• Tidak ada hasil yang ditemukan

SIMULASI TOWER BTS (BASE TRANSCEIVER STATION)MENGGUNAKAN METODE AUGMENTED REALITY

N/A
N/A
Muhammad Sururi

Academic year: 2025

Membagikan "SIMULASI TOWER BTS (BASE TRANSCEIVER STATION)MENGGUNAKAN METODE AUGMENTED REALITY"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

SIMULASI TOWER BTS ( BASE TRANSCEIVER STATION) MENGGUNAKAN METODE AUGMENTED REALITY

TUGAS AKHIR

Karya tulis sebagai salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Fajar

Oleh

Muh. Ilham Haz 1720221097

TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS FAJAR

2022

(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Simulasi Tower BTS ( Base Transceiver station ) Menggunakan Metode Augmented Reality .

Nama : Muh. Ilham Haz

Nim : 1720221097

Program Studi : S1 Teknik Elektro

Tugas akhir ini telah diperiksa oleh pembimbing dan dinyatakan layak untuk diajukan ke Ujian Tutup Tugas Akhir Program Studi Teknik Elektro Konsentrasi Teknik Telekomunikasi Fakultas Teknik Universitas Fajar.

Makassar, 11 Maret 2022

Pembimbing I Pembimbing II

Kurniawan Harun Rsyid, ST., MT Ika Puspita, ST., MT.

Mengetahui,

Ketua Program Studi Teknik Elektro

Asmawaty Azis, ST., MT.

NIDN. 0905058504

(3)

iii

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur Bersama kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “SIMULASI TOWER BTS ( BASE TRANSCEIVER STATION) MENGGUNAKAN METODE AUGMENTED REALITY ”.Laporan proposal ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Fajar.

Kami menyadari bahwa ada banyak sekali pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini. Oleh karena itu, kami ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan proposal ini dengan tepat waktu.

2. Kedua orang tua saya Hasanuddin dan Nur Liah yang senantiasa memberikan kasih sayang yang tulus dan dukungan dari berbagai bentuk, baik dalam bentuk materi bahkan non-materi yang tiada hingga nilainya.

Serta kepada seluruh keluarga yang juga turut berperan dalam penulisan proposal penelitian ini.

3. Ibu Asmawaty Azis, ST.,MT selaku ketua Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas FajarMakassar.

4. Kurniawan Harun Rasid, ST.,MT selaku dosen pembimbing 1, terima kasih yang saya hanturkan mungkin tidak dapat membalas jasa dan kesabaran beliau dalam mendidik saya, memberikan solusi dalam setiap permasalahan, bimbingan dan arahan dari awal penelitian sampai saat ini.

Sehingga saya dapat dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

5. Ika Puspita ST.,MT selaku dosen pembimbing 2, terima kasih yang saya hanturkan mungkin tidak dapat membalas jasa dan kesabaran beliau dalam mendidik saya, memberikan solusi dalam setiap permasalahan, bimbingan dan arahan dari awal penelitian sampai saat ini. Sehingga saya dapat dapat menyelesaikan proposal penelitian ini.

(5)

v

6. Lembaga Mahasiswa Fakultas teknik Universitas Fajar mulai dari BE HME-FT UNIFA dan UKH ITC HME FT-UNIFA yang membentuk saya menjadi karakter yang tangguh.

7. Saudara dan Saudariku Mahasiswa Program Studi Teknik Elektro Angkatan 2017 yang telah turut berperan dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

8. St. Aminah Putri Abdullah, S.Pd. yang selalu menjadi penyemangat saya dalam mengerjakan skripsi ini dan selalu memberi bantuan dan dukungannya.

9. Serta semua pihak yang telah turut berperan aktif dengan segala kerendahan hati yang telah membantu kami dalam menyelesaikan proposal ini.

Dengan ini kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan proposal ini.Akhir kata dari kami yaitu semoga semua bantuan dan amal baik tersebut mendapatkan balasan dan anugerah dari Allah SWT.Aamiin.

Makassar , 24 Maret 2021

Penulis

(6)

vi ABSTRAK

Simulasi Tower BTS ( Base Transceiver station) menggunakan metode Augmented Reality. Muh. Ilham Haz. Tower BTS mrtupakan komponen penting untuk jaringan telekomunikasi agar para pengguna jaringan dapat terus terhubung dan saling memberi informasi. Untuk memberikan pemahaman kepada pengguna yang melihat simulasi Tower BTS ini, peneliti melakukan pengambilan data ini guna melengkapi data untuk dimasukkan kedalam penelitian ini, mulai dari jenis, tipe Tower BTS, dan komponen pada Tower untuk di implementasikan ke dalam penelitian ini. Pada pembuatan desain tower 3D ini, digunakan beberapa software yang pertama Blender software ini berfungsi untuk mendesain gambar menjadi 3D, dan memasukkan projek ke Assemblr sebagai Custom untuk pembuatan 3D dan juga Augmented Reality . Setelah pendesainan jenis tower maka desain siap di publikasikan dengan membuka link atau qr-code yang telah di kirim maka akan menampilkan dua pilihan yaitu melihat dengan 3D atau melihat dengan Augmented Reality .

Kata Kunci: Tower BTS, Blender, Assemblr, Augmented Reality .

(7)

vii ABSTRACT

Simulation of BTS Tower (Base Transceiver station) by using the Augmented Reality method. Muh. Ilham Haz. Tower BTS is a crucial component for telecommunications networks since it allows network users to stay connected and provide information to one another. Tehe researchers took this data to complete the data to be included in this research, beginning with the type, type BTS Tower, and components in the Tower to be implemented in this research, to provide comprehension to users who witness this BTS Tower simulation. Several software programs were utilized to create this 3D tower design. First, Blender is a software that allows to design images in 3D and send them to Assemblr as Custom for 3D creation and Augmented Reality . After designing the tower type, the design was ready to be published by opening the link or qr-code that was supplied, which would display two possibilities, namely viewing in 3D or watching in Augmented Reality .

Keywords: Tower BTS, Blender, Assemblr, Augmented Reality

(8)

viii DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii DAFTAR ISI ... viiiiii DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR TABEL ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 3

I.3 Tujuan Penelitian ... 3

I.4 Batasan Masalah ... 4

I.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 1I TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Tinjauan Teori ... 5

2.1.1 Tower BTS ... 5

2.1.1.1 Tipe Tower ... 5

2.1.1.1.1 Rooftop Tower. ... 5

2.1.1.1.2 Greenfield Tower . ... 6

2.1.1.1.3 Tower 4 kaki/ Rectangular Tower . ... 7

2.1.1.1.4 Tower 3 kaki/ Triangle Tower . ... 8

(9)

ix

2.1.1.1.5 Tower 1 kaki/Pole . ... 9

2.1.1.2 Komponen Tower BTS ... 10

2.1.1.2.1 Antena Sectoral . ... 10

2.1.1.2.2 Antena Microwave . ... 11

2.1.1.2.3 Shelter / Box BTS . ... 12

2.1.1.2.4 Microwave system . ... 13

2.1.1.2.5 Recifier system . ... 14

2.1.1.2.6 Baterai . ... 15

2.1.1.2.7 Tower sentral . ... 16

2.1.1.2.8 Feeder . ... 17

2.1.1.2.9 Dynaspere . ... 17

2.1.1.2.10 ACPBD . ... 18

2.1.2 Augmented Reality ... 18

2.1.2.1 Blender ... 20

2.1.2.2 Assemblr ... 20

2.1.2.3 Tiga (3) Dimensi ... 22

2.1.2.3.1 Konsep Objek 3D . ... 22

2.1.2.3.2 QR-CODE . ... 23

2.2 Penelitian Terdahulu ... 24

2.3 Kerangka Berpikir ... 28

BAB 1II METODE PENELITIAN ... 29

3.1 Tahapan Penelitian ... 29

3.1.1 Tahap Study Siteratur ... 30

3.1.1 Tahap Desain ... 30

3.1.1 Tahap Implementasi ... 31

3.2 Rancangan Penelitian ... 32

(10)

x

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian... 33

3.4 Alat dan Bahan Penelitian ... 34

3.5 Metode Pengumpulan Data ... 34

3.6 Metode Analisis Data ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 38

4.1 Hasil ... 38

4.1.1 Tampilan Pertama ... 38

4.1.2 Tampilan 3 Dimensi ... 39 4.1.3 Tampilan Augmented Reality... 39

4.1.4 Tampilan Tower Rectangular ... 40

4.1.5 Tampilan Tower Triangle ... 41

4.1.6 Tampilan Tower Pole ... 42

4.1.7 Tampilan Tower Rooftop ... 43

4.1.8 Ftur – Fitur ... 44

4.2 Pembahasaan ... 46

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Kesimpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

LAMPIRAN ... 51

(11)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rooftop Tower ... 6

Gambar 2.2 Greenfield Tower... 6

Gambar 2.3 Tower 4 kaki/ Rectangular Tower ... 7

Gambar 2.4 Tower 3 Kaki/ Triangle ... 8

Gambar 2.5 Tower 1 Kaki/ Pole ... 10

Gambar 2.6 Antena Sectoral ... 11

Gambar 2.7 Microwave ... 12

Gambar 2.8 Shelter/ Box BTS ... 13

Gambar 2.9 Microwave System ... 14

Gambar 2.10 Recifier System ... 14

Gambar 2.11 Diagram Sistem Kerja ... 15

Gambar 2.12 Baterai ... 16

Gambar 2.13 Tower Sentral Finishing ... 16

Gambar 2.14 Feeder ... 17

Gambar 2.15 Dynaspere... 17

Gambar 2.16 ACPBD ... 18

Gambar 2.17 Logo Blender ... 20

Gambar 2.18 Logo Assemblr ... 21

Gambar 2.19 Konsep Objek 3D ... 23

Gambar 2.20 QR-Qode... 23

Gambar 3.1 Desain 3D Blender ... 31

Gambar 3.2 Desain Augmented Reality pada Assemblr ... 31

Gambar 3.3 Flowchart Rancangan Penelitian ... 32

Gambar 4.1 Tampilan Pertama Tower Rectangular ... 38

Gambar 4.2 Tampilan 3 Dimensi ... 39

Gambar 4.3 Tampilan Augmented Reality ... 39

Gambar 4.4 Tampilan Tower Rectangular... 40

(12)

xii

Gambar 4.5 Tampilan Tower Triangle ... 41

Gambar 4.6 Tampilan Tower Pole ... 42

Gambar 4.7 Tampilan Tower Rooftop ... 43

Gambar 4.8 Tampilan Deskripsi ... 44

Gambar 4.9 Tampilan Video Penjelasan ... 44

Gambar 4.10 Qr-code tower pole... 45

Gambar 4.11 Qr-code tower triangle ... 45

Gambar 4.12 Qr-code tower rectangular... 45

Gambar 4.13 Qr-code tower rooftop ... 45

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu………...24

Table 2.2 Kerangka Berfikir………...27

Tabel 3.1 Tahapan Penelitian….………...……….….29

Tabel 3.2 Flowchart Rancangan Penelitian …...………...32

Tabel 3.3 Skala Penelitian………..……...35

Tabel 3.4 Rumus Skala Penelitian……….…...35

Tabel 3.5 Persentase Skala Penelitian………...37

Tabel 4.1 Hasil Quisioner Simulasi Tower BTS………...46

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dunia teknologi makin hari makin berkembang terkhusus di dunia pembelajaran yang kini para murid atau mahasiswa harus belajar dari rumah dikarenakan kondisi diluar rumah sangat parah karena virus covid-19, para mahasiswa dipaksa belajar secara online. Proses pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar antara guru atau dosen dan para peserta didik untuk memahami tujuan dari materi tertentu. Pembelajaran yang bermakna dapat berhasil jika para pengajar yang kreatif dan inovatif mampu menggunakan media yang pas dengan materi yang diajarkan dan didukung dengan teknologi yang ada. Penggunaan teknologi dan pemberi contoh yang tepat akan menjadikan peserta didik berjiwa kritis, memunculkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba.

Dalam dunia telekomunikasi Tower BTS dikenal dengan sebutan tower jaringan yang menjembatani para pengguna untuk tetap saling berbagi informasi dalam jarak yang jauh melalui media Smartphone. Tower BTS sangat berguna dimasa sekarang akan tetapi banyak dari kita yang tidak mengetahui apa itu Tower BTS atau biasa disebut sebagai Base Transceiver station. Dengan begitu penulis membuat edukasi tentang Tower BTS dengan menggabungkan media Augmented Reality agar kita mudah mengetahui apa itu Tower BTS dari fisik, fungsi, dan kegunaannya.

Augmented Reality (AR) bisa didefinisikan menjadi sebuah teknologi yangsanggup menggabungkan benda maya 2 dimensi atau 3 dimensi kepada sebuah lingkungan yang konkret lalu memunculkannya atau memproyeksikannya secara real time. AR bias dipakaibuat membantu memvisualisasikan konsep tak berbentuk buat pemahaman dan struktur suatu contoh objek. Beberapa pelaksanaan AR dibuat-buat menaruh fakta yang lebih jelasnya dalam pengguna berdasarkan objek konkret. Media adalah sebuah indera atau objek yg berfungsi menjadi penghubung antara penerima dan pengirim pesan (Ilmawan Mustaqim, 2016).

Augmented Reality (AR) merupakan variasi dari Virtual Environment (VE) atau Virtual Reality (VR). Augmented Reality memungkinkan pengguna untuk

(15)

2

melihat dunia nyata dengan objek maya .pada masa pandemic ini yang diharuskan kita untuk kuliah jarak jauh, dengan implementasi Augmented Reality akan menampilkan gambar yang nyata Idealnya akan muncul ke pengguna bahwa benda virtual dan nyata tampil berdampingan di ruang yang sama.

Peran Augmented Reality (AR) dalam dunia pembelajaran sangat berguna untuk media pembelajaran yang interaktif dan nyata secara langsung oleh para pelajar. Selain itu media pembelajaran yag menggunakan Augmented Reality dapat meningkatkan minat belajar karena sifat dari Augmenter Reality dapat menggabungkan dunia nyata dan dunia maya yang dapat meningkatkan imajinasi para pelajar secara langsung dan juga bersifat interaktif yang membuat pelajar dapat melihat keadaan secara nyata. Media pembelajaran Augmented Rality dapat memvisualisasikan konsep abstrak untuk pemahaman dan struktur suatu model

objek memungkinkan AR sebagai media yang lebih efektif dan imajinatif ( Pamoedji, A. K., & Maryuni, R. S.) (2017).

BTS adalah singkatan dari Base Transceiver station atau dalam bahasa Indonesia Anda menyebutnya dengan stasiun pemancar. BTS kadang juga disebut sebagai Base Station (BS) dan Radio Base Station (RBS). BTS adalah salah satu bentuk infrastruktur telekomunikasi yang berperan penting dalam mewujudkan komunikasi nirkabel antara jaringan administrator dengan perangkat komunikasi.

Tugas utama BTS adalah mengirimkan dan menerima sinyal radio ke perangkat komunikasi seperti telepon rumah, telepon seluler dan sejenis contraption lainnya.

Kemudian sinyal radio tersebut akan diubah menjadi sinyal advanced yang selanjutnya dikirim ke terminal lainnya menjadi sebuah pesan atau information.

(Rizal, Fakhrur, Ali Jannifar, and Hamdani Nurdin.(2019)

Banyak orang yang sering salah kaprah dalam mengartikan BTS.Umumnya mereka menganggap BTS adalah Boyband Korea BTS itu sendiri.Faktanya adalah BTS ( Base Tower Station ) merupakan perangkat GSM yang berhubungan dengan MS dan berfungsi sebagai pengirim dan penerima sinyal. Terminologi ini termaksud baru dan mulai popular di era booming seluler saat ini. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju dengan jaringan lain. Dan beberapa BTS kemudian dikontrol oleh Base Station Controller

(16)

3

( BSC ) yang terhubung dengan koneksi microwave ataupun serat optic. (Amin, Ain Nur Rofiq, Mochammad Fahru Rizal, and Tedi Gunawan. 2016)

Penggunaan media teknologi yang modern ini mampu melatih berkolaborasi, melibatkan banyak pancaindra, kreatifitas pesrta didik muncul, dan peserta didik mudah memahaminya. Pengguna media semacam ini sangat diharapkan dalam pembelajaran era revolusi industry 4.0 abad 21. Handphone yang saat ini banyak digunakan peserta didik jika digunakan dalam pembelajaran, maka mampu mengurangi kegiatan yang tidak produktif para peserta didik.Tafonao, T. (2018).

Dengan penggunaan pembelajaran media Augmented Reality yang mampu mengvisualisasikan suatu yang abstrak atau maya yang menjadi suatu yang nyata bahkan gambar yang visualisasikan bias di taruh dimana saja sesuai keinginan kita. Dengan Assemblr media pembelajaran jadi lebih menarik karena memakai konsep AR yang dimana sebuah objek yang dapat menamilkan objek 3D, dapat ditempatkan dimana saja, seperti di kamar, di kelas, di buku, dan lain-lain.

Banyaknya permasalahan yang menjadikan para ilmuan dan akademisi lainnya menjadi tertantang untuk meneliti dan menemukan alternatif sebagai solusi dalam uraian masalah kedepannya. Dari uraian yang telah dipaparkan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Simulasi Tower BTS ( Base Transceiver station) menggunakan metode Augmented Reality

1.2 Perumusan Massalah

Beberapa rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana menampilkan simulasi Tower BTS dalam bentuk 3D dan Augmented Reality pada pengguna ?

2. Bagaimana pengguna mendapatkan pemahaman tentang Tower BTS ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah:

1. Melakukan simulasi Tower BTS dalam bentuk 3D dan Augmented Reality untuk para pengguna agar mendapat edukasi tentang tower BTS terlebih mahasiswa telekomunikasi.

(17)

4

2. Memberikan pemahaman kepada pengguna tentang Tower BTS, dari jenis tower, komponen, dan system kerja yang ada di Tower menggunakan metode Augmented Reality .

1.4 Batasan Masalah

Untuk melakukan penelitian ini, maka diperlukan batasan-batasan masalah seperti sebagai berikut:

1. Pengambilan data pada Tower BTS dari jenis, tipe, dan juga komponennya untuk di masukkan ke dalam projek 3D.

2. Pembuatan model desain 3D menggunakan Software Blender, dan Assemblr.

3. Pembuatan AR Marker Based Tracking yaitu kartu berpola yang bergambar Tower BTS untuk di Scan agar menampilkan projek 3D.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat pada penelitian ini ialah:

1.

Dengan tercapainya maksud dan tujuan diatas, maka dapat berguna sebagai bahan pembelajaran untuk para mahasiswa telekomunikasi agar mereka lebih paham tentang towe BTS.

2.

Dengan menggunakan metode augmented reality , gambar tower BTS dapat terlihat nyata dan dapat dipresentasikan kepada masyarakat ketika ingin memasang tower pada daerah tersebut.

3.

Penelitian ini juga bermanfaat juga untuk dosen yang mengajar mata kuliah jaringan seluler karena penelitian ini membahas tentang tower bts secara lengkap, dan dapat terlihat nyata dengan penggunaan metode augmented reality .

(18)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN TEORI

2.1.1 Tower BTS

BTS adalah singkatan dari Base Transceiver station.Komponen BTS sendiri terdiri dari 3 bagian utama yaitu Tower, Protect dan Feeder. BTS berfungsi menjembatani perangkat komunikasi pengguna dengan jaringan menuju jaringan lain. Tower adalah menara yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa yang bertujuan untuk menempatkan antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekomunikasi dan informasi. Tower BTS komunikasi dan informatika memiliki derajat keamanan tinggi terhadap manusia dan mahluk hidup di bawahnya, karena memiliki radiasi yang sangat kecil sehingga sangat aman bagi masyarakat di bawah maupun disekitarnya. (Rizal, Fakhrur, Ali Jannifar, and Hamdani Nurdin.(2019)

BTS (Base Transceiver station) adalah sebuah perangkat yang berfungsi menghubungkan atau menjembatani perangkat komunikasi jaringan pengguna seluler menuju jaringan lainnya. BTS yang terhubung kemudian dikontrol oleh suatu perangkat yang disebut dengan BSC atau (Base Station Controller), perangkat ini dihubungkan dengan koneksi serat optik ataupun microwave. BSC biasanya adalah sebuah discrete unit yang tergabung dalam TRX dalam perangkat compact BTS (Retnosari & Setiadi, 2018).

2.1.1.1. Tipe Tower

2.1.1.1.1 Rooftop Tower

Tower ini dipasang pada atap rumah atau pada gedung bertingkat.

Umumnya House top Tower memberikan solusi scope pada pada range yang padat pada bangunan terutama implementasi di dalam kota.

(19)

6

Gambar 2.1 Rooftop Tower (Sumber: Seran, 2017) 2.1.1.1.2 Greenfield Tower,

Tower ini biasa dijumpai di sekitar kita, tower ini berdiri tepat di atas tanah, tower ini juga mempunyai tiga jenis yaitu Rectangular, Triangle, dan Pole.

Berikut adalah jenisnya:

Gambar 2.2 Greenfield Tower (Sumber: Seran, 2017)

(20)

7

2.1.1.1.3 Tower 4 kaki/ Rectangular Tower

Sesuai dengan namanya, tower ini berbentuk segi empat dan memiliki 4 kaki.Karena konstruksinya yang kokoh tower ini diharapkan memiliki kekuatan yang ideal untuk menghindari kemungkinan roboh. Tingginya kurang lebih 42 meter serta mampu mencakup banyak antena dan radio. Tipe tower ini biasanya digunakan oleh perusahaan telekomunikasi terkemuka seperti Telkom, Indosat, XL, dll mengingat harganya yang cukup fantastis yakni mencapai 650 juta-1 milyar rupiah.tower jenis ini memiliki kekuatan tiang pancang serta sudah di pertimbangkan kontruksinya. Kelebihan dari tower jenis ini antara lain:

 Kuat terhadap tekanan angin dan keadaan geografis dari area dimana tower tersebut didirikan.

 Profit yang menjanjikan.

Dapat menampung banyak perangkat radio.

Gambar 2.3 Tower 4 kaki/ Rectangular Tower

(Sumber: Rizal, Fakhrur, Ali Jannifar, and Hamdani Nurdin.2019)

(21)

8

2.1.1.1.4 Tower 3 kaki/ Triangle Tower

Tower tiga kaki terdiri atas 2 jenis tower, yaitu tower yang mempunyai tiga kaki dengan distance across pipa besi 9 cm ke atas (Triangle Tower) dan tower dengan pipa besi berdiameter kurang dari 9 cm. Triangle tower dapat dipasang antena dan radio yang cukup banyak karena bahan konstruksinya yang kuat.

Berbeda dengan tower tiga kaki yang menggunakan pipa besi berdiameter kurang dari 9 cm, tower ini biasanya tidak banyak dipasang komponen-komponen antena maupun radio. Tinggi maksimal tower tiga kaki yang direkomendasikan adalah 60 meter, tinggi rata-rata tower di Indonesia sendiri adalah 40 meter.

Tower jenis ini dibangun dengan cara menyusun bagian demi bagian t ower.

Satu bagian memiki ukuran panjang empat sampai lima meter. Semakin pendek suatu bagian tersebut maka akan semakin kuat towernya, tetapi biaya pembuatan sudah tentu akan jauh lebih tinggi. Hal ini disebabkan karena setiap bagian memerlukan tali pancang dan spanner. Jarak patok spanner negligible memiliki jarak sejauh 8 meter dengan tower. Semakin panjang suatu tali penguat maka akan semakin baik, hal itu karena ikatannya semakin kuat dan kokoh sehingga tali penguat tersebut tidak semakin meruncing di tower bagian atas.

Gambar 2.4 Tower 3 kaki/ Triangle Tower

(Sumber: Rizal, Fakhrur, Ali Jannifar, and Hamdani Nurdin.2019)

(22)

9

2.1.1.1.5

Tower 1 kaki/ Pole

Bentuk dari tower ini berupa tiang pancang tunggal dengan satu kaki, Tower pole ini terbagi menjadi 2 macam.

Pertama : tower yang terbuat dari pipa atau plat baja tanpa spanner, distance across antara 40 s/d 50 cm, ketinggian mencapai 42 meter yang dikenal dengan nama Tower Monopole.

Kedua : lebih cenderung untuk dipakai secara individual, tinggi tower ini disarankan tidak melebihi 20 meter (lebih dari itu akan melengkung), teknis penguatannya dengan spanner. Kekuatan pipa sangat bertumpu pada spanner.

Sekalipun masih mampu menerima sinyal koneksi, namun tower jenis ini tidak direkomedasi untuk penerima sinyal informatika (web dan intranet) yang stabil, karena jenis ini mudah bergoyang dan akan mengganggu sistem koneksi datanya, sehingga komputer akan mencari information secara terus menerus (Sharing).

Tower ini bisa dibangun pada areal yang dekat dengan pusat transmisi/ NOC

= Arrange Operation Frameworks (maksimal 2 km), dan tidak memiliki angin kencang, serta benar-benar diproyeksikan dalam rangka crisis biaya. Dari berbagai fakta yang muncul di berbagai daerah, keberadaan Tower memiliki resistensi/daya tolak dari masyarakat, yang disebabkan isu kesehatan (radiasi, frailty dll), isu keselamatan hingga isu pemerataan sosial. Hal ini semestinya perlu disosialisasikan ke masyarakat bahwa kekhawatiran pertama (ancaman kesehatan) tidaklah terbukti. Radiasinya jauh diambang batas toleransi yang ditetapkan WHO.

(23)

10

Gambar 2.5 Tower 1 kaki/ Pole

(Sumber: Rizal, Fakhrur, Ali Jannifar, and Hamdani Nurdin.2019) 2.1.1.2 Komponen Tower BTS

Selain mengetahui macam-macam tower BTS, Anda juga perlu tahu mengenai komponen-komponen apa saja yang melekat pada tower BTS. tercatat terdapat sembilan komponen penting yang harus dimiliki oleh tower BTS. Berikut informasi lebih lengkapnya :

2.1.1.2.1 Antena Sectoral

Antena ini letaknya ada di bagian withering atas dan berbentuk persegi panjang. Fungsinya adalah menghubungkan BTS dengan alat komunikasi misal handphone. Antena ini ada 2 macam yaitu monotype yang dipakai di daerah pedesaan dan pinggiran. Yang kedua adalah Double sort yang lokasinya biasanya di daerah perkotaan.

Antenna sektoral umumnya mempunyai penguatan lebih tinggi dari antenna omni sekitar 10-19dBi. Sangat baik untuk memberikan servis di daerah dalam jarak 6-8 km. Tingginya penguatan pada antenna sektoral biasanya di kompensasi dengan lebar pola radiasi yang sempit 45-180 derajat. Jelas daerah yang dapat di servis menjadi lebih sempit, dan ini sangat menguntungkan. Secara umum radiasi antenna lebih banyak ke muka antenna, tidak banyak radiasi di belakang antenna sektoral. Radiasi potongan vertikal tidak berbeda jauh dengan antenna omni.

Antena sektoral seperti halnya Antena Omnidirectional mempunyai polarisasi vertikal & dirancang untuk digunakan pada base stasion (BTS) tempat Akses Point berada.

(24)

11

Berbeda dengan antenna omnidirectional yang dapat memberikan servis dalam jangkauan 360 derajat. Antena sektoral hanya memberikan servis pada wilayah/

sektor yang terbatas. Biasanya 45-180 derajat saja. Pengaturan pancaran antena BTS menjadi sektoral (bukan omnidirectional) dilakukan dengan beberapa alasan teknis, diantaranya adalah meningkatkan kapasitas jaringan. Sudut sektor yang umum biasanya di operasionalkan biasanya 120 derajat, sementara sudut sektor 90 derajat juga di terapkan di beberapa BTS. Keuntungan yang diperoleh dengan membatasi wilayah servis tersebut, antena sektoral mempunyai gain yang lebih besar daripada antenna omnidirectional. Biasanya antena sektoral mempunyai gain antara 10-19 dB. (Makkatang, Aziz, and Rianto Nugroho.2019)

Gambar 2.6 Antena Sectoral (Sumber: Google)

2.1.1.2.2 Antena Microwave

Saat kita menjumpai tower BTS pasti ada satu bagian yang tampak seperti gendang rebana, itulah yang dimaksud antena microwave. Fungsinya menerima dan memancarkan gelombang radio dari BTS ke BSC atau dari BTS ke BTS.

Antena microwave merupakan bagian dari perangkat radio microwave yang sering ditemui atau terpasang di atas tower telekomunikasi seluler.

Antena microwave mendukung komunikasi microwave point to point dan memiliki karakteristik radiasi elektromagnetik yang menyempit sehingga dapat

(25)

12

mencapai jarak yang jauh untuk pancarannya. Antena ini terdiri dari berbagai ukuran untuk diameternya mulai dari 20 cm, 30 cm, 60 cm, 90 cm, 120 cm, 180 cm, 270 cm, 300 cm, 370 cm, bahkan ada yang 450 cm dan semakin besar diameter antena, maka semakin sempit radiasinya dan semakin jauh jarak pancarnya.

Gambar 2.7 Microwave (Sumber: Google)

2.1.1.2.3 Shelter / Box BTS

Shelter ini berfungsi untuk menyimpan peralatan,biasanya ada di samping tower. shelter BTS adalah suatu tempat yang disitu terdapat perangkat-perangkat telekomunikasi. Untuk letaknya, biasanya juga tidak akan jauh dari suatu menara karena adanya ketergantungan sebuah fungsi diantara keduanya, yakni shelter BTS dan Tower.

Shelter BTS merupakan suatu tempat yang berfungsi untuk menyimpan device telekomunikasi yang terletak di dekat tower karena baik tower maupun shelter saling ketergantungan. Shelter adalah media penyimpan instrumen yang akan terkoneksi dengan sentral device (Siregar et al., 2019). Dalam suatu shelter terdapat RBS 3G dan 2G, 1 RBS memiliki 6 TRU, dalam 1 TRU terdapat 2TRx.

Komponen yang terdapat pada shelter BTS antara lain transmitter, rectifier, air

(26)

13

conditioner, power distribution board (PDB), lampu, power distribution box dan grounding.

Gambar 2.8 Shelter/Box BTS (Sumber: Google)

2.1.1.2.4 Microwave System

Sistem ini dibagi dua yakni indoor unit dan open air unit. Keduanya terhubung melalui kabel coaxial. Indoor unit sesuai namanya berada di dalam shield sedangkan open air unit menempel pada antena microwave.

a. Indoor Unit (IDU)

Indoor unit sering disebut dengan IDU. IDU berisi modem radio yang berfungsi sebagai titik terminasi untuk sinyal digital dari perangkat end user dan kemudian merubahnya ke dalam sinyal yang berbasis sinyal radio untuk dikirimkan sepanjang media transmisi microwave dengan menggunakan skema modulasi dan juga memodulasikan carrier ke sinyal digital pada penerima. IDU biasanya ditempatkan dilokasi yang terproteksi

b. Outdoor Unit (ODU)

Outdoor Unit sering disebut dengan ODU.ODU berfungsi untuk mengkonversi sinyal digital berfrekuensi rendah (Intermediate Frequency) menjadi sinyal radio berfrekuensi tinggi (Radio Frequency).ODU berisi perangkat Radio Frequency pengirim dan penerima.

(27)

14

Gambar 2.9 Microwave System (Sumber: Google)

2.1.1.2.5 Rectifier System

Merupakan perangkat catu daya atau power supply yang memiliki fungsi untuk merubah sinyal AC menjadi sinyal DC. Perangkat ini sangat penting dalam BTS karena listrik yang berasal dari PLN merupakan listrik AC dan listrik yang dibutuhkan untuk menopang BTS adalah DC maka perangkat ini sangatlah penting.

Sistem ini bertugas untuk mengubah tegangan dari PLN 220/380 volt alternative current menjadi tegangan direct current untuk dikirim ke BTS.

Gambar 2.10 Rectifier System (Sumber: Google)

(28)

15

Tower dapat berfungsi karena mendapat pasokan daya dari PLN langsung di kelola Rectifier System yang ada pada Box BTS, Rectifire System ini biasa disebut sebagai Power Supply yang menghidupkan semua perangkat yang ada di BTS, mulai dari perangkat transportasi, perangkat BTS, dan perangkat Optic. Perangkat Transportasi terhubung langsung ke Antena Microwave yang untuk menghubungkan Tower satu ke Tower lainnya, perangkat BTS adalah pengelola jaringan yang memancarkan sinyal ke atas Tower, dan perangkat Optic adalah alat pengelola data sinyal untuk di hubungkan ke tiap Tower dan komunikasi jarak jauh.

Gambar 2.11 Diagram Sistem Kerja

2.1.1.2.6 Baterai

Baterai berfungsi sebagai tenanga cadangan apabila sumber listrik utama terjadi pemadamadaman. Baterai sendiri dapat bertahan hingga 3 – 6 jam dan dapat berkurang tergantung dari penggunaan bandwidth. Semakin besar bandwidth maka ketahanan baterai akan berkurag.

(29)

16

Gambar 2.12 Baterai (Sumber: Google)

2.1.1.2.7 Tower sentral

Tower sentral adalah sebuah tower yang terbuat dari rangkaian besi atau pipa dibuat yang bertujuan untuk menempatkan antenna dan radio pemancar maupun penerima gelombang telekominukasi dan informasi.

Gambar 2.13 Tower Sentral (Sumber: Google)

(30)

17 2.1.1.2.8 Feeder

Feeder merupakan kabel besar yang dijadikan media rambat gelombang radio antara BTS dengan antena sector. Feeder juga berfungsi sebagai media transmisi sebagai media transmisi agar perangkat BTS dapat dipancarkan melalui antenna.

Gambar 2.14 Feeder (Sumber: Google)

2.1.1.2.9 Dynaspere

Dynaspere atau bisa disebut sebagai penangkal petir yang terpasang pada tower bts, terdiri dari seragkaian jalur yang difungsikan sebagai media mengalirkan arus listrik menuju kepermukaan bumi, tampa merusak benda apapun yang dilewati oleh petir tersebut. Dengan menangkap dan mengalihkan aliran sambaran petir tersebut tak mengenai komponen komponen yang ada di tower bts karena akan merusak komponen dan tower tak dapat berfungsi dengan baik.

Gambar 2.15 Dynaspere (Sumber: Google)

(31)

18 2.1.1.2.10 ACPDB

ACPDB merupakan singkatan dari Alternative Current Power Distribution Box. kotak ini membagi arus kebeberapa peralatan seperti Rectiifire, Air Conditioner, Lampu Outdoor, Lampu Indoor, socket outlet. ACPDB tersusun atas beberapa komponen elektronika diantaranya MCB, kontraktor, timer, Relay, Fuse, dan Thermostat. Perangkat ini berfungsi untuk memberikan power keBTS, perangkat ini terpisah dari cabinet BTS. Dan sumber listrik yang di salurkan itu langsung dari PLN.

Gambar 2.16 ACPDB ( Alternative CurrentPower Distribution Box) (Sumber: Google)

Tower Telekomunikasi atau BTS ini keberadaannya sangat penting.

Mengingat pentingnya tentu kita perlu tahu bagian-bagiannya atau perangkat- perangkat pendukungnya sehingga bisa berfungsi dengan baik pula.

2.1.2 Augmented Reality

Perkembangan AR juga sudah mulai prevalent di bidang pendidikan.AR telah berkembang sejak 2 dekade dan terus diterapkan di berbagai bidang pendidikan seperti kedokteran, IPA, teknik bahkan bahasa asing bahkan dalam mempelajari sejarah. Tujuan dari AR adalah mengambil dunia nyata sebagai dasar dengan menggabungkan beberapa teknologi virtual dan

(32)

19

menambahkan information kontekstual agar pemahaman manusia sebagai penggunanya menjadi semakin jelas (Boyles, 2017). Teknologi AR ini telah banyak digunakan dalam berbagai bidang terutama dibidang diversion. Selain di bidang amusement AR juga banyak dimanfaatkan untuk membantu visualisasi perangkat guna mempermudah proses pengerjaan seperti dalam dunia rancang bangun robot, kontruksi, pemasaran produk, dan dunia pendidikan (Haryani &

Triyono, 2017; Kurnia, 2019; Raharjo & Pitaloka, 2020).

Augmented Reality atau dalam bahasa indonesia diterjemahkan menjadi realitas tambahan adalah sebuah teknik yang menggabungkan benda maya dua dimensi maupun tiga dimensi kedalam lingkup nyata tiga dimensi lalu memproyeksikan benda-benda maya tersebut dalam waktu nyata. Dengan bantuan alat seperti smartphone atau tablet yang bersistem android maupun iOS dengan pemanfaatan fitur kamera dunia 3D yang dirancang dengan perangkat komputer dapat ditampilkan sebagai pop up protest (Pamoedji & Maryuni, 2017).

Pengguna AR dapat berinteraksi langsung atau tidak langsung dengan dunia nyata secara bersamaan menggunakan komputer/gadget secara virtual untuk mengeksplorasi informasi (Adami & Budihartanti, 2016).

Tampilan dari AR sendiri merupakan penggabungan benda-benda nyata dan maya di lingkungan nyata yang berjalan secara interaktif dalam waktu nyata (Real Time) dimana benda maya terintegrasi dalam dunia nyata (Chen, Liu, Cheng, & Huang, 2017).AR bertujuan menyederhanakan hidup pengguna dengan membawa informasi virtual tidak hanya untuk lingkungan sekitarnya, tetapi juga untuk setiap pandangan tidak langsung dari lingkungan dunia nyata.

Dengan bantuan teknologi AR, lingkungan nyata disekitar kita akan dapat berinteraksi dalam bentuk virtual (Kusuma, 2018; Mustaqim, 2016). AR dapat berfungsi sebagai kacamata atau proyektor retina yang menyediakan tampilan informasi yang relevan, diperlihatkan ke lingkungan secara Real time (Maulana, 2017).

(33)

20 2.1.2.1. BLENDER

Blender merupakan computer program pengolah 3 dimensi (3D) untuk membuat animasi 3D, yang bisa dijalankan di Windows, Mac dan linux. Blender juga sama seperti program 3D pada umumnya seperti 3DS Max, Maya dan lightwave, tetapi dia juga mempunyai perbedaan yang cukup mendasar seperti projek kerja di Blender bisa dikerjakan dihampir semua computer program 3D komersial lainnya, tampilannya yang bisa diatur sesuka hati, mempunyai simulasi material science yang bagus dan menggunakan UV yang lebih mudah.

Satu lagi kelebihan Blender yang withering utama dan tidak terdapat pada computer program 3D lainnya adalah Blender dapat digunakan untuk membuat amusement, tanpa perlu bantuan dari computer program maker diversion, karena Blender mempunyai motor (mesin) untuk menciptakan diversion

.

Gambar 2.17. Logo Blender ( Sumber: Blender.org)

2.1.2.2. ASSEMBLER

Perkembangan teknologi revolusi industry 4.0 yang diperkenalkan dengan aplikasi virtual reality yang merupakan satu-satunya peralatan dasar dalam memvisualisasikan benda-benda yang abstrak tetapi masih membutuhkan peralatan tambahan seperti kacamata 3D. Era digital memang tidak bisa dihentikan lajunya, sehingga perkembangan virtual reality mampu dikalahkan dengan teknologi terbaru yaitu Augmented Reality (AR). Menurut Jorge Becca, AR awalnya digunakan untuk dunia industry sebagi media promosi namun belakangan ini penelitian tentang hal ini sudah banyak mengarah ke pembelajaran.( kishino. 2017).

(34)

21

Industri AR (Augmented Reality ) di Indonesia masih dalam tahap perkembangan.Saat ini, mulai bermunculan layanan dan bisnis AR baru.Salah satunya adalah Assemblr.Assemblr merupakan sebuah platform berbasis mobile yang memungkinkan penggunanya menghasilkan karya tiga dimensi dari hasil penggabungan objek-objek yang tersedia dalam berbagai jenis.Hasil karya tersebut nantinya dapat dimunculkan di dunia nyata menggunakan teknologi Augmented Reality dan Geo-Location untuk diakses semua orang (Ryza, 2017).

Merupakan jenis aplikasi futuristic berbekal AR. Assemblr adalah sebuah platform yang berbasis mobile yang memungkinkan penggunanya menghasilkan karya 3D melalui penggabungan obyek-obyek yang tersedia dan material yang beragam. Assemblr merupakan aplikasi membuat konten 3D yang divisualisasikan ke dalam (AR), melalui AR tersebut hasil konten bisa di tempatkan di dunia nyata. Assemblr pada simulasi tower bts pembelajaran gerakan shalat mata pelajaran fikih adalah dengan cara membuat gambar-gambar gerakan shalat dua dimensi menjadi nyata 3 dimensi.Kemudian menvisualisasikan ke dalam Augmented Reality (AR). Hal ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran asyik dan menyenangkan, sehingga siswa akan dengan mudah menerima pelajaran, dengan demikan tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Assemblr adalah salah satu aplikasi 3D/4D terbaik yang mendorong pelajar untuk belajar dan memahami apa yang mereka pelajari lewat membangun dan merancang. Platform yang sederhana menyediakan lingkungan belajar yang interaktif untuk menciptakan proyek kreatif dengan Augmented dan virtual reality .

Gambar 2.18 logo Assemblr ( Sumber: Assemblrworld.com)

(35)

22 2.1.2.3. 3 DIMENSI

Animasi 3D merupakan penciptaan gambar bergerak dalam ruang digital 3 dimensi. Hal ini dilakukan dengan membuat frame yang mensimulasikan masing- masing gambar, difilmkan dengan kamera virtual, dan output-nya berupa video yang sudah di-rendering atau Realtime, jika tujuannya untuk membuat game.

Animasi 3D biasanya ditampilkan dengan kecepatan lebih dari 24 frame per detik.

Konsep animasi 3D sendiri adalah sebuah model yang memiliki bentuk, volume, dan ruang. Animasi 3D merupakan jantung dari game dan virtual reality , tetapi biasanya animasi 3D juga digunakan dalam presentasi grafis untuk menambahkan efek visual ataupun film.( Handani, Sitaresmi Wahyu, M. Suyanto, and Amir Fatah Sofyan.2016))

2.1.2.3.1 Konsep Objek 3D

Seperti yang sudah disebutkan di atas, objek 3D mempunyai bentuk, volume, dan ruang. Sehingga objek ini memiliki koordinat X, Y, dan Z. Jika pada animasi 2D, objek hanya dapat digerakkan ke dua arah, yaitu ke kanan – kiri (X) dan atas – bawah (Y), maka berbeda dengan animasi 3D. Pada animasi 3D, objek dapat digerakkan ketiga arah, yaitu ke kanan – kiri (X), atas – bawah (Y) dan depan – belakang (Z).Pada umumnya objek 3D memiliki sub objek berupa elemen-elemen pembentuk objek tersebut, yang berupa Vertex, Edge, dan Face. Vertex merupakan titik yang terletak pada koordinat X, Y, Z.

Penggabungan dua Vertex akan menjadi Edge. Tiga Vertex dan Edge yang terbentuk dalam bidang permukaan berupa kurva tutup akan menghasilkan Face.

Kumpulan dari Vertex, Edge, dan Face akan menjadi sebuah objek utuh yang disebut dengan Mesh

(36)

23

Gambar 2.19 Konsep Objek 3D ( Sumber: Google)

2.1.2.3.2 QR-CODE

QR Code adalah gambar berupa matriks dua dimensi yang memiliki kemampuan untuk menyimpan data di dalamnya. QR Code merupakan pengembangan dari kode batang (barcode). Karena QR Code merupakan matriks dua dimensi, maka penyimpanan data dilakukan secara vertikal dan horizontal.QR Code merupakan gambar dua dimensi yang merepresentasikan suatu data, terutama data yang berbentuk teks. QR Code adalah perubahan dari barcode yang berawal dari kode satu dimensi menjadi kode dua dimensi. QR Code memiliki kemampuan untuk menyimpan data yang lebih besar daripada barcode. ( Prathivi, Rastri. (2019))

Gambar 2.20 Qr-Code ( Sumber: Google)

(37)

24 2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

Judul Penelitian

Tahun Penelitian

Metode Penelitian

Hasil 1. Rifqi Fardi

Pradhana Paramita Maya Dewi Monteriko Adrian

Aplikasi pengelola data asset dan visualisasi Base Transceiver station (BTS)

2020 Metode penelitian ini metode pengumpu -lan data

Setelah melakukan kegiatan analisisis kebutuhan, desain, perancangan kode

program dan

pengujian terhadap aplikasi pengolahan data aset dan visualisasi base transceiver station (BTS) berbasis GIS, penulis mengambil kesimpulan

diantaranya adalah sebagai berikut.

1.Memfasilitasi divisi marke-ting untuk mendapatkan data site list lebih mudah tanpa harus meminta satu per satu data pada divisi lain.

2.Memfasilitasi Citra Gaia untuk memiliki data perangkat

antenna yang

terpasang pada asset tower, agar lebih

mudah dalam

pengelolaan data jika terjadi perubahan sewa untuk masalah pengubahan perangkat 3.Memfasilitasi divisi ke-uangan dan klien dengan adanya notifikasi bila masa sewa akan segera berakhir

(38)

25 2. Z.Y

Hutapea Lukas

Implementa si Sensor Network untuk monitoring Base Transceiver station (BTS)

2019 Metode penelitian ini

Aplikasi Monitorin g dan Penge- lolahan Data

Problem yang terjadi saat ini dapat terselesaikan dengan implementasi wireless sensor network (WSN) untuk mo- nitoring temperatur suhu, kelembaban dan sumber daya listrik.

Selain itu, Sistem Peringatan Dini (Early Warning System) yang dapat diketahui lebih awal, hal ini akan

menekan biaya

operasional dan efektifitas penanganan gangguan. Sistem peringatan dini dapat berjalan dengan baik melalui implementasi WSN pada monitoring BTS Operator X yang sudah diintegrasikan ke dalam jaringan gateway Operator X dari shelter ke server yang diinstall pada

jaringan LAN

Operator X dikantor pusat. Hasil informasi yang terbaca pada perangkat alat sensor DHT11 dikirimkan ke webserver dan sudah bisa ditampilkan pada Laptop O/S Windows 2010

3. Dwi Reetnosari .

Budi Setiadi.

Implementa si

Monitoring Base

Transcaiver Station (BTS) berbasis web

2018 Metode pe-nelitian ini

mengguna k-an pengum- pulan data, analisa sys-tem, propo-sed

Dengan Teknologi Implemen-tasi

Monitoring Base Trans-ceiver Station

System (BTS)

Berbasis Web ini maka pengolahan data dari setiap aktivitas Troubleshooting akan lebih efisien jika

(39)

26

model /method, ek- perimen dan pengujian me- tode, evaluasi dan validasi hasil

menggunakan

komputer bila

dibandingkan dengan cara manual sehingga dapat memudahkan dalam melakukan pendataan, per-baikan, pengumpulan data, dan pengeditan data yang ter-simpan serta informasi yang dihasilkan lebih akurat se-hingga kesalahan yang di-sebabkan human error dapat dikurangi, dengan Teknologi

Implementasi

Monitoring Base Transceiver station

System (BTS)

Berbasis Web ini juga akses sistem lebih mudah oleh user yang membutuhkan data secara cepat, serta Mengurangi resiko hilang nya data yang dibutuhkan dalam kurun waktu tertentu

(40)

27 4. Ilham

Putra Sanur

Sistem pendukung keputusan penentuan lokasi pemasangan antenna pada tower BTS (Base Transceiver station) bersama menggunak an metode toptis (sutdi kasus kota Malang)

2018 Metode penelitian ini

mengguna kan pengumpu lan data

Berdasarkan hasil pengujian web sistem pendukung keputusan penentuan lokasi pemasangan antena pada tower BTS bersama dapat di- simpulkan sebagai berikut:

1.Web SPK penentuan lokasi tower BTS bersama ini dapat dijalankan pada web browser seperti mozilla firefox, google chrome, dan internet explorer. hasil pengujian aplikasi fungsional pada web browser berhasil 100% dan pengujian perhitungan metode topsis dapat dilakukan dengan hasil yang benar.

5. Ardinayta mra umar.

Azhar syahrir.

Pemanfaata n Teknologi Augmented Reality sebagai media pengenalan visual berbasis android pada gedung Universitas Fajar Makassar.

2016 Metode penelitian ini ialah pengenala n gedung mengguna kan animasi 3D

Kesimpulan dari penelitian ini hasil dari rancangan program dapat membantu memperke-

nalkan kampus

Universitas Fajar dengan mudah dan menarik.

Mengefisienkan wak- tu dengan melihat objek 3D gedung secara real time menggunakan

perangkat mo-bile pada aplikasi platform android.

(41)

28 2.3 Kerangka Berfikir

Adapun tahapan – tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini akan dituangkan dalam bentuk kerangka pemikiran sebagai berikut :

Tabel 2.2 Kerangka Berfikir Masalah

Pengetahuan tentang Tower BTS masih sangat minim.

Peluang Pemanfaatan teknologi Augmented Reality sebagai pengenalan Tower BTS

Pendekatan Melakukan pembuatan animasi Tower BTS menggunakan Blender, agar tampilan Tower lebih menarik

Solusi

Melakukan pembuatan maker untuk membuat tower lebih nyata pada saat di scant

Hasil Didapatkan hasil tampilan 3D dan

Augmented Reality pada tower dan dengan

pembuatan aplikasi untuk finishing

penelitian ini di Assemblr dapat menampilkan secara nyata dan lebih menarik

(42)

29 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian ini dilakukan dengan studi literature atau membaca beberapa referensi yang berhubungan dengan konsentrasi telekomunikasi dan tentang Augmented Reality . Dari studi literature tersebut didapatkan toppik penelitian mengenai “implementasi Tower BTS (Base Transcaifer Station) dengan menggunakan teknologi Augmented Reality “. Secara garis besar berikut merupakan tahapan penelitian yang digambarkan melalui bagan bawah ini :

Tabel 3.1 Tahapan Penelitian

Mulai

Studi literatur mengenai metode pembelajaran bebasis Augmented Reality

Studi literatur mengenai tower bts, jenis, dan komponennya

Analisa data yang telah diperoleh

Membuat desain tower BTS beserta komponennya di Blender

Memasukkan projek ke aplikasi Assemblr

Menampilkan projek 3D Tower BTS di Aplikasi Assemblr

Menganalisa hasil desain pada tower BTS dan membuat lebih menrik

Uji implementasi tower BTS menggunakan metode AR

Selesai

(43)

30 3.1.1 Tahap Study Literatur

Studi literatur dilakukan dengan mengkaji dan mencari data yang dibutuhkan untuk data simulasi tower bts ( base transceiver statio) menggunakan metode augmented reality .

Study Literatur yaitu dengan mencari referensi dan mempelajari sebuah metode Augmented Reality sebagai metode pembelajaran yang asik dan meyenangkan

Study Literatur tentang tower bts, dengan mancari data-data mulai dari data mulai dari buku, jurnal, internet, dan juga melakukan diskusi dengan dosen pembimbing dan juga orang yang berkompeten dalam bidang tower BTS.

3.1.2 Tahap design

Tahap ini dilakukan sebuah perancangan atau pembuatan desain pada simulasi tower bts ( base transceiver station) menggunakan metode Augmented Reality sesuai dengan hasil kajian dari tahap analisis. Tahap ini dilakukan agar desain dibuat semenarik mungkin sehingga pengguna dapat meranya nyaman dan pembelajaran lebih mudah karena Augmented Reality adalah metode pembelajaran yang menyediakan sebuah materi dengan mengvisualisasikannya dalam bentuk maya menjadi nyata. Dalam tahap desain ini terbagi menjadi dua yaitu :

3.1.2.1 Desain 3D

Dalam pembuatan simulasi tower bts base transceiver station menggunakan metode Augmented Reality melalui tahap pembuatan 3 dimensi menggunakan aplikasi Blender.

(44)

31

Gambar 3.1 Desain 3D Blender 3.1.2.2 Desain augmented reality

Setelah desain dari Blender dibuat maka akan diteruskan pada pada aplikasi Assemblr untuk pembuatan augmrnted reality .

Gambar 3.2 Desain Augmented Reality pada assembler 3.1.3 Tahap Implementasi

Tahap ini merupakan langkah uji coba pada simulasi tower bts base transceiver station menggunakan metode Augmented Reality yang melalui tahap desain. Pengujian dilakukan kepada mahasiswa teknik elektro konsentrasi telekomunikasi sebagai pengguna. Pengujian untuk simulasi ini menggunakan instrument penilaian berupa kusioner.

(45)

32 3.2 Rancangan Penelitian/Sistem

Rancangan penelitian pada tugas akhir dimulai dengan studi literatur dan pengumpulan hingga pembuatan laporan hasil. Alur rancangan penelitian akan penulis sajikan dalam bentuk flowchart berikut ini :

Gambar 3.2 flowchart Rancangan Penelitian.

(46)

33

Langkah penelitian yang akan dilakukan pada tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

 Langkah pertama yang dilakukan pada penelitian ini adalah melakukan studi literature terkait topic pada tugas akhir ini. Studi literatur dilakukan dengan membaca jurnal, buku dan skripsi serta mencari data tambahan pada seorang Reeger.

 Langkah selanjutnya setelah memperoleh data mengenai data Tower BTS mulai dari tipe, jenis, dan komponennya akan dilakukan pembuatan desain model 3D.

 Setelah data terkumpul sudah lengkap maka Tower BTS di desain menggunakan aplikasi yang bernama Blender. Blender adalah salah satu software yang diciptakan untuk membuat karya 3 Dimensi.

 Setelah desain 3D Tower BTS tela berhasil dibuat dan tidak berhasil menampilkan objek di Assemblr maka perlu pengecekan kembali, dan apabila berhasil menampilkan objek di Assemblr maka dapat dilanjutkan agar dsain lebih menarik.

 Setelah desain 3D Tower BTS telah selesain di desain kita bisa langsung membagikan hasil desain ke pengguna agar pengguna dapat menyalin link atau scant-QR desain 3D dan AR Tower BTS.

 Setelah link dan QR-code berhasil di scant atau dibuka maka ada dua pilihan yaitu tampilan 3D pada web dan tampilan AR di aplikasi

 Setelah semua telah terlaksana dan Aplikasi berjalan dengan baik dan gambar 3D Tower BTS dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Maka akan dilakukan kesimpulan serta pembuatan hasil penelitian.

3.3 Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 bulan dimulai dari bulan Oktober 2021 sampai Januari 2022. Tempat penelitian dilakukan di Makassar Sulawesi Selatan.

(47)

34 3.4 Alat dan Bahan Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan hardware dan software berikut merupakan alat dan bahan yang di gunakan pada tugas akhir ini :

a. Hardware atau perangkat keras yang digunakan pada penelitian ini ada Laptop, dan Handphone.

b. Software atau perangkat lunak yang digunakan pada penelitian ini yaitu Blender, Assemblr.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode penngumpulan data yang digunakan pada penelitian ini meliputi pencarian sumber dana, analisa data mengenai parameter kualitas layanan suatu jaringan seluler. Adapun data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.5.1 Data Primer

Data primer dalam penelitian ini meliputi data-data mengenai metode pembelajaran menggunakan Augmented Reality dan juga penjelasan Tower BTS dan juga komponennya.Data dari hal tersebut merupakan data primer pada penelitian ini. Selanjutnya data-data ini akan digabungkan menjadi satu dan di desain menjadi 3D dan AR.

3.5.2 Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari sumber literature yang ada seperti penelitian terdahulu, judul, buku, website, dan sebagainya yang membahas tentang Augmented Reality , Tower BTS, dan komponen pada BTS.

Instrument penelitian yang digunakan sebagai alat ukur penelitian produk mengacu pada standard Augmented Reality Teaching Platform (ARTP), yang meliputi: Ergonomic Quality, Learning Quality, dan Hedonic Quality ( pribeanu, balog & lorddache, 2017). Standard penilaian oleh responden menggunakan skala penilaian.

Untuk menganalisis data hasil lembar penilaian. Peneliti menggunakan analisis seperti berikut:

(48)

35 Tabel 3.3 Skala Penilaian

Kriteria penilaian Bobot Nilai

Tidak Valid 1

Kurang Valid 2

Valid 3

Sangat Valid 4

Sumber : ( Riduwan, 2015 )

Setelah responden melakukan pengisian lembar penilaian dengan menggunakan skala penilaian seperti pada table 4.2. Yang digunakan sebagai rujukan jawaban responden dapat dihitung skor totalnya dengan menggunakan rumus seperti table berikut. Berikut ini.

Tabel 3.4 Rumus Skala Penilaian

Tidak Valid n x 1

Kurang Valid n x 2

Valid n x 3

Sangat Valid n x 4

Σ

Jawaban Responden

. . . Sumber : ( Riduwan, 2015 )

Kemudian untuk menentukan nilai kevalidan berdasarkan kepraktisan dengan nilai presentase, maka dapat dilakukan dengan cara membagi skor total dari jawaban responden, sehingga didapatkan rumus sebagai berikut.

(49)

36

Sumber : ( Riduwan, 2015 )

Jika hasil rating ( persentase ) telah ditentukan, maka selanjutnya adalah pengembalian kesimpulan validitas berdasarkan kepraktisan aplikasi pembelajaran melalui penyesuaian hasil persentase dengan kriteria persentase yang ditunjukan pada table 3 berikut.

Tabel 3.5 Persentase Skala Penilaian

Kriteria penilaian Persentase

Tidak Valid 25% s/d 43%

Kurang Valid 44% s/d 62%

Valid 63% s/d 81%

Sangat Valid 82% s/d 100%

Sumber: (Sugiyono, 2015)

3.6 Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.6.1 Pengambilan data pada tower bts

Pengambilan data ini guna melengkapi data untuk dimasukkan kedalam penelitian ini, mulai dari jenis, tipe Tower BTS, dan komponen pada Tower untuk di implementasikan kedalam penelitian ini.

3.6.2 Menganalisis data yang telah di ambil sebelumnya

Analisis ini guna memilah dan menetukan sebuh data yang telah diambil agar penjelasan, kegunaan, dan fungsi sebuah Tower BTS ini dapat di pahami dengan jelas sehingga pada penelitian ini dapat terimplementasi dengan baik.

3.6.3 Pembuatan desain 3D pada Tower BTS

(50)

37

Pada pembuatan desain tower 3D ini digunakan beberapa software yang pertama Blender software ini berfungsi untuk mendesain gambar menjadi 3D, dan memasukkan projek ke Assemblr sebagai Custom untuk pembuatan 3D dan juga Augmented Reality .

Dari penjelasan di atas mulai dari pengambilan data, analisis data, sampai ketahap akhir pembuatan desain 3D pada Tower BTS dan dapat terimplementasi dengan baik.

(51)

38 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL

Hasil dari penelitian ini adalah memberikan simulasi tower BTS menggunakan metode Augmented Reality yang dapat menampilkan tower BTS secara nyata. Penelitian ini sebagai pengenalan dan pembelajaran tentang tower BTS dan dapat menjadi bahan ajar untuk dosen telekomunikasi dalam menyampaikan materi yang membahas tentang tower BTS. Berikut adalah hasil dari penelitian simulasi tower BTS menggunakan metode augmented reality .

4.1.1 Tampilan pertama

Gambar 4.1 Tampilan Pertama Tower Rectangular

Tampilan ketika qr-code di scant ataupun membuka link yang tertera, tam pilan pada Assemblr mempunyai dua pilihan yaitu menampilakan dalam bentuk 3 dimensi dan manampilkan dalam bentuk augmented reality .

(52)

39 4.1.2 Tampilan 3 Dimensi

Gambar 4.2 Tampilan 3 Dimensi

Tampilan 3 dimensi pada assembler, ketika kita membukanya di website Assemblr maka tampilan tower akan berbentuk seperti ini lebih simple tanpa perlu memindai suatu objek nyata agar dapat menampilkan produk.

4.1.3 Tampilan Augmented Reality

Gambar 4.3 Tampilan Augmented Reality

(53)

40

Tampilan augmented reality , ketika kita membuka dengan aplikasi Assemblr maka tampilan akan seperti gambar di atas yang dimana kita bisa melihat jelas gambar maya menjadi nyata. Dan pengguna dapat melihat objek tersebut dari sudut mana pun.

4.1.4 Tampilan Tower Rectangular

Gambar 4.4 Tampilan Tower Rectangular Gambar dapat di akses (http://asblr.com/xmrd5 )

Gambar di atas adalah tampilan Tower rectangular, tampilan tower 4 kaki dengan 4 antena sectoral sebagai jembatan untuk menghubungkan jaringan ke handphone anda, 3 RRU sebagai module jaringan mulai dari, ( 2G, 3G, dan 4G ), 2 antena microwave yang mebhubungkan dari tower 1 ke tower lainnya melalui gelombang elektromagnetik, 1 dynespire sebagai penangkal petir pada tower, fiber atau kabel untuk menhubungkan semua komponen yang ada di BTS, dan box BTS yang terisi rectifier yang mengatur arus listrik dari PLN hingga arus listrik menuju tower BTS dan juga berisi baterai sebagai cadangan tegangan jikalau terjadi pemadaman listrik.

(54)

41 4.1.5 Tampilan Tower Triangle

Gambar 4.5 Tampilan Tower Triangle Gambar dapat diakses (http://asblr.com/k89iT )

Gambar di atas adalah tampilan Tower triangle, tampilan tower 3 kaki yang paling sering dipakai untuk menyimpan komponen penerima sinyal radio. 3 antena sectoral sebagai jembatan untuk menhubungkan jaringan ke handphon anda, 3 RRU sebagai module jaringan mulai dari, ( 2G, 3G, dan 4G ), 1 antena microwave yang mebhubungkan dari tower 1 ke tower lainnya melalui gelombang elektromagnetik, 1 dynespire sebagai penangkal petir pada tower, fiber atau kabel untuk menhubungkan semua komponen yang ada di BTS, dan box BTS yang terisi rectifier yang mengatur arus listrik dari PLN hingga arus listrik menuju tower BTS dan juga berisi baterai sebagai cadangan tegangan jikalau terjadi pemadaman listrik.

(55)

42 4.1.6 Tampilan Tower Pole

Gambar 4.6 Tampilan Tower Pole Gambar dapat diakses (http://asblr.com/ezkb8 )

Gambar di atas adalah tampilan Tower pole , tampilan tower 1 kaki yang biasa kita lihat di area perkotaan , memiliki 1 antena omnidirectional sebagai antenna yang memancarkan jaringan wifi 360° pada posisi vertical, 3 antena sectoral sebagai jembatan untuk menghubungkan jaringan ke handphone anda, 3 RRU sebagai module jaringan mulai dari, ( 2G, 3G, dan 4G ), 1 antena microwave yang mebhubungkan dari tower 1 ke tower lainnya melalui gelombang elektromagnetik, 1 dynespire sebagai penangkal petir pada tower, fiber atau kabel untuk menhubungkan semua komponen yang ada di BTS, dan box BTS yang terisi rectifier yang mengatur arus listrik dari PLN hingga arus listrik menuju tower BTS dan juga berisi baterai sebagai cadangan tegangan jikalau terjadi pemadaman listrik.

(56)

43 4.1.7 Tampilan Tower Rooftop

Gambar 4.7 Tampilan Tower Rooftop Gambar dapat diakses ( http://asblr.com/ezkb8 )

Gambar di atas adalah tampilan Tower rooftop bertepat pada gedung tinggi, mengapa di sebut rooftop karena tower ini berad di atas gedung sebagai aksespoin untuk jaringan yang ada diperkotaan yg biasa terkena blokingan dikarenakan gedung-gedung tinggi. 3 antena sectoral sebagai jembatan untuk menhubungkan jaringan ke handphone anda, 3 RRU sebagai module jaringan mulai dari, ( 2G, 3G, dan 4G ), 1 antena microwave yang mebhubungkan dari tower 1 ke tower lainnya melalui gelombang elektromagnetik, 1 dynespire sebagai penangkal petir pada tower, fiber atau kabel untuk menhubungkan semua komponen yang ada di BTS, dan box BTS yang terisi rectifier yang mengatur arus listrik dari PLN hingga arus listrik menuju tower BTS dan juga berisi baterai sebagai cadangan tegangan jikalau terjadi pemadaman listrik.

(57)

44 4.1.8 Fitur – fitur

1. Tampilan deskripsi

Gambar 4.8 Tampilan Deskripsi

Gambar diatas adalah tampilan salah satu fitur dalam penelitian ini guna para pengguna yang melihat dapat membaca seuatu kegunaan yg ada pada salah satu komponen ada pata simulasi tower BTS,

2. Tampilan video penjelasan

Gambar 4.9 Tampilan Video Penjelasan

Gambar diatas adalah tampilan video penjelasan tentang sebuah tower hingga system kerja suatu tower, sehingga para pengguna dengan mudah mengetahui tentang tower yang dijelaskan di video tersebut.

(58)

45

Gambar 4.10 Qr- code tower pole Gambar 4.11 Qr- code tower triangle

Gambar 4.12 Qr- code tower rectangular Gambar 4.13 Qr- code tower rooftop

Gambar di atas adalah Qr-code dari tiap masing- masing tower BTS mulai dari rectangular sampai tower rooftop.

Gambar

Gambar 2.1 Rooftop Tower   (Sumber: Seran, 2017)  2.1.1.1.2  Greenfield Tower,
Gambar 2.2 Greenfield Tower   (Sumber: Seran, 2017)
Gambar 2.3 Tower 4 kaki/ Rectangular Tower
Gambar 2.4 Tower 3 kaki/ Triangle Tower
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sebuah sitem dengan metode ELECTRE yang dapat membantu bagian BTS untuk menentukan lokasi pembangunan BTS

Menurut Arikunto (2008: 16) dalam penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

Metode AHP berfungsi untuk mengetahui nilai prioritas tiap sub- kriteria yang digunakan sedangkan TOPSIS berfungsi untuk mencari nilai tiap zona berdasarkan input

Pada Gambar 1, secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya studi literatur dan pengambilan data yang nantinya data tersebut digunakan

Pada Gambar 1, secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahapan diantaranya studi literatur dan pengambilan data yang nantinya data tersebut digunakan

Menurut Arikunto (2008: 16) dalam penelitian secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

46 3.2 Kerangka Operasional Proses Seleksi Literature Kerangka Operasional proses seleksi literatur pada penelitian ini digambarkan melalui bagan sebagai berikut : Gambar 3.1 Flow

Berdasarkan hasil simulasi rancangan filter aktif shunt menggunakan matlab, diperoleh nilai THDIsesudah menggunakan filter aktifshunt untuk fasa R, S dan T bernilai 0,15%, 0,68% dan