisa diikat rapat, sebaiknya menggunakan kantong plastik 2 (dua) lapis atau lebih. Polisi datang ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk mengumpulkan dan mengamankan barang bukti dan lokasi. Hasil pemeriksaan laboratorium (positif/negatif) disampaikan kepada polisi pengirim, dengan tembusan ditujukan kepada Kepala Dinas Kesehatan dan Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan. 2).

Selain investigasi antraks klasik, khusus investigasi AT/ARG atau antraks pada surat/paket telah ditunjuk Bvet Bukittinggi, BBVet Wates, Yogyakarta, BBVet Maros dan Balai Besar Penelitian Veteriner (BALITVET) di Bogor. Khusus untuk penyidikan AT/ARG atau Antraks dalam surat/paket, ditunjuk penyidik ​​seperti BPPVR-II Bukittinggi, BPPVR-IV Yogyakarta, BPPVR-VII Maros dan Balai Penelitian Veteriner Bogor selain penyidikan Anthrax klasik. Untuk mempercepat respon dan memfungsikan AT/ARG, maka BPPV Wilayah II, IV dan VII yang ditunjuk akan berkoordinasi lebih lanjut dengan POLDA dan Dinas Kesehatan setempat di wilayah kerja untuk keperluan operasional sewaktu-waktu.

Referensi

Dokumen terkait

lintas atau pengemudi kendaraan bermotor yang terlibat sebagai tersangka dalam kasus kecelakaan lalu lintas dengan korban luka berat atau meninggal,maka Polri berwenang untuk :..

Manusia biasanya menderita antraks akibat kontak langsung atau tidak langsung dengan binatang atau bahan yang berasal dari binatang yang terinfeksi.. Manifestasi klinik terbesar

Membuat faporan dan menandatangani laporan tentang tindak pidana yang menyangkut penyelewengan lalu lintas ternak dan atau bahan asalternak; Dalam melaksanakan pengawasan

penyebaran Wabah, KLB dan/atau KKMMD, dalam suatu wilayah Kelurahan yang penduduknya diduga terinfeksi penyakit menular, Kelurahan dapat melakukan Karantina dengan

Menentukan zonasi pengendalian lalu lintas hewan dan produk hewan rentan PMK dalam rangka penanganan penyakit mulut dan kuku di wilayah masing-masing dengan

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan dengan atau

Workshop pengawasan lalu lintas produk hewan non pangan Workshop kewaspadaan bahan baku pakan ternak asal hewan Workshop penerapan hygiene sanitasi pengolahan limbah bulu ( 2 bakorwil

Anak sebagai pelaku atau tersangka kecelakaan lalu lintas dapat disebut sebagai pengemudi kendaraan bermotor. Sebagaimana disebutkan dalam ketentuan pasal 23