• Tidak ada hasil yang ditemukan

sistem bagi hasil antara petani pemilik lahan dengan

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "sistem bagi hasil antara petani pemilik lahan dengan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM BAGI HASIL ANTARA PETANI PEMILIK LAHAN DENGAN PETANI PEMOTONG KARET DI DUSUN 5 JORONG BATU BALANG NAGARI LIMO KOTO KECAMATAN KOTO TUJUH KABUPATEN

SIJUNJUNG

ARTIKEL

Oleh:

YANDRI VIANTO 10070170

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

PADANG

2015

(2)
(3)

Profit-sharing system between the owners with farmer petani pemotog Dusun 5 Jorong Batu Balang Nagari Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung

Yandri Vianto1 Rinel Fitlayeni, MA2 Dian Kurnia Anggreta, M.Si3 Program Studi Pendidikan Sosiologi

STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSRACT

This study reviews the profit sharing system between the land-owning farmer rubber cutter rubber farmers in Hamlet 5 Jorong Batu Balang Nagari Limo Koto Kecamatan Koto VII Kabupaten Sijunjung. Profit-sharing system does is division of 70% for landowners rubber and 30% for cutting rubber is a division of unequal where farmers land owners rubber more gain sharing rubber compared with farmers cutting rubber, farmers cutting karetmerasa division is not balanced but the division is not the balance has been by mutual agreement between the growers and farmers land owners rubber cutter rubber. The goal of this research is the goal: Describe the farmer's profit sharing system between land owners and farmers cutting rubber and rubber cutters Describe the farmer attempts to gain more revenue sharing.

The theory used in this research is the theory of exchange theory put forward by Peter M.

Blau. Informants were taken by purposive sampling. Informants in this study of 20 people consisting of 7 landowners rubber and 13 farmers cutter. This type of data is a primary and secondary data. The data analysis was conducted using data reduction, data presentation, and drawing conclusions or verification.

The results showed that: 1) Thesis Sharing System In Rubber Farmers in Jorong Batu Balang system for results is done in accordance with the agreements before work. 2) work processes there are two rubber cutter rubber cutters also served in fertilizer rubber and rubber land clearing, 3) distribution system occurred 70-30 rubber results Diman 70 landowners and 30 farmers cutting rubber, 4) Efforts Cutter Rubber Farmers To Get Greater results by way of fraud, such as the reporting of results of different rubber, injecting rubber, and reduce fertilizer.

Key: Rubber growers and system for results

1Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2011

2Pembimbing I Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

3Pembimbing II Dosen STKIP PGRI Sumatera Barat

(4)

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara berkembang, dimana sektor pertanian merupakan sektor mata pencaharian bagi mayoritas penduduknya, dengan demikian sebagian besar penduduk di negara ini menggantungkan hidupnya dari sektor pertanian. Sehubung dengan dominannya mata pencaharian masyarakat dalam bidang pertanian, maka selayaknya sektor ini

mendapat perhatian untuk

perkembangannya, pertanian ini diharapkan dapat menjadi suatu sektor yang cukup tangguh dalam usaha pencapaian tujuan pembangunan nasional. Masyarakat Indonesia terkenal dengan masyarakat agraris atau pertanian, karena sebagian besar dari rakyat Indonesia adalah rakyat petani sejak berabad-abad lamanya, maka tak mengherankan bahwa cara berpikir yang paling asli itu adalah seperti cara berpikir petani (Sajogyo, 1991: 19).

Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain:

potensi sumber daya alam yang besar dan beragam, karna sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Sebab sekitar 60% warga Indonesia hidup dan berpenghidupan dari sektor pertanian (Sastraatmadja, 1984: 66).

Pertanian adalah suatu kegiatan produksi biologis untuk menghasilkan berbagai kebutuhan manusia, termasuk sandang, pangan, dan papan (Syahyuti, 2006: 197). Sebagai masyarakat pertanian kehidupannya digantungkan pada hasil alam,

hasil alam yang didapatkan beraneka macam mulai dari hasil sawah hingga hasil perkebunan. Hasil perkebunan yang diperoleh dari tahun ketahun selalu meningkat. Peningkatan hasil perkebunan ini tentu tidak terlepas dari campur tangan petani maupun pemerintah. Pemerintah salalu berupaya untuk meningkatkan hasil produksi perkebunan baik berupa perluasan lahan maupun penyediaan bibit unggul.

Sementara bagi petani upaya yang dilakukannya untuk meningkatkan hasil perkebunan dengan mengelolah dan merawat perkebunan dengan sebaik- baiknya. Selain mengelolah hasil lahan pertanian dilakukan oleh petani, ada juga dilakukan dengan cara bagi hasil antara petani pemilik lahan dengan penggarap lahan. Menurut Marwan (1985: 1) bagi hasil dalam pertanian merupakan suatu bentuk pemanfaatan tanah, dimana pembagian hasil terhadap dua unsur produksi, yaitu modal dan kerja, dilaksanakan menurut perbandingan tertentu dari hasil bruto tanah tersebut dan ada pula dalam bentuk natura sesuai dengan perkembangan usaha tani.

Menurut Dietzel dalam Marwan(1985: 1) menganggap bagi hasil sebagai suatu perjanjian, dimana pemilik tanah mewajibkan keluarga buruh tani mengarap sebidang tanah, yang merupakan kesatuan usaha, selama waktu yang ditentukan dalam kontrak dengan memberikan bagian tertentu dari hasil bruto kepada penggarap sebagai upah. Pembagian 70% untuk pemilik lahan karet dan 30% untuk pemotong karet adalah pembagian yang tidak merata dimana petani pemilik lahan karet lebih banyak mendapatkan pembagian hasil karet

(5)

dibandingkan dengan petani pemotong karet, petani pemotong karet merasa pembagiannya tidak seimbang tetapi pembagian tidak seimbang tersebut sudah melalui persetujuan bersama antara petani pemilik lahan dengan petani pemotong karet. Pada dasarnya sistem bagi hasil yang dilakukan oleh petani pemilik lahan karet dengan petani pemotong karet adalah dibagi rata atau dibagi sama banyak antara pemilik dengan pekerja atau pemotong, akan tetapi di Dusun 5 Jorong Batu Balang sistem bagi hasil yang dilakukan oleh petani pemilik lahan karet dengan petani pemotong karet ada pembagianya yang tidak seimbang antara petani pemilik lahan dengan petani pemotong karet, karna tidak seimbangnya pembagian tersebut petani pemotong melakukan kecurangan didalam melakukan penimbangan hasil karet.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : mendeskripsikan sistem bagi hasil antara petani pemilik lahan dengan petani pemotong karet dan mendeskripsikan upaya petani pemotong karet untuk mendapatkan pembagian hasil yang lebih banyak

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori pertukaran yang dikemukakan oleh Peter M. Blau. Menurut Upe (2010: 181-185), dalam teori ini Blau memfokuskan analisisnya pada proses pertukaran yang menurutnya mengatur kebanyakan perilaku manusia dan melandasi hubungan antarindividu maupun kelompok.

Dalam konteks ini, Blau membayangkan empat langkah proses pertukaran yang terjadi mulai dari pertukaran antar pribadi ke

struktur sosial hingga ke perubahan sosial.

Pertukaran atau transaksi antar individu merupakan langkah pertama, kemudian meningkat ke diferensiasi status dan kekuasaan pada langkah kedua. Selanjutnya mengarah kelegitimasi dan pengorganisasian sebagai langkah ketiga, dan akhirnya menyebarkan bibit oposisi dan perubahan.

Bukan hanya Homans yang tertarik pada kajian dengan level individu, Blau pun demikian adanya. Hanya saja, konsep pertukaran sosial Blau terbatas pada tindakan yang tergantung pada reaksi pemberian hadiah dari orang lain, tindakan akan berhenti jika reaksi yang diharapkan belum juga muncul. Pada kondisi ini, setiap orang akan saling beriteraksi untuk membangun kelompok sosial. Harapan mereka, setelah ikatan dibentuk maka hadiah yang diberikan akan membantu mempertahankan dan meningkatkan ikatan.

Hadiah yang dipertukarkan itu dapat berupa sesuatu yang bersifat intrinsik seperti cinta, kasih sayang, dan rasa hormat dan dapat pula berupa seuatu yang bernilai ekstrinsik, seperti uang dan tenaga kerja fisik. Dengan demikian, setiap orang yang terlibat dalam ikatan kelompok tidak selamanya mendapatkan imbalan atau hadiah secara setara.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif, pendekatan kualitatif merupakan metode penelitian ilmu-ilmu sosial yang menganalisis data berupa kata-kata dan perbuatan-perbuatan manusia dengan cara interpretasi (Afrizal, 2008: 14). Data yang

(6)

dikumpulkan dan di interpretasikan berupa pembicaraan secara langsung dengan informan tulisan-tulisan mengenai aktifitas, syarat dan ekspresi fisik informan dalam melakukan aktifitas sesuai yang mereka pahami.

Kemudian penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksud untuk memperoleh gambaran mendalam, sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Jauhari, 2010:

34). Penelitian ini ingin menggambarkan sistem bagi hasil yang terjadi di Dusun 5 Jorong Batu Balang Nagari Limo Koto Kecamatan Koto Tujuh Kabupaten Sijunjung.

Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling (sengaja) yaitu teknik menentukan sampel dari populasi dengan pertimbngan tertentu yang dipandang dapat memberikan data secara maksimal (Arikunto, 2006: 33).

Informan dala penelitian ini berjumlah 13 orang petani pemotong dan 7 orang pemilik lahan karet.

metode pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara, dan studi dokumen. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kelompok.

Analisis dalam penelitian ini interaktif yang dikemukankan oleh oleh Milles dan Hubeman, analisis interaktif terdiri dari beberapa komponen, yaitu:

1. Reduksi data

Reduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal penting. Dicari tema dan polanya,

menurut Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2012: 92). Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambran yang jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencari bila diperlukan.

Adapun reduksi data dalam penelitian ini yaitu dengan mengacu pada persoalan yang berhubungan dengan penelitian.

Setelah semua data terkumpul kemudian dianalisis dengan menelaah seluruh data yang diperoleh baik dalam bentuk data primer maupun data sekunder yang dimulai dari awal penelitian sampai akhir peneltian.

2. Penyajian data (display data)

Penyajian data bisa di lakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,hubungan antar kategori, flowchart dan sejenis nya (Sugiyono, 2012: 95). Penyajian data dimaksudkan agar memudahkan untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian tentang sistem bagi hasil antara petani pemilik lahan karet dengan petani pemotong karet.

3. Penarikan kesimpulan

Data dari lapangan yang telah ditulis pada catatan harian di lapangan dicari maknanya, kemudian disimpulkan data disajikan dalam bentuk uraian dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang mudah dimegerti. Kesimpulan data adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada(Sugiyono,2012: 99).

Verifikasi data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus sepanjang penelitian berlangsung, sejak awal memasuki lapangan atau selama proses pengumpulan data. Data diperoleh tentang

(7)

sistem bagi hasil antara petani pemilik lahan karet dengan petani pemotong karet dicari maknanya, kemudian dikumpulkan dan disajikan dalam bentuk uraian-uraian dengan mengunakan kata-kata dan kalimat yang mudah dimegerti. Penarikan kesimpulan diperoleh berdasarkan informasi dari data-data observasi, wawancara dan bahan-bahan penunjang lainnya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Profil Informan

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, profil merupakan biografi, biografi berasal dari bahasa Yunani yang bearti hidup. Dengan kata lain biografi merupakan tulisan tentang kehidupan seseorang, biografi sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Dalam hal ini profil informan terdapat dua bagian yaitu petani pemilik lahan karet dan petani pemotong karet.

1. Profil Petani Pemotong Karet

Pemotong karet yaitu orang yang melakukan kegiatan memotong karet.

Profesi sebagai petani pemotong selama ini merupakan salah satu profesi yang dianggap tidak mempunyai potensi untuk meraih kesejahteraan hidup. Pandangan ini terutama terjadi pada kaum muda mudi, pekerjaan yang banyak bersentuhan dengan tanah dan kotoran serta banyak menguras energi dan memalukan bagi sebagian orang, tetapi di Dusun 5 Jorong Batu Balang Nagari Limo Koto berupaya menciptakan program- program pertanian yang dapat menarik

perhatian masyarakat Dusun 5 Jorong Batu Balang.

2. Profil Petani Pemilik Karet

Petani pemilik lahan karet adalah petani yang memiliki tanah garapan, pengolahannya dilakukan orang lain dan mereka sendiri. Lahan disini terdapat berbagai luas yang mereka miliki ada lahan yang sangat luas yang mereka miliki dan ada pula lahan yang sedikit mereka miliki.

Pemilik lahan akan memberikan lahannya apabila pemilik tidak sanggup melakukan pengolahan terhadap lahan yang ia miliki ini biasanya pemilik yang mempunyai lahan yang sangat luas. Pemilik akan memberikan lahannya kepada pemotong agar lahan yang dimiliki tidak terbuang percuma.

Proses Kerja Pemotong karet

Didalam melakukan pekerjaan memotong karet, pemotong karet bekerja dengan tugas yang telah di tentukan oleh pemilik kebun karet yaitu, pemberian pupuk yang telah disediakan oleh pemilik kebun karet, pembersihan lahan oleh petani pemotong, dan petani pemotong mulai bekerja pada pagi hari sampai siang harinya, proses bekerja petani pemotong memakan waktu lebih kurang 4 jam untuk satu lahan kebun karet. Berikut proses yang dilakukan oleh pemotong karet.

a. Pemberian Pupuk

Pada saat petani bekerja memotong karet, pemberian pupuk wajib untuk dilakukan minimal 1 kali dalam satu bulan, agar kualitas karet semakin bagus dan meningkat, dan petani pemotong memulai pekerjaan pada pagi hari hingga siang harinya,

(8)

b. Membersikan lahan karet

Selain memotong karet, petani memotong juga melakukan proses kerja yaitu membersihkan lahan karet, hal ini dilakukan hanya pada saat petani pemotong bekerja dan juga melakukan kerja sambilan untuk membersihkan lahan karet tersebut, karena ini dilakukan agar petani pemotong juga tidak susah untuk bekerja memotong karet, dan juga membuat lahan karet menjadi bersih.

Sistem Pembagian Hasil Karet

Masyarakat di Jorong Batu Balang pada umumnya bermata pencarian sebagai petani karet. Pertanian karet merupakan pekerjaan bagi sebagian besar masyarakat Jorong Batu Balang karena karet merupakan penghasilan utama masyarakat, selain karet ada juga tanaman seperti Kakao (coklat) dan pertanian jeruk. Hasil pertanian karet merupakan tanaman yang banyak terdapat di Indonesia khususnya di daerah pedesaan dan termasuk masyarakat di Jorong Batu Balang.

Karet sangat banyak sekali kegunaannya, dan dibutuhkan setiap hari oleh orang banyak karena karet bisa dibuat seperti ban mobil dan lain-lain. Jorong Batu Balang memiliki tanah yang cukup bagus untuk menanam karet karena Jorong Batu Balang berada pada ketinggian 186 Meter diatas permukaan laut. Didalam bagi hasil hasil karet ada pemilik karet dan pemotong karet, pemilik akan memberikan karet nya kepada pemotong karena pemilik tidak bisa untuk mengelolanya, dengan cara sistim bagi hasil.

Sebelum pemilik memberikan karetnya kepada pemotong pemilik akan melakukan diskusi bagaimana cara bagi hasilnya. Di

Jorong Batu Balang kebanyakan bagi hasilnya 70-30 dan ada juga 50-50. Bagi hasil 70-30 biasanya pemotong yang memintak pekerjaan kepada pemilik karet karena pemotong dsini pada umumnya pendatang ke Jorong Batu Balang.

Pada sistem bagi hasil 70 30 % ini dilakukan oleh petani pemilik kebun karet dan pemotong yang telah disepakati sebelum petani pemotong bekerja. Pada awalnya pemotong ingin bekerja dengan petani pemilik kebun karet, sebelum petani pemilik kebun memberi pekerjaan kepada pemotong, petani pemilik kebun menjelaskan kepada pemotong, bahwa kesepakatan bekerja adalah dimana hasil panen akan dibagi menjadi 70%-30%, sedangkan untuk peralatan pemotong karet akan disediakan oleh pemilik kebun, dan begitu juga seperti pupuk karet yang menanggung semua juga pemilik kebun

Upaya Petani Pemotong Karet Untuk Mendapatkan Hasil yang Lebih Besar a. Pelaporan Hasil Panen Karet Berbeda

Pelaporan hasil karet dilakukan setelah karet dipanen dan dijual kepada toke, karet yang sudah dijual kepada toke hanya pemotong yang melakukan atau menjualnya sendiri tanpa dilihat oleh pemilik karet.

Pemilik hanya menerima bersih dari penjualan hasil karet, hasil karet yang diterima oleh pemilik disini dipercayakan kepada pemotong. Setelah pemotong memberikan hasil karet yang sudah dijual baru dilakukan pembagian hasil antara pemilik dan pemotong, pembagian hasil karet akan dilakukan dirumah pemilik.

Pemilik tidak mengetahui berapa hasil yang

(9)

sebenarnya yang didapat oleh pemotong, apa pemotong jujur dalam melaporkan hasil karet atau pemotong melakukan kecurangan.

Adapun kecurangan yang dilakukan oleh pemotong didalam penimbangan karet adalah memberitahukan hasil penimbangan karet kepada pemilik karet yaitu tidak sesuai dengan jumlah yang di dapat atau karet yang ditimbang kepada toke, misalkan hasil yang didapat oleh pemotong 80 Kg sedangkan yang dilaporkan kepada pemilik 70 Kg, ini adalah kecurangan yang dilakukan oleh pemotong agar mendapatkan hasil tambahan dari kesepakatan yang dibuat sebelumnya oleh pemotong dengan pemilik karet.

b. Menyuntik Batang Karet Agar Hasil Karet Banyak

Petani pemotong karet melakukan menyuntik batang karet agar hasil karet yang didapat lebih banyak. Menyuntik batang karet adalah memberikan obat kepada batang karet supaya karet yang dihasilkan lebih banyak pada biasanya, ini sangat mempengaruhi kepada karet yang dihasilkan. Pada saat menyuntik batang karet atau memberikan obat kepada batang karet, batang karet di suntik dengan berupa cairan untuk membuat hasil karet menjadi lebih banyak, dan ini di merupakan kebiasaan buruk bagi para pemotong karet, tertama pemotong karet di jorong Batu Balang ini. Memang karet yang dihasilkan lebih banyak, tetapi ini sangat berpengaruh kepada pertumbuhan karet, biasanya karet akan berumur 25-30 Tahun, dan apabila karet disuntik atau diberi obat maka karet tidak akan sampai berumur pada umumnya dan karet akan cepat mati.

c. Mengurangi Memberikan Pupuk Karet

Memberikan pupuk karet sangat penting untuk perkembangan karet apa lagi untuk mendapatkan hasil karet yang banyak harus diberikan pupuk yang rutin setiap bulannya. Pemilik harus menekankan kepada pemotong agar karet yang mereka olah harus diberikan perawatan terutama dengan cara memberikan pupuk setiap bulan selain dari diberi pupuk pemotong juga harus menjaga lahan karet agar karet tidak dipenuhi oleh semak belukar. Pupuk yang rutin sangat berpengaruh sekali kepada hasil karet yang dihasilkan setiap minggunya, karet yang baik harus diberi pupuk setiap sekali sebulan atau tiga bulan

PENUTUP

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis masalah yang telah dituliskan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan seperti berikut ini:

1. Deskripsi sistem bagi hasil pada petani karet di Jorong Batu Balang.

Sistem bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat petani Dusun 5 Jorong Batu Balang dimulai dengan kesepakatan antara pemilik kebun karet dengan petani pemotong, dimana sistem bagi hasil yang dilakukan adalah 70-30, disini pemilik kebun karet mendapatkan hasil yang lebih banyak dari pada petani pemotong hal ini terjdi karena pemiliki lahan lebih berkuasa dan mendapatkan hasil lebih banyak karena ia memilki kebun karet tersebut, dan hasil pembagian 70-30 adalah kesepakatan awal

(10)

sebelum petani pemotong bekerja dengan pemilik lahan karet.

2. Proses kerja pemotong karet:

a. Pemotong karet bekerja pada pagi hari sampai siang harinya, dengan alat pemotong karet yang telah disediakan oleh pemilik lahan. Pemberian pupuk yang harus dikerjakan oleh pemotong karet pada saat bekerja yang dilakukan satu kali dalam sebulan.

b. Pembersihan lahan yang harus dilakukan oleh petani karet disaat melakukan pekerjaan sebagai memotong karet. Hal tersebut dilakukan agar kebersihan pada lahan karet tetap terjaga, dan pekerjapun tidak susah saat memotong karet.

3. Upaya yang dilakukan pemotong untuk mendapatkan hasil yang lebih besar dari yang tidak ketahui pemilik kebun:

a. Kecurangan didalam penimbangan hasil karet, adapun kecurangan yang dilakukan oleh pemotong didalam penimbangan karet adalah memberitahukan hasil penimbangan karet kepada pemilik karet yaitu tidak sesuai dengan jumlah yang di dapat atau karet yang ditimbang kepada toke, misalkan hasil yang didapat oleh pemotong 80 Kg sedangkan yang dilaporkan kepada pemilik 70 Kg b. Kecurangan dengan menyuntik karet

agar lebih banyak, menyuntik batang karet adalah memberikan obat kepada batang karet supaya karet yang dihasilkan lebih banyak pada biasanya, ini sangat mempengaruhi kepada karet yang dihasilkan. Akan tetapi karet akan

cepat mati apabila melakukan penyuntikan tersebut.

c. Kecurangan didalam memupuk karet, pemilik harus menekankan kepada pemotong agar karet yang mereka olah harus diberikan perawatan terutama dengan cara memberikan pupuk setiap bulan selain dari diberi pupuk pemotong juga harus menjaga lahan karet agar karet tidak dipenuhi oleh semak belukar, akan tetapi jarang para pemotong yang melakukan hal seperti itu.

DAFTAR PUSTAKA

Afrizal, 2008. Pengantar Metode Penelitian Kualitattif, dari Pengertian Sampai Penulisan Laporan. Padang: FISIP Unand

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneltian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Jauhari, Heri. 2010. Panduan Penulisan Skripsi Teori dan Aplikasi.

Bandung: Cv. Pustaka Setia

Marwan, penerjemah. 1985. Bagi Hasil di Hindia Belanda, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sajogyo, Pudjiwati. 1991. Sosiologi Pedesaan, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Sastraatmadja, Entang. 1984. Ekonomi Pertanian Indonesia. Bandung:

Angkasa.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,Bandung: Alfabeta.

(11)

Upe, Ambo. 2010. Tradisi Aliran dalam Sosiologi Dari Filosofi Positivistik ke Post Positivistik, Jakarta : Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, berangkat dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara nelayan dan pemilik modal mengenai pelaksanaan kerja sama musyarakah dan mudharabah, maka peneliti tertarik