• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMBOL-SIMBOL DALAM WAYANG

N/A
N/A
Lalu Jumardi

Academic year: 2024

Membagikan "SIMBOL-SIMBOL DALAM WAYANG "

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

https://tatahsungging.wordpress.com/tentang-wayang/persimbolan/

SIMBOL-SIMBOL DALAM WAYANG

Terdapat berbagai simbol dalam pewayangan, dan setiap simbol satu dengan yang lainnya merupakan suatu satu kesatuan yang terangkai menjadi satu. Simbol wayangpun memliki makna yang sangat luas.

Ada dua macam simbol dalam pakeliran wayang : material, dan immaterial.

Simbol Material

simbol msaterial merupakan simbol-simbol yang dikandung oleh hal-hal yang bisa dilihat dan disentuh, dalm arti lain, ini merupakan hal-hal yang memiliki unsur fisik. Simbol material bisa berwujud benda-benda yang digunakan dalam pakeliran wayang, maupun orang-orang yang terlibat didalamnya.

Kelir (layar atau tirai), yaitu pembatas berupa kain putih tempat dhalang memainkan wayang yang bayangannya bisa dilihat dari balik layar. Arti simbolnya:

 Kelir adalah alam semesta yang sangat rahasia

 Perpaduan kelir dan wayang yang dimainkan di depannya, sedangkan penonton ada di balik layar yang lain, sehingga hanya terlihat bayangannya, berarti kehidupan manusia merupakan suatu perilaku yang misterius. Ia hanya dapat ditafsirkan oleh manusia yang mau berfikir atau berfilsafat bagi penganut filsafat ketuhanan, manusia beriman yang dituntun oleh wahyu tuhan.

Debog (batang pisang), merupakan tempat menancapkan wayang yang dibentangkan dibawah kelir memanjang kekiri dan kekanan sebelah menyebelah. Artinya:

 Melambangkan bumi tempat berpijak manusia

Blencong (lampu minyak), yang menyinari wayang yang dimainkan oleh dhalang dilihat dari balik layar (bayang-bayang) menjadikan wayang seperti hidup. Artinya:

 Melambangkan matahari yang menyinari dunia

Kothak (kotak), merupakan tempat menyimpan wayang. Biasanya ia diletakkan disamping dhalang untuk memudahkan dhalang mengambil wayang-wayang yang ada di dalamnya.

Artinya:

 Dhalang dilambangkan sebagai wahana kekuasaan tuhan

(2)

 Arti lebih lanjutnya dhalang dimaknai sebagai takdir tuhan. Kapan kehidupan akan dimulai (ketika wayang mulai menancap di debog), kapan kehidupan berjalan (wayang dimainkan)

 Ketika wayang masih ada di kota berarti manusia bila belum diberikan kesempatan berperan di dunia ini maka ia tidak boleh iri.

Keprak (ceracap), terbuat dari logam, disampirkan pada samping kotak. Ia berfungsi untuk mengeluarkan bunyi-bunyian yang berperan menandai suasana, baik untuk mengiringi tarian maupun situasi yang lain, artinya:

 Menurut Djajadiguna, keprak dilambangkan sebagai suara yang terdengar . ini merupakan suara hati manusia yang menuntun manusia bersikap dan berperilaku.

 Ini juga diartikan sebagai sura gaib yang dapat ditafsirkan sebagai wahyu yang

diturunkan lewat kitab suci untuk didengar, dihayati, dan dipahami dengan indra keenam Cempala (kayu pemukul), adalah pemukul kotak untuk tanda dimulainya pertunjukkan wayang (pukulan lima kali), dan tanda-tanda setiap adegan, dialog dan sebagainya. Artinya:

 Ini melambangkan bahwa setiap kejadian tertentu memiliki tanda-tanda isyarat bagi mereka yang mengerti.

Sajen (sesajian) yaitu makanan dan bunga-bungaan yang dimaksudkan memberi makan untuk roh-roh yang diharapkan dapat melindungi dan memberi kekuatan.

Gamelan, yaitu perangkat alat musik Jawa untuk mengiringi pertunjukan wayang. Lagu-lagu musik gamelan diirigi oleh vokalis wanita yang disebut sindhen dan vokalis pria yang disebut wiraswara. Artinya:

 Gamelan merupakan suasana alam dan sejumlah fenomena alam yang menjadi seni kehidupan manusia

 Bagi manusia yang dapat menyelaraskan kehidupan ini dengan suasana alam, dan sejumlah fenomena alam, maka hidup ini akan menjadi kahidupan yang harmonis dan mendatangkan kenikmatan lahir dan batin.

Wayang merupakan gambaran fisik manusia yang beraneka ragam yang sekaligus

menggambarkan perwatakannya. Wayang juga dilengkapi dengan perangkat-perangkat seperti senjata (piranti perang), cupu, binatang dan apa saja yang dianggap pelru mendukung lakon dan perwatakannya. Artinya:

 Wayang merupakan penggambaran manusia-manusia yang ada didunia dan segala sifat mereka yang berbeda-beda.

 Masing-masing manusia memiliki peranan masing-masing di dunia ini.

(3)

Dhalang, merupakan peraga yang memainkan wayang dan yang menuntun perangkat

pertunjukan, seperti memberi isyarat gendhing yang harus dilagukan, memainkan keprak dan cepala, dan sebagainya.

 Dhalang merupakan perwujudan atau personifikasi Tuhan. Memalui kekuasaanya, dhalang mengatur segalanya.

Simbol Immaterial

Simbol immaterial merupakan simbol-simbol yang tidak memiliki segi fisik, sehingga ia tidak bisa diketahui secara fisik, namun ia bisa dimengerti ketika ia dilaksanakan atau dilakukan.

Pekeliran sebagai media sosial

Ketika diselenggarakan suatu pertunjukan pakeliran wayang, seringkali didapatkan terjadinya interaksi antar warga, baik secara personal maupun kelompok. Artinya:

 Pakeliran wayang menjadi satu media bagi warga masyarakat untuk melakukan interaksi dengan sesama, dan menjalin hubungan yang lebih erat diantara mereka.

Ritual

Merupakan hal-hal yang dilakukan oleh dhalang terkait dengan pakeliran yang ia lakukan. Ritual ini bisa berbentuk pemberian sesajen, atau amalan-amalan tertentu yang dilakukan oleh dhalang, misalanya puasa beberapa hari untuk mempersiapkan pakeliran wayang semalam suntuk dengan adegan yang mistik atau sebagainya, atau mantra-mantra yang diucapkan oleh dhalang dalam setiap tahapan dalam pementasan. Artinya:

 Semua ritual maupun amalan ini merupakan bentuk representasi dari keinginan seorang dhalang dan orang-orang yang menyelenggarakan pakeliran wayang, agar apa yang ingin dicapainya bisa terwujud.

 Ritual dan amalan juga merupakan simbol doa agar dalam penyelanggarannya pakeliran bisa mendapatkan keselamatan.

Bahasa

Bahasa merupakan media yang terkandung pesan yang tersusun atas kata-kata dan kalimat.

Dalam bahasa ini juga termasuk perkataan, intonasi, logat, pembedaan suara antar tokoh wayang, hingga dialog. Ada beberapa tingkatan bahasa yang digunakan dalam pewayangan. Seperti halnya dalam bahasa percakapan dalam bahasa Jawa, bahasa dalam pewayangan juga mengenal tingkatan-tingkatan dalam penggunaan bahasa ini, bahkan lebih banyak, seperti bahasa ngoko , kromo, kawi, sangsekerta, dan lain-lain. Artinya:

 Bahasa merupakn salah satu aspek penting dalam penyampaian pesan kepada penonton.

(4)

 Ini merupakan instrumen yang digunakan dhalang untuk memasukkan nilai-nilai dalam pewayangan sehingga setiap adegan memiliki arti-arti tersendiri.

 Setiap bentuk bahasa memberikan konteks tersendiri, mencerminkan suasana kehidupan yang penuh dengan dinamika, ada sopan santun, dan sebagainya

Lakon

Merupakan inti cerita dari wayang. Lakon memiliki banyak cerita tergantung dari dhalang, lakon yang ia ambil akan disesuaikan dengan tujuan diadakannya pakeliran wayang itu. Artinya:

 Dalam kehidupan ini ada dinamika yang tidak bisa ditebak. Dinamika kehidupan ini adalah penggalan cerita dengan inti yang berbeda-beda, namun masing-masing penggalan cerita selalu memiliki hikmah dan pelajaran tersendiri.

http://salikiin.blogspot.com/2012/03/hakikat-manusia-bagaikan- wayang.html

Hakikat manusia bagaikan wayang

Hakikat manusia bagaikan wayang namun memiliki jiwa yang diberikan ilham

Marilah kita mengkaji perbedaan rasa senang berikut :

Jangan merasa senang, karena sudah beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Azza wa Jalla

Tetapi merasa senanglah, karena diberi kekuatan oleh Allah ta’ala, untuk beribadah, menjalankan perintah dan menjauhi larangan

Rasa senang yang pertama adalah menyekutukan Allah ta’ala dengan kuasa kita. Pensekutuan Allah ta’ala ini umumnya tanpa disadari,

Rasa senang yang kedua mentauhidkan Allah ta’ala dengan mengakui bahwa ibadah kita atas kuasa Allah Azza wa Jalla

Laahaulaa walaaquw-wata il-laabillahil ‘aliy-yil ‘adziim.

”Tiada daya upaya dan kekuatan selain atas izin/pertolongan Allah”

(5)

Ketika sholat coba kita rasakan bahwa kita menyembah pada yang merukukkan kita, menyembah yang mensujudkan kita. Sesungguhnya rukuk dan sujud kita adalah rukuk dan sujudNya, rukuk dan sujud atas kehendakNya.

Rasa senang dapat dirasakan dalam sholat, hakikatnya aktifitas kita sholat merupakan ”digerak-gerakan” oleh Nya . Dalam sholat kita dapat bertemu denganNya. Inilah makna batin hadits Rasulullah yang secara dzahir maknanya, Dari Anas Ra, Rasulullah saw berkata

“….kesenanganku dijadikan dalam shalat“

“Sesungguhnya sembahyang (Sholat) itu memang berat kecuali bagi mereka yang khusyu’ yaitu mereka yang yakin akan berjumpa dengan Tuhan mereka, dan sesungguhnya mereka akan kembali kepadaNya”. (QS. Al-Baqarah 2 : 45).

Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasallam bersabda, bahwa Ash-shalatul Mi’rajul Mu’minin,

“sholat itu adalah mi’rajnya orang-orang mukmin“. Yaitu naiknya jiwa meninggalkan ikatan nafsu yang terdapat dalam fisik manusia menuju ke hadirat Allah ta’ala.

Dalam sebuah hadist Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya kalian apabila sholat maka sesungguhnya ia sedang bermunajat (bertemu) dengan Tuhannya, maka hendaknya ia mengerti bagaimana bermunajat dengan Tuhan”

Cobalah rasakan kehadiranNya atau kekuasaanNya, di dalam detak jantung kita, rasakan di setiap tarikan napas kita, rasakan setiap aliran darah di dalam tubuh kita.

Itu semua adalah salah satu kekuasaan Tuhan, bukan kekuasaan kita.

Coba pikirkan, jika itu menjadi kekuasaan kita, bisakah kita menghentikan detak jantung ?, bisakah kita menghentikan tarikan napas ?,

bisakah kita menghentikan aliran darah di dalam tubuh ?

Kita tentu yakin dan percaya , bahwa kita tidak akan mampu melakukannnya.

Itu sebagai pertanda bahwa kita yang merasa mempunyai tubuh ini, tetapi tidak kuasa untuk memiliki dan menguasai tubuh ini. Hanya milik dan kuasa Allah Azza Wa Jalla semata.

(6)

Sungguh segala sesuatu atas kehendak Allah ta’ala namun kita tidak bisa mempertanyakan kehendak Allah ta’ala atau tidak bisa mempertanyakan atas apa yang Dia perbuat.

Namun kitalah yang akan “ditanya” atas apa yang kita perbuat dan kita tidak bisa berdalih karena setiap jiwa manusia telah diilhami yang Haq dan bathil atau mana yang benar atau mana yang salah atau jalan ketaqwaan dan jalan kefasikan.

Kita kelak di kemudian hari akan diminta pertanggungjawaban atas pilihan (jiwa) kita sendiri antara yang haq dan bathil

“Dia tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya dan merekalah yang akan ditanyai” (QS Anbiyaa’ [21]:23 )

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8 )

“Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan” (QS An Nahl [16:93 )

Apapun di dalam tubuh kita, apapun di luar tubuh kita, apapun di langit dan bumi, semua dalam pengaturanNya atau dalam pengurusanNya.

“Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS Al Baqarah [2]:255 ) Kita umpamakan manusia itu seperti wayang yang digerak-gerakkan Sang Dalang atau dalam pengurusan/pengaturan oleh Azza wa Jalla, bedanya adalah manusia jiwanya diilhami pilihan yang haq dan bathil.

“maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya” (QS As Syams [91]:8 )

“Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )

Contoh cerita yang telah ditetapkan Sang Dalang, seorang pria harus pergi dinas keluar kota dan menginap di hotel.

Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu dia akan memilih hotel yang

“bersih”, terhindar dari fitnah “kehidupan malam”.

Pria itu lupa (jiwanya memilih yang batil) dan memilih hotel dengan “kehidupan malam”

(7)

Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu selama menginap di hotel dia menghindari layanan “kehidupan malam”

Pria itu lupa (jiwanya memilih yang bathil) dan memesan layanan “kehidupan malam” dengan layanan wanita “malam”

Pria itu dalam kebenaran, jika jiwa pria itu memlih yang haq, tentu dia akhirnya menolak wanita itu masuk ke kamarnya atau membatalkan layanan tersebut.

Jika jiwa pria itu memlih yang haq pastilah pria itu terhindar dari perbuatan yang buruk.

Allah Azza wa Jalla “mengerak-gerakan” manusia berdasarkan pilihan jiwa manusia antara yang haq dan bathil.

Segala sikap, perbuatan, gerak dan kejadian pada hakikatnya adalalah dari Allah ta’ala juga, maka upayakanlah jiwa kita memilih yang haq berdasarkan Al-Quran dan Sunnah.

Prinsipnya segala perbuatan/sikap adalah perbuatanNya kemudian disandarkan kepada manusia, setelah pilihan dilakukan oleh jiwa manusia antara yang haq dan bathil maka menjadi perbuatan manusia.

Perbuatan manusia yang buruk (karena pilih yang bathil) adalah perbuatan manusia itu sendiri, mustahil perbuatanNya.

Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). (QS Asy Syuura [42]:30 )

Perbuatan manusia yang baik (karena pilih yang haq) adalah perbuatan manusia yang selaras dengan perbuatanNya.

“Bila Aku telah mencintainya, maka Aku adalah pendengarannya yang digunakannya untuk mendengar, dan penglihatannya yang digunakannya untuk melihat dan tangannya yang digunakannya untuk memukul dan kakinya yang digunakannya untuk berjalan; jika dia meminta kepada-Ku niscaya Aku akan memberikannya, dan jika dia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku akan melindunginya”. (H.R.al-Bukhâriy)

Rasulullah adalah maksum , terjaga dari kesalahannya karena jiwa beliau shallallahu alaihi wasallam, dibimbing untuk selalu memilih yang haq.

Begitupula para Nabi, para Shiddigin, para Syuhada dan orang-orang sholeh, jiwa mereka selalu dibimbing untuk memilih yang haq karena mereka dicintai (telah mendapatkan cinta dari) Allah Azza wa Jalla)

(8)

Bedanya Rasulullah dengan orang-orang sholeh, orang-orang sholeh masih ada kemungkinan memilih yang bathil namun mereka segera bertobat atas kesalahan mereka.

Kenapa mereka dapat segera bertobat ?

Karena mereka dapat memahami dengan cepat “teguran” dari Allah ta’ala karena orang-orang sholeh dapat memandang Allah ta’ala dengan hati atau hakikat keimanan

atau

Allah ta’ala menyegerakan teguran kepada mereka karena cintaNya

Orang-orang sholeh dapat juga mencapai keadaan terjaga dari perbuatan buruk/salah jika sholat mereka telah dapat mencegah perbuatan keji dan mungkar sehingga jiwa mereka selalu memilih yang haq.

Oleh karenanya sebagian muslim menganggap juga orang-orang sholeh adalah maksum namun bukan maksum mutlak.

Kitapun dapat menjadi orang sholeh, jika jiwa kita selalu memilih yang haq berdasarkan Al Quran dan Sunnah Rasulullah.

Selain itu kita perhatikan keadaan jiwa dengan penyucian jiwa, tazkiyatun nafs atau TAKHALLI, kemudian mengisi jiwa dengan hal-hal yang terpuji atau TAHALLI sehingga pada akhirnya akan memperoleh kenyataan Tuhan (TAJALLI) atau menjadi muslim yang sholeh , muslim yang ihsan, muslim yang dapat melihat Allah ta’ala dengan hati atau hakikat keimanan minimal muslim yang yakin selalu dilihat oleh Allah Azza wa Jalla

Jadi marilah kita mengikuti atau bergaul dengan muslim yang sholeh (sholihin, muhsin/muhsinin) atau ulama sholeh, mencontoh cara beribadah mereka kepada Allah ta’ala, agar kita dapat berada pada jalan yang lurus.

Muslim yang sholeh adalah sebenar-benarnya pengikut Rasulullah dan para Salafush sholeh, sebagaimana yang telah kami sampaikan dalam tulisan

http://mutiarazuhud.wordpress.com/2011/03/05/pengikut-rasulullah-sebenarnya/

Kami akhiri tulisan ini dengan sebuah doa yang terkait yakni

“Ya Allah, Tuhan Yang Maha Membolak-balikkan hati manusia, tetapkanlah hatiku pada agama- Mu dan ketaatan kepada-Mu“.

(9)

Amin ya Robbal Alamin.

Wassalam

https://mutiarazuhud.wordpress.com/tag/ibarat-wayang/

Mendapatkan peran

Mereka memang mendapatkan peran seperti itu Firman Allah ta’ala yang artinya

Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Yunus [10]:62 )

Sebaiknya janganlah khawatir dan bersedih hati menghadapi mereka yakni

* Amerika dan sekutunya yang merupakan representatif Zionis Yahudi

* Zionis Yahudi Israel

* Kaum Syiah khususnya yang membenci para Sahabat

* ataupun menghadapi kaum Wahabi yang sebagian dari mereka kadang berlagak sebagai Tuhan dan seolah-olah mereka mengatakan “kamu masuk neraka” … “kamu masuk neraka” karena mereka sering berteriak bid’ah …. bid’ah …. bid’ah dan dikepala mereka seluruh bid’ah adalah kesesatan dan seluruh kesesatan akan masuk neraka.

Ibarat wayang, mereka semua memang sedang mendapatkan peran seperti itu.

Janganlah memandang wayangnya namun pandanglah Dalangnya dengan hati (ain bashiroh) Sedangkan Dalangnya adalah Allah Azza wa Jalla

Kita manusia adalah ibarat wayang sama-sama mendapatkan peran dari Sang Dalang namun perbedaan utama manusia dengan wayang adalah manusia diberikan ruhNya.

Firman Allah ta’ala yang artinya

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka jika Aku telah menyempyurnakan kejadiannya dan telah meniupkan kedalamnya Ruh-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud. Maka bersujudlah para malaikat itu semuanya bersama-sama. (QS Al Hijr (15):28-30)

Kemudian Dia menyempurnakan penciptaannya dan Dia tiupkan padanya sebagian dari Ruh- Nya dan Dia jadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan rasa, tapi sedikit sekali kamu bersyukur” (QS As Sajadah (32):9)

Ruhani (ruhNya) dinamakan akal, hati, nafsu

Ruh ketika berperasaan seperti sedih, gembira, senang, terhibur, marah atau sebagainya, maka ia dipanggil dengan hati.

(10)

Ruh ketika ia berkehendak, berkemauan atau merangsang sama ada sesuatu yang berkehendak itu positif atau negatif, baik atau buruk, yang dibenarkan atau tidak, yang halal ataupun yang haram, di waktu itu ia tidak dipanggil hati tetapi ia dipanggil nafsu.

Ruh ketika ia berfikir, mengkaji, menilai, memahami, menimbang dan menyelidik, maka ia dipanggil akal (akal qalbu)

Akal qalbu yang dapat memilih atau memahami mana yang haq dan mana yang bathil berdasarkan ilham atau petunjuk atau karunia atau cahaya dari Allah Azza wa Jalla

Firman Allah Azza wa Jalla yang artinya

Dan Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan” (pilihan haq atau bathil) (QS Al Balad [90]:10 )

maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya“. (QS As Syams [91]:8 )

Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” ( QS An Nuur [24]:35 )

Barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun”. (QS An Nuur [24]:40 )

Maka apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk (menerima) agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang membatu hatinya) ? Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka yang telah membatu hatinya untuk mengingat Allah.

Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (QS Az Zumar [39]:22)

Jadi kita sebagai mayoritas kaum muslim (as-sawad al a’zham) tidak perlu marah atau berkecil hati. Tidak perlu kita bertukar peran dengan mereka. Ikhlaslah dengan apa yang telah dipilihkan oleh Allah Azza wa Jalla untuk kita.

Firman Allah ta’ala yang artinya

Dan Tuhanmu menciptakan dan memilih apa yang Dia kehendaki. Bagi mereka (manusia) tidak ada pilihan“. (QS Qashash : 68)

Bisa jadi kalian membenci sesuatu padahal ia baik untuk kalian. Bisa jadi kalian mencintai sesuatu padahal ia buruk untuk kalian. Allah mengetahui, sementara kalian tidak mengetahui.”

(QS al Baqarah : 216)

Siapa yang bersandar kepada Allah, berarti ia telah diberi petunjuk ke jalan yang lurus” (QS Al Imran : 101 )

Siapa yang bertawakal kepada Allah, Dia akan mencukupinya” (QS Al Thalaq : 3) Wassalam

Zon di Jonggol, Kabupaten Bogor 16830

(11)

MAKHLUK DAN KHALIK IBARAT FALSAFAH WAYANG

Layar atau kain merupakan sekelian alam. Wayang di sebelah kanan dan kiri merupakan makhluq ilahi. Batang pokok pisang tempat

wayang diletakkan ialah tanah tempat berpijak. Lampu minyak adalah nyala hidup. Gamelan memberi irama dan keselarasan bagi

segala kejadian.

manusia itu ibarat wayang, sedangkan Allah adalah dalangnya. apapun yang terjadi pada diri kita semua kehendak mutlak sang dalang. kita adalah wayang yang diberi rasa, namun apapun rasa

yang menimpa kita, dalang jauh lebih tau akan hasilnya. tidak sulit menjalani arahan sang dalang, bila dijalani dengan ketaatan dan kepasrahan.

FALSAFAH WAYANG SUNAN BONANG

ALHAMDULILLAH sekali lagi, akhirnya al-faqir ketemu jua falsafah dan perumpamaan yang sering diajarkan oleh MASYAIKH-MASYAIKH kita, ianya adalah perumpamaan makhluk ibarat WAYANG@WAYANG KULIT. Setelah diselidiki sejarah WALI SONGO, akhirnya al-faqir ketemu FALSAFAH WAYANG ini yang diajarkan oleh SUNAN BONANG atau Syeikh Maulana Makhdum Ibrahim, salah seorang WALI SONGO.

Falsafah dan perumpamaan ini adalah untuk memudahkan para santri memahami hakikat sebenar SIAPA MAKHLUK dan SIAPA KHALIK. Sunan Bonang mengajarkan hakikat dan perumpamaan ini didalam suluk bersama

(12)

para murid-nya yang diceritakan didalam suluk-suluk sunan Bonang.

Antaranya Suluk Wujil, Suluk Khalifah, Suluk Kaderesan, Suluk Regol, Suluk Bentur, Suluk Wasiyat, Suluk Pipiringan, Gita Suluk Latri, Gita Suluk Linglung, Gita Suluk ing Aewuh, Gita Suluk Jebang, Suluk Wregol dan lain-lain

Perumpamaan paling menonjol yang dekat dengan budaya setempat ialah wayang dan lakon perang Bala Kurawa dan Pandawa yang sering dipertunjukkan dalam pentas wayang kulit.. Penyair-penyair sufi Arab dan Persia seperti Fariduddin `Attar dan Ibn Fariedh menggunakan perumpamaanl wayang untuk menggambarkan hakikat ketuhanan yang dicapai seorang ahli makrifat dengan Tuhannya. Makna simbolik wayang dan layar tempat wayang dipertunjukkan, berkaitan pula dengan bayang-bayang dan cermin. Dengan menggunakan perumpamaan wayang dalam suluknya, Sunan Bonang seakan-akan ingin mengatakan kepada pembacanya bahwa apa yang dilakukan melalui karyanya merupakan kelanjutan dari tradisi sastera sebelumnya, meskipun terdapat pembaharuan di dalamnya.

Ketika ditanya oleh SUNAN KALIJAGA mengenai falsafah yang dikandung dalam pertunjukan wayang dan hubungannya dengan ajaran tasawuf, Sunang Bonang menunjukkan kisah Baratayudha (Perang Barata), perang besar antara Kurawa dan Pandawa. Di dalam pertunjukkan wayang kulit Kurawa diletakkan di sebelah kiri, mewakili golongan kiri. Sedangkan Pandawa di sebelah kanan layar mewakili golongan kanan. Kurawa mewakili NAFI dan Pandawa mewakili ISBAT. Perang NAFI ISBAT juga berlangsung dalam jiwa manusia dan disebut jihad besar. Jihad besar dilakukan untuk mencapai pencerahan dan pembebasan dari kongkongan dunia materialistik.

SUNAN BONANG berkata kepada Wujil(muridnya) dalam SULUK WUJIL :

“Ketahuilah Wujil, bahwa pemahaman yang sempurna dapat dikiaskan dengan makna hakiki pertunjukan Wayang. Manusia sempurna menggunakan ini untuk memahami dan mengenal Yang MAHA KUASA.

TOK DALANG dan WAYANG ditempatkan sebagai lambang dari tajalli (pengejawantahan ilmu) Yang Maha Agung di alam kepelbagaian.

Inilah maknanya:

Layar atau kain merupakan sekelian alam. Wayang di sebelah kanan dan kiri merupakan makhluq ilahi. Batang pokok pisang tempat

wayang diletakkan ialah tanah tempat berpijak. Lampu minyak adalah nyala hidup. Gamelan memberi irama dan keselarasan bagi

segala kejadian.

Ciptaan Tuhan tumbuh tak tehitung.Bagi mereka yang tidak mendapat tuntunan ilahi ciptaan yang banyak itu akan merupakan tabir yang

(13)

menghalangi penglihatannya. Mereka akan berhenti pada wujud zahir.

Pandangannya kabur dan kacau. Dia hilang di dalam ketiadaan, kerana tidak melihat hakikat di sebalik penciptaan itu.”

Selanjutnya kata Sunan Bonang “Suratan segala ciptaan ini ialah menumbuhkan rasa cinta dan kasih. Ini merupakan suratan hati, perwujudan kuasa-kehendak yang mirip dengan-Nya, walaupun kita pergi ke Timur-Barat, Utara-Selatan atau atas ke bawah. Demikianlah kehidupan di dunia ini merupakan kesatuan Jagad besar dan Jagad kecil. Seperti wayang sajalah wujud kita ini. Segala tindakan, tingkah laku dan gerak gerik kita sebenarnya secara diam-diam digerakkan oleh Tok Dalang.”

Mendengar itu Wujil kini paham. Dia menyadari bahwa di dalam dasar- dasarnya yang hakiki terdapat persamaan antara falsafah wayang dan hakikat ketuhanan. Di dalam Kakawin Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa, penyair Jawa Kuno abad ke-12 dari Kediri, falsafah wayang juga dikemukakan. Mpu Kanwa menuturkan bahwa ketika dunia mengalami kekacauan akibat perbuatan raksasa Niwatakawaca, dewa-dewa bersidang dan memilih Arjuna sebagai kesatria yang pantas dijadikan pahlawan menentang Niwatakawaca. Sang Guru turun ke dunia menjelma seorang pendeta tua dan menemui Arujuna yang baru saja selesai menjalankan pertapaan di Gunung Indrakila sehingga mencapai kelepasan (moksa)

Di dalam wejangannya Sang guru berkata kepada Arjuna: “Sesunguhnya jikalau direnungkan baik-baik, hidup di dunia ini seperti permainan belaka. Ia serupa sandiwara. Orang mencari kesenangan, kebahagiaan, namun hanya kesengsaraan yang didapat. Memang sangat sukar memanfaatkan lima pancaindera kita. Manusia senantiasa tergoda oleh kegiatan pancainderanya dan akibatnya susah. Manusia tidak akan mengenal diri peribadinya jika buta oleh kekuasaan, hawa nafsu dan kesenangan seksual dan duniawi. Seperti orang melihat pertunjukan wayang ia ditimpa perasaan sedih dan menangis tersedu-sedu. Itulah sikap orang yang tidak dewasa jiwanya. Dia tahu benar bahwa wayang hanya merupakan sehelai kulit yang diukir, yang digerak- gerakkan oleh tok dalang dan dibuat seperti berbicara. Inilah kias seseorang yang terikat pada kesenangan indrawi. Betapa besar kebodohannya.

Selanjutnya Sang Guru berkata, “Demikianlah Arjuna! Sebenarnya dunia ini adalah maya. Semua ini sebenarnya dunia peri dan mambang, dunia bayang-bayang! Kau harus mampu melihat Yang Satu di balik alam maya yang dipenuhi bayang-bayang ini.” Arjuna mengerti. Kemudian dia bersujud di hadapan Yang Satu, menyerahkan diri, diam dalam hening. Baru setelah mengheningkan cipta atau tafakur dia merasakan kehadiran Yang Tunggal dalam batinnya. . Kata Arjuna:

Sang Guru memancar ke dalam segala sesuatu Menjadi hakekat seluruh Ada, sukar dijangkau Bersemayam di dalam Ada dan Tiada,

(14)

Di dalam yang besar dan yang kecil, yang baik dan yang jahat Penyebab alam semesta, pencipta dan pemusnah

Sang Sangkan Paran (Asal-usul) jagad raya Bersifat Ada dan Tiada, zakhir dan batin

Demikianlah, dengan menggunakan perumpamaan wayang, Sunan Bonang berhasil meyakinkan Wujil bahwa peralihan dari zaman Hindu ke zaman Islam bukanlah suatu lompatan mendadak bagi kehidupan orang Jawa.

Setidak-tidaknya secara spiritual terdapat kesinambungan yang menjamin tidak terjadi kegoncangan. Memang secara zahir kedua agama tersebut menunjukkan perbedaan besar, tetapi seorang arif harus tembus pandang dan mampu melihat hakikat sehingga penglihatan kalbunya tercerahkan dan jiwanya terbebaskan dari kungkungan dunia benda dan bentuk-bentuk.

Itulah inti ajaran Sunan Bonang dalam Suluk Wujil.

Allahu...

Mencermati Analogi Manusia dan Tuhan Seperti Wayang dan Dalangnya, Apakah Benar?

30 November 2020 Setyo Hajar Dewantoro

Manusia itu sebetulnya siapa, apa, mengapa ada, dan bagaimana kaitannya dengan Tuhan? Kita resapi semuanya di dalam keheningan dengan pikiran yang jernih. Kebenaran sejati bisa tumbuh di dalam diri kita sehingga kita bisa memiliki pengertian yang akurat terhadap segala hal.

Seringkali ada yang menganalogikan hubungan antara manusia dengan Tuhan seperti hubungan antara wayang dengan dalangnya. Manusia diasumsikan seperti wayang yang tidak bisa

melakukan apa pun, kecuali digerakkan oleh dalangnya. Jika kita menganalogikan wayang itu layaknya manusia dan dalang itu seperti Tuhan, mari kita cermati!

Dalang bisa bergerak jika ada yang “nanggap” atau yang memberikan pekerjaan padanya.

Pantaskah jika dalang disetarakan dengan Tuhan? Tidak.

Tuhan adalah bos dari segala bos.

Dalang bisa lapar, pun bisa baper. Hal ini tidak terjadi pada Tuhan.

Wayang itu bergerak sewaktu-waktu jika sedang dipegang oleh Sang Dalang.

Selama Anda hidup, apakah Anda bisa bergerak secara leluasa? Bisa.

Kalau pun Anda sudah terlepas dari tubuh Anda, Anda masih bisa bergerak atau tidak? Bisa.

Apakah wayang bisa beranak-pinak atau tidak? Tidak.

Siapa yang membuat wayang? Apakah pasti dalangnya? Belum tentu.

Apakah dalang dengan wayang menyatu? Secara ruang dan waktu mereka terpisah.

(15)

Kita sebagai manusia yang menjadikan itu Tuhan atau yang lain? Pasti Tuhan.

Kita dengan Tuhan, apakah ada batasan ruang dan waktu? Menyatu atau terpisah? Menyatu.

Jika kita menyelami kebenaran ini, kita akan menemukan bahwa analogi wayang dengan dalang itu tidak nyambung. Kesalahan dalam memahami ini semua membuat kita salah memahami bagaimana gerak dan produk Semesta ini berjalan. Lupakan analogi wayang dengan dalangnya.

Ini tidak nyambung.

Ini adalah salah satu bentuk hiburan yang jika benar bisa jadi sumber tuntunan. Tetapi, hubungan manusia dengan Tuhan itu tidak seperti hubungan wayang dengan dalangnya.

Anda harus memahami bagaimana Tuhan itu. Lewat keheningan, Anda akan mengerti bahwa Tuhan yang nyata adalah realitas nyata sebagai sumber dari hidup Anda. Pada tataran awal, kita tidak bisa menyaksikan Tuhan. Tetapi, Anda bisa merasakan segala anugerah nyata itu adalah Tuhan. Dengan menyelami semua ini, kita dan Tuhan sebenarnya tidak pernah terpisah, selalu terhubung. Kita selalu dinaungi oleh kasih murni dan kuasaNya. Kita akan mengerti bahwa di relung jiwa ini kita bertemu dengan Tuhan sebagai sumber kasih murni, sumber dari kekuatan yang nyata yang ada dalam diri kita. Ini sebetulnya bisa dijangkau oleh siapa saja asal mau menyelami keheningan.

Jika seseorang bisa menemukan Tuhan yang ada di relung jiwanya, dia akan dibawa ke realitas Tuhan yang sesungguhnya. Tuhan di relung jiwa disebut sebagai Diri Sejati atau Roh Kudus.

Jika kita menyelami dan semakin murni, kita akan menemukan realitas Tuhan sebagai

kecerdasan tertinggi di alam Semesta. Di dalam keheningan kita akan mengerti bahwa semua gerak di alam Semesta ini ada yang Maha Menggerakkan. Kita sering menyebutNya sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam keheningan, belum tentu kita bisa melihat Tuhan sebagai sosok, tetapi kita bisa menyaksikan dan menyadari keberadaan Tuhan. Jika kita semakin hening lagi, kita akan mengerti Tuhan yang paling puncak adalah kekosongan absolut. Tuhan sebagai sumber dari segala yang ada, yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, yang meliputi semua matriks ruang dan waktu.

Kita sebagai manusia harus dimengerti mulai dari yang terlihat oleh panca indera dan tak terlihat oleh panca indera. Yang terlihat oleh panca indera ini adalah tubuh. Alur keberadaanya ketika sel sperma bertemu dengan sel telur sehingga menjadi zigot. Ini hanya wadah. Ini bukanlah kita yang sebenarnya.

Lalu, kita ini siapa?

Kita adalah yang mengisi tubuh ini. Yang mengisi tubuh ini disebut sebagai jiwa. Jiwa ini sudah ada sebelum tubuh ini ada, dan akan tetap ada meskipun tubuh ini sudah tidak ada, kembali ke asalnya. Jiwa adalah manifestasi dari Sang Sumber. Segala hal pengejawantahan Sang Sumber sebetulnya merealisasikan kualitas dari Sang Sumber dengan tataran yang berbeda-beda.

Contohnya batu adalah pengejawantahan dari Sang Sumber. Jiwa juga pengejawantahan dari Sang Sumber. Yang membedakan adalah tingkat realisasi kualitas dari Tuhan pada jiwa dan batu ini berbeda. Batu ini mempunyai gerak atomnya. Di sana ada energi Tuhan pula. Sementara jiwa ada dalam tataran kehidupan yang kompleks.

(16)

Jiwa adalah satu entitas yang merupakan pengejawantahan dari Tuhan. Kita diberi anugerah kebebasan karena kita ada dalam alur evolusi tertinggi dalam merealisasikan kualitas dari Tuhan.

Kualitas keilahian yang merupakan potensi bagi setiap jiwa. Kebebasan ini tidak boleh

disangkal. Kita memang mempunyai kebebasan. Jiwa ini bergerak dalam kebebasan yang tidak dimiliki oleh analogi wayang dengan dalangnya. Kita sedang bertumbuh dan berproses

sebagaimana Tuhan itu sendiri. Kita sedang bertemu menjadi jiwa ilahi. Tetapi, kebebasan itu tetap ada batasannya karena kita bukan Tuhan. Inilah yang disebut dengan kapasitas yang dibentuk dari perjalanan jiwa di masa lalu dan dibingkai oleh hukum alam Semesta. Salah satu hukum alam ini adalah hukum sebab-akibat. Jiwa kita memilih berbuat sesuatu sesuai dengan batasan kapasitas kita sehingga menciptakan akibat tertentu.

Bagaimana cara manusia dalam bingkai sebab-akibat ini menemukan keselamatan?

Secara faktual semua jiwa jika sudah terhubung dan mengenali Tuhan yang nyata di dalam dirinya pasti akan menemukan tuntunan untuk bisa selamat.

Namun, kenyataannya mengapa di dunia ini banyak orang yang hidupnya menderita?

Seperti tejebak konflik/peperangan, menderita sakit, dikejar-kejar debt collector, atau dikejar- kejar mantan pacar, dan lain sebagainya.

Jika kita memakai analogi wayang dan dalang, maka segala yang terjadi adalah suka-suka Sang Dalang. Kita sebagai manusia tidak punya daya, kita hanya digerakkan dan mencapai seperti yang diinginkan oleh Sang Dalang. Tidak ada gerak bebas. Anda sudah diberi kebebasan berkehendak, ada batas kapasitas, ada hukum alam. Jika Anda salah melangkah, maka

penderitaan itu adalah akibat yang harus ditanggung sendiri. Segala penderitaan dan kebahagiaan adalah hasil Anda yang memilih sendiri.

Baca Juga: Ngunduh Wohing Pakarti

Laku spiritual mengajarkan untuk memilih kebenaran yang dituntun supaya Anda selamat.

Semua resiko itu muncul dari segala kebebasan kita untuk berkehendak karena kita ada di level evolusi yang tinggi. Mulailah melangkah mengikuti persepsi yang benar, jangan pakai ilusi atau prasangka. Nasib Anda itu ditentukan oleh Anda sendiri. Jangan suka bawa-bawa Tuhan dengan cara yang tidak tepat. Bertangung jawablah terhadap langkah Anda. Jika Anda salah melangkah, yang menderita bukan Tuhan, tetapi Anda. Jangan salahkan Tuhan karena Tuhan sudah

memberikan petunjuk. Namun, Anda bisa saja membantahnya dengan segala resikonya.

Baca Juga: Menghidupkan Kembali Pancasila

Ada yang membuat isu Corona saat ini. Pada satu titik hidupnya pasti akan menderita. Perbuatan yang ditanam, buahnya pasti akan dipetik. Mereka yang salah melangkah dan menyusahkan banyak orang, jangan bawa nama Tuhan atas kesalahan diri. Jangan pernah bawa-bawa nama Tuhan untuk fenomena yang sedang kita hadapai saat ini. Kita harus berhati-hati dan cermat.

Kembalikan pertanggungjawaban atas semua peristiwa itu kepada yang bersangkutan. Jika kita mengalami kesusahan, itu adalah resiko yang kita tanggung akibat kita salah melangkah. Jika mau berhati-hati, ikuti petunjuk Tuhan yang nyata. Karena itulah kita bermeditasi.

(17)

Untuk bisa selamat, Anda harus memilih konsisten di dalam keheningan. Anda harus sadar penuh bahwa di dalam diri Anda ada tuntunan dari Sang Sumber. Jika Anda setia pada Sang Sumber, Anda pasti selamat. Jika Anda setia pada Sang Sumber, Anda diberi akses untuk mendayagunakan Kekuatan Ilahi yang tanpa batas. Sadari ini semua dan bekerjalah dengan kesadaran dan ketulusan.

Disarikan dari Kajian Mahadaya Menggapai Puncak Pencerahan Setyo Hajar Dewantoro

Surabaya, 19 November 2020

Referensi

Dokumen terkait

Do’a dan sedekah orang yang hidup dapat bermanfaat bagi mereka yang sudah mati. Allah Ta’ ala mengabulkan segala do’a dan memenuhi segala

Allah ta‟ala juga berfirman yang artinya, “Dan siapakah yang lebih baik ucapannya.. daripada orang yang berdakwah ilallah dan beramal saleh, dan dia mengatakan bahwa

Abdul Wahab Khalaf 46 menyatakan bahwa ayat tersebut menaskh firman Allah Ta‟ala pada Surat yang sama ayat 240, Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu

WA +62 819 3171 8989 Tasbih Ampel Karomah Melalui penyaluran energi asmak karomah tinggi Lelaku prihatin, olah spiritual khusus tingkat tinggi, Do'a-do'a keramat Kami khususkan untuk Anda Dalam jumlah terbatas TASBIH AMPEL KAROMAH dipakai untuk berbagai keperluan hidup sebagai sarana meraih kesejahteraan hidup, sarana mendapatkan kekayaan, memudahkan aliran rejeki secara deras, sarana meraih jabatan, melejitkan karir secara mudah, melindungi diri dari serangan fisik maupun gaib yang disadari ataupun tidak disadari mengintai, berusaha menyerang disaat diri lengah. TASBIH AMPEL KAROMAH sangat aman digunakan, tanpa pantangan, tanpa efek samping, berpengaruh positif terhadap kehidupan, menghalau pengaruh negatif yang mendekat. TASBIH AMPEL KAROMAH manfaatnya begitu terasa oleh pemakainya ( pengakuan yang berhasil didapat dari pemakai yang sudah merasakan manfaat TASBIH AMPEL KAROMAH ) INSYA ALLAH SANGAT BERMANFAAT UNTUK: 01. MELIPATGANDAKAN KEKUATAN DZIKIR Dipakai berdzikir atau mendalami ilmu ghoib Boleh dipakai dengan amalan bacaan ASMAUL HUSNA atau yang lainnya 02. MEMBANTU MEMPERCEPAT KONSENTRASI PIKIRAN DAN QOLBU KE KEDALAMAN RASA Mudah dapat ilham dari alam ghoib Dapat melihat alam ghoib, Alam jin, Alam makhluk halus Dapat melihat “PENGHUNI” gaman dan pekarangan 03. MEDIA PENGUAT PENGIRIMAN KEKUATAN RAGA DAN BATIN MEMBANTU ORANG DARI JARAK JAUH 04. BANGKITKAN KECERDASAN RUHANI ”Puncak Daya Rohani” 05. PENGUAT RASA Untuk menangkap pertanda alam Dari alam nyata maupun ghoib 06. KETENTRAMAN HATI DAN KETENANGAN PIKIRAN 07. MENDATANGKAN KEKUATAN GHOIB Untuk kepentingan apa saja 08. MEDIA PENGIRIMAN PIKIRAN Mempengaruhi pikiran orang dari jarak jauh 09. MENGHALAU MENDUNG Memindahkan hujan 10. PENARIKAN BENDA GHOIB Seperti gaman,dll 11. MENGHANTAM ORANG DARI JARAK JAUH 12. PUKULAN BERBAHAYA Membuat lawan tak sadar 13. PAGAR DIRI Dari segala bentuk kejahatan 14. SEMBUHKAN DAN TANGKIS SIHIR, SANTET KEMBALI PADA PENGIRIM 15. KESELAMATAN DARI SERANGAN SENJATA TAJAM Selamat dari serangan senjata tajam bila diserang musuh 16. PENYEMBUHAN Orang kesurupan, kena sihir, dll 17. HUTANG CEPAT MEMBAYAR 18. PENGLARISAN Dagangan apa saja cepat laku 19. PEMANGGILAN UANG SECARA ALAMI Mempercepat datangnya uang Hidup berkecukupan 20. KEWIBAWAAN TERPANCAR Dapat mempangaruhi orang 21. PENGASIHAN UMUM Dimulyakan masyarakat 22. PENGASIHAN KHUSUS Penakluk hati Pemikat hati Pemikat rasa qolbu secara cepat & langgeng 23. PEMANGGILAN JODOH 24. SUAMI / ISTRI TIDAK AKAN BISA BERSELINGKUH Terikat hatinya 25. Dan masih banyak kekuatan karomah dan hikmah lain yang dapat anda rasakan sendiri Setelah dipakai. Semuanya itu hanya atas idzin dan ridho Allah yang menguasai langit & bumi serta segalanya Hubungi Ust. Habib ALAMAT: Yogyakarta, 55000 Indonesia Hp. +62 819.3171.8989