• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM BAGI HASIL ANTARA NELAYAN DAN PEMILIK MODAL PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SISTEM BAGI HASIL ANTARA NELAYAN DAN PEMILIK MODAL PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM BAGI HASIL ANTARA NELAYAN DAN PEMILIK MODAL PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus di Desa Pontianak Kec. Boleng Kab. Manggarai Barat Prov. Nusa Tenggara Timur)

Oleh

ABDUL RAHMAN 150.2111. 354

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2019

(2)

SISTEM BAGI HASIL ANTARA NELAYAN DAN PEMILIK MODAL PERSPEKTIF FIQH MUAMALAH

(Studi Kasus di Desa Pontianak.Kec Boleng Kab. Manggarai Barat Prov. Nusa Tenggara Timur)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram Untuk Melengkapi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Hukum

oleh

ABDUL RAHMAN 150.2111.354

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARI’AH

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM 2019

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

MOTO























Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(QS.Al-Baqarah. (2): 153)

(8)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh cinta dan kasih sayang karya Ku persembahkan untuk:

1. Orang tuaku tercinta (Bapak H. Mansur), terimah kasih atas dukungan serta pengorbanan bapak sehingga saya bisa menyelesaikan pendidikan hingga bangku kuliah, dan juga terimah kasih untuk ibuku tercinta (Saiya) jasa dan pengorbanan mu tak akan pernah tergantikan dengan apapun.

2. Saudara/I kutercinta (Jumiati, Hasrawati,Yuyun Ayuningsih dan Arif Wahyu purnomo) serta yang lainnya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

3. Untuk adinda Rukiama Khairunnisa yang selalu memberikan motivasi dan semnagat dalam peroses pembuatan skripsi ini.

4. Untuk Guru dan juga dosenku tercinta yang telah membimbing serta mengajariku untuk menimba ilmu sampai saat ini terimah kasih banyak atas jasa-jasanya.

5. Untuk Om-Om saya yang tidak bisa saya sebutkan satu –persatu, Paman saya Bpk Dandi dan semua keluarga besarku yang selalu mendo’akan dan menyemangatiku.

6. Sahabatku tercinta dan teman-teman seperjuangan Jurusan Muamalah khususnya teman-teman kelas D

7. Almamaterku dan Kampus tercinta UIN Mataram

(9)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT. Tuhan semesta alam atas segala limpahan Rahmat, Taufik, Hidayah dan Karunia yang senantiasa memberikan kemudahan kepada penulis sehingga mampu merampungkan skripsi ini sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Di Fakultas Syari’ah Di Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.

Sholawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang telah membawa kedamaian yakni agama Islam rahmatanlil’alamin. Segala kemampuan penulis telah tercurahkan dalam penyusunan tugas akhir ini. Namun demikian, penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna karena kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT.

Oleh karena itu, segala bentuk saran dan kritik konstruktif senantiasa penulis harapkan agar kedepannya tulisan ini menjadi lebih baik. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga kepada kedua orang tua penulis, yakni ayahanda H. Mansur, Ibunda Saiya, nenek, dan Om saya yang senantiasa merawat, mendidik, memotivasi dengan penuh kasih sayang serta doa-doa beliau yang tiada putus untuk anak anaknya. Ucapan terima kasih juga kepada kakak penulis, yakni Jumiati,Hasrawati, dan adik penulis Yuyun Ayunengsih dan yang selalu mengingatkan dan memberikan semangat serta keluarga besar penulis atas doa-doa mereka juga hingga penilis mampu menyelesaikan tugas akhir ini.

Terima kasih penulis haturkan pula kepada :

1. Bapak M. Abdun Natsir, M.A. selaku pembimbing I dan Ibu Nisfa Laili Jalilah, M. H selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, motivasi, dan koreksi mendetail terus menerus, dan tanpa bosan ditengah kesibukannya dalam suasana keakraban menjadikan skripsi ini lebih matang dan cepat selesai.

2. Bapak Dr. H. Musawar, M. Ag, selaku Dekan Fakultas Syari’ah beserta Bapak dan Ibu dosen yang telah bekerja keras mendidik dan memberi

(10)

bimbingan dengan penuh keiklasan dan kesabaran kepada peneliti selama melaksanakan studi di UIN Mataram.

3. Bapak Prof. Dr. H. Mutawalli selaku rector Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram beserta Staf akademika UIN Mataram, yang telah memeberi tempat bagi penulis untuk menuntut ilmu dan memberikan bimbingan dan keringanan untuk tidak berlama lama dikampus tanpa pernah selesai dan jajarannya.

4. Ayah, Ibunda, paman dan om-om yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu, adikku Nurfaidah dan Kakakku Mawah, yang senantiasa mendukung dan memberi motivasi dalam suka maupun duka.

5. Teman-teman seperjuangan Jurusan Muamalah, kelas D angkatan 2015, sahabatku seperjuangan di tanah rantauan dan adek-adekku tersayang terima hkasih telah membagi kebahagiaan denganku dan terimahkasih juga atas cerita dan cinta yang telah kita ukir bersama yang menjadi suatu kenangan bagiku.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii

NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

ABSTRAK ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Konteks Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 7

E. Telaah Pustaka ... 8

F. Kerangka Teori... 16

G. Metode Penelitian... 21

H. Sistematika Pembahasan ... 33

BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN A. Gambaran Umum Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat NTT ... 34

1. Letak geografis ... 34

2. Keadaan geografis ... 35

3. Keadaan Penduduk ... 35

(12)

B. Bentuk Kerja Sama Antara Nelayan Dan Pemilik Modal Desa Pontianak Kecamatan Boleng Manggarai

Barat Provinsi NTT ... 39

C. Penerapan Sistem Bagi Hasil Anatra Nelayan dan Pemilik Modal ... 34

BAB III PEMBAHASAN A. Penerapan Bagi Hasil Antara Nelayan Dan Pemilik Modal Desa Pontianak ... 49

B. Perspektif Fiqh Muamalah Terhadap Sistem Bagi Hasil Antara Nelayan Dan Pemilik modal ... 54

1. Bentuk Perjanjian ... 54

2. Jangka Waktu Perjanjian dan Berakhirnya Perjanjian ... 54

3. Besaran Imbangan Bagi Hasil ... 55

BAB IV PENUTUP ... 59

A. Kesimpulan ... 59

B. Saran... 60 DAFTAR PUSTAN

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

SISTEM BAGI HASIL ANTARA NELAYAN DAN PEMILIK MODAL (Studi Kasus di Desa Nuca Molas Kecamatan Satar Mese Barat Kabupaten

Manggarai)

Oleh:

Abdul Rahman NIM: 150.2111.354

ABSTRAK

Peneliti ini memaparkan bagaimana penerapan sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal (Studi di Desa Pontianak Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat NTT ), dan bagaimana Bagaimana Perspektif fiqh muamalah terhadap Sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal di Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat khususnya di Desa Pontianak dalam penerapan sistem kerjasama antara nelayan dan pemilik modal tidak sesuia dengan kesepakatan awal sehingga nelayan merasa dirugikan kerena dalam pembagiannya dengan cara sistem Bagi Tiga ( 1/3) artinya sama sama mengeluarkan biaya pada pengelolaan kapal atau perahu, seperti Kapal, mesin dan jala ditanggung oleh pemilik modal, sedangkan biaya pengoprasian kapal,solar dan upah ABK ditanggung oleh nelayan,biaya kebanyakan dikeluarkan oleh nelayan dan hasil nelayan untukpemilik modal dua bagian dan nelayan satu bagian. Sistem ini tidak sesuai dengan syariat Islam.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.

Kata Kunci: Sistem Bagi Hasil, Perspektif Fiqh Muamalah

(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian

Allah SWT mengatur seluruh permasalahan yang berhubungan dengan pengembangan usaha bisnis, dan pembagian keuntungan, sehingga manusia bisa menjalankan usahanya tanpa harus berkecimpung dalam riba dan dosa. Islam mengajarkan ekonomi yang terhindar dari riba dengan produknya yang disebut musyarakah dimana terjadinya kerja sama diantara dua orang atau lebih dengan orientasi saling tolong menolong dan mendapatkan keuntungan yang hasinyal dibagi sesuai kesepakatan bersama.

Jenis bagi hasil dalam Islam juga disebut mudharabah (bagi hasil) yang dimana terjadinya kerjasama diantara dua orang atau lebih yang berdudukan sebagai pemodal dan pengelola. Model musyarakah (kerjasama) dan mudharabah ini menekankan adanya kesepakatan kedua belah pihak untuk membagi keuntungan sesuai dengan perjanjian.

Hubungan antara pihak yang menyediakan modal dengan pihak yang menyediakan tenaga kerja sifatnya hubungan kemitraan.1

Dalam ciri khas bisnis ekonomi syari’ah, sistem bagi hasil yang kemudian menjadi jantung dari sektor moneter Islam, bukan bunga.

Karena sesungguhnya, bagi hasil sebenarnya sesuai dengan iklim usaha yang memiliki kefitrahan untung dan rugi. Tidak seperti karakteristik

1 Jusmaliani, Bisnis Berbasis Syariah, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 49.

(15)

bunga yang memaksa agar hasil usaha selalu positif. Penerapan sistim bagi hasil pada hakikatnya menjaga prinsip keadilan tetap berjalan dalam perekonomian. Karena memang kestabilan ekonomi bersumber dari prinsip keadilan yang dipraktekan dalam berusaha.

Terdapat berbagai hal yang dapat dilakukan manusia di muka bumi ini untuk menjalankan atau menjaga kelangsungan hidupnya, salah satunya dengan cara berbisnis melalui kegiatan usaha penangkapan ikan.

Untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan ini, adakalanya diperlukan kerja sama dua orang atau lebih, sehingga berbagai kondisi muncul, pemilik modal dalam hal ini pemilik fasilitas berupa perahu tidak sanggup mengelola modal atau perahu karena tidak memiliki keahlian.

Sebaliknya nelayan atau pengelola modal memiliki keahlian tetapi tidak mempunyai modal oleh karena itu kedua belah pihak melakukan kerja sama dan masing-masing pihak berhak atas segala keuntungan dan bertanggung jawab atas segala kerugian yang bisa saja terjadi dalam kerja sama tersebut.

Sistem bagi hasil dalam kerja sama ini diambil dari hasil penangkapan ikan oleh nelayan. Banyaknya bagian yang diterima oleh kedua belah pihak tergantung dari perjanjian yang disepakati disaatn akad.

Kerja sama perdagangan masa Rasulullah menganut prinsip-prinsip perdagangan seperti yang difirmankan Allah dalam Al-Qur’an dan prinsip yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.

(16)

Konsep Islam yang difirmankan dalam Al-Qur’an serta yang diajarkan oleh rasulullah adalah perdagangan yang adil dan jujur. Dalam hal ini, perdagangan yang adil dan jujur menurut Al-Qur’an adalah perdagangan yang “tidak menzalimi dan tidak pula dizalimi” (QS. Al- Baqarah (2): 279). Kalau membandingkan sistem perdagangan sebelum dengan sesudah masuknya agama islam, maka secara kontekstual tidak ada perubahan, kecuali yang dilarang menurut Al-Qur’an dan sunah Rasul.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam Ushul Fikih, bahwa semua aktifitas perdagangan diperbolehkan, kecuali yang dilarang oleh agama. Oleh karena itu, sistem perdagangan zaman Rasulullah dalam perkembangannya banyak mendapat sentuhan dari ajaran Islam yang berprinsip tidak saling menzdalimi.2

Islam mensyariatkan kerjasama ini karena dalam kerja sama ini terdapat praktek saling tolong menolong dan saling menguntungkan.

Pemilik modal dalam hal ini dapat membantu nelayan sebagai pengelola modal yang tidak mempunyai modal atau fasilitas sehingga keduanya memperoleh pendapatan. Sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal seperti ini merupakan praktek yang masih banyak terjadi di masyarakat, terutama masyarakat pedesaan di pesisir pantai. Dimana mayoritas masyarakatnya adalah nelayan yang perekonomiannya masih rendah.

2 Ibid., h. 51.

(17)

Desa Pontianak Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur adalah Desa yang dijadikan penulis sebagai lokasi penelitian dalam pelaksanaan bagi hasil dalam kerja sama atau musyarakah dan mudharabah. Desa Pontianak atau biasa di panggil Pulau Longos mayoritas penduduknya adalah muslim dan pekerjaannya adalah nelayan dan diantaranya ada nelayan yang memiliki Keahlian akan Tetapi tidak memiliki modal, sebaliknya pemodal tidak mempunyai skill untuk mengelola modalnya maka keduanya melakukan kerja sama dengan menggabungkan antara keahlian dengan modal yang dimiliki, yang kegiatannya adalah penangkapan ikan dengan alat yang sudah disediakan oleh pemilik modal dan kemudian hasil atau keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan di awal akad.

Namun dari pelaksanaan kerja sama bagi hasil tersebut peneliti secara sepintas melihat ada kesenjangan mengenai bagi hasil yang mengindikasikan tidak sesuai dengan ketentuan syari’ah. Ketidaksesuaian tersebut membuat para nelayan merasa dizolimi dengan pembagian hasil keuntungan yang mereka dapat dari hasil usaha mereka. Para nelayan merasa pembagian hasil tersebut tidak adil dalam artinya hasil usaha yang mereka peroleh tidak ada peningkatan sementara pemilik modal ekonominya mengalami peningkatan. Penyebab ekonomi nelayan tidak meningkat karena pembagian hasilnya tidak merata.

Dari hasil wawancara dengan beberapa orang nelayan dan mereka mengatakan pembagian hasil antara pemilik modal dan nelayan tidak adil,

(18)

misalnya dalam 1 bulan hasil usaha yang mereka peroleh Rp. 20.000.000 dan setelah dikurangi biaya oprasional misalnya 5.000.000 maka hasil yang dibagi adalah 15.000.000. hasil usaha sebesar 15.000.000 bukan hanya dibagi antara nelayan dan pemilik modal sesuai kesepakatan awal melainkan ada pembagian biaya yang tidak dikemukakan kesepakatannya diawal menengenai biaya yang dikeluarkan untuk mesin, perahu, dan jala.

Oleh karna itu dengan kondisi yang dihadapi nelayan merasa tidak ada prinsip keadilan sesuai kesepakatan yang ditetapkan.

1. Pembagian hasil.

Sistem bagi hasil harusnya di terapkan dengan adil seperti contoh pendapatan dari nelayan sebesar 20 juta, kesepakatan adalah di bagi menjadi dua bagian, dimana satu bagian peruntukkan untuk nelayan sebagai pengelola dan satu bagian lainnya untuk pemilik modal. Namun pada saat pembagian hasil justru tidak sesuai dan menyimpang dari awal akad yang sudah disepakati, hal demikian dikarenakan pemilik modal merasa perahu dan alat-alat yang bekerja dalam perahu tersebut harus memperoleh pembagian.

Hal ini berbeda dari pelaksanaan musyarakah dan mudharabah pada bisnis ekonomi Islam yang memiliki ketentuan- ketentuan sesuai ekonomi syari’ah dengan prinsip keadilan.3 Sehingga perlu dilakukannya penelitian dan analisis lebih lanjut tentang persoalan ini.

3 Zeho Ar rahman (Nelayan), Wawancara, Desa Pontianak( Pulau Longos) Manggarai Barat 20 Desember 2018

(19)

2. Hubungan pemilik modal dengan nelayan

Praktek kerja sama yang dilakukan oleh nelayan dan pemilik modal dilakukan sejak tahun 2014,4 dimana sebelumnya kesepakatan mengenai pembagian keuntungan dilakukan pada saat awal transaksi dan penyerahan modal untuk beroperasi dengan menyebutkan jumlah dan tujuan dari kerja sama tersebut berjalan tanpa masalah. namun seiring berjalannya waktu kerjasama antara nelayan dan pemilik modal terciderai dengan pemilik modal tidak memberi kebebasan kepada nelayan dalam mengelola modalnya berupa perahu baik dari jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis, padahal awalnya pemilik modal melimpahkan kekuasaan yang sebesar-besarnya kepada nelayan untuk mengelola fasilitas.

Oleh karena itu, berangkat dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi antara nelayan dan pemilik modal mengenai pelaksanaan kerja sama musyarakah dan mudharabah, maka peneliti tertarik mengkaji lebih jauh tentang pelaksanaan kerja sama musyarakah yang polemik dalam masyarakat dan mengkaitkannya dengan perspektif fiqh mua’amalah dengan judul: “Sistem Bagi Hasil Antara Nelayan dan Pemilik Modal Perspektif Fiqih Muamalah Di Desa Pontianak Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur.”

4 Amir Umati (Nelayan), Wawancara, Desa Pontianak( Pulau Longos) Manggarai Barat 20 Desember 2018.

(20)

B. Fokus Kajian

Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan fokus kajian untuk mempermudah peneliti menyusun skripsi yang dimaksud. Adapun fokus kajian yang diangkat adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal di Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat NTT ?

2. Bagaimana Perspektif fiqh muamalah terhadap Sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal di Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat NTT ?

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan paparan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Sistem bagi hasil nelayan dengan pemilik modal di Desa Pontianak.

b. Untuk mengetahui perspektif fiqh muamalah terhadap praktik bagi hasil nelayan dengan pemilik modal di Desa Pontianak.

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberi beberapa manfaat, antara lain sebagai berikut :

(21)

a. Secara Teoritis, diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah dan memperkaya wawasan keilmuan hukum islam khususnya dalam bidang muamalah yang terkait bagi hasil.

b. Secara Praktis, penelitian ini berguna bagi peneliti sendiri dan pihak yang berkepentingan baik instansi maupun lokasi penelitian, sehingga dengan hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi patokan untuk mengadakan perbaikan-perbaikan terhadap ketentuan–ketentuan bagi hasil yang diterapkan masyarakat yang tidak sesuai dengan ketentuan hukum Islam yang telah ada.

D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti akan membatasi ruang lingkup penelitian karena banyak keterbatasan baik dari segi referensi maupun waktu. Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah sistem bagi hasil nelayan dan Perspektif fiqh muamalah terhadap praktik bagi hasil nelayan dan estimasi waktu yang di tempuh dalam meneliti tiga bulan.

Dalam penelitian ini, peneliti telah memilih lokasi yang dijadikan sasaran dan objek pelaksanaan penelitian yaitu di Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.Desa Pontianak merupakan salah satu desa dari beberapa desa yang berada di wilayah Kabupaten Manggarai Barat.

Penulis memilih desa Pontianak sebagai lokasi penelitian karena penghasilan terbesar di desa ini yaitu dari hasil nelayan karena desa

(22)

Pontianak merupakan desa yang pekerjaan pokok masyarakatnya adalah nelayan.

Menurut peneliti sistem bagi hasil nelayan yang ada di desa ini sangat unik. Adapun cara sistem bagi hasil nelayan di desa ini yaitu seorang pemilik modal hanya memberikan modal berupa perahu dan keuntungannya berada pada awal akad yang sudah ditentukan oleh pemilik modal.

E. Telaah Pustaka

Telaah pustaka adalah penelusuran terhadap karya-karya terdahulu yang mempunyai judul skripsi yang hampir sama dengan skripsi yang akan penulis susun. Oleh karena itu, untuk menghindari duplikasi, plagiasi dari hasil karya orang lain, maka penulis perlu mempertegas antara masing-masing judul dan hasil penelitian yang dihasilkan dari penelitian tersebut, yaitu sebagai berikut:

1. Muchamat Yudianto. Dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Jual Beli Ikan Nelayan (Studi Kasus di Desa Pangkalan Kecamatan Sluke Kabupaten Rembang).”

Dalam skripsi tersebut memiliki kesamaan dengan peneliti yang sekarang, yaitu membahas tentang adanya transaksi jual beli antara nelayan dengan tengkulak yang terdapat unsur keterpaksaan, dimana nelayan wajib menjual barang dagangannya kepada tengkulak sebelum sampai TPI atau pasar.

(23)

Sedangkan, yang menjadi obyek penelitian dan lokasi penelitian peneliti adalah penerapan sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal di Desa Pontianak Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Dan dalam permasalahan tersebut tidak adanya pembahasan tentang permasalahan talaqqi rukban, sedangkan dalam penelitian peneliti terdapat pembahasan tentang permasalahan sitem bagi. Dengan demikian, perbedaan skripsi tersebut dengan peneliti terdapat pada obyek, lokasi dan pembahasan permasalahan dalam penelitian.5

2. Sudarmono. Dengan judul “Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Jual Beli Ikan Dengan Sistem Nganyuk (Studi Kasus di Desa Maronge Kecamatan Maronge Kabupaten Sumbawa).”

Dalam skripsi tersebut memiliki kesamaan dengan peneliti yang sekarang yaitu menjelaskan tentang sistem bagi hasil yang dilakukan antara nelayan dan tengkulak , yang dimana tengkulak membeli ikan dari nelayan dengan harga yang murah. Sedangkan perbedaannya dengan peneliti yang sekarang yaitu menjelaskan sistem bagi hasil hanya dilakukan oleh nelayan dan pemilik modal saja.

Sementara pada peneliti terdahulu menjelaskan pelaku jual beli tidak hanya antara nelayan dan tengkulak namun juga dilakukan oleh tengkulak dan pedagang di desa-desa. Selain itu dalam pembahasan peneliti yang terdahulu lebih mendalam kepada jual beli yang dilakukan antara tengkulak dan pedagang yang berada di desa, dan tempat

5 Muchamat Yudianto, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Praktik Akad Jual Beli Ikan Nelayan (Skripsi: Fakultas Syari’ah Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2011).

(24)

pelaksanaan transaksi yaitu di pasar. Sedangkan dalam pembahasan peneliti yang sekarang hanya antara nelayan dengan tengkulak dan tempat dilakukannya jual beli di dalam perahu.

Dalam skripsi terdahulu tidak ada pembahasan mengenai penerapan kerjasama bagi hsilnya, sedangkan dalam skripsi sekarang membahas mengenai penerapan kerjasama antara nelayan dan pemilik modal. Dengan demikian, perbedaan skripsi tersebut dengan peneliti adalah pada sistem bagi hasil, tempat dilakukannya sistem bagi hasil dan pembahasan permasalahan dalam penelitian.6

3. Lukmanul Hakim. Dengan judul “Analisis Hukum Islam Terhadap Mekanisme Jual Beli Ikan Laut Dalam Tendak di Desa Blimbing Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan.”

Dalam skripsi tersebut persamaan dengan peneliti, penelitiannya menggunakan metode jenis penelitian lapangan (field research), adanya sumber data primer, teknik pengumpulan data menggunakan wawancara.Sedangkan, skripsi tersebut memiliki perbedaan dengan peneliti yaitu mengenai permasalahan sistem bagi hasil dan kerjasama.

Dalam skripsi tersebut menggunakan remot atau GPS (penjual hanya memberikan letak koordinat tendak ikan kepada pembeli), sedangkan permasalahan peneliti yaitu sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal

6Sudarmono, Tijauan Hukum Islam Terhadap Praktek Jual Beli Ikan dengan Sistem Nganyuk, (Skripsi: Fakultas Syari’ah UIN Mataram, 2009).

(25)

Sehingga sistem bagi hasil dalam skripsi tersebut masih samar karena tidak ada kejelasan dalam pembagian hasil. Sedangkan objek dan keterangan tempat peneliti ikan tidak berada dalam tendak. Dengan demikian skripsi tersebut memiliki perbedaan dengan peneliti mengenai permasalahan dan objek maupun keterangan tempat.

Dari sejumlah uraian telaah pustaka skripsi di atas, dapat di simpulkan bahwa penerapan sistem bagi hasil harus sesuai dengan ketentuan bisnis ekonomi Islam agar terhindar dari riba, pada dasarnya sistem bagi hasil menerapkan prinsip keadilan dan hubungan kemitraan sehingga menjadikan hubungan kemitraan yang diridhai oleh Allah.

F. Kerangka Konsep

Kerangka konsep Merupakan hasil telaah terhadap teori-teori atau referensi, termasuk hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan teori- teori yang diteliti, dalam penelitian ini digunakan kerangka teori musyarakah dan mudharabah dengan uraian sebagai berikut:

1. Pengertian Musyarakah dan Mudharabah

Secara etimologi Musyarakah berasal dari kata syirkah yang merupakan merupakan bentuk mardar dari fi‟il madhi yang berarti jaringan atau net, sekutu atau penyambung.menurut 7Mahmud Yunus, kata syirkah artinya berserikat, bersekutu dengan dia. Sementara ada juga berpendapat yang mengatakan bahwa Musyarakah yang diambildari kata syirkah berarti al-ikhtilath (pecampuran) atau

7Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Mazahib Fil Muamalah, (Mataram: Sanabil, 2015),cet. Ke-1, hlm.218.

2.Imail Nawawi, Fikih Muamalah Klasik dan Kontemporer, (Bogor 16720) hlm 141

(26)

persekutuan dua hal atau lebih, sehingga anatara masing- masing sulit dibedakan seperti persekutuan hak milik atau persekutuan usaha.

Sedangkan secara terminologi. Ada beberapa definisi syirkah yang dikemukakan oleh fuqahamazhab antara lain :

a. Ulama Malik mendefinisikan al-syirkah adalah suatu keizinan untuk bertindak secara hukum bagi dua orang yang berkerja sama terhadap harta mereka.

b. Ulama Syafi’iyah dan Hanabilah mendefinikan al-syirkah adalah sebagai hak bertindak hukum bagi dua orang atau lebih pada suatu yang sepakati.

c. Ulama Hanafiyah mendefinisikan al-syirkahadalah akad yang di lakukan oleh orang- orang yang kerjasama modal dan keuntungan.

Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa Musyarakah adalah akad kerja sama yang dilandasi pada prinsip bagi hasil dan Musyarakah adalah bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih .dimana mereka secara bersama bersama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud.

Pengertian Bagi Hasil (Mudharabah)

Bagi hasil terdiri dari dua kata yaitu bagi dan hasil. Bagi artinya penggal, pecah, urai dari yang utuh.8 Sedangkan hasil adalah akibat

8 Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta, Balai Pustaka, 2007), h. 86.

(27)

tindakan baik yang disengaja maupun tidak, baik yang menguntungkan maupun yang merugikan.9

Salah satu bentuk kerja sama antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola modal (mudharib) adalah bagi hasil. Kerja sama bagi hasil ini atas dasar kesepakatan bersama antara kedua belah pihak dengan nisbah bagi hasil sesuai kesepakatan berdasarkan ketentuan syari’ah yaitu adil dan jujur yang dimana antara kedua belah pihak tidak menzolimi dan dizholimi serta atas dasar prinsip saling tolong menolong.

Terjadinya kerja sama mudharabah ini karena pemilik modal tidak bisa mengelola modalnya atau tidak memiliki keahlian (skill) dalam mengelola modalnya maka pemodal melakukan kerja sama dengan orang lain yang mampu mengelola modalnya.

Sebaliknya ada orang yang memiliki keahlian (skill) akan tetapi tidak memiliki modal maka orang tersebut melakukan kerja sama dengan orang yang memiliki modal. Dengan demikian, dalam jerja sama bagi hasil ini, maka kedua belah pihak memperoleh modal dan keterampilan yang dipadukan menjadi satu yang dalam bentuk mitra kerja, kerja sama bagi hasil disebut mudharabah.

Mudharabah adalah suatu akad yang memuat penyerahan modal atau semaknanya dalam jumlah, jenis dan krakter tertentu dari seorang pemilik modal (shahib al-mall) kepada pengelola (mudharib) untuk dipergunakan sebagai sebuah usaha dengan ketentuan jika usaha tersebut

9 Marbun B.N., kamus Manajemen, (Jakarta, Pustaka Sinar Harahap, 2003), h. 93

(28)

mendatangkan hasil maka hasil (laba) tersebut dibagi berdua berdasarkan kesepakatan sebelumnya sementara jika usaha tersebut tidak mendatangkan hasil atau bangkrut maka kerugian materi sepenuhnya ditanggung oleh pemilik modal dengan syarat dan rukun-rukun tertentu.10

Secara teknis mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelelaian si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelelaian si pengelola, si pengelola tersebut harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.

Perbedaan antara Musyarakah dan Mudharabah hanya terletak pada komposisi modal. Dalam Musyarakah, kerja sama atau percampuran dua pihak atau lebih (shahibul), sedangkan dalam Mudharabah adalah bagi hasil atau penyerahan modal untuk dikelola (mudharib).11

2. Landasan Hukum Musyarakah dan Mudharabah a. Al-Qur’an Surat An-Nisa Ayat 12 :

...



















 

...

10Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari‟ah, Mudharabah dalam Wacana Fiqih dan Praktik Ekonomi Modrn (Yogyakarta: BPFE, 2005), h. 53. Edisi Pertama.

11Abdul Rahman Ghazaly, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Prenademedia Group, 2010), hlm.117

3.Muhammad Harfin Zuhdi, Muqaranah Mazahib Fil Muamalah, (Mataram: Sanabil, 2015),cet. Ke-1, hlm.218.

(29)

Artunya: “Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu” (QS. An- Nisa (4): 12).

1) Al-Qur’an

(a)firman dalam al-Qur’an surah an-Nisa ayat 29:

















































12

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. (QS. An-Nisaa‟ ayat 29).

(b)firman dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 1











13

Hai orang-orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu……(QS.

Al-Maidah ayat 1).

Ayat diatas menjelaskan bahwa kerja sama dalam bentuk perniagaan atau mudharabah dalam islam dibolehkan dengan ketentuan-ketentuan atas dasar suka sama suka antara pemilik modala dan pengelola modal.

12 Depertemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2013)

13 Depertemen Agama RI, Alquran Dan Terjemahannya, (Jakarta Timur: CV Darus Sunnah, 2013)

(30)

(c)Al-Qur’an surah Al-Muzzammil ayat 20 sebagai berikut:

 















Dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; (QS. Al-Muzzammil ayat 20).

Makna dari surat al-Muzzammil ayat 20 di atas adalah adanya kata yadhribun yang sama dengan kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha.

b. Al-hadist Musyarakah/Mudharabah

يلع ه ىل ص ه سر اق : اق ع َّ يضر رير يبأ ع ، حاص ا حأ ي مل ام ي يرَشلا ثلاث ا أ :ىلاعت َّ اق" :ملس

ا يب م تجرخ اخ ا إف كاحلا ححص ا بأ ا ر

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. beliau berkata: Rasulullah pernah bersabda Allah telah berfirman: “Aku menemani dua orang yang bermitrausaha selama salah seorang dari keduanya tidak mengkhianati yang lain. Bila salah seorang berkhianat, maka Aku akan keluar dari kemitrausahaan mereka”.(HR. Abu Daud).

c. Ijma

Ibnu Qudamah dalam kitabnya, al-mugni menyatakan bahwa: “kaum muslimin telah berkonsensius terhadap legitimasi Musyarakah dan Mudharabah secara global walaupun terdapat perbedaan pendapat dalam beberapa elemen.”

(31)

2) Qiyas.

Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi musaqah.14

3) Kaidah Fiqih

اه يرحت ىلع ليل د َل دي أّإ حابإا اماع لا ىف لصَا

Pada dasrnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang melarangnya.

4. Rukun dan Syarat Mudharabah dan musyarakah

Ada beberapa rukun dan syarat yang harus dipenuhi dalam mudharabah, di antaranya yaitu:

1) Ijab dan Qabul

Pernyataan kehendak yang berupa ijab dan qabul antar kedua pihak memiliki syarat-syarat yaitu:

(a)Ijab dan qabul itu harus jelas menunjukkan maksud untuk melakukan kegiatan mudharabah. Dalam menjelaskan maksud tersebut bisa menggunakan kata mudharabah, qiradh, muqaradhah, muammalah atau semua kata yang semakna dengannya. Bisa pula tidak menyebutkan kata mudharabah dan kata sepadan lainnya, jika maksud dari penawaran tersebut sudah dapat dipahami. Misalnya; “Ambil uang ini dan gunakan untuk usaha dan keuntungan kita bagi berdua.”

14Ibid.,

(32)

(b)Ijab dan qabul harus bertemu, artinya penawaran pihak petama sampai dan diketahui oleh pihak kedua. Artinya ijab yang diucapkan pihak pertama harus diterima dan disetujui oleh pihak kedua sebagai ungkapan kesedia-annya bekerjasama. Ungkapan kesediaan tersebut bisa diungkapkan dengan kata-kata atau gerakan tubuh (isyarat) lain yang menunjukan kesediaan. Seperti misalnya dengan mengucapkan; “Ya, saya terima”, atau “saya setuju” atau dengan isyarat-isyarat setuju lain seperti menggunakan kepala, diam atau senyum.

(c)Ijab dan qabul harus sesuai maksud pihak pertama cocok dengan keinginan pihak kedua. Secara lebih luas ijab dan qabul tidak saja terjadi dalam soal kesediaan dua pihak untuk menjadi pemodal dan pengusaha tetapi juga kesediaan untuk menerima kesepakatan- kesepakatan lain yang muncul lebih terinci. Dalam hal ini, ijab (penawaran) tidak selalu diungkapkan oleh pihak pertama, begitu juga sebaliknya. Keduanya harus saling menyetujui artinya jika pihak pertama melakukan ijab (penawaran), maka pihak kedua melakukan qabul penerimaan, begitu juga sebaliknya. Ketika kesepakatan-kesepakatan itu disetujui maka terjadilah hukum.15 2) Pelaku (shahibul maal dan mudharib)

Akad Mudharabah, harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal (shahibul maal), pihak

15 Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari‟ah....,h. 55

(33)

kedua sebagai pelaksana usaha (mudharib). Sarat keduanya adalah pemodal dan pengelola harus mampu melakukan transaksi dan syah secara hukum.16

3) Objek Mudharabah

Modalyang diberikanoleh shahiul-maalyaitu sejumlah uang atau asset untuk tujuan usaha. Adapun modal disyaratkan;

(a)Modal harus jelas jumlah dan jenisnya dan diketahui oleh kedua belah pihak pada waktu dibuatnya akad mudharabah sehingga tidak menimbulkan sengketa dalam pembagian laba karena ketidak-jelasan jumlah. Kepastian dan kejelasan laba itu penting dalam kontrak ini.

(b)Harus berupa uang (bukan barang).

Mengenai modal harus berupa uang dan tidak boleh barang adalah pendapat mayoritas ulama. Mereka beralasanmudharabah dengan barang itu dapat menimbulkan kesamaran.Karena barang tersebut bersifat fluktuatif.

mayoritas ulama berpendapat bahwa modal harus berupa uang dan tidak boleh barang. Imam malik dalam hal ini tidak tegas melarang atau membolehkan. Namun para ulama mazhab hanafi membolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh mudharib dan shahibul mal.

16 Syafi’I Antonio, Bank Syari‟ah Wacana Ulama dan Cendekiawan..., h. 191

(34)

Contohnya seorang memiliki sebuah mobil yang akan diserahkan kepada mudharib (pengelola modal). Ketika akad kerja sama tersebut disepakati, maka mobal tersebut wajib ditentukan nilai mata uang saat itu, misalnya Rp 90.000.000, maka modal mudharabah tersebut adalah Rp90.000.000.17

Mayoritas ulama membolehkan modal mudharabah dalam bentuk mata uang. Namun mereka berselisih pendapat manakala modal mudharabah berupa barang dagangan. Ibnu Abi Laila membolehkan modal mudharabah tidak berupa mata uang.

Madzab Hambali membolehkan penyediaan aset-aset nonmoneter seperti pesawat, kapal, dan lain-lain untuk modal Mudharabah. Pengelola memanfaatkan aset-aset ini dalam suatu usaha dan berbagi hasil dari usahanya dengan penyedia asset.

Pengelola harus mengembalikan aset-aset tersebut kepada penyedia aset pada masa akhir kontrak.

(c)Uang bersifat tunai (bukan hutang). 18 4) Adanya Usaha (al-„aml)

Mengenai jenis usaha pengelolaan ini sebagian ulama, khususnya Syafi’i dan Maliki, mensyaratkan bahwa usaha itu hanya berupa usaha dagang (commercial). Mereka menolak usaha yang berjenis kegiatan industry (manufacture) dengan anggapan bahwa

17https://nasehatsae.wordpress.com/2017/12/18/mudharabah-kerja-sama-usaha-dalam- islam-arti-hukum-rukun-syarat-macam-macam-apliaksi-di-bank-syariah-pembatalan/ dikutip pada tanggal 9 Januari 2019

18 Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syari‟ah...., h. 56.

(35)

kegiatan industri itu termasuk dalam kontrak persewaan (ijarah) yang mana semua kerugian dan keuntungan ditanggung oleh pemilik modal (investor). Sementara para pegawainya digaji secara tetap.19

5) Nisbah Keuntungan

Nisbah adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.20

Mengenai keuntungan disyaratkan bahwa:

(a)Keuntungan tidak boleh dihitung berdasarkan prosentase dari jumlah modal yang diinvestasikan, melainkan hanya keuntungannya saja setelah dipotong besarnya modal. Dalam hal ini penghitungan harus dilakukan secara cermat. Setiap keadaan yang membuat ketidakjelasan penghitungan akan membawa kepada suatu kontrak yang tidak sah.

(b)Keuntungan untuk masing-masing pihak tidak ditentukan dalam jumlah nominal, misalnya satu juta, dua juta dan seterusnya.

(c)Nisbah pembagian ditentukan dengan prosentase, misalnya 60:40%, 50:50 % dan seterusnya.

Keuntungan harus menjadi hak bersama sehingga tidak boleh diperjanjikan bahwa seluruh keuntungan untuk salah satu pihak.

5. Jenis-jenis Musyarakah/Mudharabah

19Ibid.,h. 59

20Muhammad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syari‟ah (Yogyakarta: UII Press, 2004), h.73

(36)

a. Syirkah Al-mufawadah, yaitu adalah kerja sama antara dua atau lebih setiap pihak memberikan porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja,sedangkan jenis

b. Mudharabah Mutlaqah adalah kerja sama antara shahibul maal dengan mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak di batasi oleh spesipfikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis.

c. Syirka al-wujuh yaitu seikat yang dilakukan dua orang atau lebih yang tidak punya modal sama sekali, dan mereka melakukan suatu pembelian dengan bayar tangguh: sedangkan keuntungan yang diperoleh dibagi bersama.

d. Mudharabah Muqayyadah yaitu pemilik dana membatasi atau memberi syarat kepada mudharib dalam pengelolaan dana seperti hanya untuk melakukan mudharabah bidang tertentu, cara, waktu dan tempat tertentu saja, bank dilarang mencampur rekening investasi terbatas dengan dana bank atau rekening lainnya pada saat investasi. Bank dilarang untuk investasi dananya pada saat transaksi penjualan cicilan, tanpa pinjaman atau jaminan

6. Hikmah Musyarakah/Mudharabah

a. Pemilik modal memiliki peningkatan dalam jumlah tertentu pada saat keuntungan usaha nelayan

b. Meningkatkan kesejahtraan masyarakat.

c. Pengembalikan pokok pembiayaan disusaikan dengan hasil nelayan sehingga tidak memberatkan nelayan

(37)

d. Terbukanya lapangan pekerjaan, terutama bagi nelayan yang memiliki kemampuan mengelola tetapi tidak memiliki skil, sehingga mengurangi pengangguran dan menggatasi kemiskinan.

7. dan pemecatan Perkara Yang Membatalkan

Ada beberapa perkara yang dapat membatalkan transaksi:

1) Pembatalan, larangan berusaha 2) Salah seorang aqid meninggal dunia 3) Salah seorang aqid gila

4) Pemilik modal murtad

5) Modal rusak ditangan pegusaha21

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah metode atau cara yang digunakan dalam kegiatan penelitian dalam berbagai ilmu pengetahuan sehingga metode dan prosedur penelitian dapat dikatakan sebagai cara-cara atau langkah penelitian untuk mencari kebenaran sesuatu yang dengannya ditentukan metode yang benar dan langkah-langkah yang tepat, sehingga penelitian yang dilakukan dapat mencapai hasil yang maksimal.22

21 Syafi’I Antonio, Bank Syari‟ah Wacana Ulama dan Cendekiawan...., h. 176

22Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komonikasi dan Ilmu Sosial Lainnya, Cet ke-5, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2006), hlm. 145.

(38)

Metode pada akhirnya akan memberikan pedoman tentang cara seorang ilmuwan mempelajari, menganalisa dan memahami lingkungan yang dihadapi.23

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dan pendekatan, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif dimaksudkan untuk memahami perilaku manusia, dari kerangka acuan perilaku sendiri, yakni bagaimana pelaku memandang dan menafsirkan kegiatan dari segi pendiriannya. Peneliti dalam hal ini berusaha memahami dan menggambarkan apa yang dipahami dan digambarkan subjek penelitian.24

Pendekatan kualitatif ini dipilih penulis agar memperoleh keterangan yang lebih luas dan mendalam mengenai hal-hal yang menjadi pokok pembahasan mengenai bagaimana Sistem bagi hasil antara nelayan dan pemilk modal perspektif fiqh muamalah Di Pontianak Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Kehadiran Peneliti

Kehadiran peneliti sangat mutlak dilakukan oleh peneliti sendiri dalam mengumpulkan data, peneliti harus berusaha menciptakan

23Sarjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Cet. III (Jakarta : CV. Press, 1986), Hlm. 6.

24 Imam Gunawan, metode penelitian kualitatif teori & praktik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 81.

(39)

hubungan yang akrab dengan responden yang menjadi sumber data.

Dengan keterlibatan tersebut, peneliti akan lebih mengetahui kejadian- kejadian yang terjadi di lapangan sehingga peneliti akan benar-benar mendapat data yang valid.

Kehadiran peneliti di lapangan bukan bertujuan untuk memberikan nilai, mempengaruhi subjek penelitian atau manipulasi data dan informasi, akan tetapi peneliti bertujuan agar peneliti memperoleh data yang akurat, untuk memperoleh data yang akurat tersebut maka peneliti mengamati dan sebagai partisipan penuh di lapangan penelitian.

Dalam melakukan penelitian melalui pengamatan, peneliti melakukan pengamatan melalui prilaku masyarakat pada saat-saat tertentu agar dapat memperoleh data yang diinginkan.Pada waktu tertentu peneliti juga dengan jelas perlu berperan serta dalam peristiwa di lapangan agar bisa memahami dan mengamati dengan lansung kejadian yang terjadi.

Berkaitan dengan hal tersebut, sebelum terjun ke lapangan, ada beberapa hal yang perlu peneliti lakukan. Adapun hal-hal yang akan dilakukan peneliti dalam mengadakan penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Menyusun rancangan penelitian, mengatur sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian.

(40)

b. Mengadakan survey awal sehingga peneliti dapat menganalisa desa atau tempat yang akan diteliti.

c. Meminta izin dari pihak-pihak yang berwenang dan orang-orang yang berpengaruh sebagai subjek penelitian, yaitu berupa izin penelitian dengan membawa proposal dan surat izin dari kampus yang berwenang.

3. Sumber Data dan Jenis Data

Sumber data adalah tempat atau sumber dimana peneliti mengambil data, dalam proses pencarian data. Peneliti dalam hal ini menggunakan orang sebagai informan (sejumlah orang yang memberikan informasi atau tanggapan terhadap apa yang diminta atau ditentukan oleh peneliti). Terlebih lagi dalam penelitian kualitatif posisi narasumber sangat penting, bukan sekedar memberi respon melainkan juga sebagai pemilik informasi.25

Data dalam penelitian ini akan digali dengan menggunakan sumber data informan. sumber data yang diperoleh atau terkumpul dari temuan lapangan berupa hasil wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Dalam hal ini peneliti menggunakan sumber data orang (informan) dengan mewawancarai masyarakat setempat. Bentuk data yang didapatkan adalah data identitas para pihak yang melakukan praktik bagi hasil dan lain sebagainya.

25Suprayoga dan Tobrani, Metodelogi penelitian Sosial Agama, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 163.

(41)

Adapun jenis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dibedakan antara data yang diperoleh lansung dari masyarakat dan data dari bahan pustaka, yang pertama disebut data primer dan yang kedua disebut data sekunder.

a. Data Primer

Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data yang pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian.26 maka Data primer dalam penelitian ini adalah data yang langsung dengan nelayan dan pemilik modal yang melakukan sistem bagi hasil yang terjadi di Desa Pontianak tersebut. Sumber data untuk data primer meliputi:

1. Jumlah orang yang memberikan modal atau pemilik modal yang berdasarkan observasi dan wawancara ada dua orang.

2. Jumlah orang yang menerima modal atau nelayan yang berdasarkan wawancara ada dua orang.

b. Data sekunder

Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan.27 Adapun data sekunder yang dimaksud antara lain, yaitu mencakup dokumen- dokumen resmi, seperti Data sekunder yang diperoleh oleh peneliti adalah sumber data tertulis s

26 Burhan Bungin, Metologi Penelitian Kualitatif : Komonikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, Ed. Kedua, cet. Ke-6, (Jakarta : Kencana, 2011), Hlm. 132.

27Ibid, hlm. 132.

(42)

Sperti Surat Izin Penangkapan Ikan (SIPI), Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP), dan dokumen-dokumen dari pihak yang terkait.

4. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data merupakan suatu cara yang digunakan dalam upaya memperoleh dan mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian. Dalam hal ini, penulis harus mampu menentukan metode yang tepat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data. Adapun metode yang digunakan antara lain : a. Observasi

Observasi partisipatif adalah observasi yang terlibat langsung di dalam penelitian secara sistematis yang meliputi perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indra28. Kegunaan dari observasi partisipatif tersebut adalah untuk mengadakan pengamatan secara langsung peneliti hadir di lapangan dan mencari data yang diperlukan serta menentukan permasalahan- permasalahan yang berkenaan dengan pelaksanaan system bagi hasil dalam masyarakat Deasa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat dilihat dari perspektif fiqh muamalah.

Adapun hal-hal yang mencakup dalam observasi ini antara lain :

a. Mengamati lokasi penelitian yaitu Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

28 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Ed. II, (Jakarta : Rineka Cipta, 1989), hlm. 187.

(43)

b. Mengamati tata cara pelaksanaan bagi hasil di Pontianak Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur apakah sudah sesuai dengan Konsep Hukum Islam atau tidak.

c. Mengamati efektifitas dari pelaksanaan sistem bagi hasil dalam masyarakat di Desa Pontianak Kecematan Boleng Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur.

Observasi ini dilakukan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan guna mendapatkan atau menemukan data yang ada dimasyarakat, selain itu juga untuk mendapatkan data tentang keadaan geografis, serta informasi tentang parktik bagi hasil yang dilakukan oleh masyarakat di Desa Pontianak.

b. Wawancara

Wawancara disebut juga sebagai kuisioner lisan, adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari yang diwawancarai.29 Wawancara atau interview adalah sebuah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara Tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden, dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).30

Bentuk atau jenis wawancara (interview) yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara bebas terpimpin, yaitu

29Ibid., hlm.146.

30Ibid., hlm136.

(44)

pewawancara membuat garis besar pokok-pokok pembicaraan, namun dalam pelaksanaannya pewawancara mengajukan pertanyaan secara bebas, pokok-pokok pertanyaan yang dirumuskan tidak perlu dipertanyakan secara berurutan dan kata-katanya juga tidak perlu baku melainkan berdasarkan situasi di lapangan31.

Adapun tujuan peneliti memilih bentuk wawancara bebas terpimpin adalah agar peneliti lebih banyak melakukan wawancara secara langsung atau dengan bertatap muka, yang bertujuan untuk menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang diajak wawancara diminta pendapat dan ide-idenya secara lansung dan bebas.

Responden yang akan diwawancara oleh peneliti di Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur yang terkait dengan pemberi modal dan penerima modal maupun tokoh masyarakat dan aparat desa.

Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi yang akurat untuk memperkuat hasil penelitian, dengan membuat lembar-lembar pertanyaan atau pedoman wawancara terlebih dahulu kemudian setelah itu melakukan wawancara.

Adapun informasi yang akan didapat dari hasil wawancara adalah hasil diantaranya menanyakan informan tentang sistem bagi

31 Djama’an Satori, dkk.,Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Alfabeta, 2014), hlm. 134

(45)

hasil yang sedang terjadi dan menanyakan kriteria-kriteria tentang pemodal dan pengelola.

c. Dokumentasi

Selain dari proses observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, peneliti juga menggunakan tehnik dokumentasi yang dilakukan untuk menambah keakuratan data yang diperoleh.

Dokumen merupakan sumber informasi yang bukan manusia (non human resources).32 Dokumentasi ini berupa arsip-arsip Desa, berkas-berkas, dokumen, jumlah penduduk, tingkat pendidikan penduduk, dan lainnya yang dapat dijadikan objek penelitian.

Kaitannya dalam hal ini adalah untuk mengetahui data-data nelayan sehingga informasi yang di dapat peneliti menjadi akurat dan realistis.

5. Analisis Data

Data yang sudah terkumpul dalam penelitian perlu dilakukan analisa terlebih dahulu dengan cara yang cermat, teliti dan ulet, sehingga dapat menemukan kesimpulan yang obyektif. Dari penjelasan tersebut, analisa data adalah proses yang merinci usaha secara formal untuk menemukan tema dan merumuskan ide seperti ide yang disarankan oleh data sebagai usaha memberikan bantuan pada tema

32Ibid.,hlm. 146.

(46)

atau ide tersebut.33Jenis analisa data dibagi menjadi dua macam yakni analisis kualitatif dan analisis kuantitatif.

Peneliti dalam hal ini menggunakan bentuk analisis kualitatif induktif, dimana peneliti mengambil kesimpulan dari fakta-fakta yang khusus untuk mendapatkan fakta-fakta yang umum atau peneliti mencari informasi-informasi terkait dengan permasalahan yang diteliti kemudian mencari jawaban atas permasalahan tersebut.

Penggunaan analisa induktif, yaitu dengan mengumpulkan jawaban-jawaban dari responden tentang permasalahan yang menjadi fokus analisa peneliti, jawaban-jawaban dari responden bentuknya sangat beragam dan setelah memperoleh jawaban ynag beragam tersebut peneliti dapat menyimpulkannya menjadi satu.

Contohnya, dalam melakukan wawancara, peneliti bertanya kepada responden mengenai apa saja faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya sistem bagi hasil. Dalam jawaban pertanyaan seperti ini, masing-masing responden mempunyai pendapatnya masing-masing yang sesuai dengan keadaan yang berlaku tentunya, misalnya: faktor yang menyebabkannya melakukan kerja sama dikarenakan kebutuhan ekonomi yang tidak cukup atau untuk biaya pendidikan anak-anaknya.

Jadi melalui metode analisa induktif, peneliti dapat memberikan kesimpulan yang bersifat umum dari data-data permasalahan yang Kusus dan spesifik.Peneliti menggunakan analisa

33 Lexi J. Meleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994), hlm. 5.

(47)

induktif ini, dikarenakan analisa ini yang sangat berperan dalam pembuatan skripsi dengan metode kualitatif yang bertujuan untuk mempermudahkan mengumpulkan data-data hasil observasi dan wawancara, kemudian hal ini juga didukung oleh buku-buku referensi yang digunakan dalam perjanjian bagi hasil.

6. Validitas Data

Validitas data bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang diamati oleh peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dalam kenyataan dan apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia kenyataan sesuai dengan sebenarnya ada atau terjadi.

Untuk memperoleh keabsahan data atau data yang valid diperlukan teknik pemeriksaan, supaya diperoleh temuan-temuan dan informasi yang absah dan dapat digunakan teknik sebagai berikut.

a. Menggunakan Bahan Referensi

Referensi adalah keabsahan data hasil penelitian dengan memperbanyak referensi yang dapat menguji dan mengoreksi hasil penelitian yang dilakukan, baik referensi yang berasal dari orang lain maupun referensi yang diperoleh selama penelitian.34

Referensi yang digunakan adalah bahan dokumentasi catatan lapangan yang tersimpan dengan refrensi penelitian dapat

34Ibid.,hlm. 259.

(48)

mengecek kembali data dan informasi yang peneliti dapatkan dilapangan.35

b. Triangulasi

Triangulasi adalah pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.36Sehingga diperlukan pengecekan baik itu pengecekan melalui informan, tehnik pengumpulan data maupun waktu.

Pengecekan melalui informan ini akan dilakukan dengan mewawancarai kembali atau mencari data dari sumber yang beragam yang masih terkait satu sama lain, selain itu peneliti juga akan melakukan pengecekan data terhadap sumber yang sama akan tetapi tehniknya berbeda baik itu dengan wawancara atau observasi kembali, yang mana peneliti akan melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data atau yang lain untuk memastikan data yang dianggap benar. Selain langkah diatas juga peneliti akan melakukan pengecekan dalam waktu berbeda, yaitu mewawancarai informan di waktu pagi dan mengeceknya di waktu siang atau sore.

c. Membicarakan Dengan Teman Sejawat (Peer Review)

Membicarakan dengan teman sejawat bertujuan untuk memperoleh kritikan dan saran maupun pertanyaan yang tajam yang menentang kepercayaan akan kebenaran penelitian. Dengan cara ini peneliti dapat menemukan kelemahan, tafsiran yang kurang jelas dan

35Ibid.,hlm.190.

36Ibid., hlm. 94-95.

(49)

mendiskusikan data yang telah terkumpul dengan Dosen Pembimbing atau teman sejawat. Sedangkan masalah atau data yang dibahas atau yang didiskusikan adalah data tentang sistem bagi hasil ditinjau dari prespektif fiqh muamalah yang dilakukan oleh masyarakat desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur, yang diperoleh melalui penelitian.

H. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi ini disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini peneliti akan menguraikan dan menjelaskan, konteks penelitian atau latar belakang masalah sehingga menarik peneliti untuk mengkaji permasalahan yang akan menjadi tema dasar dalam penelitian ini, termasuk juga dalam bab ini berisi fokus kajian, tujuan dan manfaat, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II PAPARAN DAN TEMUAN DATA

Pada bagian ini peneliti mengungkapkan seluruh data dan temuan penelitian di lapangan. Dalam hal ini peneliti mencoba menggambarkan secara singkat tentang gambaran lokasi dan temuan-temuan terkait masalah penelitian, yaitu praktik bagi hasil antara nelayan dan pemilik modal.

(50)

BAB III PEMBAHASAN

Di bagian pembahasan ini diungkapkan proses analisis terhadap temuan penelitian sebagaimana dipaparkan di bab sebelumnya berdasarkan pada perspektif penelitian atau kerangka teoritik sebagaimana diungkap di bagian pendahuluan.

BAB IV PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang memuat kesimpulan dan saran-saran.

(51)

BAB II

PAPARAN DATA DAN TEMUAN

A. Gambaran Umum Desa Pontianak Kabupaten Manggarai Barat Nusa Tenggara Timur

4. Letak geografis a. Letak.

Desa pontianak merupakan salah satu desa dari sepuluh desa yang ada di Kecamatan Boleng Kabupaten Manggarai Barat, yang berlokasi 0,5 km dari pusat kecamatan dan jarak tempuh antara desa ke ibu kota kabupaten mempunyai jarak tempuh 74 km.

Secara administrasi pemerintahan wilayah desa pontianak terbagi menjadi 3 dusun dan 7 RT, dengan batas-batas sebagai berikut:37

1) Sebelah Utara : Laut flores

2) Sebelah Selatan : Desa Nanga Kantor 3) Sebelah Timur : Desa Bari

4) Sebelah Barat : Desa Batu Tiga b. Luas wilayah

Luas wilayah Desa Pontianak menurut data yang diperoleh adalah 240 Ha, Mayoritas penduduk adalah Nelayan dalam 4 wilayahyang berupa dusun-dusun yakni dusun 02, Dusun 02 dan Dusun 0338

37Dokumentasi, Desa Pontianak kabupaten Manggarai Barat, diambil pada tanggal 30 Mei 2019.

38Ibid.

(52)

1. Keadaan Geografis

Adapun keadaan geografis wilayah desa Pontianak merupakan desa yang dataran rendah dengan hamparan laut dengan hasil tangkapan ikan nelayan. Jenis tangkapan ikan yang dihasilkan adalah tongkol kecil , tongkol besar, oras, lajang dan lain-lainnya. Sebagian besar masyarakat di desa Pontianak sebagai pemilik kapal atau perahu dan rata-rata setiap kepala keluarga bermata pencarian sebagai nelayan.39

5. Keadaan Penduduk

Penduduk desa Pontianak sampai dengan bulan Agustus 2015, berjumlah 1.213 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-laki 613 jiwa dan penduduk perempuan 600 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 347 KK adalah RTM, yang tersebar di 3 (tiga) dusun.

Jumlah penduduk Dusun 1. dusun 01 :542 orang 2. dusun 02 :540 orang 3. dusun 03 :161 orang Jumlah KK Dusun 1. dusun 01 : 153 KK 2. dusun 02 : 151 KK 3. dusun 03: 43 Kk

39Ibid.

(53)

Penduduk desa Pontianak merupakan pemeluk agama Islam.

Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1 Data Penduduk menurut pemeluk agama.40

No Agama Laki-laki Perempuan

1 Islam 613 orang 600 Orang

2 Kristen - -

3 Khatolik - -

4 Hindu - -

5 Bunda - -

6 Khonghucu - -

Jumlah 613 orang 600 orang

Tabel 2 Jumlah Rumah Ibadah di Desa Pontianak.41

6. Keadaan Lembaga Pendidikan

Desa Pontianak pada umumnya telah mengetahui dan memahami arti pentingnya pendidikan, dengan adanya lembaga pendidikan yang merupakan sarana bagi mereka di dalam mendidik generasi-generasinya sehingga dapat hidup sesuai dengan kemajuan zaman. Adapun mengenai jumlah sarana pendidikan yang ada di desa Pontianak yaitu dapat dilihat pada tabel berikut ini

40Ibid.

41Ibid.

No Sarana Ibadah yang dimiliki Jumlah

1 Masjid 2

2 Musholla 1

3 Gereja -

4 Pura -

5 Vihara -

(54)

Tabel 3 : jumlah lembaga pendidikan yang terdapat di desa Pontianak.42

No Lembaga Pendidikan Jumlah

1 TK 1 buah

2 Sekolah Dasar 2 buah

3 SMP 1 buah

4 Madrasah Aliyah 1 buah

7. Keadaan Ekonomi

Penduduk desa Pontianak sebagian besar mata pencahariannya adalah Nelayan dan Guru, disamping itu juga ada yang sebagai pedagang dan lain-lain.

Tabel 5 : data penduduk menurut mata pencaharian.43

No Jenis Pekerjaan Jumlah (Orang)

1 Nelayan 264

2 Non PNS 18

3 Pemilik modal 10

4 Pegawai Negeri Sipil 11

5 Peternak -

6 Pertukangan 17

7 Lain-lain -

42Ibid.

43Ibid.

Gambar

Tabel 1 Data Penduduk menurut pemeluk agama. 40
Tabel  3  :  jumlah  lembaga  pendidikan  yang  terdapat  di  desa  Pontianak. 42
Tabel 6 : Lembaga Pemerintahan di desa pontianak sebagai berikut : 44

Referensi

Dokumen terkait

The research sample from the second prior research is class tenth SMA Nurul, while this research will research students of SMP Negeri 2 Way Jepara Eighth Graders.4 3Retna Handayani,