• Tidak ada hasil yang ditemukan

Shortening (Studi Kasus: PT. XYZ)

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Shortening (Studi Kasus: PT. XYZ) "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Penyebab Kecacatan Kemasan Minyak Kelapa Sawit Menggunakan Metode FMEA dan FTA pada Departemen

Shortening (Studi Kasus: PT. XYZ)

Amiril Mukminin1, Said Salim Dahda2*

1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Muhammadiyah Gresik, Indonesia Jl. Sumatera 101 GKB Gresik, 61121

*Koresponden email: said_salim@umg.ac.id

Diterima: 16 Agustus 2022 Disetujui: 9 September 2022

Abstract

Quality control is a part that must be taken into account by every company in a developing era like today.

Pt. XYZ is a company that produces palm oil. Types of defects in the packaging in PT. XYZ includes uneven packaging prints, packaging not tightly closed, peeling brand glue. From the three packaging defects, an analysis was carried out using the FMEA and FTA methods so that the quality of the product was even better by providing proposed improvements at the stage that was considered a failure. The highest RPN value is in the defect of peeling brand glue, with an RPN value of 168, the number of defects in a period of 6 months is 3949 pcs. This is carried out by FTA analysis so that the cause is known to be the lack of rest hours for workers, stuffy rooms, the absence of comfortable facilities, and workers must complete their work quickly so that it requires very extra accuracy. The proposed improvements for peeling brand glue are to provide sufficient rest hours, provide special training to workers, change the layout of the room or add a room so that it is not stuffy, and facilitate a blower or fan that is sufficient for the glue to dry quickly.

Keywords: quality control, defect product, FMEA, FTA, check sheet

Abstrak

Pengendalian kualitas merupakan bagian yang harus diperhitungkan oleh setiap perusahaan di era yang berkembang seperti saat ini. PT. XYZ merupakan perusahaan yang memproduksi minyak kelapa sawit.

Jenis kecacatan pada kemasan di PT.XYZ diantaranya, print kemasan tidak rata, kemasan tidak tertutup rapat, lem merk mengelupas. Dari ketiga cacat kemasan tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan metode FMEA dan FTA supaya kualitas dari produk lebih baik lagi dengan memberikan usulan perbaikan pada tahap yang dianggap gagal. Nilai RPN tertinggi ada pada kecacatan lem merk mengelupas, dengan nilai RPN 168, jumlah kecacatan dalam kurun waktu 6 bulan sebanyak 3949 pcs. Hal tersebut di lakukan analisis FTA sehingga diketahui penyebab - penyebabnya adalah kurangnya jam istirahat untuk pekerja, ruangan yang pengap, tidak adanya fasilitas yang memadai, dan pekerja harus menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat sehingga memerlukan ketelitian yang sangat ekstra. Usulan perbaikan untuk lem merk mengelupas ialah dengan memberikan jam istirahat yang cukup, memberikan pelatihan khusus kepada pekerja, merubah layout ruangan atau menambahkan ruangan agar tidak pengap, dan memfasilitasi blower ataupun kipas angina yang cukup agar lem cepat mengering.

Kata Kunci: pengendalian kualitas, kecacatan produk, FMEA, FTA, check sheet

1. Pendahuluan

Persaingan ketat oleh produsen – produsen maupun pelaku usaha terhadap dunia industri yang berkembang sangat pesat seperti saat ini, sangat dibutuhkan pola sistem industri yang dinamis [1].

Pengendalian kualitas dapat diartikan standarisasi yang telah ditentukan oleh perusahaan guna untuk meminimalisir tingkat kecacatan pada produk [2]. Adapula hubungan antara kualitas produk dan pelanggan memiliki korelasi yang sangat erat, dikarenakan kenyamanan pelanggan terhadap produk dengan kualitas baik membuat pelanggan percaya terhadap perusahaan tersebut [3]. Pemenuhan kebutuhan pelanggan terhadap kualitas produk, membuat perusahaan memiliki standarisasi tertentu untuk dapat mencapai produk dengan kualitas terbaiknya [4]. Selain itu, pengendalian kualitas secara internal juga memiliki fungsi sebagai salah satu cara menekan nilai ekonomis pada produksi dengan mengurangi atau meminimalisir kecacatan atau kesalahan - kesalahan pada produk, sehingga perusahaan tidak rugi terhadap waktu maupun cost produksi [5].

(2)

Perusahaan pada penelitian kali ini bergerak dibidang manufaktur dengan memproduksi minyak kelapa sawit. Perusahaan tersebut telah bergelut di dunia industri kurang lebih selama tujuh tahun. Dalam proses berkembangnya perusahaan tersebut tentu memiliki permasalahan yang dihasilkan. Permasalahan yang dialami salah satunya adalah kecacatan pada kemasan. Kecacatan pada kemasan di bagian shortening sering terjadi diakibatkan kesalahan pada karyawan atau human error dan mesin yang tidak terawat. Maka perlu adanya identifikasi penyebab terjadinya human error dan mesin yang tidak terawat tersebut agar ke depannya perusahaan dapat berjalan lebih baik lagi. Dengan adanya kecacatan pada kemasan tersebut tentu menimbulkan dampak yang signifikan dan perlu adanya perbaikan kualitas pada kemasan minyak kelapa sawit.

Adapula metode yang akan digunakan dalam penelitian kali ini ialah dengan menggunakan metode FMEA dan dengan metode FTA, secara umum bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab kecacatan pada kemasan dibagian shortening. FMEA bertujuan untuk mengidentifikasi penyebab terjadinya kecacatan melalui nilai RPN tertinggi dan FTA bertujuan untuk menganalisis penyebab kecacatan kemasan minyak kelapa sawit hingga pada akar rumputnya. FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) merupakan sebuah alat pengendalian kualitas yang sistematik dengan bantuan alat seperti tabel guna untuk mendeteksi mode kegagalan dan dampak dari kecacatan suatu produk [6]. FMEA juga dapat diartikan sebagai cara tempuh dalam proses mengidentifikasi dan pencegahan terhadap kemungkinan kegagalan yang terjadi [7]. Dalam FMEA juga terdapat tahapan mengurutkan sesuai nilai atau prioritas RPN (Risk Priority Number) guna untuk mengetahui prioritas yang memiliki potensi kegagalan tertinggi [8]. FMEA merupakan sebuah metodologi yang bertujuan untuk mengevaluasi kegagalan yang telah dialami, dapat dilakukan dengan penentuan nilai RPN yang didapat dari severity (S), occurrence (O), detection (D) [9],[10].

FTA (Fault Tree Analysis) merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencari peran yang memungkinkan dapat menyebabkan terjadinya suatu kegagalan [11]. Adapula pengertian dari FTA ialah sebuah fault tree yang diilustrasikan sebagai pohon kesalahan terbagi bermacam – macam komponen dari top event – basic event [12]. FTA juga dapat didefinisikan sebagai metode yang melakukan pendekatan secara deduktif, dan juga dapat digunakan untuk mencari penyebab – penyebab terjadinya kegagalan, serta dapat memberikan suatu usulan perbaikan [13]. Adapula alat pengendalian kualitas check sheet yang berfungsi sebagai tabel pengumpulan data yang akan dianalisis [14].

Adanya penyebab kecacatan pada proses pengemasan pada perusahaan, maka penelitian kali ini bertujuan untuk mengetahui penyebab terjadinya kecacatan dengan nilai RPN tertinggi dan memberikan usulan perbaikan terhadap faktor penyebab terjadinya kecacatan pada proses pengemasan minyak kelapa sawit.

2. Metode Penelitian

Pada bagian ini penelitian dilakukan di PT. XYZ yang memproduksi minyak kelapa sawit. Penelitian ini berfokus pada bagian shortening, dikarenakan pada bagian tersebut terdapat kendala yang menyebabkan kecacatan pada kemasan minyak kelapa sawit. Adapula pengambilan sample report tiap bulannya dalam periode bulan Januari – Juni 2022. Adapula responden dalam penyebaran kuisioner kali ini yaitu disebarkan kepada kepala bagian ditiap bagian shortening meliputi bagian maintenance, kepala bagian print kemasan, kepala bagian quality control shortening, kepala bagian packing, dan kepala bagian warehouse. Kualifikasi untuk menentukan responden melalui peran. Dikarenakan yang mempunyai data penyebab maupun data kecacatan kemasan di bagian shortening adalah setiap kepala bagian, maka pengambilan data kuesioner melalui responden kepala bagian. Terdapat tahapan – tahapan yang dilalui dalam proses penelitian ini, seperti yang dipaparkan pada Gambar 1.

(3)

Gambar 1. Flowchart metode penelitian Sumber: Data diolah (2022)

Pada tahapan pengolahan data FMEA terdapat severity, occurrence, detection dimana 3 hal tersebut untuk rumus perhitungan menentukan nilai RPN.

Nilai RPN = S x O x D (1)

Severity (Tingkat keparahan)

Tahapan pertama dalam analisis FMEA adalah dengan menentukan peringkat berdasarkan kriteria dampak dari proses berikutnya. Severity merupakan efek ataupun dampak dari adanya suatu kegagalan.

Nilai severity atau tingkat keparahan dapat dilihat pada Tabel 1 beserta deskripsinya.

Tabel 1. Nilai severity

Deskripsi Severity Rating

Dampak yang memiliki risiko disebabkan dari kegagalan sistem Beresiko 10 Kesalahan pada sistem menyebabkan dampak yang serius Serius 9

Sistem tidak bekerja Sangat tinggi 8

Sistem bekerja namun tidak mampu beroperasi secara maksimal Tinggi 7 Sistem masih bisa bekerja dengan aman tetapi mengalami penurunan pada

kinerjanya Sedang 6

Kinerja mengalami penurunan secara bertahap Rendah 5

Dampak yang minim pada kinerja sistem Sangat rendah 4 Sedikit mempengaruhi pada kinerja sistem Berdampak kecil 3 Dampak yang tidak signifikan pada kinerja sistem Berdampak

sangat kecil 2

Tidak berpengaruh pada produk Tidak ada dampak 1

Sumber: [15]

(4)

Occurrence (Tingkat kejadian)

Occurrence adalah suatu peluang mode terjadinya kegagalan yang potensial dari suatu proses ataupun sistem. Nilai pada tingkat kejadian atau occurrence dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nilai Occurrence

Deskripsi Occurrence Rating

Sering gagal Sangat tinggi 10-9

Kegagalan Secara terus menerus Tinggi 8-7 Kegagalan sangat jarang terjadi Sedang 6-4 Kegagalan yang terjadi sangat kecil Rendah 3-2 Hampir tidak ada kegagalan Tidak berdampak 1

Sumber: [15]

Detectiom (Tingkat kemampuan deteksi)

Detection sendiri dapat diartikan sebagai pengendalian yang dilakukan terhadap suatu kegagalan yang terjadi. Nilai detection juga mempunyai nilai dengan keterangannya masing – masing. Penjelasan tersebut dapat dipaparkan pada Tabel 3.

Tabel 3. Nilai detection

Deskripsi Detection Rating

Inspeksi tidak sanggup mengetahui penyebab kegagalan potensial serta mode

kegagalan Tidak pasti 10

Inspeksi mempunyai probabilitas sangat kecil guna dapat mengetahui

penyebab kegagalan potensial serta mode kegagalan Sangat kecil 9 Inspeksi mempunyai probabilitas kecil guna dapat mengetahui penyebab

kegagalan potensial serta mode kegagalan Kecil 8

Inspeksi mempunyai probabilitas sangat rendah guna dapat mengetahui

penyebab kegagalan yang berpotensi serta mode kegagalan Sangat rendah 7 Inspeksi mempunyai probabilitas rendah guna dapat mengetahui penyebab

kegagalan yang berpotensi serta mode kegagalan Rendah 6 Inspeksi mempunyai probabilitas sedang guna mengetahui penyebab

kegagalan yang berpotensi serta mode kegagalan Sedang 5 Inspeksi mempunyai probabilitas menengah ke atas guna mengetahui

penyebab kegagalan yang berpotensi serta mode kegagalan Menengah ke atas 4 Inspeksi mempunyai probabilitas tinggi guna mengetahui penyebab kegagalan

yang berpotensi serta mode kegagalan Tinggi 3

Inspeksi mempunyai probabilitas sangat tinggi guna mengetahui penyebab

kegagalan yang berpotensi serta mode kegagalan Sangat tinggi 2 Inspeksi akan selalu mengetahui faktor kegagalan potensial serta mode

kegagalan Hampir pasti 1

Sumber: [15]

FTA (fault tree analysis) yang bertujuan untuk mencari faktor penyebab terjadinya kecacatan produk dari top event – basic event. Setelah itu dilakukan pemberian pengendalian terhadap kegagalan tersebut.

Metode FTA sendiri digunakan untuk mencari akar permasalahan dengan menggunakan diagram pohon.

Suatu penyebab kecacatan produk akan di breakdown penyebabnya dengan simbol yang memiliki arti or atau and [12].

3. Hasil dan Pembahasan

Pada bagian hasil dan pembahasan yang pertama digunakan alat bantu pengendalian kualitas yakni check sheet. Dalam check sheet bertujuan untuk mengelompokkan maupun pengumpulan data kecacatan produk selama periode bulan Januari – Juni 2022, seperti yang dijelaskan pada Tabel 4.

(5)

Tabel 4. Check sheet defect product (Januari – Juni 2022)

Tahun Bulan Jumlah produksi

Jenis Kecacatan

Jumlah produk cacat Print kemasan %

tidak rata

kemasan tidak tertutup rapat

lem merk mengelupas

2022

Januari 37200 425 460 695 1580 4.25%

Februari 34800 390 457 574 1421 4.08%

Maret 37200 437 472 710 1619 4.35%

April 36000 402 415 625 1442 4.01%

Mei 37200 422 475 712 1609 4.33%

Juni 36000 470 410 633 1513 4.20%

Jumlah 218400 2546 2689 3949 9184 4.21%

Rata - rata 36400 424.33 448.17 658.2 1530.67

Sumber: Data diolah (2022)

Hasil dari Tabel 4 menjelaskan bahwa PT. XYZ tiap bulannya rata-rata memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 36.400 pcs dan selama 6 bulan total produksinya adalah 218.400 pcs, dengan total cacat pada print kemasan tidak rata sebesar 2546 pcs, total kecacatan pada kemasan tidak tertutup rapat sebesar 2689 pcs dan total kecacatan pada lem merk mengelupas sebesar 3949 pcs.

Ditinjau dari hasil pengelompokan data Tabel 4, kecacatan kemasan melampaui batas yang telah ditetapkan oleh PT. XYZ maka dari itu perlu adanya identifikasi penyebab terjadinya masalah atau kecacatan pada kemasan dengan penggunaan metode FMEA diperlukan untuk mengetahui kegagalan dan pengendalian yang akan dilakukan. Penentuan pada penyebab adanya kecacatan berdasarkan pada proses brainstorming, seperti yang dipaparkan oleh Tabel 5.

Tabel 5. Penyebab kegagalan

Jenis Kegagalan Penyebab Kegagalan

Print packaging tidak rata Human error Mesin print macet Packaging tidak tertutup rapat

Human error Mesin press delay

Bahan baku tidak sesuai ukuran Lem merk mengelupas

Human error

Lingkungan terlalu panas

Penataan packing tidak sesuai SOP Sumber: Data diolah (2022)

Tabel 5 merupakan suatu gambaran secara deskriptif penyebab – penyebab terjadinya kecacatan pada kemasan di PT. XYZ.

Analisis FMEA

Pada bagian ini dilakukan perhitungan analisis FMEA terhadap penyebab – penyebab terjadinya cacat kemasan dengan mencari nilai RPN dari masing-masing penyebab maupun pengendalian, seperti yang dipaparkan pada Tabel 6 - 8.

Tabel 6. Analisis FMEA print kemasan tidak rata

Jenis Kegagalan

Severity (S)

Penyebab Kegagalan

Occurrence

(O) Pengendalian Detection

(D)

Nilai RPN (Risk Priority Number) Print

kemasan tidak rata

6

Human error 4 Memberikan jam istirahat yang

cukup 4 96

Mesin print macet 3 Penjadwalan pengecekan atau maintenance pada mesin printing

secara berkala

4 72

Sumber: Data diolah (2022)

(6)

Pada Tabel 6, dijelaskan bahwa pada kecacatan print kemasan tidak rata mempunyai hasil dari kuesioner dengan nilai (S) severity sebesar 6, (O) occurrence sebesar 4, dan (D) detection sebesar 4. Maka pada kecacatan ini menghasilkan nilai RPN 96, untuk penyebab kegagalan human error. Untuk hasil nilai RPN pada penyebab kegagalan mesin print macet mempunyai nilai (S) severity 6, (O) occurrence 3, dan (D) detection 4. Maka nilai RPN yang disebabkan oleh mesin print macet sebesar 72.

Tabel 7. Analisis FMEA kemasan tidak tertutup rapat Jenis

Kegagalan

Severity (S)

Penyebab Kegagalan

Occurrence

(O) Pengendalian Detection

(D)

Nilai RPN (Risk Priority Number)

Kemasan tidak tertutup

rapat

6

Human error 4 Memberikan jam istirahat

yang cukup 6 144

Mesin press

delay 6

Melakukan pengecekan operating machine sebelum

produksi

4 144

Bahan baku tidak sesuai

ukuran

3 Melakukan pelatihan kepada

bagian quality control 4 72 Sumber: Data diolah (2022)

Pada Tabel 7, merupakan hasil analisis FMEA pada kecacatan kemasan tidak tertutup rapat mempunyai hasil dari kuesioner dengan nilai (S) severity sebesar 6, (O) occurrence sebesar 6, dan (D) detection sebesar 4. Maka pada kecacatan ini menghasilkan nilai RPN 144 untuk penyebab kegagalan mesin press delay. Pada penyebab kegagalan human error dapat diketahui nilai (S) severity 6, (O) occurrence sebesar 4, dan (D) detection sebesar 6 total nilai RPN 144. Pada penyebab kegagalan bahan baku tidak sesuai ukuran dapat diketahui nilai (S) severity 6, (O) occurrence sebesar 3, dan (D) detection sebesar 4 total nilai RPN 72.

Tabel 8. Analisis FMEA lem merk mengelupas Jenis

Kegagalan

Severity (S)

Penyebab Kegagalan

Occurrence

(O) Pengendalian Detection

(D)

Nilai RPN (Risk Priority Number)

Lem merk mengelupas 7

Human error 4 Memberikan jam istirahat

yang cukup 4 112

Lingkungan

terlalu panas 4

Memberikan blower atau kipas angin pada bagian

penempelan merk

6 168

Penataan kemasan tidak

sesuai SOP

3 Melakukan pelatihan pada

karyawan 4 84

Sumber: Data diolah (2022)

Pada Tabel 8, juga memaparkan hasil analisis FMEA pada lem merk mengelupas mempunyai hasil dari kuesioner dengan nilai (S) severity sebesar 7, (O) occurrence sebesar 4, dan (D) detection sebesar 6.

Maka pada kecacatan ini menghasilkan nilai RPN 168 untuk penyebab kegagalan lingkungan terlalu panas.

Pada penyebab kegagalan human error dapat diketahui nilai (S) severity 7, (O) occurrence sebesar 4, dan (D) detection sebesar 4 total nilai RPN 112. Pada penyebab kegagalan penataan kemasan tidak sesuai SOP dapat diketahui nilai (S) severity 7, (O) occurrence sebesar 3, dan (D) detection sebesar 4 total nilai RPN 84.

(7)

Nilai RPN (Risk Priority Number)

Nilai RPN merupakan hasil dari perhitungan perkalian antara severity (S), occurrence (O), dan detection (D). Pada bagian ini pula hasil nilai RPN setiap kegagalan diurutkan berdasarkan nilai RPN tertinggi. Nilai RPN dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Nilai RPN

No. Jenis kegagalan Penyebab Kegagalan Pengendalian S O D Nilai RPN Priority

1. Print kemasan tidak rata

Human error Memberikan jam istirahat yang cukup

6

4 4 96 5

Mesin print macet

Penjadwalan pengecekan atau maintenance pada mesin printing

secara berkala

3 4 72 6

2. Kemasan tidak tertutup rapat

Human error Memberikan jam istirahat yang cukup

6

4 6 144 3

Mesin press delay

Melakukan pengecekan operating machine sebelum

produksi

6 4 144 2

Bahan baku tidak sesuai ukuran

Melakukan pelatihan kepada

bagian quality control 3 4 72 7

3. Lem merk mengelupas

Human error Memberikan jam istirahat yang cukup

7

4 4 112 4

Lingkungan terlalu panas

Memberikan blower atau kipas angin pada bagian penempelan

merk

4 6 168 1

Penataan kemasan tidak sesuai SOP

Melakukan pelatihan pada

karyawan 3 4 84 8

Sumber: Data diolah (2022)

Dari hasil Tabel 9, nilai RPN yang mempunyai nilai tertinggi adalah pada kecacatan lem merk mengelupas sebesar 168 dengan penyebab kegagalan lingkungan terlalu panas, dan dengan pengendalian memberikan blower atau kipas angin pada bagian penempelan merk.

FTA (Fault Tree Analysis)

Setelah mengetahui nilai RPN dari tiap kegagalan maka penelitian ini mengintegrasikan dengan metode FTA (Fault Tree Analysis). Dimana metode ini akan mencari akar permasalahan dari penyebab – penyebab kegagalan secara terperinci dari top event – basic event. Diagram FTA dapat dilihat pada Gambar 2, 3 dan 4.

(8)

Gambar 2. Fault Tree Analysis print packaging tidak rata Sumber: Data diolah (2022)

(9)

Gambar 3. Fault Tree Analysis packaging tidak tertutup rapat Sumber: Data diolah (2022)

(10)

Gambar 4. Fault tree analysis lem merk mengelupas Sumber: Data diolah (2022)

Dari Gambar 2, 3, dan 4 menjelaskan bahwa setiap defect product mempunyai penyebabnya masing masing. Pada FTA telah menjabarkan dari top event jenis kecacatan print packaging tidak rata, packaging tidak tertutup rapat, dan lem merk mengelupas hingga sampai pada akar permasalahan atau basic event.

Setelah diketahui secara keseluruhan akar permasalahannya, selanjutnya ialah memberikan usulan perbaikan kepada kecacatan yang memiliki nilai RPN tertinggi.

Tabel 10. Usulan perbaikan nilai RPN tertinggi Jenis

Kecacatan Penyebab kegagalan Usulan Perbaikan

Lem merk mengelupas

Human error Pekerja kelelahan Melakukan pelatihan khusus kepada pekerja pekerja tidak fokus Memberikan jam istirahat

yang cukup Lingkungan terlalu panas Ruangan terlalu sempit

Merubah layout ruangan atau menambahkan

ruangan agar tidak pengap Ruangan pengap

Memberikan fasilitas blower atau kipas angin

yang cukup Penataan packing tidak sesuai

SOP Aliran conveyor belt lama

Pekerja kejar target

Sumber: Data diolah (2022)

Tabel 10 menjelaskan, bahwasanya kecacatan pada lem merk mengelupas disebabkan oleh beberapa

(11)

merubah layout ruangan atau menambahkan ruangan agar tidak pengap, dan memberikan fasilitas seperti blower ataupun kipas angin yang cukup.

4. Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan pada PT. XYZ terdapat 3 kecacatan yakni, cacat print packaging tidak rata, packaging tidak tertutup rapat, dan lem merk mengelupas. PT. XYZ dalam kurun waktu periode 6 bulan memproduksi minyak kelapa sawit sebanyak 218.400 pcs, dan mengalami kecacatan pada cacat print packaging tidak rata 2546 pcs, packaging tidak tertutup rapat 2689 pcs, dan lem merk mengelupas 3949 pcs, total keseluruhan produk cacat adalah sebesar 9184 pcs selama bulan Januari- Juni 2022.

Berdasarkan dari hasil kuesioner yang disebar untuk analisis FMEA, pada cacat print packaging tidak rata menghasilkan nilai RPN sebesar 96, packaging tidak tertutup rapat dengan nilai RPN sebesar 144, dan lem merk mengelupas dengan nilai RPN sebesar 168. Faktor manusia, lingkungan dan mesin merupakan faktor penyebab terbesar dalam kegagalan ini. Hasil FTA menjelaskan bahwa berdasarkan nilai RPN tertinggi yaitu cacat pada lem merk mengelupas disebabkan, faktor manusia yang kelelahan, tidak fokus, kejar target, dan ini semua tentu membutuhkan istirahat yang cukup dan keahlian khusus. Tidak hanya itu faktor lingkungan seperti, ruangan pengap, ruangan tidak memenuhi kapasitas, minim blower atau kipas angin, membuat lem pada merk susah mengering dengan cepat.

Usulan perbaikan untuk lem merk mengelupas adalah dengan melakukan pelatihan khusus kepada pekerja, memberikan jam istirahat yang cukup, merubah layout ruangan atau menambahkan ruangan agar tidak pengap, dan memberikan fasilitas blower atau kipas angin yang cukup.

5. Referensi

[1] N. Suhartini, “Penerapan Metode Statistical Proses Control (SPC) Dalam Mengidentifikasi Faktor Penyebab Utama Kecacatan Pada Proses Produksi Produk Abc,” J. Ilm. Teknol. dan Rekayasa, vol.

25, no. 1, pp. 10–23, 2020, doi: 10.35760/tr.2020.v25i1.2565.

[2] D. P. Sari, K. F. Marpaung, T. Calvin, and N. U. Handayani, “Analisis Penyebab Cacat Menggunakan Metode FMEA Dan FTA Pada Departemen Final Sanding PT Ebako Nusantara,”

Pros. Semin. Nas. Sains dan Teknol., pp. 125–130, 2018.

[3] S. F. Zahari and C. Ahmad, “Analisis Pengendalian Kualitas Produk Celana di PT. Alpina Menggunakan Peta Kendali dan FMEA,” Pros. Ind. Eng. Natl. Conf., pp. 200–206, 2020.

[4] I. Razak, “Pengaruh Kualitas Produk terhadap,” J. Manaj. Bisnis Krisnadwipayana, vol. 7, no. 2, pp. 7–8, 2019.

[5] J. Radianza and I. Mashabai, “Analisa Pengendalian Kualitas Produksi Dengan Menggunakan Metode Seven Tools Quality Di PT. Borsya Cipta Communica,” JITSA J. Ind. Teknol. Samawa, vol.

1, no. 1, pp. 17–21, 2020, [Online]. Available:

https://jurnal.uts.ac.id/index.php/jitsa/article/view/583

[6] A. Muhazir, Z. Sinaga, and A. A. Yusanto, “Analisis Penurunan Defect Pada Proses Manufaktur Komponen Kendaraan Bermotor Dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA).,” J.

Kaji. Tek. Mesin, vol. 5, no. 2, pp. 66–77, 2020, doi: 10.52447/jktm.v5i2.2955.

[7] I. Masrofah and H. Firdaus, “Analisis Cacat Produk Baju Muslim Di Pd. Yarico Collection Menggunakan Metode Failure Mode And Effect Analysis,” J. Media Tek. dan Sist. Ind., vol. 2, no.

2, p. 43, 2018, doi: 10.35194/jmtsi.v2i2.404.

[8] M. Basori and S. Supriyadi, “Analisis Pengendalian Kualitas Cetakan Packaging dengan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA),” Pros. Semin. Nas. Ris. Ter. SENASSET, pp. 158–163, 2017, [Online]. Available: https://e-jurnal.lppmunsera.org/index.php/senasset/article/view/442 [9] M. B. Anthony, “Analisis Penyebab Kerusakan Hot Rooler Table dengan Menggunakan Metode

Failure Mode And Effect Analysis (FMEA),” J. INTECH Tek. Ind. Univ. Serang Raya, vol. 4, no.

1, p. 1, 2018, doi: 10.30656/intech.v4i1.851.

[10] P. Irawan July, S. Imam, and A. Mustaniroh Siti, “Model Analisis dan Strategi Mitigasi Risiko Produksi Keripik Tempe,” Ind. J. Teknol. dan Manaj. Agroindustri, vol. 6, no. 2, pp. 88–96, 2017.

[11] D. Dananjaya, D. Hetharia, and S. Adisuwiryo, “Perbaikan Kualitas Produk Nestable 100 di PT.

Cahaya Metal Perkasa,” J. Tek. Ind., vol. 10, no. 3, pp. 266–274, 2020, doi: 10.25105/jti.v10i3.8427.

[12] R. Y. Hanif, H. S. Rukmi, and S. Susanty, “Perbaikan Kualitas Produk Keraton Luxury di PT.X dengan Menggunakan Metode Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dan Fault Tree Analysis (FTA),” J. Online Inst. Teknol. Nas. Juli, vol. 03, no. 03, pp. 137–147, 2015.

(12)

[13] A. A. Hidayat, “Analisis Program Keselamatan Kerja dalam Usaha Meningkatkan Produktivitas Kerja dengan Pendekatan HIRARC dan FTA ( Studi Kasus : PT Mitra Karsa Utama ),” Sci. J. Ind.

Eng., vol. 1, no. 2, pp. 1–6, 2020.

[14] T. P. Matondang and M. M. Ulkhaq, “Aplikasi Seven Tools untuk Mengurangi Cacat Produk White Body pada Mesin Roller,” J. Sist. dan Manaj. Ind., vol. 2, no. 2, p. 59, 2018, doi:

10.30656/jsmi.v2i2.681.

[15] B. A. C. Putra, “Risk Assessment Alat Produksi Gula Cane Knife Pada Stasiun Gilingan Di PT. X,”

Indones. J. Occup. Saf. Heal., vol. 7, no. 3, p. 273, 2019, doi: 10.20473/ijosh.v7i3.2018.273-281.

Referensi

Dokumen terkait

“Strategies For Delivering Islamic Religious Education Learning Materials in The Post-Truth Era.” NUANSA: Jurnal Penelitian Ilmu Sosial Dan Keagamaan Islam 19, no.. Strategies

Dengan adanya sistem informasi retribusi pembayaran air pada BUMDES CIATER ini diharapkan kegiatan retribusi pembayaran air yang sudah terintregasi dalam sistem, dapat