Analisis Pengaruh BI Rate Dan Jumlah Uang Beredar (M2) Terhadap Kurs Dolar AS Atas Rupiah Di Indonesia Tahun 2005-2021
Fitri Mahdalena Universitas Riau [email protected]
Analysis of the Effect of BI Rate and Money Supply (M2) on the US Dolar Exchange Rate against the Rupiah in Indonesia in 2005-2021
Abstract
The purpose of this study is to identify and analyze the impact of BI rate and money supply on Indonesia's USD Rupiah exchange rate for the period 2005-2021. The data used in this study are secondary time series data provided by Bank Indonesia (BI). The analytical model used is a multiple linear regression analysis that uses error-corrected modeling (ECM) techniques to find long-term and short-term equilibrium regression equations and determines whether the model is consistent between independent and dependent variables. is. Designed for research purposes. E-Views 10 inspection and counting software. The results showed that the birate and money supply have a long-term positive impact on the exchange rate of the dollar against the rupiah. In the short term, the BI rate has a positive effect on the dollar against the rupiah. Circulation does not affect the dollar- rupiah exchange rate.
Keywords: BI Rate, Dollar Exchange Rate against Rupiah, Error Correction Model (ECM) and Money Supply.
Pendahuluan
Dalam perekonomian uang ialah suatu hal yang sangat penting dalam melakukan transaksi (Mankiw, 2006:169). Fungsi dari uang yakni sebagi alat tukar, satuan hitung, pembayaran utang serta penyimpanan nilai atau daya beli. Fungsi uang sebagai alat tukar di gunakan untuk berbagai macam kegiatan ekonomi yang salah satunya di pergunakan untuk jual beli untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam perdagangan internasional uang dijadikan sebagai alat transaksi , dikarenakan setiap negara mepunyai mata uang tersendiri yang berlaku di dalam batsan negara tersebut dan belum tentu bias untuk di pastikan bias di terima oleh negara lain. Maka di dalam perekonomian terbuka mata uang di di gunakan ialah mata uang. Oleh karena itu maka di perlunya valuta asing sebagai devisa (foreign exchange), yakni alat tukar yang bias di terima di dalam dunia internasional (Gilarso, 2004:298).
Perdagangan internasional terjadi secara teori terjadi di karenakan dua alsan, pertama dikarenakan adanya perbedaaan di setiap negara dan sama sama mendapatkan keuntungan dari pertukaran komoditi (Basri, 2010:30).
Dalam perdagangan internasional kurs di jadikan sebagai nilai tukar terhadap negara lain yang melakukan perdagangan. Dolar AS (USD) ialah mata uang yang dijadikan standar dalam pembayaran internasional dikarenakan Amerika memiliki perekonomian yang kuat serta sbail.
Kebijakan ekonomi dalam dan luar negeri tidak serta merta menjadi acuan kuat atau lemahnya suatu nilai tukar, namun kondisi non ekonomi seperti kondisi politik suatu negara serta keamanan. Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini mengalami gejolak ekonomi yang cukup komplek dalam segi ekonomi dalam maupun luar negeri, serta keamanan dan kondosi politik yang kurang baik, dimana pada tahun 2018 nilai tukar menyentuh angka Rp 14.481 serta menjadikan Indonesia semakin tertekan dalam perekonomian.
Menguatnya nilai tukar Dolar AS terhadap rupiah di karenakan perekonomian Amerika Serikat kian membaik, dan berdampah pada nilai tukar mata uang dunia di dalam perekonomian internasional.
Terdepresinya yuan pada perekonomian tiongkok serta negosiasi dari kebijakan fiskal yunani juga menjadi pengaruh terhadap pelemahan nilai tukar dolar atas rupiah (Bank
Indonesia, 2015). Kondisi perekonomian nasional turut berperan dalam pelemahan nilai tukar yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.
Sejak tahun 2012 cadangan devisa negara terus membiayai transaksi berjalan neraca pembayaran Indonesia yang selalu mengalami defisit.
Tanpa defisit transaksi berjalan, cadangan devisa Indonesia bisa semakin turun, melemahkan rupiah dan memperlambat perekonomian domestik. (Bank Indonesia, 2015).
Nilai tukat memiliki dua sistem pokok yakni sistem nilai tukat tetap (fixed system) dan mengambang (flexible system). untuk menentukan nilai tukar ada dua mekanisme yakni mekanisme pasar dan penetapan pemerintah. Sistem dari nilai tukar mengambang (floating exchane rate), di anut oleh negara yang yang sistem nilai tukarnya di ataur melalui mekanisme pasar, dam sebaliknya jika pemerintah yang menetapkan nilai tukarnya maka Sistem yang dianut oleh negara tersebut adalah sistem nilai tukar tetap.
Namun, masih ada negara-negara di mana negara-negara tetap berpegang pada nilai tukar mengambang yang dikelola. Nilai tukar pada negara tersebut di atur melalui mekanisme pasar dan di berikan batasan oleh pemerintah, apabila pergerakan dari nilai tukar tersebur melebihi batsan dari pemerintah makan akan dilakukannya intervensi (Manurung, 2004:74).
Faktor penyebab perubahan terhadap kurs ialah adanya perubahan selera, harga dari barang ekspor, inflasi di dalam negeri, serta tingkat suku bunga dan tingkat marginal efisiensi, tingkat penyembuhan ekonomi/pendapatan nasional, keiinginan masyarakat untuk melakukan spekulasi akibat fluktuasi nilai kurs (Widayatsari et al.
2012:159).
BI adalah singkatan dari Bank Indonesia yang merupakan bank di negara Indonesia.BI rate diatur oleh suku bunga kebijakan moneter.
Dalam ekonomi, nilai tukar mata uang suatu negara terkait dengan Suku bunga ialah suatu biaya yang di keluarkan oleh debitur dari pinjamannya dan sekaligus menjadi pemberian dari imbalan dana utang. Tingginya tingkat suku bunga yang di berlakukan maka akan dapat menarik modal asing masuk kedalam negeri yang kemudian juga akan meningkatkan nilai matauang . suku bunga
yang do pakai di dalam penelitian ini ialah Suku Bunga Acuan Bank Indonesia.
Menurut Djulius & Nurdiansyah (2014) Bank Indonesia menetapkan suku bunga acuan untuk perbankkan di dalam negeri, guna menjadikan sinyal untuk menarik modal asing masuk kedalam negeri guna untuk menentukan nilai tukar. Fungsi JUB dalam perekonomian suatu negar sangatlah penting, maka akan memberikan tekanan nilai mata uang negara tersebut terhadap mata uang asing (Atmadja, 2002).
Pergerakan Kurs terhadap Dolar AS memiliki dampak terhadap jumlah uang yang beredar. Dimana JUB tergantung pada penawaran uang tersebut, bila penawaran terhadap rupiah bertambah hingga nilainya hendak terdepresiasi, sebaliknya bila penawaran terhadap rupiah turun hingga nilai mata duit rupiah hendak terapresiasi.
Tabel 1 Perkembangan Kurs Dolar, BI Rate dan Jumlah Uang Beredar (M2) Tahun
2005-2021
Sumber : Bank Indonesia, 2022
Beberapa penelitian tentang adanya variabel-variabel yang mempengaruhi perkembangan kurs rupiah, menurut Marina dan Amiruddin (2016) menganalisis dampak inflasi dan penawaran mata uang dalam nilai tukar rupiah Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa baik variabel inflasi maupun variabel JUB tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar rupiah.
Ada beberapa hal yang membuat ketertarikan peneliti yaitu adanya perbeadaan argumentasi yang dihasilkan dari penelitian terdahulu tentang pengaruh dari BI Rate dan JUB (M2) terhadap nilai tukar rupiah di indonesia. Serta adanya perbedaan teori dengan data yang ada sehingga peneliti ingin
mengkaji kembali peristiwa ini dengan periode waktu yang berbeda. Dikarenakan fenomena yang terjadi, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS PENGARUH BI RATE DAN JUMLAH UANG BEREDAR (M2) TERHADAP KURS DOLAR AS ATAS RUPIAH TAHUN 2005- 2021”
Metode Penelitian
Penelitian ini di lakukan di negaraa Indonesia dan mengunakan data time series dari tahun 2005 hingga 2021, Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik, serta data nilai tukar dolar terhadap rupiah, BI rate dan jumlah uang beredar.
Adapun alasan penelitian ini mengunakan data sekunder dikarenakan penelitian ini bersifat makro, sehingga data sekunder dilakukan karena data telah tersedia di instansi terkait dan mudah dalam memperolehnya. Selain itu penelitian ini juga mengambil data dari laporan terdahulu, artikel, dan tulisan lain.
Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi pustaka dan dokumentasi.
Data nilai tukar yang digunakan dalam penelitian ini adalah data nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah Indonesia.
Data tersebut berasal dari Statistik Keuangan dan Ekonomi Indonesia. Birate dan uang beredar merupakan variabel independen dalam penelitian ini. dimana nilai tukar BI dan JUB mempengaruhi nilai variabel terikat yaitu nilai tukar.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif. Analisis regresi digunakan dalam pendekatan error-corrected model atau error- corrected model (ECM) untuk menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi nilai tukar.
Model Kompensasi (ECM). Alat analisis yang digunakan untuk mengolah data dalam penelitian ini adalah penggunaan software Eviews 10.
Hasil dan Pembahasan
Uji Stasioneritas (Uji Akar Unit)
Tabel 2 Hasil Uji Stasioner pada tingkat level variabel BI Rate dan Jumlah Uang Beredar terhadap Kurs Dolar atas Rupiah
Sumber: Data Olahan, 2022
Dari Tabel 2 terlihat uji stasioneritas variabel dari nilai tukar, BI rate, dan jumlah uang beredar memberikan nilai probabilitas sebesar 0,8304, 0,0892, dan 0,6980.
Berdasarkan hasil uji stasioner pada tingkat level dengan nilai kritis Mackinnon 0,05 (<5%) menunjukkan masih terdapat variabel yang belum stasioner dan penelitian ini bisa dilanjutkan ke ECM. Uji derajat integrasi di perlukan karena semua variabel pada tingkat level tidak stasioner. Uji integrasi dilakukan untuk melihat pada level berapa variabel tersebut stasioner. Semua variabel diuji dengan menguji integrasi pada perbedaan tingkat pertama dan perbedaan tingkat kedua. Hasil dari uji pada derajat integrasi sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Uji Stasioner pada tingkat first difference variable BI Rate dan Jumlah
Uang Beredar terhadap Kurs Dolar atas Rupiah
Sumber: Data Olahan, 2022
Berdasarkan tabel 3 variabel kurs dan BI Rate memperlihatkan bahwasannya sudah stasioner pada tingkat first difference, dan dapat dibuktikan dengan nilai dari probabilitas dari msing masing variabel sebesar 0.0066 dan 0.0044 dan menunjukkan nilai dibawah 0.05.
Sedangkan variabel jumlah uang beredar belum stasioner dan dapat di buktikan dengan nilai probabilitas sebesar 0.5074. uji derajat integrasi pada tingkat second difference di lakukan di karenak adanya variabel yang tidak stasioner. Adapun hasil dari derajat integrasi pada tingkat second difference ialah sebagai berikut:
Tabel 4 Hasil Uji Stasioner pada tingkat second difference variable BI Rate dan Jumlah Uang Beredar terhadap Kurs Dolar
atas Rupiah
Sumber: Data Olahan, 2022
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa semua variabel sudah stasioner pada tingkat second difference. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai probabilitas masing- masing variabel kurs, bi rate, dan jumlah uang beredar sebesar 0.0002, 0.0007, dan 0.0186 sudah menunjukkan nilai dibawah dari 0.05.
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel telah stasioner pada tingkat second difference.
Hasil Uji Kointegrasi
Tabel 5 Hasil Persamaan Jangka Panjang
Sumber: Data Olahan, 2022
Berdasarkan Tabel 5 di atas, hasil persamaan regresi jangka panjang adalah:
KURS = -73.0792604149 + 0.606135402424*BIR +
12.3571613405*JUB
Berdasarkan Tabel 5 di atas, variabel birate dan jumlah uang beredar berpengaruh besar terhadap nilai tukar. Hasil analisis persamaan jangka panjang adalah pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat:
a. Hasil analisis statistik untuk variabel BI Rate diketahui bahwa koefisien BI Rate bernilai positif sebesar 0.606135 dengan probabilitasnya sebesar 0.0016 (>5%).
Artinya, BI Rate jangka panjang setiap kenaikan 1% BI Rate maka perubahan yang akan terjadi 0.606320 terhadap kurs.
b. Hasil dari analisis statistik variabel JUB dapat diketahui bahwasannya koefisien regresi memiliki nilai positif sebesar 12.357161 dengan probalititasnya 0.0000
(>5%). Artinya dalam jangka panjang JUB akan berdampak positif pada nilai tukar, hal ini berarti apabila JUB naik Rp.1 Miliar maka kurs akan berubah sebesar 12.357161.
c. Nilai kostanta dalam pemodelan adalah sebesar -73.07926 dengan nilai probabilitas konstanta adalah 0.0000 (>5%). Hal ini berarti bahwa konstan.
d. Nilai R-squared dalam jangka panjang estimasi estimasi dari hasil persamaan sebesar 0.886794. Artinya model nilai tukar BI Rate dan JUB mempengaruhi variabel bebas sebesar 89.5%, sedangkan 11.5% variabel lain diluar persamaan.
e. Hasil estimasi jangka panjang memiliki nilai F-statistik sebesar 54,83398 dan nilai probabilitas 0,000000. Jika nilai ini kurang dari 5% dari tingkat signifikansi.
Setelah melakukan analisis persamaan jangka panjang dapat diperoleh nilai residual (ECT). Selanjutnya, uji kondisi tunak residu ini (ECT) dengan melakukan uji kondisi tunak untuk melihat apakah residu (ECT) stabil pada level-level. Berikut adalah hasil uji stasioneritas residual:sebagai berikut :
Tabel 6 Hasil Uji Stasioner pada Nilai Residual (ECT)
Sumber: Data Olahan, 2022
Dapat diliahat pada tabel 6 nilai probabilitas dari persamaan residual yang di bentuk adalah 0,0473 kurang dari 0,05 berarti variabel ECT berada pada tingkat level yang sudah stasioner dan dapat di simpulkan terjadinya hubungan antara kointergrasi antara keseluruhan variabel yang di ikutsertakan dalam model Y (Kurs). Dapat di definisikan bahwasannya terjadi keseimbangan atau stabilitas jangka panjang antar variabel, sehingga dapat dilanjutkan dengan tahapan pembentukan ECM.
Hasil Persamaan Jangka Pendek (Uji Error Correction Model)
Tabel 7 Hasil Analisi Jangka Pendek
Sumber: Data Olahan, 2022
Berdasarkan tabel 7 diperoleh hasil persamaan regresi jangka panjang sebagai berikut:
KURS=-0.0442222768585 + 0.607754232977*BIR +
21.393730264*JUB- 0.632969775105*ECT(-1)
Dapat dilihat bahwasannya pada tabel 7 variabel BI Rate dan JUB berpengaruh secara siknifikan terhdap nilai tukar. Hasil dari analisis persamaan pengaruh variabel independen dalam jangka panjang adalah:
a. Hasil analisis statistik untuk variabel Bi Rate diketahui bahwa koefisien BI Rate bernilai positif sebesar 0.607754 dengan probabilitasnya sebesar 0.0000 (>5%).
Artinya, BI rate memiliki dampak positif jangka panjang terhadap nilai tukar. Untuk setiap kenaikan 1% BI rate, nilai tukar berubah sebesar 0,607754.
b. Hasil dari analisis statistik untuk variabel JUB dapat diketahui bahwasannya koefisien regresi mempunyai nilai yang positif sebesar 21.39373 dengan probalititasnya 0.2213 (<5%).
c. Nilai kostanta dalam pemodelan adalah sebesar -0.044222 dengan nilai probabilitas konstanta adalah 0.8024 (<5%). Artinya konstanta tersebut tidak mempengaruhi nilai tukar jangka pendek.
d. Nilai R-squared sebesar 0.841749 dari hasil estimasi persamaan jangka pendek artinya variabel bebas yakni BI rate dan JUB dapat mempengaruhi nilai tukar sebesar 84%
sedangkan 16% sisanya di jelaskan oleh variabel lain diluar persamaan.
e. F- statistic dari estimasi jangka panjang menunjukkan hasil sebesar 19. 50321 serta sebesar 0,000104 nilai dari probabilitasnya, dimana nilai tersebut lebih kecil dari taraf nyata 5%.
f. Estimasi negatif dan signifikan dari koefisien error correction term (ECT-1)
berarti spesifikasi model yang digunakan sudah benar, menunjukkan bahwa model ECM yang digunakan dalam penelitian ini valid (Widarjono,2013:323).
Pembahasan
Pengaruh BI Rate Terhadap Nilai Tukar Dalam jangka panjang, terdapat korelasi positif yang signifikan antara nilai tukar BI dengan nilai tukar Rupiah. Buktikan dengan koefisien 0,606320 dan nilai probabilitas 0,0024. Hasil pengujian jangka pendek menunjukkan bahwa nilai tukar BI berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dengan koefisien sebesar 0,614788 dan probabilitas sebesar 0,0000.
Artinya nilai tukar BI mempengaruhi nilai tukar Rupiah jangka panjang dan jangka pendek.
Pengaruh Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar
Hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa mata uang yang beredar memiliki hubungan yang positif dan signifikan dengan nilai tukar Rupiah dalam jangka panjang. Hal ini dibuktikan dengan koefisien sebesar 12,35336 dan nilai probabilitas sebesar 0,0000. Hasil pengujian JUB berdampak positif namun tidak signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dalam jangka pendek, dengan koefisien 23,55012 dan probabilitas 0,1978.
Simpulan Dan Saran Simpulan
Berdasarkan dari analisisn dan perhitungan yang di lakukan maka peneliti dapat menarik kesimpulan dengan mengunakan Error Correction Model (ECM) ialah:
1. Floating BI rate berpengaruh positif dari nilai tukar baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Artinya jika BI Rate naik maka nilai tukar juga akan naik, yang akan berdampak besar terhadap arus kas suatu negara, dan juga akan mempengaruhi hubungan supply and demand nilai tukar mata uang.
2. Variabel JUB berpengaruh positif terhadap nilai tukar rupiah dalam jangka panjang, tetapi nilai tukar rupiah jangka pendek tidak berpengaruh terhadap jumlah uang
beredar. Dalam perekonomian suatu negara, peredaran mata uang dapat meningkatkan harga komoditas yang diukur dalam satuan mata uang.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, kami dapat memberikan saran sebagai berikut:
1. Bahwa otoritas moneter agar memperhatikan dalam mengambil keputusan pada kebijakan tingkat suku bungan BI Rate, karena tingkat suku bunga BI Rate dapat mempengaruhi nilai tukar. Oleh kerena itu otoritas moneter harus membuat perekonomian semakin membaik dengan mengendalikan tingkat suku bunga yang tepat agar nilai tukar dapat terapresiasi.
2. Penelitian ini menyimpulkan bahwa JUB meningkatkan nilai tukar dolar baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Sebagai pemegang otoritas moneter di Indonesia, Bank Indonesia perlu menjaga ketatnya pengawasan terhadap uang yang beredar.
3. Pemerintah di harapkan lebih memperhatikan arah dari kebijakan makro ekonomi dikarenakan niilai tukar dari rupiah secara langsung di pengaruhi oleh faktor makro ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, I., & Giana, H. (2009). Membuka Cakrawala Ekonomi. PT Setia Purna.
Jakarta.
Astuti, Dewi Yuni. (2014). “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga (BI Rate) Dan Nilai Impor Terhadap Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Periode 2009-2013”. FE Univesitas Negeri Medan, Medan.
Atmadja, L. S. (2002). Manajemen Keuangan.
Edisi Revisi. ANDI. Yogyakarta.
Bank Indonesia, (2011). Kajian Stabilitas Keuangan.
Bank Indonesia, (2013). Kajian Stabilitas Keuangan.
Bank Indonesia, (2015). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia.
Basri, F dan H.Munandar. (2010). Dasar- Dasar Ekonomi Internasional:
Pengenalan dan Aplikasi Metode
Kuantitatif. Edisi Pertama. Kencana:
Jakarta.
Djulius, Horas & Nurdiansyah, Yudi. (2014).
“Keseimbangan Jangka Pendek dan Jangka Panjang Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika”. FE Universitas Pasundan, Bandung.
Gilarso, T. (2004). Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Kanisius: Yogyakarta.
Krugman, Paul. (2005). Ekonomi Internasional: Teori dan Kebijakan.
Jilid satu. PT Indeks. Jakarta.
Manurung, Mandala dan Pratama Rahardja.
(2004). Uang, Perbankan, Dan Ekonomi Moneter. Jakarta. Lembaga Penerbit FEUI.
Mankiw, N. Gregory. (2003). Teori Makro Ekonomi. Edisi kelima. Jakarta:
Erlangga.
Mankiw, N. Gregory. (2006). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Edisi ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Marina & Amiruddi. (2016). “Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi Dan Jumlah Uang Beredar Terhadap Nilai Tukar Rupiah di Indonesia”. Jurnal Ekonomi, Vol.3 No.1.
Muchalas, Zainul dan Alamsyah, Agus Rahman. (2015). “Faktor-faktor yang mempengaruhi kurs rupiah terhadap dolar amerika pasca krisis (2000- 2010)”. Jurnal JIBEKA. Vol.9 No.1.
Nilawati. (2000). “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah,Cadangan Devisa dan Angka Penggandaan Uang Terhadap Perkembangan Jumlah Uang Beredar di Indonesia”. Jurnal Bisnis dan Akuntansi. Vol.2 No.2.
Sukirno, Sadono. (2004). Makroekonomi Teori Pengantar. Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Triyono.(2008). “Analisis Perubahan Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika”.
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol 9. No. 2 Desember 2008.
Widarjono, Agus. (2013). Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya. UPP STIM, YKPN. Yogyakarta.
Widayatsari, Any, Anthony Mayes. (2012).
Ekonomi Moneter II. Pekanbaru:
Cendikian Insan