HIDRO-ELEKTROMETALURGI
LAPORAN PRAKTIKUM HIDRO-ELEKTROMETALURGI Acara 2 – Siandasi Emas dan Perak
Azhar Ramadhan1, Adinda2, Adel3, Amanda4, Batara5, Brian6, Dani7, Giastiadiningrum8, dan Nata9
1Program Studi Teknik Metalurgi, Fakultas Teknologi Mineral dan Energi, UPN Veteran Yogyakarta, Kampus 2 UPN Babarsari 55281, Indonesia
Abstrak. Bijih emas sangat dicari di berbagai negara karena nilai ekonomisnya. Untuk meningkatkan kadar emas dapat dilakukan pelindian dengan menggunakan reagen sianida. Reagen sianida akan membentuk ikatan kompleks dengan emas berupa Aurosianida. Untuk mengetahui konsumsi sianida dapat dilakukan dengan titrasi argentometri dengan titran berupa AgNO3 dengan menghitung sianida bebas pada larutan kaya.Pada percobaan didapatkan %ekstraksi pada interval waktu 0,10,25,45,60 dengan nilai berturut-turut sebesar 0%, 83%, 84%, 88%, 92%, dan 95%. Kemudian didapatkan pula kadar NaCN (Natrium Sianida) bebas pada interval waktu 0, 10, 25, 45, 60, 90 dengan nilai berturut-turut sebesar 348,39 ppm, 304,78 ppm, 276,36 ppm, 233,73 ppm, 196,02 ppm, dan 147,98 ppm.
Keyword : Bijih emas, Aurosianida, Argentometri.
1. Pendahuluan
Emas merupakan logam yang bernilai ekonomis dan sangat dicari oleh banyak orang. Emas merupakan logam yang berat berwarna kekuningan yang khas.
Dalam bentuk serbuk, logam emas berwarna coklat kemerahan. Titik lebur emas berada pada temperatur 1064,8°C. Emas memiliki kekerasan sebesar 2,5-3 skala Mohs yang dapat dianggapcukup lembek sehingga mudah untuk ditempa. Mineral pembawa emas biasanya berasosiasi dengan mineral lainnya atau kerap kali dianggap pengotor, Sehingga dengan berasosiasinya dengan logam lain maka diperlukan pemurnian emas untuk meningkatkan nilai ekonomis emas itu sendiri.
Logam emas mampu tahan terhadap cairan asam dan tahan terhadap korosi. Hanya air raja dan sianida yang dapat melarutkan emas dengan membentuk reaksi yang kompleks. Dengan keindahannya dan keunikannya, logam emas sangat dicari di dunia dan menjadi suatu barang yang memiliki posisi penting dalam perekonomian di dunia.
Logam emas memiliki sifat kimia yang sangat baik dan memiliki keunikan tersendiri. Emas merupakan native element dimana bentuknya di alam secara alami berbentuk murni dan dapat diolah secara langsung tanpa perlu di ekstraksi terlebih dahulu. Namun seiring berkembangnya zaman, emas dalam bentuk murni kini semakin menipis. Ini dikarenakan semakin gencarnya penambangan emas dari zaman ke zaman membuat bijih tipe free kini sudah sangat sedikit. Oleh karena itu perlu adanya teknik atau metode yang efektif untuk memanfaatkan bijih emas dalam bentuk refractory untuk tetap memaksimalkan ekstraksi emas yang sulit diolah menjadi emas yang berkadar tinggi dan memiliki nilai yang ekonomis. Larutan yang sering digunakan umumnya menggunakan sianida karena memiliki keselektifannya terhadap emas. Oleh karena itu penting untuk mengetahui seberapa banyak konsumsi reagen
pada tahap pelindian untuk mengetahui keoptimalan proses ekstraksi dan keekonomisan secara operasional.
2. Landasan Teori
Emas merupakan logam berharga dan kerap digunakan dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dalam skala besar, emas juga berperan strategis dalam menentukan peta perekonomian di dunia. Emas, perak, galena, sfalerit, pirit dan kalkopirit merupakan contoh mineral yang terbentuk pada tahap hipogen, sedangkan krisokola, kovelit dan hematit terbentuk pada endapan supergen. Pembentukan mineral baik itu mineral alterasi maupun mineral bijih, terbentuk pada temperatur sekitar 250-300 °C [5]. Dari hasil yang pernah dilakukan penelitian dan studi, endapan bahan galian logam banyak tersebar dibeberapa kepulauan dengan jumlah cadangan kurang dari 5 juta ton untuk suatu tempat tertentu. Sementara mineral dalam bentuk logam mulia emas juga memiliki posisi penting dalam perekonomian di dunia [7].
Emas juga selalu menjadi komoditas utama yang selalu diincar oleh banyak negara. Logam emas sering kali digunakan sebagai perhiasan, mata uang, komponen elektronik, pelapis kaca pada wahana ruang angkasa dan masih lainnya. Sifatnya yang unik dan jarang seperti kilap indah, tahan korosi, konduktivitas listrik yang tinggi dan inert merupakan salah satu faktor mengapa logam ini bernilai ekonomis. Kandungannya pada kerak bumi hanya sebesar 0,005 g/t, jauh di bawah perak (0,07 g/t) dan tembaga (50 g/t) [3].
Perak, kemudian tembaga, merupakan unsur-unsur yang paling sering berasosiasi dengan emas. Kemudian sering pula ditemukan unsur seperti As, Sb, Bi, Fe, Pb, dan Zn yang umumnya ditemukan dalam mineral emas Petrovskaya [6]. Pelindian yang paling sering digunakan dan sangat penting pada pelindian emas yaitu
reaksi oksidasi dengan menggunakan sianida dimana terjadi ikatan kompleks aurosinida. Ikatan kompleks Aurosianida ini memiliki konstanta kestabilan yang sangat tinggi dengan nilai 2×1038. Ini lebih stabil dibandingkan ikatan kompleks antara sianida dengan tembaga ataupun sianida dengan perak yang umumnya ditemukan pada larutan ekstraksi emas dengan sianida.
Sehingga dapat dikatakan sianida sangat selektif terhadap emas [8].
Teori reaksi Elsner menyebutkan bahwa oksigen sangat penting untuk melarutkan emas pada pelindian sianida. Reaksi Elsner dituliskan sebagai berikut :
4Au + 8CN- + 2H2O → 4[Au(CN)2]- + 4OH- Percobaan menunjukan bahwa pelindian sianida tanpa adanya bantuan atau oksigen yang minim akan membuat laju reaksi berjalan lambat. Namun pada faktanya yang membuat lambat adalah adanya kelebihan hidrogen peroksida yang mengonsumsi ion sianida menjadi ion sianat [2].
Untuk mengetahui sianida bebas dan menentukan sianida yang terkonsuimsi dilakukan titrasi argentometrik. Titrasi argentometrik merupakan reaksi titrasi yang melibatkan ion halida dimana untuk mengetahuinya ion sianida akan dioksidasi dengan ion halida. Pada titrasi argentometri digunakan indikator untuk mengetahui titik akhir dari titrasi. Pada titrasi yang dilakukan ini menggunakan reagen yaitu rhodanin.
Rhodanin dianggap indikator penentuan yang andal karena telah digunakan selama bertahun-tahun. Ion perak dari perak nitrat membentuk kompleks dengan ion sianida bebas membentuk ikatan kompleks dengan sianida. Ikatan kompleks sianida perak ini lebih stabil daripada kompleks perak rodanin sehingga akan terbentuk terlebih dahulu. Ketika ion sianida bebas habis berikatan, maka perak akan berikatan dengan rhodanin dan memberikan kilap warna yang menandakan akhir dari titrasi [1].
Untuk mendapatkan proses pelindian sianidasi yang optimal perlu mempertimbangkan beberapa parameter untuk mengoptimalkan proses dari sianidasi bijih emas.
Parameter yang mempengaruhi antara lain, konsentrasi sianida dimana jika terlalu banyak akan mempengaruhi cost dan jika terlalu rendah akan meperlambat laju reaksi. Kemudian konsentrasi oksigen dimana jika terlalu banyak dapat menimbulkan hidrogen peroksida yang mengkonsumsi sianida. Lalu faktor temperatur dimana temperatur maksimal di 25-85°C, pH larutan perlu diatas 9,4 untuk menjaga dari kehilangan sianida menjadi bentuk gas HCN. lalu permukaan emas yang terekspos untuk mempermudah kontak dengan reagen.
Tingkat agitasi juga berpengaruh untuk memastikan tercampur secara homogen. Peningkatan mass transport dapat mengurangi konsentrasi emas pada larutan sehingga mengurangi efisiensi. Lalu terdapat kemurnian emas dimana emas yang murni akan lebih mudah untuk terlarut dengan sianida, dan keberadaan ion lain yang terdapat dalam larutan karena dapat bereaksi baik dengan reagen ataupun emas. Oleh karena itu perlu mempertimbangkan aspek-aspek tersebut untuk mendapatkan proses pelindian sianidasi secara optimal [4].
3. Metode Penelitian
Praktikum acara 2, ‘Sianidasi Emas dan Perak’ memiliki prosedur dan alat bahan yang digunakan untuk melakukan uji karakteristik bijih emas dengan metode diagnostic leach. Alat dan bahan yang digunakan sebagai berikut :
3.1 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum, antara lain :
3.1.1 Timbangan Digital
Timbangan digital laboratorium adalah alat presisi yang digunakan untuk mengukur massa dengan akurasi tinggi hingga 0,001 gram. Alat ini sering digunakan di laboratorium penelitian, farmasi, dan kimia untuk memastikan pengukuran yang tepat. Timbangan ini dilengkapi layar digital, dan kalibrasi otomatis.
Timbangan digital dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Timbangan digital
3.1.2 Hot Plate Magnetic Stirrer
Hot plate magnetic stirrer merupakan suatu alat agitasi pada labolatorium dan melakukan pemanasan secara bersamaan. Alat ini menggunakan konduksi listrik sebagai alat pemanas sekaligus menggerakan batang pengaduk pada cairan sehingga dapat tercampur secara merata. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Hot plate magnetic stirrer
3.1.3 Gelas Beker
Gelas beker adalah wadah kaca berbentuk silinder dengan mulut lebar dan skala ukuran, digunakan di laboratorium untuk menampung, mencampur, dan memanaskan cairan. Gelas ini tersedia dalam berbagai ukuran dan sering digunakan dalam eksperimen kimia.
Alat gelas beker dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hot plate magnetic stirrer
3.1.4 Erlenmeyer
Erlenmeyer adalah labu kaca berbentuk kerucut dengan leher sempit dan dasar lebar, digunakan di laboratorium untuk mencampur, menyimpan, atau memanaskan cairan. Bentuknya memudahkan pengadukan tanpa tumpah, ideal untuk reaksi kimia dan titrasi. Alat erlenmeyer dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Erlenmeyer
3.1.5 Corong
Corong biasa digunakan dalam praktikum untuk memudahkan dalam penuangan larutan baik kedalam erlenmeyer, buret, dan lainnya sehingga penuangan dapat dilakukan dengan baik tanpa adanya tumpahan cairan yang dapat mengotori sekitar. Alat corong dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Corong
3.1.6 Batang Pengaduk
Batang pengaduk laboratorium adalah alat berbentuk tongkat panjang, biasanya terbuat dari kaca, yang digunakan untuk mengaduk campuran cairan atau larutan dalam eksperimen. Alat ini membantu mencampur bahan secara merata. Alat batang pengaduk dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Batang pengaduk
3.1.7 Bottle Roller
Alat ini merupakan alat untuk mengaduk antara larutan sianida dengan sampel bijih emas untuk memaksimalkan reaksi yang terjadi dan mengoptimalkan percampuran sehingga larutan sianida lebih sering melakukan kontak dengan emas. Alat dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Bottle Roller
3.1.8 PH Meter
PH meter merupakan alat untuk mengukur pH pada larutan sampel untuk menjaga sampel berada pada pH yang optimal dan tidak menghasilkan gas beracun dan berdampak negatif pada lingkungan. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. PH meter
3.1.9 Botol Winchester
Alat ini biasanya digunakan untuk wadah sebagai tempat terjadinya reaksi yang nantinya botol ini akan diletakan pada alat bottle roller untuk memaksimalkan reaksi yang terjadi. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Winchester bottle
3.1.10 Buret dan Statif
Buret dan statif merupakan alat yang umumnya digunakan dalam proses titratrasi. Statif akan menopang buret untuk tetap tegak dan pada posisi yang tepat, serta buret sendiri digunakan untuk tempat titrat. Alat ini dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Buret dan statif
3.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum acara uji karakteristik bijih emas ini, antara lain :
3.2.1 Natrium Sianida (NaCN)
Sianida digunakan dalam proses pelindian emas untuk melarutkan emas dari bijihnya. Dalam metode ini, bijih emas dicampur dengan larutan sianida yang bereaksi dengan emas, membentuk kompleks larut yang kemudian dipisahkan dan diekstraksi. Proses ini efisien, tetapi memerlukan pengelolaan limbah yang ketat karena sianida sangat beracun. Bahan sianida dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Sianida (CN) 3.2.2 Aquades
Aquades atau air suling, adalah air yang telah dimurnikan melalui proses distilasi untuk
menghilangkan zat pengotor seperti mineral dan ion. Di laboratorium, aquades digunakan sebagai pelarut atau bahan pembilas dalam berbagai eksperimen karena kemurniannya yang tinggi, sehingga tidak mengganggu reaksi kimia atau analisis. Bahan aquades dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12. Aquades 3.2.3 Bijih Emas
Sampel bijih emas di laboratorium adalah contoh bahan yang mengandung emas, diambil dari sumber tambang atau deposit. Di laboratorium, sampel ini dianalisis untuk menentukan kandungan emas dan karakteristik lainnya. Proses ini biasanya melibatkan penggilingan bijih, pelindian dengan reagen seperti sianida atau asam, dan analisis hasil untuk mengukur jumlah emas yang terkandung. Bahan bijih emas dapat dilihat pada Gambar 13.
Gambar 13. Bijih emas 3.2.4 Larutan AgNO3
Larutan AgNO3 adalah garam perak nitrat yang nantinya digunakan untuk mengetahui konsentrasi dari larutan sianida. Larutan garam perak nitrat dalam dilihat pada Gambar 14. dibawah ini.
Gambar 14. Larutan AgNO3
3.2.5 Indikator Rhodanin
Indikator rhodanin merupakan indikator yang dianggap paling andal untuk menentukan kadar sianida bebas
pada pelindian emas dengan larutan sianida. Indikator rhodanin dapat dilihat pada Gambar 15.
Gambar 15. Indikator rhodanin 3.2.5 Larutan PLS
Larutan kaya atau PLS ini merupakan sampel yang akan digunakan untuk mengetahui kadar sianida nantinya setelah dilakukan pelindian dengan NaCN. Larutan kaya dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16. Larutan kaya 3.2.5 Natrium Hidroksida
Natrium hidroksida (NaOH) digunakan untuk dapat meningkatkan pH dari larutan sianida. Larutan natrium hidroksida dapat dilihat pada Gambar 17. dibawah ini.
Gambar 17. Natrium hidroksida
3.3 Prosedur Praktikum
Pada praktikum sianidasi emas dan perak ini terdapat langkah kerja yang perlu di perhatikan. Tahap pertama yaitu, menyiapkan alat dan baha. Kemudian menimbang sampel bijih emas seberat 50 gr, lalu mencampurkan sianida dengan aquades. Proses penimbangan dilakukan dengan timbangan digital yang telah dikalibrasi seperti pada Gambar 18.
Gambar 18. Proses penimbangan
Langkah berikutnya yaitu mencampurkan sianida dan aquades kedalam gelas beker. Larutan tersebut kemudian dicampurkan dengan bijih emas yang telah ditimbang sebelumnya lalu dilakukan pengadukan dengan batang pengaduk. Setelah dikira tidak ada sampel bijih emas yang masih terendap, campuran tersebut kemudian ditempatkan pada hot plate magnetic stirrer dan menaruh pil magnet ke dalam gelas bekker agar proses agitasi dapat berlangsung sehingga sampel homogen dan terbentuk slurry. Proses agitasi dapat dilihat pada Gambar 19.
Gambar 19. Proses agitasi
Kemudian pada pengadukan awal dilakukan pengecekan pH untuk menjaga pH pada larutan stabil di 10,5-11 agar tidak tercipata gas HCN yang dapat membahayakan lingkungan. Pengecekan pH dapat dilihat pada Gambar 20.
Gambar 20. Pengecekan pH sampel
dilakukan penambahan NaOH untuk meningkatkan pH ke pH yang stabil sebanyak 2 tetes dengan menggunakan pipet tetes. Langkah berikutnya yaitu menuangkan sampel yang telah dilakukan agitasi kedalam botol winchester lalu menempatkan pada mesin bottle roller untuk dilakukan agitasi kembali agar reaksi berjalan dengan optimal. Agitasi dengan botlle roller test ini dilakukan selama 10 menit dan kecepatan putaran yang telah ditentukan. Proses bottle roller test ini dapat dilihat pada Gambar 21.
Gambar 21. Proses bottle roller
Langkah selanjutanya yaitu mengambil sampel tiap interval waktu yang telah ditentukan pada botol winchester. Kemudian menambahkan AgNO3 sebagai titrat yang ke dalam buret statif. Lalu sampel diteteskan indikator rhodanin untuk memberikan perubahan warna ketika proses titrasi telah mencapai titik ekuivalennya.
Proses penambahan reagen dapat dilihat pada Gambar 22.
Gambar 22. Penambahan indikator rhodanin
Setelah titrat dan titran siap, kemudian melakukan tahap titrasi antara AgNO3 dengan larutan kaya. Saat proses titrasi berlangsung, sampel perlu terus digerakan secara memutar. Ketika terjadi perubahan warna menjadi pink, segeralah menutup keran titrasi dengan tetap memutarkan sampel agar warna tidak kembali berubah.
Proses titrasi dapat dilihat pada Gambar 23.
Gambar 23. Proses titrasi
4. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum acara Sianidasi Emas dan Perak yang telah dilakukan, didapatkan data dari hasil percobaan dan perhitungan yang dijabarkan sebagai berikut.
4.1 Hasil Data Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan mengambil sampel yang didapatkan data dan dijabarkan seperti tabel yang ditampilkan berikut.
Tabel 1. Data Awal Percobaann Sianidasi
% Solid 40%
Berat bijih 800 g
Kadar NaCN 500 ppm
Tabel 2. Addition Pada Bijih Emas Time Water (mls) NaCN (g) Lime (g)
0 1200 0,6 0,8
10 1175 0,180 0
25 1150 0,210 0
45 1125 0,270 0
60 1100 0,480 0
90 1075 0,594 0
Total - 2,334 0,8
Tabel 3. Solution Data Bijih Emas Oxygen
(ppm) pH NaCN
(%) Au
(ppm)
12 10,7 1 0
10,8 10,5 0,7 0,80
11,1 10,5 0,65 0,81
11,5 10,5 0,55 0,85
11,6 10,5 0,2 0,89
12,8 10,5 0,01 0,92
Tabel 4. %Ekstraksi Bijih Emas
Time Au %
0 0
10 0,83
25 0,84
45 0,88
60 0,92
90 0,95
Tabel 5. Remove In Sample Bijih Emas Vol (ml) NaCN
(g) Au
(𝜇𝑔) Au (𝜇𝑔) cum've
25 0,00175 20 20
25 0,00163 20 40
25 0,00138 21 62
25 0,00050 22 84
25 0,00003 23 107
Total 125 0,00528 107 -
Tabel 6. Au in Process Bijih Emas Au Vessel (𝜇𝑔) Au Total (𝜇𝑔)
940 960
932 972
956 1018
979 1063
989 1096
Tabel 6. Extraction Calculation Product Quantity Assay
(ppm) Mass
(𝜇𝑔)
Solid (g) 800 0,1 80
Solution
(mls) 1075 0,9 968
Solution Sampel
- - 107
Total Au - - 1154
Calc HG - 1,47 -
Assay Head - 0,9 -
Tabel 7. Gold Balance
Head Grade 1,23625 gpt
Calculated Head Grade 1,938779 gpt
% Extraction 95%
Tabel 8. Data Awal Percobaan Titrasi
Berat AgNO3 1,7 gr
Calculated Head Grade 1,974 gpt
Mr NaCN 49 gr/mol
M AgNO3 0,01
V larutan 470 ml
V aquades 1000 ml
Mr AgNO3 170 gr/mol
Tabel 8. Data Larutan Sampel Waktu Interval
Sampling
V AgNO3 V sampel
0 5,95 10
10 5,56 10
25 4,95 10
45 3,27 10
60 2,58 10
90 2,29 10
Tabel 9. Data Awal Percobaan Titrasi Waktu Interval
Sampling Kadar NaCN
(ppm) Massa
NaCN (mg)
0 291,55 137,03
10 272,44 128,05
25 242,55 114,00
45 160,23 75,31
60 126,42 59,42
90 112,21 52,74
4.2 Perhitungan
Pada percobaan praktikum acara 2 kali ini didapatkan analisis perhitungan sebagai berikut :
4.2.1 Sianidasi
• Berat liquid
%𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑 + 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑙𝑖𝑞𝑢𝑖𝑑× 100%
• Berat NaCN tiap Interval
= 𝑚. 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑁𝑎𝐶𝑛 − (%𝑁𝑎𝐶𝑁 × 𝑚. 𝑁𝑎𝐶𝑁)
• Persen ekstraksi tiap interval
= 𝐴𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑒 𝑖𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐴𝑢 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 × 100%
• Massa Solid
Solution = Quantity × Assay Solid = Quantity × Assay Total= Solution + Solid
• Head Grade
= 𝐴𝑢 (𝑝𝑝𝑚) × 𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛 × 10^ − 6 𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑 (𝑡𝑜𝑛)
• Calculated Head Grade
= 𝐶𝑎𝑙𝑐𝑢𝑙𝑎𝑡𝑒𝑠 𝐻𝐺 × 𝑉𝑜𝑙 𝑠𝑜𝑙𝑢𝑡𝑖𝑜𝑛
𝑆𝑜𝑙𝑖𝑑 (𝑡𝑜𝑛) × 100%
• Calculated Head
=𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑔𝑜𝑙𝑑 𝑚𝑎𝑠𝑠 𝑞𝑢𝑎𝑛𝑡𝑖𝑡𝑦 𝑠𝑜𝑙𝑖𝑑
4.2.2 Titrasi
• Berat AgNO3
𝑀 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝑀𝑅 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝑉. 𝐴𝑞𝑢𝑎𝑑𝑒𝑠
• Kadar NaCN 1000
𝑉 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝑀 𝐴𝑔𝑁𝑂3 × 𝑀𝑅 𝑁𝑎𝐶𝑛
𝑉 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 × 1000
• Massa NaCN
𝐾𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑁𝑎𝐶𝑁 × 𝑉 𝐿𝑎𝑟𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑙𝑖𝑛𝑑𝑖 1000
5. Pembahasan
Pada praktikum acara 2, yaitu ‘Sianidasi Emas dan Perak’ ini memiliki beberapa tujuan diantaranya yaitu untuk mengetahui proses sianidasi emas dan perak serta argentometri, kemudian dapat melakukan proses siandasi yang benar dan perhitungannya, dapat menentukan persen ekstraksi emas dan perak dengan metode bottle roller test, dan mengetahui penerapannya.
Dengan tujuan diatas, praktikan dapat menumbuhkan kemampuan dan wawasan terkait pelindian emas. Selain
itu praktikan dapat mengaplikasikannya pada dunia kerja nantinya.
Mekanisme dari pelindian emas dengan menggunakan metode sianidasi ini yaitu emas akan dilarutkan pada larutan sianida. Ion sianida (CN-) dan emas akan membentuk larutan kompleks aurosianida [Au(CN)2]-, dimana Au mengalami oksidasi. Ikatan kompleks aurosinanida merupakan ikatan yang stabil sehingga akan berikatan dengan kuat dan selektif.
Dengan begitu emas dengan pengotor dapat dipisahkan sehingga meningkatkan persen ekstraksi dari emas.
Reaksi yang terjadi pada pelindian dengan sianidasi yaitu sebagai berikut :
4Au + 8CN- + 2H2O → 4[Au(CN)2]- + 4OH- Pelindian emas tidak hanya menggunakan reagen sianida saja. Adapun alternatif reagen lain yang dapat melindi emas untuk memisahkan dan meningkatkan kadar kemurnian emas. Yang pertama yaitu pelindian emas dengan menggunakan Thiosulfate. Pelindian ini biasanya digunakan sebagai alternatif karena dibeberapa daerah terdapat pelarangan penggunaan sianida yang dapat berdampak buruk pada lingkungan.
Reagen lainnya yaitu dapat menggunakan Tiourea.
Tiourea lebih cepat dalam laju reaksinya namun harga reagen ini lebih mahal dibandingkan sianida. Kemudian dapat digunakan juga klorida. Klorida telah sejak dahulu digunakan sebelum adanya penggunaan sianida untuk pelindian emas.
Dengan penggunaan reagen pada proses pelindian emas, maka perlu dilakukan titrasi pada uji skala lab- nya. Ini dikarenakan perlu adanya data terkait jumlah penggunaan reagen. Dalam metalurgi sering diterapkan pada skala lab untuk dapat mengetahui optimalnya suatu reaksi pelindian oleh suatu reagen dan mengetahui konsumsi reagen yang tepat. Ini dapat memberikan data yang nantinya akan diolah dalam perhitungan biaya operasi apakah proses berjalan efisien atau tidak dan apakah proses tersebut sudah ekonomis atau belum.
Selain itu penggunaan titrasi juga dapat diterapkan pada kontrol proses pada jalannya operasi. Sehingga proses pada skala industri tetap pada standar yang telah ditetapkan.
Dari data yang telah didapatkan pada percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh data head Grade,Calculated Head Grade, dan, %ekstraksi ditiap interval waktu percobaan. Nilai Head Grade didaptkan sebesar 1,23625 g/t, lalu didapatkan nilai Calculated Head Grade sebesar 1,93877 g/t. Selain itu didapatkan nilai %ekstraksi pada interval waktu 0,10,25,45,60 dengan nilai berturut-turut sebesar 0%, 83%, 84%, 88%, 92%, dan 95%. Grafik persen ekstraksi dapat dilihat pada Gambar dibawah.
Pada data percobaan titrasi didapatkan kadar NaCN (Natrium Sianida) pada interval waktu 0, 10, 25, 45, 60, 90 dengan nilai berturut-turut sebesar 348,39 ppm, 304,78 ppm, 276,36 ppm, 233,73 ppm, 196,02 ppm, dan 147,98 ppm. Sedangkan untuk nilai massa NaCN dengan interval waktu yang sama diperoleh nilai sebesar 163,74 mg, 143,25 mg, 129,89 mg, 109,85 mg, 91,66 mg, dan 69,55 mg. Dari data tersebut diplotkan pada grafik dibawah.
6. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dijalankan maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
1) Sianidasi yaitu proses pelindian dengan menggunakan reagen yaitu NaCN untuk melarutkan emas secara selektif sehingga didapatkan kadar murni yang lebih tinggi.
2) Titrasi argentometri yaitu metode yang dilakukan untuk mendapatkan kadar sianidasi bebas pada larutan dengan menggunakan titran AgNO3
3) Didapatkan nilai %ekstraksi pada percobaan bottle roller test pada interval waktu 0, 10, 25, 45, 60, dan 90 menit yaitu sebesar 0%, 83%, 84%, 88%, 92%, dan 95%.
4) Dalam metalurgi, titrasi dapat digunakan sebagai kontrol proses pada saat operasi berlangsung.
Sehingga metallurgist dapat menilai apakah jumlah reagen dan %ekstraksi yang didapat sudah optimal dan berada pada standar yang telah di tetapkan
Referensi
1. Breuer P. L. (2010). Cyanide measurement by silver nitrate titration : Comparison of rhodanine and potentiometric end-points. Jurnal Hydrometallurgy 106 (2011) 135-140. Elsevier.
2. Habashi, F. 1987. One hundred years of cyanidation.
CLM. Bull. 80(905):108-14.
3. J. Marsden, I. (2006). House,”The chemistry of gold extraction” SME.
4. J. Marsden, I. (2009). The Chemisty of Gold Extraction : Second Edition.
5. Morrison G, Gouyi D, Jaireth S. Textural Zoning in Epithermal Quartz Vein. Klondike Exploration Service. Townsville, Australia. 1990.
6. Petrovskaya, N. V. 1973. An outline of the geochemistry of gold. In Native Gold, pp. 8-20, Moscow. (In Boyle, 1987, pp. 135-50.)
7. Siti A. (2020). Uji Mineragrafi Batuan Bijih Emas dari Banyuwangi, Jawa Timur. Jurnal Teknologi Sumberdaya Mineral Vol. 1, No. 1, 2020.
8. Yannopoulos, J. C. (1991). Extractive Metallurgy of Gold. Springer, Boston, MA.